yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi. Lapono, 2008: 1-12, menyatakan bahwa hasil belajar diukur
berdasarkan terjadi tidaknya perubahan perilaku atau pemodifikasian tingkah laku yang lama menjadi tingkah laku yang baru
Purwanto, 2013:46 juga berpendapat bahwa hasil belajar adalah pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar
merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikannya
Bloom dalam Rifai, 2011:86 menyampaikan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan, pemahaman , penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Dalam kurikulum 2013 penilain mencakup KI satu yaitu
penilaian sikap spiritual siswa, KI dua yaitu penilaian sikap sosial siswa , KI tiga yaitu penilaian pengetahuan siswa dan KI empat yaitu penilaian keterampilan siswa.
2.1.8 Penilaian Autentik
Penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan Hosnan,
2014:387. Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini
diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan, baik
intelektual ataupun mental siswa. Muslich dalam Hosnan, 2014:387 menyebutkan,
penilaian yang sebenarnya authentic assessment merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran atau informasi tentang perkembangan
pengalaman belajar siswa. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian autentik mencakup yaitu
penilaian kompetensi sikap spiritual siswa, penilaian kompetensi sikap sosial siswa , penilaian kompetensi pengetahuan siswa dan penilaian kompetensi keterampilan
siswa. Dengan demikian siswa belajar bagaimana mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan kedalam tugas-tugas yang autentik.
2.1.9 Hakekat Matematika
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi, matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Matematika, menurut Ruseffendi dalam
Heruman 2013:1, adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang
terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Ismail dalam Hamzah, 2014:48, matematika adalah ilmu yang
membahas angka-angka dan perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur,
sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur dan alat. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika
merupakan ilmu pengetahuan yang kebenarannya bersifat deduktif, mempelajari
struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Ini berarti
bahwa belajar matematika pada hakikatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya.
2.1.10 Pendekatan Saintifik