1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Muatan lokal bahasa Jawa kini mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kom-
petensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keung- gulan suatu daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah dalam menyelenggarakan
otonomi daerah mempunyai kewajiban-kewajiban salah satunya yaitu meles- tarikan nilai sosial budaya. Dalam UU Nomor 32 tahun 2004 pasal 22 disebutkan
bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan peme- rintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk memper-
cepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah
dengan memperhatikan salah satu prinsip yaitu keistimewaan dan kekhususan suatu daerah, bahasa daerah Jawa sebagai salah satu aset budaya yang dilindungi
negara. Berdasarkan SK Gubernur Jawa Tengah Nomor 423.552010 sebagai
tindak lanjut dari SK Gubernur Jawa Tengah Nomor 895.5012005 dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan terutama dalam upaya penanaman nilai-nilai budi
pekerti dan penguasaan bahasa Jawa bagi siswa dari semua jenjang baik sekolah negeri ataupun swasta di Provinsi Jawa Tengah. Pemerintah mengupayakan
peningkatan mutu pendidikan khususnya penanaman nilai-nilai luhur dan pengu- asaan bahasa Jawa dengan menetapkan kurikulum mata pelajaran muatan lokal
bahasa Jawa yang wajib dilaksanakan oleh semua jenjang sekolah di Provinsi Jawa Tengah.
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP 2006 ruang lingkup mata pelajaran bahasa Jawa adalah: a kemampuan berkomunikasi yang
meliputi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis; b kemampuan me- nulis huruf Jawa; c meningkatkan kepekaan dan penghayatan terhadap karya
sastra Jawa; d memupuk tanggung jawab untuk melestarikan hasil kreasi budaya sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional Depdiknas 2006:3. Tujuan pem-
belajaran mata pelajaran bahasa Jawa menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 adalah sebagai berikut: a mengenal dan menjadi lebih akrab dengan
lingkungan alam, sosial, dan budayanya; b memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya
maupun masyarakat dalam umumnya; dan c memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai atau aturan-aturan yang berlaku di daerahnya serta
melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menujang pembangunan nasional Aqib 2009:107.
Ada empat komponen dalam keterampilan berbahasa adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Komponen-komponen tersebut
harus mendapatkan perhatian yang sama dalam pembelajaran bahasa karena keempat aspek tersebut saling terkait dan saling berpengaruh Tarigan 2008:1.
Berawal dari cerita sejarah aksara Jawa berupa legenda hanacaraka berasal dari aksara Brahmi yang asalnya dari Hindustan. Di negeri Hindustan
tersebut terdapat bermacam-macam aksara, salah satunya yaitu aksara Pallawa yang berasal dari India bagian selatan. Dinamakan aksara Pallawa karena berasal
dari nama salah satu kerajaan di India yaitu Kerajaan Pallawa. Di Nusantara terdapat bukti sejarah berupa prasasti Yupa di Kutai, Kalimantan Timur, ditulis
dengan menggunakan aksara Pallawa. Aksara Pallawa ini menjadi induk dari semua aksara yang ada di Nusantara, antara lain: aksara hanacaraka, aksara
Rencong aksara Kaganga, Surat Batak, Aksara Makasar dan Aksara Baybayin Hartati dalam Rohmadi dan Hartono 2011:192.
Aksara Jawa merupakan bagian dari mata pelajaran bahasa Jawa, bagi siswa pelajaran bahasa Jawa cukup sulit untuk dipelajari. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh BAPEDA DIY dalam Ekowati 2004 mengenai kondisi pembelajaran bahasa Jawa ditunjukkan 93 guru di SD dan SMP hanya
menggunakan metode ceramah dalam setiap penyampaian materi pembelajaran. Media pembelajaran juga terbatas pada media tradisional seperti gambar dinding
dan kaset tembang. Pembaharuan pembelajaran aksara Jawa di sekolah perlu dilakukan melalui suatu proses yang berkesinambungan.
Keadaan di atas terjadi pula pada siswa kelas IV SDN Mangkangkulon 01 Semarang. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi, catatan lapangan, wawancara
dengan guru kelas serta hasil belajar siswa dalam menulis aksara Jawa yang belum optimal. Selain itu aktivitas siswa rendah dalam pembelajaran bahasa Jawa,
hal ini ditunjukkan oleh kurang adanya interaksi aktif antara guru dengan siswa.
Siswa juga kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa cenderung tidak peduli ketika guru menulis aksara Jawa. Keadaan siswa di atas dipengaruhi oleh
keterampilan guru yang kurang optimal. Guru masih menggunakan pendekatan pembelajaran yang konvensional. Guru dalam melakukan pembelajaran masih
menggunakan hafalan aksara Jawa kepada siswa sehingga pembelajaran menjadi kurang menarik. Guru belum optimal dalam menggunakan media. Pembelajaran
masih berpusat pada guru teacher center sehingga belajar siswa kurang ber- makna. Upaya yang dilakukan guru untuk membangkitkan minat belajar siswa
dalam menulis aksara Jawa dengan cara siswa ditunjuk secara acak untuk mengerjakan soal yang ada di papan tulis. Akan tetapi, siswa bukannya dapat
mengerjakan tetapi takut untuk ditunjuk guru karena siswa belum begitu hafal aksara Jawa.
Keadaan tersebut juga didukung dengan data kuantitatif berdasarkan data hasil evaluasi siswa kelas IV SDN Mangkangkulon 01 Semarang dalam materi
menulis aksara Jawa dengan KKM 61, nilai terendah yang didapat siswa adalah 50 dan nilai tertinggi 75. Dari 36 siswa hanya 16 siswa yang mendapat nilai di
atas KKM yaitu 61 atau tuntas. Dengan kata lain hanya 44,4 siswa yang dapat menulis aksara Jawa sedangkan sebanyak 55,6 siswa belum mencapai KKM.
Dengan data hasil belajar tersebut, guru berupaya untuk meningkatkan keteram- pilan menulis aksara Jawa siswa sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pem-
belajaran bahasa Jawa. Berdasarkan diskusi peneliti dengan guru kelas IV SDN Mangkangkulon
01 Semarang untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut, tim kolaborasi
menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan keterampilan menulis aksara Jawa khususnya dalam aspek keterampilan menulis aksara Jawa dengan men-
dorong keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran dan meningkatkan keterampilan guru, maka peneliti menggunakan Modeling The Way dengan media
flashcard untuk solusi pemecahan masalah. Menurut Suprijono 2009:47 model-model pembelajaran yang ada
dilingkungan senantiasa memberikan rangsangan pada siswa yang membuat siswa memberi respon atau tindak balas jika rangsangan tersebut terkait dengan siswa.
Model pembelajaran Modeling The Way adalah kegiatan mendemonstrasikan dengan cara memberikan rangsangan disertai contoh cara melakukannya, sehingga
siswa dapat secara langsung melihat dan mempraktikkannya berdasarkan contoh dari guru.
Media flashcard adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu ber- gambar yang berukuran 25 x 30 cm Nurseto 2012:8. Gambar yang ditampilkan
dalam kartu adalah gambar atau foto yang sudah ada dan ditempelkan pada lembaran kartu-kartu tersebut. Kegunaan gambar pada media ini adalah rangkaian
pesan yang disajikan dengan keterangan pada bagian belakangnya. Kelebihan media flashcard sebagai berikut: 1 mudah dibawa kemana-mana; 2 praktis da-
lam membuat dan menggunakannya; 3 mudah diingat karena menarik perhatian; 4 sangat menyenangkan sebagai media pembelajaran dan bisa digunakan dalam
bentuk permainan Indriana 2011:68. Pembelajaran bahasa Jawa menggunakan Modeling The Way dengan
media flashcard akan meningkatkan keterampilan menulis aksara Jawa bagi
siswa. Siswa dapat mendemonstrasikan materi yang diperoleh dari guru dengan menggunakan berbagai macam flashcard yang dapat diisi dengan huruf-huruf
aksara Jawa ataupun menjawab soal yang terdapat dalam flashcard. Dari paparan di atas maka peneliti akan melaksanakan Penelitian Tindakan
Kelas dengan judul PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA MELALUI MODELING THE WAY DENGAN MEDIA FLASHCARD
PADA SISWA KELAS IV SDN MANGKANGKULON 01 SEMARANG.
1.2 RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH