Perilaku Konsumen Metode Purposive Sampling Importance-Performance Analysis IPA Hasil Penelitian Terdahulu

4. Membangun positioning produk Positioning menggambarkan bagaimana suatu pihak mampu dengan tepat memposisikan produk, merek dan perusahaan di benak pelanggan Boyd, et al, 2000. 5. Menyusun bauran pemasaran yang sesuai bagi pasar sasaran Bauran pemasaran meliputi penentuan produk, harga, tempat penjualan distribusi dan bentuk promosi Kotler, 2002. Menurut Kotler 2002 tidak semua segmentasi bermanfaat. Agar segmentasi dapat berguna, segmen-segmen pasar haruslah : a. Dapat diukur : Ukuran, daya beli, dan profil segmen dapat diukur. b. Besar : Segmen cukup besar dan menguntungkan untuk dilayani. Suatu segmen harus merupakan kelompok homogen terbesar yang paling mungkin, yang berharga untuk diraih dengan program pemasaran yang dirancang khusus. c. Dapat diakses : Segmen dapat dijangkau dan dilayani secara efektif. d. Dapat dibedakan : Segmen-segmen secara konseptual dapat dipisah- pisahkan dan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap elemen yang berbeda dan program bauran pemasaran yang berbeda. e. Dapat diambil tindakan : Program-program yang efektif dapat dirumuskan untuk menarik dan melayani segmen-segmen tersebut.

2.4. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan dan proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal yang dikemukakan atau disebut dengan kegiatan mengevaluasi Sumarwan, 2003. Gambar 9. Model perilaku konsumen Kotler, 2002 Titik tolak untuk memahami perilaku pembeli adalah model rangsangan tanggapan yang diperlihatkan dalam Gambar 9. Rangsangan pemasaran dan lingkungan mulai memasuki kesadaran pembeli. Karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusan menimbulkan keputusan pembelian tertentu. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran pembeli mulai dari adanya rangsangan dari luar hingga munculnya keputusan pembelian pembeli Kotler, 2002.

2.5. Minyak Pelumas

2.5.1. Pengertian

Minyak pelumas adalah campuran dari base oil dan aditif yang berfungsi untuk melindungi mesin dari karat, pembersih, pendingin juga sebagai seal pada mesin kendaraan PT. Topindo Oil Indonesia, 2004. Fungsi di atas akan membuat gesekan antar komponen di dalam mesin bergerak lebih halus dan mesin akan mencapai tingkat temperatur yang ideal.

2.5.2. Fungsi

Menurut PT. Topindo Oil Indonesia 2004, ada empat fungsi utama minyak pelumas untuk kendaraan bermotor, yakni : 1. Melumasi Apabila kita menggerakkan suatu obyek terhadap permukaan maka akan menimbulkan gesekan. Gesekan ini akan menyebabkan kerusakan tetapi jika ada lapisan antar permukaan maka kerusakan bisa diminimalisasi dan pergerakan menjadi Rangsangan Rangsangan pemasaran lainnya Produk Ekonomi Harga Teknologi Tempat Politik Promosi Budaya Kotak Hitam Pembeli Karakateristik Proses Pembeli Keputusan Pembeli Respon Pembeli Pilihan produk Pilihan merek Pilihan dealer Waktu belanja Jumlah belanja lebih mudah. Dalam hal ini, pelumas dapat mengurangi keausan. Gesekan yang harus dikontrol ialah saat start up, conrods, crankshaft antara silinder dan ring. 2. Mendinginkan Pelumas harus dapat mengalir dengan bebas ke seluruh bagian yang dilumaskan karena dapat menyerap panas dari bagian mesin dan mensirkulasikannya. Suhu piston saat operasi pada mesin bensin berkisar antara 77-121 c dan pada mesin diesel 650-820 c. Bagian mesin yang diserap panasnya : bearing, piston, valve dan chamshaft. 3. Membersihkan Selama operasi mesin banyak kontaminasi yang dihasilkan sehingga pelumas harus dapat menjaga kebersihan mesin dengan cara merawat suspensi hingga oli diganti. Di sinilah peran fungsi filter oli dan drain interval. Pada mesin diesel, operasinya lebih kotor karena suhu yang tinggi. 4. Mencegah karat Dari hasil pembakaran terdapat asam yang dapat mempercepat korosi sehingga harus dinetralisir. Panas tinggi steam akan terkondensasi jadi air. Bagian mesin yang rawan karat : valve dan cam follower. Lapisan film pada piston mempengaruhi kemampuan dalam mencegah karat tersebut. 5. Melindungi mesin Piston bergerak naik dan turun dalam silinder. Ring piston dirancang untuk menghalangi gas hasil bakar yang masuk ke silinder dan membuat lapisan film pada dinding silinder tetap rata. Menurut Evalube 2005, mengingat fungsi tersebut, setelah pemakaian pelumas mencapai jumlah kilometer tertentu, minyak pelumas itu harus diganti. Setiap pelumas mengandung berbagai jenis zat aditif yang meningkatkan efisiensi fungsi pelumas. Dengan beban kerja mesin yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor lingkungan, cuaca dan pemakaian, mesin akan membakar zat aditif tersebut dan mengurangi efisiensi tersebut sehingga menjauhkan mesin dari performa yang optimal. Pelumas menjadi semakin kental dan mengandung kotoran, di antaranya bubuk logam sebagai akibat dari gesekan bagian-bagian yang bergerak di dalam mesin www.evalube.com. Menurut PT. Topindo Atlas Asia 2004, ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki oli mesin yakni : a. Meningkatkan nilai ekonomi dari bahan bakar sehingga penggunaan lebih irit. b. Mereduksi kadar emisi untuk pembakaran lebih sempurna. c. Umur mesin lebih lama agar mesin terlindungi. d. Waktu penggantian oli yang lebih lama sehingga biaya perawatan lebih rendah.

2.5.2. Jenis

Menurut Fajar Motor Plus, 2005, ada berbagai jenis pelumas mesin yang dapat ditinjau dari bahan dasar, warna kekentalannya maupun kualitasnya. Berdasarkan bahan dasarnya, pelumas dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni : 1 Oli mineral memiliki bahan dasar minyak bumi. Oli ini terbuat dari beberapa komponen seperti parafin dan sikol parafin yang kemudian diolah dan dicampur dengan zat aditif supaya mutunya lebih baik. Namun, pada pelumas modern biasanya bahan aditifnya cukup lengkap sehingga beberapa merek tidak menganjurkan penambahan zat aditif oil treatment; 2 Oli sintetik merupakan pelumas berbahan dasar campuran berbagai macam bahan kimia seperti polyalpha olefin PAO yang dibuat di laboratorium. Umumnya, oli sintetis mempunyai tingkat mutu yang lebih tinggi daripada oli mineral, meskipun harganya relatif lebih mahal. Menurut Evalube 2005, ada beberapa keunggulan oli sintetik dibandingkan dengan oli mineral, yakni : 1 Lebih stabil pada temperatur tinggi; 2 Mengontrol dan mencegah terjadinya endapan karbon mesin; 3 Sirkulasi lebih lancar pada waktu starter pagi hari atau cuaca dingin; 4 Melumasi dan melapisi metal lebih baik dan mencegah terjadinya gesekan antar logam; 5 Tahan terhadap perubahan atau oksidasi sehingga lebih tahan lama sehingga lebih ekonomis dan efisien; dan 6 Mengurangi terjadinya gesekan sehingga meningkatkan tenaga dan mesin menjadi lebih dingin www.evalube.com. Menurut Kaliki 2004, berdasarkan warnanya, pelumas mesin yang tersedia saat ini di pasaran cukup beragam. Ada pelumas yang berwarna kuning, hijau tua, merah dan ungu. Keberagaman warna tersebut tergantung pada merek pelumas http:www.kompas.co.id. Menurut Kaliki 2004, berdasarkan tingkat visikositas atau kekentalannya, pelumas dibedakan menurut kode yang tersedia. Visikositas atau tingkat kekentalan pelumas merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pemilihan pelumas. Tingkat kekentalan berhubungan dengan kemampuan pelumas dalam menjalankan fungsi pelumas, mendinginkan dan memindahkan kotoran. Standar kekentalan pelumas mesin ditentukan oleh Society of Automotive Engineers SAE dan ditentukan pada suhu 100 derajat celcius. SAE merupakan lembaga standarisasi seperti ISO, DIN, atau JIS, yang mengkhususkan diri di bidang otomotif. Ada dua macam SAE yakni: 1 monograde seperti SAE 30 dan SAE 40. Angka di belakang huruf menunjukkan tingkat kekentalannya. Contohnya, kode SAE 50 menunjukkan oli tersebut mempunyai tingkat kekentalan 50 menurut standar SAE ; 2 multigrade seperti SAE 20W-50 dan SAE 10W-40. Pelumas multigrade dapat digunakan untuk cuaca dingin, W berarti winter. Contohnya, kode SAE 10W-50 menunjukkan oli tersebut mempunyai tingkat kekentalan sama dengan SAE 10 pada saat suhu udara dingin dan SAE 50 ketika suhu udara panas http:www.kompas.co.id. Menurut Kaliki 2004, berdasarkan kualitasnya, tingkat mutu pelumas mempunyai satuan tersendiri dan umumnya standar kualitas pelumas yang beredar di pasar mengacu pada standar yang ditetapkan American Petroleum Institute API dan Japanese Automobile Standards Organization JASO. Pelumas-pelumas yang dirancang untuk mobil-mobil kendaraan berbahan bakar bensin diberi kode awal dengan huruf S kependekan dari kata Spark yang berarti percikan api, kemudian diikuti huruf-huruf menurut abjad. Huruf abjad ini menujukkan peruntukkan masing-masing pelumas. Semakin besar abjadnya semakin tinggi spesifikasi minyak pelumasnya http:www.kompas.co.id. Menurut Kaliki 2004, sekarang ini klasifikasi tertinggi adalah SL yang mulai diberlakukan mulai pertengahan 2001. Untuk mobil berbahan bakar diesel, API mengklasifikasikan pelumasnya dengan kode awal huruf C kependekan dari kata Compression yang berarti tekanan, dan kemudian diikuti huruf menurut abjad seperti halnya untuk mobil bensin. Klasifikasi tertinggi adalah CH-4 yang merupakan minyak pelumas mesin diesel kecepatan tinggi untuk mobil buatan tahun 1998 ke atas. Hingga saat ini, tingkat kualitas pelumas yang beredar sudah sampai pada tingkat SL dan CI-4. Grade mutu SL, yang diperkenalkan sejak Juli 2001, diperuntukkan untuk semua jenis mesin baru seperti Multi-Valve, VTEC, VVT, Turbo, karena komponen yang harus dilumasi sangat banyak. Sedangkan grade CI-4 diperkenalkan pada tanggal 5 September 2002 dan direkomendasikan untuk semua mesin diesel high speed 4 langkah http:www.kompas.co.id. Menurut Kaliki 2004, ada juga penulisan kode yang dibalik dengan huruf C di depan, misalnya CDSF. Maksud dari kode ini adalah pelumas dikhususkan untuk mesin diesel , meskipun bisa pula digunakan pada mesin bensin. Jika diperhatikan, meskipun pelumasnya sama bila digunakan pada mesin diesel, mutunya dinilai lebih rendah daripada jika pelumas tersebut digunakan pada mesin bensin. Memang umumnya pelumas mesin mempunyai tingkat mutu seperti ini. Mesin diesel mempunyai tekanan atau kompresi dua kali lipat lebih besar daripada mesin bensin. Akibatnya, getaran mesin dan momen puntir yang dihasilkan lebih besar. Tugas pelumas pada mesin diesel pun lebih berat dibandingkan dengan pada mesin bensin. Karena itu, standar kualitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan standar kualitas pelumas mesin bensin. Hal yang menjadi patokan mutu pelumas adalah kekuatan lapisan film pelumas yang berfungsi melekatkan pelumas tersebut pada logam. Semakin tinggi kualitasnya, semakin kuat lapisan film mengikat pelumas pada permukaan logam mesin. Dikatakan semakin tinggi kualitasnya karena logam semakin terlindung dari proses keausan. API juga mengklasifikasikan minyak pelumas untuk mesin-mesin dua langkah atau lebih dikenal dengan mesin 2-tak yang banyak digunakan untuk sepeda motor dan juga pelumas untuk roda gigi transmisi. Untuk pelumas mesin 2-tak, API mengklasifikasikan pelumasnya menjadi tiga, yakni TA, TB, dan TC. Sedangkan JASO mengklasifikasikan juga menjadi tiga macam, yakni FA, FB, dan FC. Sementara itu untuk pelumas roda gigi transmisi, API mengklasifikasikan pelumasnya dengan kode huruf awal GL dan kemudian diikuti dengan angka secara berurutan. Semakin tinggi menunjukkan pelumas untuk kondisi operasi sedang atau berat http:www.kompas.co.id. Klasifikasi pelumas menurut API dan JASO dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Klasifikasi pelumas menurut API dan JASO PT. Topindo Atlas Asia, 2004 Klasifikasi Pelumas Mesin Bensin. Diawali dengan huruf S dan diikuti secara alpabetis SA Spesifikasi kuno yang sudah jarang digunakan SB Untuk mesin bensin tugas ringan sudah jarang digunakan SC Untuk kendaraan buatan tahun 1964-1967 SD Untuk kendaraan buatan tahun 1968-1970 SE Untuk kendaraan buatan tahun 1970 ke atas SF Untuk kendaraan buatan tahun 1980 ke atas SG Untuk kendaraan buatan tahun 1989 ke atas SH Untuk kendaraan buatan tahun 1993 ke atas SJ Untuk kendaraan buatan tahun 1997 ke atas SL Spesifikasi ini diberlakukan pertengahan tahun 2001 Klasifikasi Pelumas Mesin Diesel. Diawali dengan huruf C dan diikuti secara alpabetis CA Untuk mesin diesel tugas ringan CB Untuk mesin diesel tugas sedang CC Untuk mesin diesel tugas sedang sampai berat CD Untuk mesin diesel tugas berat yang dilengkapi dengan supercharger CD-II Untuk mesin diesel dua langkah CE Untuk mesin diesel tugas berat dengan turbosupercharger CF Untuk mesin diesel buatan tahun 1994 ke atas CF-2 Untuk mesin diesel dua langkah CF-4 Untuk mesin diesel empat langkah tugas berat buatan tahun 1990 dan beroperasi dengan kecepatan tinggi CG-4 Untuk mesin diesel empat langkah tugas berat buatan tahun 1990 dan beroperasi dengan kecepatan tinggi dan dengan beban berat CH-4 Untuk mesin diesel empat langkah tugas berat buatan tahun 1990 dan beroperasi dengan kecepatan tinggi dan dengan beban berat Oli Samping untuk Mesin Bensin 2-tak API-TA Untuk mesin 2-tak ukuran kecil, kapasitas sampai 50 cc API-TB Untuk mesin 2-tak ukuran sedang atau kapasitas sampai 200 cc API-TC Untuk mesin 2-tak ukuran sedang atau kapasitas sampai 500 cc JASO-FA Untuk mesin 2-tak ukuran kecil sampai lebih besar JASO-FB Untuk mesin 2-tak dengan kemampuan lebih baik dari FA JASO-FC Untuk mesin 2-tak dengan kemampuan lebih baik dari FB Pelumas Roda Gigi Transmisi, Manual atau Gardan. Diawali dengan huruf GL dan diikuti dengan angka GL-1 Untuk kondisi operasi ringan GL-2 Untuk kondisi operasi ringan tapi di atas GL-1 GL-3 Untuk kondisi operasi sedang GL-4 Untuk kondisi operasi sedang dengan jenis roda gigi spiral bevelhypoid GL-5 Untuk kondisi operasi sedang dengan jenis roda gigi spiralbevel

2.6. Metode Purposive Sampling

Metode penarikan contoh dilakukan dengan penarikan contoh purposive sampling. Menurut Wibisono 2003, purposive sampling merupakan teknik penarikan contoh tidak berpeluang yang memilih orang- orang yang terseleksi oleh peneliti berpengalaman, berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki contoh tersebut yang dipandang mempunyai sangkut paut erat dengan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

2.7. Analisis Multivariat

Analisis multivariat adalah metode analisis yang digunakan untuk menganalisa peubah yang banyak dan saling interdependen. Analisis multivariat memiliki kemampuan untuk mengakomodasi peubah yang banyak multivarible dan dapat membantu memahami hubungan yang kompleks antar peubah. Analisis multivariat merujuk pada metode statistika yang menganalisis perlakuan ganda untuk setiap individu atau objek berdasarkan hasil investigasi secara simultan Hair, 1998.

2.7.1. Analisis Faktor

Analisis faktor merupakan serangkaian prosedur yang digunakan untuk mereduksi dan menyimpulkan suatu data Maholtra, 1996. Menurut Santoso 2003, proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan interrelationship antar sejumlah variabel- variabel yang saling independen satu dengan yang lain sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Menurut Santoso 2003, ada beberapa tujuan analisis faktor, yaitu : 1. Data summarization, yakni mengidentifikasi adanya hubungan antar variabel dengan melakukan uji korelasi. Jika korelasi dilakukan antar variabel, analisis tersebut dinamakan R Factor Analysis. Namun, jika korelasi dilakukan antar responden atau sampel, analisis disebut Q Factor Analysis, yang juga populer disebut Cluster Analysis. 2. Data Reduction, yakni setelah melakukan korelasi, dilakukan proses membuat sebuah variabel set baru yang dinamakan faktor untuk menggantikan sejumlah variabel tertentu. Menurut Maholtra 1996, ada beberapa aplikasi analisis faktor di bidang pemasaran, yakni : a. Membantu kegiatan segmentasi pasar, yakni untuk mengidentifikasi peubah yang dapat digunakan untuk mengelompokkan konsumen; b. Melakukan penelitian mengenai produk, analisis faktor digunakan untuk menentukan atribut merek yang mempengaruhi pilihan konsumen; c. Dalam dunia periklanan, analisis faktor dapat digunakan untuk memahami pola konsumsi media dari pasar sasaran; d. Dalam studi penetapan harga, analisis faktor dapat digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik dari konsumen yang peka terhadap harga. Menurut Hair 1998, kerangka kerja analisis faktor terdiri dari enam langkah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10 sebagai berikut : Gambar 10. Kerangka kerja analisis faktor Hair, 1998

2.7.2. Analisis Cluster

Menurut Maholtra 1996, analisis cluster gerombol merupakan serangkaian teknik yang digunakan untuk mengklasifikasikan obyek atau kasus menjadi grup relatif lebih homogen yang dikenal dengan istilah kelompok. Menurut Santoso 2003, tujuan utama analisis cluster adalah mengelompokkan obyek-obyek berdasarkan kesamaan karakteristik di antara obyek-obyek tersebut. Obyek bisa berupa produk barang Masalah Penelitian Variabel mana yang dilibatkan? Berapa banyak variabel ? Bagaiamana variabel diukur ? Ukuran sampel ? Matriks Korelasi Ekstraksi Faktor Jumlah faktor ? Metode ? Matriks faktor sebelum rotasi Jumlah faktor Matriks faktor setelah rotasi Jumlah faktor Skor faktor Untuk analisis lebih lanjut : Analisis regresi Analisis determinan Analisis cluster dan jasa, benda tumbuhan dan lainnya serta orang responden, konsumen, atau yang lain. Obyek tersebut akan diklasifikasikan ke dalam satu atau lebih cluster kelompok sehingga obyek-obyek yang berada dalam satu cluster akan mempunyai kemiripan satu dengan yang lain. Menurut Santoso 2003, cluster yang baik adalah yang mempunyai ciri sebagai berikut : a. Homogenitas kesamaan yang tinggi antar anggota dalam satu cluster within- cluster b. Heterogenitas perbedaan yang tinggi antar cluster yang satu dengan cluster lainnya between cluster

2.8. Importance-Performance Analysis IPA

Metode Importance-Performance Analysis IPA digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan pelanggan. IPA merupakan suatu teknik penerapan yang mudah untuk mengukur atribut dari tingkat kepentingan importance dan tingkat pelaksanaankinerja performance yang berguna untuk pengembangan program pemasaran efektif Martila dan James dalam Supranto, 2001.

2.9. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai “Analisa Positioning Minyak Pelumas Kendaraan Bermotor Roda Dua Mesin 4-tak Caltex Revtex“ telah dilakukan oleh Rindawati 2003. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut : a. Perilaku konsumen dalam menggunakan motor dan mengkonsumsi media. b. Atribut-atribut yang diperhatikan konsumen yang menjadi dasar diferensiasi produk dan mempengaruhi proses pemilihan merek yang akan dikonsumsi. c. Persepsi konsumen terhadap atribut-atribut untuk merek minyak pelumas sepeda motor mesin 4-tak. d. Positioning merek Caltex Revtex di benak konsumen. Peneliti menyarankan anggaran belanja untuk advertising dan promotion ditingkatkan, serta bekerjasama dengan advertising agency untuk mengkomunikasikan Revtex. Pembenahan di jalur ditribusi perlu dilakukan. Selain itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui alasan responden yang pernah menggunakan Revtex beralih ke merek lain. Penelitian mengenai ”Deskripsi Pemakaian Minyak Pelumas Kendaraan Bermotor Roda Empat Studi Kasus : Kota Bogor telah dilakukan oleh Nengsih 2004. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui beberapa hal ini : 1. Sisi demand, yaitu kendaraan bermotor roda empat dengan tujuan untuk melihat perilaku konsumsi oli mesin di kota Bogor. 2. Sisi supplier, yaitu toko atau bengkel yang menjual oli mesin ke konsumen dengan tujuan untuk mendeskripsikan keragaman merek oli mesin dan mengetahui pangsa pasar oli mesin kendaraan bermotor roda empat di kota Bogor. Dari sisi supplier terdapat 42 merek oli mesin yang beredar di pasaran kota Bogor pada tahun 2004 dengan 35.58 masih dikuasai oleh Pertamina. Rata-rata penjualan oli mesin per tahun di kota Bogor dengan asumsi perilaku konsumsi oli mesin tidak berbeda tiap bulannya sebesar 1.527.825,36 liter. Produk Pertamina yang banyak terjual oleh supplier adalah Mesran Prima XP dan Mesran Super yang disusul oleh Top-1, Shell Helix, Repsol, Penzoil dan Castrol. Sedangkan dari sisi konsumen produk Pertamina juga menempati tingkat teratas dengan Mesran Prima XP sebagai merek yang banyak digunakan bagi kendaraannya. Selanjutnya diikuti oleh Top-1 dan Mesran Super. Sebagian konsumen cenderung tetap atau tidak pernah berganti merek oli mesin. Perpindahan terjadi dari merek oli mesin Mesran Super menjadi Top-1 dengan alasan mutu dan kualitasnya lebih terjamin. Berdasarkan persepsi responden menunjukkan bahwa Top-1 cenderung dinilai responden sebagai oli yang jika digunakan akan membuat oli mesin lebih dingin atau ringan. Tingkat kekentalannya lebih bagus jika dibandingkan dengan oli lainnya, ukuran kemasan yang sesuai, dan iklan yang menarik.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Gambar 11. Skema kerangka pemikiran dalam penelitian Tahap penelitian dalam analisis segmentasi konsumen kendaraan bermotor roda empat minyak pelumas Top-1 di Bogor dijabarkan pada Gambar 11. Dari kerangka pemikiran tersebut akan ditelaah mengenai segmentasi konsumen berdasarkan tiga faktor utama, yaitu bauran pemasaran, atribut produk dan demografi. Penelitian ini dilakukan dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan akan pemahaman pasar. Hal ini dapat membantu para pemasar dalam mengidentifikasi dan memprediksi perilaku konsumen dan selanjutnya akan memudahkan dalam penerapan strategi Bisnis minyak pelumas kendaraan roda empat di Bogor Kebutuhan minyak pelumas Pangsa pasar Persaingan Kebutuhan akan pemahaman pasar oli Top-1 Strategi pemasaran Segmen dan profil konsumen Bauran pemasaran Demografi dan Perilaku konsumen Analisis Cluster : mengelompokkan konsumen Analisis deskriptif Importance Performance Analysis Informasi Khusus Analisis Faktor : mereduksi peubah