4. Membangun positioning produk Positioning menggambarkan bagaimana suatu pihak mampu dengan
tepat memposisikan produk, merek dan perusahaan di benak pelanggan Boyd, et al, 2000.
5. Menyusun bauran pemasaran yang sesuai bagi pasar sasaran Bauran pemasaran meliputi penentuan produk, harga, tempat penjualan
distribusi dan bentuk promosi Kotler, 2002. Menurut Kotler 2002 tidak semua segmentasi bermanfaat. Agar
segmentasi dapat berguna, segmen-segmen pasar haruslah : a. Dapat diukur : Ukuran, daya beli, dan profil segmen dapat diukur.
b. Besar : Segmen cukup besar dan menguntungkan untuk dilayani. Suatu segmen harus merupakan kelompok homogen terbesar yang paling
mungkin, yang berharga untuk diraih dengan program pemasaran yang dirancang khusus.
c. Dapat diakses : Segmen dapat dijangkau dan dilayani secara efektif. d. Dapat dibedakan : Segmen-segmen secara konseptual dapat dipisah-
pisahkan dan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap elemen yang berbeda dan program bauran pemasaran yang berbeda.
e. Dapat diambil tindakan : Program-program yang efektif dapat dirumuskan untuk menarik dan melayani segmen-segmen tersebut.
2.4. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan dan proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli,
ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal yang dikemukakan atau disebut dengan kegiatan
mengevaluasi Sumarwan, 2003.
Gambar 9. Model perilaku konsumen Kotler, 2002 Titik tolak untuk memahami perilaku pembeli adalah model
rangsangan tanggapan yang diperlihatkan dalam Gambar 9. Rangsangan pemasaran dan lingkungan mulai memasuki kesadaran pembeli.
Karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusan menimbulkan keputusan pembelian tertentu. Tugas pemasar adalah memahami apa yang
terjadi dalam kesadaran pembeli mulai dari adanya rangsangan dari luar hingga munculnya keputusan pembelian pembeli Kotler, 2002.
2.5. Minyak Pelumas
2.5.1. Pengertian
Minyak pelumas adalah campuran dari base oil dan aditif yang berfungsi untuk melindungi mesin dari karat, pembersih, pendingin
juga sebagai seal pada mesin kendaraan PT. Topindo Oil Indonesia, 2004. Fungsi di atas akan membuat gesekan antar komponen di
dalam mesin bergerak lebih halus dan mesin akan mencapai tingkat temperatur yang ideal.
2.5.2. Fungsi
Menurut PT. Topindo Oil Indonesia 2004, ada empat fungsi utama minyak pelumas untuk kendaraan bermotor, yakni :
1. Melumasi Apabila kita menggerakkan suatu obyek terhadap permukaan
maka akan menimbulkan gesekan. Gesekan ini akan menyebabkan kerusakan tetapi jika ada lapisan antar permukaan
maka kerusakan bisa diminimalisasi dan pergerakan menjadi
Rangsangan Rangsangan pemasaran lainnya
Produk Ekonomi
Harga Teknologi
Tempat Politik
Promosi Budaya
Kotak Hitam Pembeli
Karakateristik Proses Pembeli
Keputusan Pembeli
Respon Pembeli
Pilihan produk Pilihan merek
Pilihan dealer Waktu belanja
Jumlah belanja
lebih mudah. Dalam hal ini, pelumas dapat mengurangi keausan. Gesekan yang harus dikontrol ialah saat start up, conrods,
crankshaft antara silinder dan ring. 2. Mendinginkan
Pelumas harus dapat mengalir dengan bebas ke seluruh bagian yang dilumaskan karena dapat menyerap panas dari bagian mesin
dan mensirkulasikannya. Suhu piston saat operasi pada mesin bensin berkisar antara 77-121
c dan pada mesin diesel 650-820 c.
Bagian mesin yang diserap panasnya : bearing, piston, valve dan chamshaft.
3. Membersihkan Selama operasi mesin banyak kontaminasi yang dihasilkan
sehingga pelumas harus dapat menjaga kebersihan mesin dengan cara merawat suspensi hingga oli diganti. Di sinilah peran fungsi
filter oli dan drain interval. Pada mesin diesel, operasinya lebih kotor karena suhu yang tinggi.
4. Mencegah karat Dari hasil pembakaran terdapat asam yang dapat mempercepat
korosi sehingga harus dinetralisir. Panas tinggi steam akan terkondensasi jadi air. Bagian mesin yang rawan karat : valve dan
cam follower. Lapisan film pada piston mempengaruhi kemampuan dalam mencegah karat tersebut.
5. Melindungi mesin Piston bergerak naik dan turun dalam silinder. Ring piston
dirancang untuk menghalangi gas hasil bakar yang masuk ke silinder dan membuat lapisan film pada dinding silinder tetap
rata. Menurut Evalube 2005, mengingat fungsi tersebut, setelah
pemakaian pelumas mencapai jumlah kilometer tertentu, minyak pelumas itu harus diganti. Setiap pelumas mengandung berbagai
jenis zat aditif yang meningkatkan efisiensi fungsi pelumas. Dengan beban kerja mesin yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor
lingkungan, cuaca dan pemakaian, mesin akan membakar zat aditif tersebut dan mengurangi efisiensi tersebut sehingga menjauhkan
mesin dari performa yang optimal. Pelumas menjadi semakin kental dan mengandung kotoran, di antaranya bubuk logam sebagai akibat
dari gesekan bagian-bagian yang bergerak di dalam mesin www.evalube.com.
Menurut PT. Topindo Atlas Asia 2004, ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki oli mesin yakni :
a. Meningkatkan nilai ekonomi dari bahan bakar sehingga penggunaan lebih irit.
b. Mereduksi kadar emisi untuk pembakaran lebih sempurna. c. Umur mesin lebih lama agar mesin terlindungi.
d. Waktu penggantian oli yang lebih lama sehingga biaya perawatan lebih rendah.
2.5.2. Jenis
Menurut Fajar Motor Plus, 2005, ada berbagai jenis pelumas mesin yang dapat ditinjau dari bahan dasar, warna kekentalannya
maupun kualitasnya. Berdasarkan bahan dasarnya, pelumas dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni : 1 Oli mineral memiliki
bahan dasar minyak bumi. Oli ini terbuat dari beberapa komponen seperti parafin dan sikol parafin yang kemudian diolah dan dicampur
dengan zat aditif supaya mutunya lebih baik. Namun, pada pelumas modern biasanya bahan aditifnya cukup lengkap sehingga beberapa
merek tidak menganjurkan penambahan zat aditif oil treatment; 2 Oli sintetik merupakan pelumas berbahan dasar campuran berbagai
macam bahan kimia seperti polyalpha olefin PAO yang dibuat di laboratorium. Umumnya, oli sintetis mempunyai tingkat mutu yang
lebih tinggi daripada oli mineral, meskipun harganya relatif lebih mahal. Menurut Evalube 2005, ada beberapa keunggulan oli
sintetik dibandingkan dengan oli mineral, yakni : 1 Lebih stabil pada temperatur tinggi; 2 Mengontrol dan mencegah terjadinya
endapan karbon mesin; 3 Sirkulasi lebih lancar pada waktu starter
pagi hari atau cuaca dingin; 4 Melumasi dan melapisi metal lebih baik dan mencegah terjadinya gesekan antar logam; 5 Tahan
terhadap perubahan atau oksidasi sehingga lebih tahan lama sehingga lebih ekonomis dan efisien; dan 6 Mengurangi terjadinya gesekan
sehingga meningkatkan tenaga dan mesin menjadi lebih dingin www.evalube.com.
Menurut Kaliki 2004, berdasarkan warnanya, pelumas mesin yang tersedia saat ini di pasaran cukup beragam. Ada pelumas yang
berwarna kuning, hijau tua, merah dan ungu. Keberagaman warna tersebut tergantung pada merek pelumas http:www.kompas.co.id.
Menurut Kaliki 2004, berdasarkan tingkat visikositas atau kekentalannya, pelumas dibedakan menurut kode yang tersedia.
Visikositas atau tingkat kekentalan pelumas merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pemilihan pelumas. Tingkat kekentalan
berhubungan dengan kemampuan pelumas dalam menjalankan fungsi pelumas, mendinginkan dan memindahkan kotoran. Standar
kekentalan pelumas mesin ditentukan oleh Society of Automotive Engineers SAE dan ditentukan pada suhu 100 derajat celcius. SAE
merupakan lembaga standarisasi seperti ISO, DIN, atau JIS, yang mengkhususkan diri di bidang otomotif. Ada dua macam SAE yakni:
1 monograde seperti SAE 30 dan SAE 40. Angka di belakang huruf menunjukkan tingkat kekentalannya. Contohnya, kode SAE 50
menunjukkan oli tersebut mempunyai tingkat kekentalan 50 menurut standar SAE ; 2 multigrade seperti SAE 20W-50 dan SAE 10W-40.
Pelumas multigrade dapat digunakan untuk cuaca dingin, W berarti winter. Contohnya, kode SAE 10W-50 menunjukkan oli tersebut
mempunyai tingkat kekentalan sama dengan SAE 10 pada saat suhu udara dingin dan SAE 50 ketika suhu udara panas
http:www.kompas.co.id. Menurut Kaliki 2004, berdasarkan kualitasnya, tingkat mutu
pelumas mempunyai satuan tersendiri dan umumnya standar kualitas pelumas yang beredar di pasar mengacu pada standar yang
ditetapkan American Petroleum Institute API dan Japanese Automobile Standards Organization JASO. Pelumas-pelumas yang
dirancang untuk mobil-mobil kendaraan berbahan bakar bensin diberi kode awal dengan huruf S kependekan dari kata Spark yang
berarti percikan api, kemudian diikuti huruf-huruf menurut abjad. Huruf abjad ini menujukkan peruntukkan masing-masing pelumas.
Semakin besar abjadnya semakin tinggi spesifikasi minyak pelumasnya http:www.kompas.co.id.
Menurut Kaliki 2004, sekarang ini klasifikasi tertinggi adalah SL yang mulai diberlakukan mulai pertengahan 2001. Untuk mobil
berbahan bakar diesel, API mengklasifikasikan pelumasnya dengan kode awal huruf C kependekan dari kata Compression yang berarti
tekanan, dan kemudian diikuti huruf menurut abjad seperti halnya untuk mobil bensin. Klasifikasi tertinggi adalah CH-4 yang
merupakan minyak pelumas mesin diesel kecepatan tinggi untuk mobil buatan tahun 1998 ke atas. Hingga saat ini, tingkat kualitas
pelumas yang beredar sudah sampai pada tingkat SL dan CI-4. Grade mutu SL, yang diperkenalkan sejak Juli 2001, diperuntukkan
untuk semua jenis mesin baru seperti Multi-Valve, VTEC, VVT, Turbo, karena komponen yang harus dilumasi sangat banyak.
Sedangkan grade CI-4 diperkenalkan pada tanggal 5 September 2002 dan direkomendasikan untuk semua mesin diesel high speed 4
langkah http:www.kompas.co.id. Menurut Kaliki 2004, ada juga penulisan kode yang dibalik
dengan huruf C di depan, misalnya CDSF. Maksud dari kode ini adalah pelumas dikhususkan untuk mesin diesel , meskipun bisa pula
digunakan pada mesin bensin. Jika diperhatikan, meskipun pelumasnya sama bila digunakan pada mesin diesel, mutunya dinilai
lebih rendah daripada jika pelumas tersebut digunakan pada mesin bensin. Memang umumnya pelumas mesin mempunyai tingkat mutu
seperti ini. Mesin diesel mempunyai tekanan atau kompresi dua kali lipat lebih besar daripada mesin bensin. Akibatnya, getaran mesin
dan momen puntir yang dihasilkan lebih besar. Tugas pelumas pada mesin diesel pun lebih berat dibandingkan dengan pada mesin
bensin. Karena itu, standar kualitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan standar kualitas pelumas mesin bensin. Hal yang menjadi
patokan mutu pelumas adalah kekuatan lapisan film pelumas yang berfungsi melekatkan pelumas tersebut pada logam. Semakin tinggi
kualitasnya, semakin kuat lapisan film mengikat pelumas pada permukaan logam mesin. Dikatakan semakin tinggi kualitasnya
karena logam semakin terlindung dari proses keausan. API juga mengklasifikasikan minyak pelumas untuk mesin-mesin dua langkah
atau lebih dikenal dengan mesin 2-tak yang banyak digunakan untuk sepeda motor dan juga pelumas untuk roda gigi transmisi. Untuk
pelumas mesin 2-tak, API mengklasifikasikan pelumasnya menjadi tiga, yakni TA, TB, dan TC. Sedangkan JASO mengklasifikasikan
juga menjadi tiga macam, yakni FA, FB, dan FC. Sementara itu untuk pelumas roda gigi transmisi, API mengklasifikasikan
pelumasnya dengan kode huruf awal GL dan kemudian diikuti dengan angka secara berurutan. Semakin tinggi menunjukkan
pelumas untuk kondisi operasi sedang atau berat http:www.kompas.co.id. Klasifikasi pelumas menurut API dan
JASO dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi pelumas menurut API dan JASO PT. Topindo Atlas Asia, 2004
Klasifikasi Pelumas Mesin Bensin. Diawali dengan huruf S dan diikuti secara
alpabetis
SA Spesifikasi kuno yang sudah jarang digunakan
SB Untuk mesin bensin tugas ringan sudah jarang digunakan
SC Untuk kendaraan buatan tahun 1964-1967
SD Untuk kendaraan buatan tahun 1968-1970
SE Untuk kendaraan buatan tahun 1970 ke atas
SF Untuk kendaraan buatan tahun 1980 ke atas
SG Untuk kendaraan buatan tahun 1989 ke atas
SH Untuk kendaraan buatan tahun 1993 ke atas
SJ Untuk kendaraan buatan tahun 1997 ke atas
SL Spesifikasi ini diberlakukan pertengahan tahun 2001
Klasifikasi Pelumas Mesin Diesel. Diawali dengan huruf C dan diikuti secara
alpabetis CA
Untuk mesin diesel tugas ringan CB
Untuk mesin diesel tugas sedang CC
Untuk mesin diesel tugas sedang sampai berat CD
Untuk mesin diesel tugas berat yang dilengkapi dengan supercharger CD-II
Untuk mesin diesel dua langkah CE
Untuk mesin diesel tugas berat dengan turbosupercharger CF
Untuk mesin diesel buatan tahun 1994 ke atas CF-2
Untuk mesin diesel dua langkah CF-4
Untuk mesin diesel empat langkah tugas berat buatan tahun 1990 dan beroperasi dengan kecepatan tinggi
CG-4 Untuk mesin diesel empat langkah tugas berat buatan tahun 1990 dan
beroperasi dengan kecepatan tinggi dan dengan beban berat CH-4
Untuk mesin diesel empat langkah tugas berat buatan tahun 1990 dan beroperasi dengan kecepatan tinggi dan dengan beban berat
Oli Samping untuk Mesin Bensin 2-tak
API-TA Untuk mesin 2-tak ukuran kecil, kapasitas sampai 50 cc
API-TB Untuk mesin 2-tak ukuran sedang atau kapasitas sampai 200 cc
API-TC Untuk mesin 2-tak ukuran sedang atau kapasitas sampai 500 cc
JASO-FA Untuk mesin 2-tak ukuran kecil sampai lebih besar
JASO-FB Untuk mesin 2-tak dengan kemampuan lebih baik dari FA
JASO-FC Untuk mesin 2-tak dengan kemampuan lebih baik dari FB
Pelumas Roda Gigi Transmisi, Manual atau Gardan. Diawali dengan huruf
GL dan diikuti dengan angka GL-1
Untuk kondisi operasi ringan GL-2
Untuk kondisi operasi ringan tapi di atas GL-1 GL-3
Untuk kondisi operasi sedang GL-4
Untuk kondisi operasi sedang dengan jenis roda gigi spiral bevelhypoid
GL-5 Untuk kondisi operasi sedang dengan jenis roda gigi spiralbevel
2.6. Metode Purposive Sampling
Metode penarikan contoh dilakukan dengan penarikan contoh purposive sampling. Menurut Wibisono 2003, purposive sampling
merupakan teknik penarikan contoh tidak berpeluang yang memilih orang- orang yang terseleksi oleh peneliti berpengalaman, berdasarkan ciri-ciri
khusus yang dimiliki contoh tersebut yang dipandang mempunyai sangkut paut erat dengan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
2.7. Analisis Multivariat
Analisis multivariat adalah metode analisis yang digunakan untuk menganalisa peubah yang banyak dan saling interdependen. Analisis
multivariat memiliki kemampuan untuk mengakomodasi peubah yang banyak multivarible dan dapat membantu memahami hubungan yang
kompleks antar peubah. Analisis multivariat merujuk pada metode statistika yang menganalisis perlakuan ganda untuk setiap individu atau objek
berdasarkan hasil investigasi secara simultan Hair, 1998.
2.7.1. Analisis Faktor
Analisis faktor merupakan serangkaian prosedur yang digunakan untuk mereduksi dan menyimpulkan suatu data Maholtra,
1996. Menurut Santoso 2003, proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan interrelationship antar sejumlah variabel-
variabel yang saling independen satu dengan yang lain sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari
jumlah variabel awal. Menurut Santoso 2003, ada beberapa tujuan analisis faktor,
yaitu : 1. Data summarization, yakni mengidentifikasi adanya hubungan
antar variabel dengan melakukan uji korelasi. Jika korelasi dilakukan antar variabel, analisis tersebut dinamakan R Factor
Analysis. Namun, jika korelasi dilakukan antar responden atau sampel, analisis disebut Q Factor Analysis, yang juga populer
disebut Cluster Analysis. 2. Data Reduction, yakni setelah melakukan korelasi, dilakukan
proses membuat sebuah variabel set baru yang dinamakan faktor untuk menggantikan sejumlah variabel tertentu.
Menurut Maholtra 1996, ada beberapa aplikasi analisis faktor di bidang pemasaran, yakni :
a. Membantu kegiatan segmentasi pasar, yakni untuk mengidentifikasi peubah yang dapat digunakan untuk
mengelompokkan konsumen; b. Melakukan penelitian mengenai produk, analisis faktor
digunakan untuk menentukan atribut merek yang mempengaruhi pilihan konsumen;
c. Dalam dunia periklanan, analisis faktor dapat digunakan untuk memahami pola konsumsi media dari pasar sasaran;
d. Dalam studi penetapan harga, analisis faktor dapat digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik dari konsumen yang peka
terhadap harga.
Menurut Hair 1998, kerangka kerja analisis faktor terdiri dari enam langkah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10 sebagai
berikut :
Gambar 10. Kerangka kerja analisis faktor Hair, 1998
2.7.2. Analisis Cluster
Menurut Maholtra 1996, analisis cluster gerombol merupakan serangkaian teknik yang digunakan untuk
mengklasifikasikan obyek atau kasus menjadi grup relatif lebih homogen yang dikenal dengan istilah kelompok.
Menurut Santoso 2003, tujuan utama analisis cluster adalah mengelompokkan obyek-obyek berdasarkan kesamaan karakteristik
di antara obyek-obyek tersebut. Obyek bisa berupa produk barang
Masalah Penelitian
Variabel mana yang dilibatkan? Berapa banyak variabel ?
Bagaiamana variabel diukur ? Ukuran sampel ?
Matriks Korelasi
Ekstraksi Faktor
Jumlah faktor ? Metode ?
Matriks faktor sebelum rotasi Jumlah faktor
Matriks faktor setelah rotasi Jumlah faktor
Skor faktor
Untuk analisis lebih lanjut : Analisis regresi
Analisis determinan Analisis cluster
dan jasa, benda tumbuhan dan lainnya serta orang responden, konsumen, atau yang lain. Obyek tersebut akan diklasifikasikan ke
dalam satu atau lebih cluster kelompok sehingga obyek-obyek yang berada dalam satu cluster akan mempunyai kemiripan satu dengan
yang lain. Menurut Santoso 2003, cluster yang baik adalah yang
mempunyai ciri sebagai berikut : a. Homogenitas kesamaan yang tinggi antar anggota dalam satu
cluster within- cluster b. Heterogenitas perbedaan yang tinggi antar cluster yang satu
dengan cluster lainnya between cluster
2.8. Importance-Performance Analysis IPA
Metode Importance-Performance Analysis IPA digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan pelanggan. IPA merupakan suatu teknik
penerapan yang mudah untuk mengukur atribut dari tingkat kepentingan importance dan tingkat pelaksanaankinerja performance yang berguna
untuk pengembangan program pemasaran efektif Martila dan James dalam Supranto, 2001.
2.9. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai “Analisa Positioning Minyak Pelumas Kendaraan Bermotor Roda Dua Mesin 4-tak Caltex Revtex“ telah dilakukan oleh
Rindawati 2003. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a. Perilaku konsumen dalam menggunakan motor dan mengkonsumsi media.
b. Atribut-atribut yang diperhatikan konsumen yang menjadi dasar diferensiasi produk dan mempengaruhi proses pemilihan merek yang
akan dikonsumsi. c. Persepsi konsumen terhadap atribut-atribut untuk merek minyak pelumas
sepeda motor mesin 4-tak. d. Positioning merek Caltex Revtex di benak konsumen.
Peneliti menyarankan anggaran belanja untuk advertising dan promotion ditingkatkan, serta bekerjasama dengan advertising agency untuk
mengkomunikasikan Revtex. Pembenahan di jalur ditribusi perlu dilakukan. Selain itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui alasan
responden yang pernah menggunakan Revtex beralih ke merek lain. Penelitian mengenai ”Deskripsi Pemakaian Minyak Pelumas
Kendaraan Bermotor Roda Empat Studi Kasus : Kota Bogor telah dilakukan oleh Nengsih 2004. Penelitian tersebut bertujuan untuk
mengetahui beberapa hal ini : 1. Sisi demand, yaitu kendaraan bermotor roda empat dengan tujuan untuk
melihat perilaku konsumsi oli mesin di kota Bogor. 2. Sisi supplier, yaitu toko atau bengkel yang menjual oli mesin ke
konsumen dengan tujuan untuk mendeskripsikan keragaman merek oli mesin dan mengetahui pangsa pasar oli mesin kendaraan bermotor roda
empat di kota Bogor. Dari sisi supplier terdapat 42 merek oli mesin yang beredar di pasaran
kota Bogor pada tahun 2004 dengan 35.58 masih dikuasai oleh Pertamina. Rata-rata penjualan oli mesin per tahun di kota Bogor dengan
asumsi perilaku konsumsi oli mesin tidak berbeda tiap bulannya sebesar 1.527.825,36 liter. Produk Pertamina yang banyak terjual oleh supplier
adalah Mesran Prima XP dan Mesran Super yang disusul oleh Top-1, Shell Helix, Repsol, Penzoil dan Castrol. Sedangkan dari sisi konsumen produk
Pertamina juga menempati tingkat teratas dengan Mesran Prima XP sebagai merek yang banyak digunakan bagi kendaraannya. Selanjutnya diikuti oleh
Top-1 dan Mesran Super. Sebagian konsumen cenderung tetap atau tidak pernah berganti merek oli mesin. Perpindahan terjadi dari merek oli mesin
Mesran Super menjadi Top-1 dengan alasan mutu dan kualitasnya lebih terjamin. Berdasarkan persepsi responden menunjukkan bahwa Top-1
cenderung dinilai responden sebagai oli yang jika digunakan akan membuat oli mesin lebih dingin atau ringan. Tingkat kekentalannya lebih bagus jika
dibandingkan dengan oli lainnya, ukuran kemasan yang sesuai, dan iklan yang menarik.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Gambar 11. Skema kerangka pemikiran dalam penelitian Tahap penelitian dalam analisis segmentasi konsumen kendaraan
bermotor roda empat minyak pelumas Top-1 di Bogor dijabarkan pada Gambar 11. Dari kerangka pemikiran tersebut akan ditelaah mengenai
segmentasi konsumen berdasarkan tiga faktor utama, yaitu bauran pemasaran, atribut produk dan demografi. Penelitian ini dilakukan dalam
upaya untuk memenuhi kebutuhan akan pemahaman pasar. Hal ini dapat membantu para pemasar dalam mengidentifikasi dan memprediksi perilaku
konsumen dan selanjutnya akan memudahkan dalam penerapan strategi
Bisnis minyak pelumas kendaraan roda empat di Bogor
Kebutuhan minyak pelumas
Pangsa pasar Persaingan
Kebutuhan akan pemahaman pasar oli Top-1
Strategi pemasaran Segmen dan profil
konsumen Bauran pemasaran
Demografi dan Perilaku konsumen
Analisis Cluster :
mengelompokkan konsumen
Analisis deskriptif Importance
Performance Analysis
Informasi Khusus
Analisis Faktor :
mereduksi peubah