guru dengan peserta didik dan pengelolaan kelas dapat dikatakan sudah baik. Akan tetapi guru belum menggunakan jenis penguatan secara maksimal. Guru
hanya menggunakan tiga jenis penguatan dari lima jenis penguatan yang ada. Dengan demikian, guru diharapkan melatih dan membiasakan diri untuk
menerapkan jenis penguatan yang belum pernah digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar. Jurnal Universitas Negeri Malang:2014.
2.3 KERANGKA BERPIKIR
Penciptaan suasana kelas yang kondusif dan tercapainya tujuan pembelajaran merupakan keinginan bagi seorang guru sebagai tenaga pendidik.
Akan tetapi pada kenyataannya, seringkali keinginan tersebut belum dapat terwujud karena banyak faktor. Faktor tersebut bisa berasal dari siswa atau bahkan
dari guru itu sendiri. Guru tidak berhasil memberikan motivasi pada siswa untuk membangkitkan semangat belajarnya. Sehingga respon dari siswa itu sendiri
kurang antusias dengan proses pembelajaran yang ada dan hal ini akan berpengaruh pada tingkat keberhasilan belajar siswa
Pemberian penguatan pada siswa berperan penting dalam proses pembelajaran. Namun pemberian penguatan yang dilakukan guru kelas rendah di
SD Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang cenderung penguatan secara verbal saja yang diberikan. Sehingga tidak seimbang antara verbal dan non verbal.
Berikut adalah kerangka berpikir dari penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian
Permasalahan
Tindakan
Hasil
Dalam memberikan penguatan pada siswa, guru cenderung memberikan penguatan
secara verbal. Penguatan non verbal jarang digunakan sehingga tidak seimbang antara
keduanya. Seperti pemberian tandasimbol dinilai guru repot dan kurang praktis.
Tahapan yang harus dilakukan guru dalam memberikan penguatan Djamarah 2010:120-122:
a. Memberi penguatan berupa kata atau kalimat
pujian. b.
Memberi penguatan
berupa gestural
Memberi penguatan berupa sentuhan. c.
Memberi penguatan dengan mendekati. d.
Memberi penguatan dengan pemberian tandasimbol.
e. Memberi penguatan melalui kegiatan.
Gambaran umum tentang kemampuan guru memberi penguatan dalam
pembelajaran tematik berbasis KTSP. Kondisi di lapangan, guru dalam member
penguatan
mencapai indikator
keberhasilan sebesar
22≤ skor ≤28
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang akan peneliti gunakan untuk mengkaji permasalahan, adalah rancangan yang digunakan dalam penelitian deskriptif
descriptive reasearch. Sukmadinata 2006:72 penelitian deskriptif adalah suatu
bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Ghony
Almanshur 2012: 13 penelitian kualitatif merupakan penelitian khusus objek yang tidak dapat diteliti secara statistik atau cara kuantifikasi. Penelitian kualitatif
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan, tulisan, dan perilaku orang-orang
yang diamati.
Jenis penelitian deskriptif pada penelitian ini adalah jenis studi kasus. Prastowo 2011: 129 metode studi kasus adalah metode penelitian yang
dilakukan secara intensif dan mendetail terhadap suatu kasus, yang bisa berupa peristiwa, lingkungan, dan situasi tertentu yang memungkinkan untuk
mengungkapkan atau memahami sesuatu hal. Karena sifatnya yang mendalam dan mendetail itu, studi kasus pada umumnya menghasilkan gambaran yang
longitudinal.
73