Jenis Penelitian Penyusunan Instrumen

44

BAB 3 METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah yang harus dtempuh dalam suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian. Keberhasilan kegiatan yang dilakukan dalam suatu penelitian banyak ditentukan oleh tepatnya metode yang digunakan. Ketepatan dalam memilih metode akan mengatur arah serta tujuan penelitian. Oleh karena itu metode penelitian mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas hasil penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu menetapkan jenis penelitian, menetapkan variabel yang akan diteliti, menentukan populasi dan sampel, menetapkan metode dan alat pengumpulan data, perhitungan validitas dan reliabilitas, teknik analisis data, serta kerangka penelitian. Meode penelitian ini akan dijabarkan dalam uraian sebagai berikut :

3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan hadirnya variabel, maka penelitian yang digunakan peneliti yaitu jenis penelitian ex-post facto . Arikunto, 2013: 17 menyebutkan istilah “ex post facto” terdiri dari tiga kata, ex diartikan dengan observasi atau pengamatan, post artinya sesudah, dan facto adalah fakta atau kejadian. Sehingga dapat disimpulkan pengertian Ex-post facto yaitu pengamatan setelah kejadian lewat. Penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan paradigma kuantitatif. Dalam penelitian ini peneliti mencoba mencari kemungkinan ada tidaknya pengaruh penggunaan sarana dan prasarana konseling terhadap keefektifan layanan konseling individu di SMP N 21 Semarang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif korelasional, karena dalam penelitian ini mempunyai tujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel serta dalam menganalisis data menggunakan data-data numerikal yang di olah dengan menggunakan statistik yang kemudian dideskripsikan dengan menguraikan kesimpulan.

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 Jenis Variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan Sugiyono, 2012: 60. Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas independen dan variabel terikat dependen. Variabel tersebut adalah sebagai berikut: 3.8.3.1 Variabel bebas Variabel bebas independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen terikat Sugiyono, 2012: 61. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan sarana dan prasarana konseling X. 3.8.3.2 Varibel terikat Variabel terikat dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas Sugiyono, 2012: 61. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keefektifan layanan konseling individu Y.

3.8.4 Hubungan Antar Variabel

Hubungan antar variabel dapat dilihat dalam bentuk gambar sebagai berikut: Gambar 3.1 Hubungan antar variabel Pada penelitian ini hubungan antar variabel adalah hubungan positif, dimana semakin positif atau semakin baik penggunaan sarana dan prasarana konseling maka layanan konseling individu dapat berjalan efektif.

3.8.5 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati Azwar, 2005: 24. Untuk menghindari salah pengertian mengenai data yang akan dikumpulkan serta menghindari kesalahan dalam menentukan alat-alat pengumpul data, maka batasan operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah variabel bebas x yaitu penggunaan sarana dan prasarana konseling dan variabel terikat y yaitu keefektifan layanan konseling individu. Variabel X Penggunaan Sarana dan Prasana Konseling Siswa yang Mengikuti Konseling Siswa yang mengikuti konseling Jenis kelamin Jumlah L P Kelas VII 7 11 18 Kelas VIII 16 20 36 Kelas IX 4 2 6 60 Siswa Siswa yang mengikuti konseling Jenis kelamin Jumlah L P Kelas VII 7 11 18 Kelas VIII 16 20 36 Kelas IX 4 2 6 60 Siswa Variabel Y Keefektifan Layanan Konseling Individu

3.8.5.1 Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah penggunaan sarana dan prasarana konseling. Sarana adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, efektif, teratur dan efisien. Sedangkan prasarana adalah alat tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam pendidikan. Berdasarkan kedua pengertian tersebut, maka sarana dan prasarana bimbingan dan konseling merupakan semua peralatan dan perlengkapan serta fasilitas yang mendukung kerja dan kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. adapun yang menjadi fokus penelitian ini yaitu berkaitan dengan sarana dan prasarana konseling yang dijadikan sebagai alat untuk mendukung kerja dan kegiatan konseling individu berjalan efektif. Oleh karena itu penggunaan sarana dan prasarana konseling memiliki standar atau patokan agar kegiatan pelayanan berjalan efektif. Standar yang dimaksud dalam penelitian ini menunjuk pada ukuran sarana dan prasarana konseling yang lengkap dan memadai untuk terselanggaranya pelayanan konseling individu. Seperti dalam Permendiknas no 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana terdiri dari kriteria minum sarana dan kriteria minimum prasarana. Berdasarkan hal tersebut maka ukuran yang menjadi patokan pada penggunaan sarana dan prasarana konseling, dapat dibedakan menjadi dua sub variabel yaitu sarana konseling dan prasarana konseling. Adapun yang menjadi indikator sarana konseling terdiri dari alat pengumpul dan penyimpan data, perlengkapan teknis, dan perlengkapan tata usaha. Sedangkan indikator prasarana konseling terdiri dari lokasi atau tempat, jenis ruang BK, dan suasana ruang konseling. 3.8.5.2 Variabel Terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah keefektifan layanan konseling individu. Keefektifan menunjukkan arti keadaan yang berpengaruh terhadap suatu kegiatan dalam mencapai tujuan. Keefektifan konseling sebagian besar ditentukan oleh kualitas hubungan antara konselor dengan klien bergantung kepada kemampuan dalam menerapkan teknik-teknik konseling serta kualitas pribadinya. Oleh karena itu keefektifan layanan konseling individu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses hubungan membantu yang berkualitas agar dapat mencapai tujuan layanan. Proses hubungan yang berkualitas memiliki karakteristik diantaranya 1 kenyamanan psikologis diciptakan sebagai situasi yang menyenangkan, menggembirakan, dan membuat konseli merasa mendapatkan perlindungan, 2 hubungan yang bermakna diciptakan dalam suasana keakraban antara konselor dan klien 3 persetujuan bersama muncul jika terdapat komitmen dan kesukarelaan, 4 kerjasama dapat diwujudkan melalui partisipasi dan keaktifan konseli selama proses konseling. Karakteristik tersebut merupakan kondisi- kondisi psikologis siswa selama proses konseling agar konseling berjalan efektif. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka yang menjadi indikator dalam penelitian ini yaitu kenyamanan psikologis, hubungan yang bermakna, persetujuan bersama, kerjasama.

3.9 Populasi dan Sampel

3.9.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian Arikunto, 2013: 173. Sedangkan menurut Sugiyono 2012: 117 “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang mempunyai karakteristik atau ciri-ciri tertentu. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa yang telah mengikuti layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun ajaran 20152016. Adapun alasan peneliti mengambil penelitian populasi dikarenakan penelitian ini tentang layanan konseling individu sehingga yang menjadi batasan adalah siswa yang pernah mengikuti layanan konseling individu. Tabel 3.1 Populasi Siswa yang Mengikuti Konseling Siswa yang mengikuti konseling Jenis kelamin Jumlah L P Kelas VII 7 11 18 Kelas VIII 16 20 36 Kelas IX 4 2 6 60 Siswa

3.9.2 Sampel

Arikunto 2013: 174 menjelaskan pengertian sampel adalah sebagian dari populasi. Sedangkan dalam Sugiyono, 2012: 118 sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang sama dalam populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh. Riduwan, 2010: 64 menyebutkan sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel. Adapun alasan peneliti mengambil teknik ini adalah jumlah sampel berjumlah 60 siswa sehingga sampel tersebut diambil semua. Sampel pada penelitian ini yaitu siswa yang pernah mengikuti layanan konseling individu. Tabel 3.2 Sampel Siswa yang Mengikuti Konseling Siswa yang mengikuti konseling Jenis kelamin Jumlah L P Kelas VII 7 11 18 Kelas VIII 16 20 36 Kelas IX 4 2 6 60 Siswa

3.10 Metode dan Alat Pengumpul Data

3.4.1 Metode Pengumpul Data

Pengumpulan data merupakan salah satu langkah penting dalam penelitian. Mengumpulkan data berarti mengamati variabel yang akan diteliti dengan metode pengumpulan data. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode skala psikologis. Anggapan yang dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode skala psikologis, yaitu sebagai alat ukur, skala psikologi memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari berbagai bentuk alat pengumpul data yang lain. Karakteristik skala psikologi sebagai alat ukur adalah sebagai berikut: a. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan. Dalam hal ini, meskipun subjek yang diukur memahami pertanyaan atau pernyataannya namun tidak mengetahui arah jawaban yang dikehendaki oleh pertanyaan yang diajukan sehingga jawaban yang diberikan akan tergantung pada interpretasi subjek terhadap pertanyaan tersebut dan jawabannya lebih proyektif, yaitu berupa proyeksi dari perasaan atau kepribadiannya. b. Dikarenakan atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk butir soal, maka skala psikologi selalu berisi banyak butir soal. Jawaban subjek terhadap suatu butir soal baru merupakan sebagian dari banyak indikasi mengenai atribut yang diukur, sedangkan kesimpulan akhir sebagai suatu diagnosis baru dapat dicapai bil; semua butir telah direspons. c. Respons subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan bersungguh-sungguh. Hanya saja, jawaban yang berbeda akan diinterpretasikan berbeda pula Azwar, 2010: 3-4.

3.4.2. Alat Pengumpul Data

Untuk mengukur persepsi siswa tentang penggunaan sarana dan prasarana konseling dan keefektifan layanan konseling individu, peneliti menggunakan model skala pengukuran berupa skala likert. Dalam Sugiyono 2012: 133 skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Pada skala likert ada tiga pilihan skala, yaitu skala tiga, empat, atau lima. Pada umumnya menggunakan menggunakan skala dengan empat angka. Dalam penelitian ini terdapat empat alternatif jawaban untuk mengukur persepsi yaitu SS Sangat Setuju, S Setuju, TS Tidak Setuju dan STS Sangat Tidak Setuju. Alternatif jawaban pada skala persepsi dibagi menjadi dua kategori yaitu kategori jawaban positif dan jawaban negatif. Untuk lebih jelasnya lihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.3 Alternatif Jawaban pada Skala Persepsi Kategori Jawaban + Skor Kategori Jawaban - Skor SS Sangat Setuju 4 SS Sangat Setuju 1 S Setuju 3 S Setuju 2 TS Tidak Setuju 2 TS Tidak Setuju 3 STS Sangat Tidak Setuju 1 STS Sangat Tidak Setuju 4 Sukardi 2012: 147

3.11 Penyusunan Instrumen

Alat ukur yang baik sangat diperlukan dalam sebuah penelitian ilmiah. Alat ukur yang dipakai dalam penelitian dinamakan sebagai instrumen penelitian. Peneliti menyusun sendiri instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dengan melihat teori-teori yang mendasari variabel penelitian. Prosedur penyusunan instrumen penelitian sebagai berikut: Gambar 3.2 Prosedur Penyusunan Instrumen Bagan di atas merupakan langkah-langkah menyusun sebuah instrumen. Langkah pertama yaitu menyusun kisi-kisi instrumen yang terdiri dari variabel, indikator, deskriptor dan jumlah item soal, langkah kedua menyusun instrumen berupa pertanyaan atau pernyataan, langkah ketiga yaitu melakukan uji coba try out instrumen pada responden, langkah keempat yaitu merevisi hasil uji coba intrumen, dan langkah kelima yaitu instrumen jadi. Berikut adalah tabel kisi-kisi instrumen skala persepsi yang akan digunakan dalam membuat instrumen dalam penelitian ini terdapat pada tabel 3.4 dan tabel 3.5 sebagai berikut Menyusun kisi-kisi instrumen Menyusun instrumen Uji coba Try Out Revisi Instrumen jadi Tabel 3.4 Kisi-Kisi Skala Persepsi Siswa Tentang Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling Variabel Sub Variabel Indikator Deskriptor Item + - Penggunaan sarana dan prasarana konseling 1. Sarana konseling 1.1 Alat pengumpul dan penyimpan data 1.1.1 Tersedianya alat pengumpul data tes dan non tes 1.1.2 Tersedianya alat penyimpanan data 1, 2. 3, 4, 5 6 7 1.2 Perlengkapan teknis 1.2.1 Tersedianya perlengkapan teknis 8, 9, 10, 11 12 1.3 Perlengkapan tata usaha 1.3.1 Tersedianya perlengkapan tata usaha 13, 14, 15, 16, 17 2. Prasarana konseling 2.1 Lokasi 2.1.1 Ruang BK mudah ditemukan dan dekat dengan ruang guru 2.1.2 Ruang BK jauh dari kebisingan 2.1.3 Ruang BK memberikan kenyamanan 18 22 19 20, 21 2.2 Ruang BK 2.2.1 Tersedianya ruang BK 2.2.2 Tersedianya kelengkapan ruang BK 23, 26, 28, 30, 31 24, 25, 27, 29 2.3 Suasana ruang konseling 2.3.1 Warna dinding 2.3.2 Ventilasi 2.3.3 Suasana ruang 2.3.4 Kenyamanan 33 34 36 38 32 35 37 39 Tabel 3.5 Kisi-Kisi Skala Persepsi Siswa Tentang Keefektifan Layanan Konseling Individu Variabel Indikator Deskriptor Item + - Keefektifan Layanan Konseling Individu 1. Kenyamanan psikologis 1.1 Terciptanya suasana yang menyenangkan untuk konseli 1.2 Terciptanya suasana yang nyaman untuk konseli 1, 3, 4 5, 6 2 7, 8 2. Hubungan yang bermakna 2.1 Terciptanya suasana keakraban 2.2 Munculnya optimisme untuk melakukan penyesuaian diri secara lebih baik 10, 11 13, 14, 15 9, 12 16 3. Persetujuan bersama 3.1 Kemauan untuk konseling dengan sukarela 3.2 Kemauan untuk konseling dengan adanya komitmen 17, 18 21, 23, 24 19, 20 22 4. Kerjasama 4.1 Kemauan untuk berpartisipasi selama proses konseling 4.2 Keaktifan konseli selama proses konseling 25, 26, 27 29, 30, 31, 32, 33 28

3.12 Validitas dan Reliabilitas

3.12.1 Validitas

Menurut Sugiyono, 2012: 173 instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data mengukur itu valid. Valid

Dokumen yang terkait

PEMAHAMAN GURU BK TENTANG LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING (BK) FORMAT KLASIKAL DI SMP SE KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 20152016

13 82 168

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN DASAR KONSELING (KDK) DENGAN MINAT SISWA MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDU DI SMA NEGERI 1 GODONG TAHUN AJARAN 2014 2015

1 7 148

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEMANDIRIAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Dengan Kemandirian Belajar Pada Siswa.

0 1 17

KONTRIBUSI LAYANAN ADMINISTRASI SARANA PRASARANA DAN BIMBINGAN KONSELING Kontribusi Layanan Administrasi Sarana Prasarana Dan Bimbingan Konseling Terhadap Kepuasan Siswa Di SMP Batik Surakarta.

0 2 16

BAB I PENDAHULUAN Kontribusi Layanan Administrasi Sarana Prasarana Dan Bimbingan Konseling Terhadap Kepuasan Siswa Di SMP Batik Surakarta.

0 3 6

KONTRIBUSI LAYANAN ADMINISTRASI SARANA PRASARANA DAN BIMBINGAN KONSELING Kontribusi Layanan Administrasi Sarana Prasarana Dan Bimbingan Konseling Terhadap Kepuasan Siswa Di SMP Batik Surakarta.

0 2 14

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DENGAN Hubungan Antara Layanan Bimbingan Konseling Dan Kemampuan Penyesuaian Diri Dengan Prestasi Belajar Siswa.

0 0 17

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DENGAN Hubungan Antara Layanan Bimbingan Konseling Dan Kemampuan Penyesuaian Diri Dengan Prestasi Belajar Siswa.

0 0 18

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR Hubungan Antara Persepsi Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Dengan Kedisiplinan Belajar.

0 0 16

(ABSTRAK) Pengaruh Sikap Proaktif Konselor Terhadap Minat Siswa Memanfaatkan Layanan Konseling Individu di SMP N 7 Semarang Tahun Ajaran 2009/2010.

0 0 1