Penentuan Kadar Logam Fe, Zn, Cu, Pb, dan N-total Di Dalam Sedimen Yang Terdapat Di Sepanjang Pantai Pangambatan, Hutaginjang, Silima Lombu, Dan Tambun Sukkean Di Danau Toba.

(1)

PENENTUAN KADAR LOGAM Fe, Zn, Cu, Pb, dan N-total DI

DALAM SEDIMEN YANG TERDAPAT DI SEPANJANG PANTAI

PANGAMBATAN,HUTAGINJANG,SILIMA LOMBU, DAN

TAMBUN SUKKEAN DI DANAU TOBA.

T E S I S

Oleh

PINTAULI MARIANI SIREGAR

087006022/KIM

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2010


(2)

PENENTUAN KADAR LOGAM Fe, Zn, Cu, Pb, dan N-total DI

DALAM SEDIMEN YANG TERDAPAT DI SEPANJANG PANTAI

PANGAMBATAN,HUTAGINJANG,SILIMA LOMBU, DAN

TAMBUN SUKKEAN DI DANAU TOBA.

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Kimia pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

PINTAULI MARIANI SIREGAR

087006022/KIM

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENENTUAN KADAR LOGAM Fe,Zn,Cu,Pb,dan N-total DI DALAM SEDIMEN YANG TERPADAT DI SEPANJANG

PANTAI PAGANGAMBATAN, HUTA GINJANG, SILIMA LOMBU DAN TAMBUN SUKKEAN DI DANAU TOBA.

Nama Mahasiswa : Pintauli Mariani Siregar Nomor Pokok : 087006022

Program Studi : Kimia

Menyetujui : Komisi Pembimbing

( Jamahir Gultom , Ph. D ) ( Dr.Hamonangan Nainggolan,MSc) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Basuki Wirjosentono, MS,Ph.D ) ( Prof.Dr.Eddy Marlianto ,MSc)


(4)

Telah diuji pada Tanggal 11 Mei 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Jamahir Gultom , Ph. D

Anggota : 1. Dr. Hamonangan Nainggolan, MSc 2. Prof. Basuki Wirjosentoso, M.S, Ph.D 3. Prof. Dr. Harlem Marpaung

4. Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil 5. Prof. Dr. Yunizar Manjang.


(5)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR LOGAM Fe, Zn, Cu, Pb, dan N-total DI

DALAM SEDIMEN YANG TERDAPAT DI SEPANJANG PANTAI

PANGAMBATAN,HUTAGINJANG,SILIMA LOMBU, DAN

TAMBUN SUKKEAN DI DANAU TOBA.

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan , Mei 2010

Penulis


(6)

PENENTUAN KADAR LOGAM Fe, Zn, Cu, Pb, dan N-total DI

DALAM SEDIMEN YANG TERDAPAT DI SEPANJANG PANTAI

PANGAMBATAN, HUTA GINJANG, SILIMA LOMBU, DAN

TAMBUN SUKKEAN DI DANAU TOBA

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian kadar logam Tembaga ( Cu ), Seng ( Zn ) Besi (Fe) , Timbal (Pb) dan N-total di dalam sedimen yang terdapat di sepanjang pantai Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu dan Tambun Sukkean di Danau Toba. Pengambilan sampel di 4 lokasi yang diambil dari pantai Pangambatan, pantai Huta Ginjang, Silima Lombu dan Tambun Sukkean ( sebagai pembanding ). Besarnya kandungan tenbaga ( Cu ), seng ( Zn ), besi ( Fe ) dan timbal ( Pb ) yang terdapat dalam sampel sedimen dianalisa dengan menggunakan Spektrosfotometri Serapan Atom ( SSA ) dengan kondisi alat dioptimasi sesuai dengan prosedur yang berlaku. Penentuan N-total dalam sample sedimen dilakukan dengan metode kjeldhal. Hasil analisa kadar logam Tembaga ( Cu ),Seng ( Zn ) Besi (Fe) , Timbal (Pb) dan N-total di dalam sedimen yang terdapat di sepanjang pantai Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu dan Tambun Sukkean di Danau Toba,menunjukkan hasil yang bervariasi dan melalui uji statistik memperlihatkan ada perbedaan signifikan hasil analisis kandungan kadar logam tenbaga ( Cu ), seng ( Zn ), besi ( Fe ) , timbal ( Pb ) dan N-total yang terdapat dalam sample sedimen pada pantai Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu dengan sampel sedimen pada pantai Tambun Sukkean (sebagai pembanding)

Kata Kunci : sedimen, lokasi KJA, kadar tembaga, kadar seng, kadar besi, kadar timbal, kadar N-total metode kjeldhal,spektrofotometer serapan atom.


(7)

DETERMINED CONTENT METAL Fe, Zn, Cu, Pb and N-TOTAL ABOARD SEDIMENT CONTAINED IN TROUGHOUT BEACH PANGAMBATAN, HUTA

GINJANG, SILIMA LOMBU AND TAMBUN SUKKEAN IN TOBA LAKE.

ABSTRAK

Have been made research content metal cuprum (Cu), zink (Zn), ferrum (Fe), plumbum (Pb) and N-total aboard sediment contained in throughout beach Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu, and Tambun Sukkean in Toba lake. Removal sample in 4 located takeable from beach Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu, and Tambun Sukkean as comparator. Bigness contens cuprum (Cu), zink (Zn), ferrum (Fe), plumbum (Pb) and N-total aboard sediment analyzable with applying for Spektrosfotometri Serapan Atom ( SSA ) with condition instrument agree with procedure be valid. Act of determining N-total in sediment sample doing with kjeldhal methods. Analysis product content metal cuprum (Cu), zink (Zn), ferrum (Fe), plumbum (Pb) and N-total aboard sediment contained in throughout beach Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu, and Tambun Sukkean in Toba lake, indicate variation product and pass through statistic test indicate difference analysis product content metal cuprum (Cu), zink (Zn), ferrum (Fe), plumbum (Pb) and N-total aboard sediment contained in throughout beach Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu, and Tambun Sukkean as comparator.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga dapat mengajukan usulan penelitian ini yang berjudul

“Penentuan Kadar logam Tembaga ( Cu ),Seng ( Zn ) Besi ( Fe ), Timbal (Pb) dan N-total di dalam sediment yang terdapat di sepanjang pantai Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu dan Tambun Sukkean di Danau Toba “.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Sumatera Utara c.q Ketua Bappeda Provinsi Sumatera Utara yang memberikan beasiswa kepada penulis sebagai mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sehingga menyelesaikan tesis ini.

Dengan selesainya tesis ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, DTM & H,Sp.Ak atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister.

Dekan FPMIPA Universitas Sumatera Utara Prof. Dr.Eddy Marlianto, MSc dan Ketua Program Studi Kimia Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada Jamahir Gultom PhD dan Dr.Hamonangan Nainggolan MSc, selaku pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran sehingga penulis dapat meraih predikat magister .

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh para dosen S-2 USU yang telah banyak memberikan wawasan ilmu dan pengetahuan serta penyusunan tesis ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 14 Medan Bapak Drs. Syawalluddin yang telah memberi kesempatan dan bantuan moril kepada penulis untuk mengikuti Program Pascasarjana di Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kepala Laboratorium Analitik FMIPA Universitas Sumatera Utara, terkhusus pada saudara Boby cahyadi dan adik Tiwi yang banyak membantu penulis selama penelitian.

Terima kasih penulis ucapkan kepada teman-teman mahasiswa Magister Kimia angkatan 2008 dan teman lainnya yang telah memberikan membantu dan dukungan serta doanya selama ini.

Sembah sujud penulis kepada, Ibu penulis Ny.Z Siregar br Hutahayan yang telah mengasuh, mendidik dengan penuh kasih sayang Tidak ada kata terima kasih yang tepat untuk mereka, kecuali terima kasih yang tidak habis-habisnya. Mereka adalah segalanya. Teristimewa kepada suami penulis yang tercinta Drs Kitman Malau yang penuh kesabaran mendampingi dalam pengambilan sampel dan terus memberi dukungan baik secara moril dan materil. Saya mengucapkan terima kasih atas pengertian serta kesetiaannya


(9)

mendampingi. Kepada anak-anak penulis Sando Putra Kopertino Malau, Santo Joosten Malau dan Putrija Malau, mama mengucapkan terima kasih atas seluruh pengertiannya dan doa hingga mama dapat menyelesaikan pendidikan .

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih kurang sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pihak pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Akhirnya semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penelitian dan kemajuan Ilmu Pengetahuan demi kemajuan Nusa dan bangsa.

Medan , J u n i 2010 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Pintauli Mariani Siregar, S.Pd Tempat / tanggal lahir : Medan / 2 Oktober 1969

Alamat Rumah : Jl. Datuk Kabu Gg. Rahmat No. 10 Medan

Telepon/Faks/Hp : (061) 7350544/081362223245

Instansi Tempat Bekerja : Guru SMA Negeri 14 Medan

Alamat Kantor : Jl. Pelajar Ujung Gg. Darmo

Telp. : (061) 7345465

DATA PENDIDIKAN

SD : SD Swasta Katolik Antonius VI Medan Tamat : 1979

SMP : SMP Swasta Josua Medan Tamat : 1985

SMA : SMA Josua Medan Tamat : 1988

Strata 1 : S-1 Pendidikan Kimia IKIP Medan Tamat : 1992


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

RIWAYAT HIDUP vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Pembatasan Masalah 3

1.4. Tujuan Penelitian 4

1.5. Manfaat Penelitian 4

1.6. Metodologi Penelitian 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1. Ekosistem Danau 5

2.2. Ekosistem Danau Toba 6


(12)

2.4. Mutu dan Kualitas Air 8

2.5. Baku Mutu Air 10

2.6. Seng ( Zn ) 11 2.6.1 Fungsi Seng ( Zn ) 12

2.6.2 Akibat Defisiensi Seng ( Zn ) 12 2.6.3 Akibat Kelebihan Seng ( Zn ) 13 2.7. Besi ( Fe ) 14

2.7.1 Kekurangan dan kelebihan Fe 14 2.8 Timbal ( Pb ) 17

2.9. Tembaga ( Cu ) 19

2.10. Tentang Sedimen 20

2.11. Keramba Jala Apung ( KJA ) 23 BAB III. METODE PENELITIAN 25

3.1. Alat dan Bahan 25

3.1.1. Alat – Alat Yang Digunakan 25

3.1.2. Bahan – Bahan Yang Digunakan 26

3.2. Cara Pengambilan Sampel 26

3.3. Prosedur Kerja 27

3.3.1. Penyediaan Reagen 27

3.3.2. Pembuatan Larutan stándar seng ( Zn ) 28

3.3.3. Pengukuran konsentrasi seng ( Zn ) dengan SSA 28 3.3.4. Pembuatan Larutan stándar besi ( Fe ) 29


(13)

3.3.5. Pengukuran konsentrasi besi ( Fe ) dengan SSA 29

3.3.6. Pembuatan Larutan stándar tembaga ( Cu ) 30

3.3.7. Pengukuran konsentrasi tembaga ( Cu ) dengan SSA 30

3.3.8. Pembuatan Larutan stándar timbal ( Pb ) 31

3.3.9. Pengukuran konsentrasi timbal ( Pb ) dengan SSA 32

3.3.10. Penentuan kadar N-total dalam sedimen 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 35

4.1. Hasil Penelitian 35

4.1.1. Pengukuran Kandungan tembaga ( Cu ) 35

4.1.1.1. Penentuan Kurva Kalibrasi dengan Analisis Regresi 35 4.1.1.2. Penentuan Kandungan Tembaga (Cu) dari Sampel

Sedimen 38

4.1.2. Pengukuran Kandungan besi ( Fe ) 40

4.1.2.1. Penentuan Kurva Kalibrasi dengan Analisis Regresi 41 4.1.2.2. Penentuan Kandungan besi ( Fe ) dari Sampel

Sedimen 43

4.1.3. Pengukuran Kandungan seng ( Zn ) 45

4.1.3.1. Penentuan Kurva Kalibrasi dengan Analisis Regresi 46 4.1.3.2. Penentuan Kandungan seng ( Zn ) dari Sampel

Sedimen 49

4.1.4. Pengukuran Kandungan timbal ( Pb ) 51


(14)

4.1.4.2. Penentuan Kandungan timbal ( Pb ) dari Sampel

Sedimen 54 4.1.5. Perhitungan Kadar N-total di dalam Sedimen dengan Metode

Kjedhal 56

4.2. Pembahasan 56

4.2.1. Kandungan Cu dalam sedimen 56

4.2.2. Kadar unsur Cu dalam ppm 58

4.2.3. Kandungan Fe dalam sedimen 58

4.2.4. Kadar unsur Fe dalam ppm 59

4.2.5. Kandungan Zn dalam sedimen 60

4.2.6. Kadar unsur Zn dalam ppm 62

4.2.7. Kandungan Pb dalam sedimen 62

4.2.8. Kadar unsur Pb dalam ppm 63

4.2.9. Kandungan N-total dalam sedimen 63

4.2.10. Kadar Hasil Pengukuran pH 64

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 65

5.1. Kesimpulan 65

5.2. Saran 65


(15)

DAFTAR TABEL

_____________________________________________________________

Nomor

Judul

Halaman

3.1. Parameter Pengukuran untuk Logam seng ( Zn ) 28

3.2. Parameter Pengukuran untuk Logam besi ( Fe ) 29

3.1. Parameter Pengukuran untuk Logam tembaga ( Cu ) 31

3.2. Parameter Pengukuran untuk Logam timbal ( Pb ) 32

4.1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar tembaga ( Cu ) 35 4.2. Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk tembaga (Cu) 36 4.3. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar besi ( Fe ) 40 4.4. Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk besi (Fe) 42 4.5. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar seng ( Zn) 46 4.6. Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk seng (Zn) 47 4.7. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar timbal (Pb) 51 4.8 Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk timbal (Pb) 52 4.9. Absorban Rata-rata dan hasil perhitungan konsentrasi Cu 57

4.10 Kadar unsur tembaga ( Cu ) dalam ppm 58

4.11. Absorban Rata-rata dan hasil perhitungan konsentrasi Fe 59

4.12 Kadar unsur besi ( Fe ) dalam ppm 59

4.13. Absorban Rata-rata dan hasil perhitungan konsentrasi Zn 60


(16)

4.15. Absorban Rata-rata dan hasil perhitungan konsentrasi Pb 62

4.16 Kadar unsur timbal ( Pb ) dalam ppm 63

4.17 Kadar N-total 63

4.18 Data Parameter pH pada 4 lokasi 64


(17)

DAFTAR GAMBAR

________________________________________________________________________

Nomor Judul Halaman

1. Kurva Kalibrasi Larutan Standar tembaga ( Cu ) 36

2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar besi ( Fe ) 41

3. Kurva Kalibrasi Larutan Standar seng ( Zn ) 46

4. Kurva Kalibrasi Larutan Standar timbal ( Pb ) 52


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

_____________________________________________________________

Nomor

Judul

Halaman

1 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas (PP No. 82 tahun 2001) xii


(19)

PENENTUAN KADAR LOGAM Fe, Zn, Cu, Pb, dan N-total DI

DALAM SEDIMEN YANG TERDAPAT DI SEPANJANG PANTAI

PANGAMBATAN, HUTA GINJANG, SILIMA LOMBU, DAN

TAMBUN SUKKEAN DI DANAU TOBA

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian kadar logam Tembaga ( Cu ), Seng ( Zn ) Besi (Fe) , Timbal (Pb) dan N-total di dalam sedimen yang terdapat di sepanjang pantai Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu dan Tambun Sukkean di Danau Toba. Pengambilan sampel di 4 lokasi yang diambil dari pantai Pangambatan, pantai Huta Ginjang, Silima Lombu dan Tambun Sukkean ( sebagai pembanding ). Besarnya kandungan tenbaga ( Cu ), seng ( Zn ), besi ( Fe ) dan timbal ( Pb ) yang terdapat dalam sampel sedimen dianalisa dengan menggunakan Spektrosfotometri Serapan Atom ( SSA ) dengan kondisi alat dioptimasi sesuai dengan prosedur yang berlaku. Penentuan N-total dalam sample sedimen dilakukan dengan metode kjeldhal. Hasil analisa kadar logam Tembaga ( Cu ),Seng ( Zn ) Besi (Fe) , Timbal (Pb) dan N-total di dalam sedimen yang terdapat di sepanjang pantai Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu dan Tambun Sukkean di Danau Toba,menunjukkan hasil yang bervariasi dan melalui uji statistik memperlihatkan ada perbedaan signifikan hasil analisis kandungan kadar logam tenbaga ( Cu ), seng ( Zn ), besi ( Fe ) , timbal ( Pb ) dan N-total yang terdapat dalam sample sedimen pada pantai Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu dengan sampel sedimen pada pantai Tambun Sukkean (sebagai pembanding)

Kata Kunci : sedimen, lokasi KJA, kadar tembaga, kadar seng, kadar besi, kadar timbal, kadar N-total metode kjeldhal,spektrofotometer serapan atom.


(20)

DETERMINED CONTENT METAL Fe, Zn, Cu, Pb and N-TOTAL ABOARD SEDIMENT CONTAINED IN TROUGHOUT BEACH PANGAMBATAN, HUTA

GINJANG, SILIMA LOMBU AND TAMBUN SUKKEAN IN TOBA LAKE.

ABSTRAK

Have been made research content metal cuprum (Cu), zink (Zn), ferrum (Fe), plumbum (Pb) and N-total aboard sediment contained in throughout beach Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu, and Tambun Sukkean in Toba lake. Removal sample in 4 located takeable from beach Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu, and Tambun Sukkean as comparator. Bigness contens cuprum (Cu), zink (Zn), ferrum (Fe), plumbum (Pb) and N-total aboard sediment analyzable with applying for Spektrosfotometri Serapan Atom ( SSA ) with condition instrument agree with procedure be valid. Act of determining N-total in sediment sample doing with kjeldhal methods. Analysis product content metal cuprum (Cu), zink (Zn), ferrum (Fe), plumbum (Pb) and N-total aboard sediment contained in throughout beach Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu, and Tambun Sukkean in Toba lake, indicate variation product and pass through statistic test indicate difference analysis product content metal cuprum (Cu), zink (Zn), ferrum (Fe), plumbum (Pb) and N-total aboard sediment contained in throughout beach Pangambatan, Huta Ginjang, Silima Lombu, and Tambun Sukkean as comparator.


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia yang terbentuk secara Vulkono-Tektonik, terletak di pegunungan Bukit Barisan. Luas permukaan danau +1.100 km2 dengan total volume air +1.258 km3. Perairan terdalam berkisar 499 m dan berada pada ketinggian 995 m di atas permukaan laut, dikelilingi oleh tebing dan gunung-gunung dengan ketinggian maksimal 2.1257 m. Danau Toba terletak antara 20-30 LU dan 980-990 BT. Dasar danau kebanyakan terdiri dari batu-batu, pasir dan pada bagian tertentu terdapat endapan lumpur (Ondara, 1969 dalam Eyanoer et al, 1980).

Danau Toba merupakan fungsi sumberdaya air yang mempunyai nilai sangat penting ditinjau dari fungsi ekologi, hidrologi serta ekonomi. Hal ini berkaitan dengan fungsi Danau Toba sebagai habitat berbagai organisme air, sebagai sumber air minum bagi masyarakat sekitar, sebagai tempat penangkapan ikan dan budidaya ikan dalam keramba jaring apung, kegiatan transportasi air, menunjang berbagai jenis industri seperti kebutuhan air untuk industri pembangkit listrik Sigura-Gura dan Asahan. Tak kalah pentingnya adalah fungsi Danau Toba sebagai kawasan wisata yang sudah terkenal ke mancanegara dan sangat potensial untuk pengembangan pariwisata di Provinsi Sumatera Utara.

Pemanfaatan air Danau Toba yang sangat beragam di satu sisi membutuhkan kualitas air danau yang baik serta memenuhi persyaratan tertentu. Sebaliknya pemanfaatan danau bagi


(22)

berbagai aktivitas masyarakat tersebut juga memberikan imbas terhadap penurunan kualitas airnya, dimana Danau Toba juga digunakan sebagai tempat membuang berbagai jenis limbah yang dihasilkan dari kegiatan pertanian di sekitar Danau Toba, limbah domestik dari pemukiman dan perhotelan, limbah nutrisi dari sisa pakan ikan yang tidak habis dikonsumsi oleh ikan yang dibudidayakan, limbah pariwisata dan transportasi air.

Beberapa tahun terakhir ini terutama sejak tahun 2004 pencemaran air Danau Toba menjadi suatu hal yang ramai dibicarakan baik di dalam media cetak maupun media elektronik terutama di kalangan masyarakat yang bermukim di sekitar pantai Danau Toba. Hal ini disebabkan oleh terjadinya perubahan warna, bau, dan rasa dari air Danau Toba, terutama setelah terjadinya kematian missal ikan mas yang dipelihara di dalam keramba (Harian Analisa, 30 Nopember 2004 dan Harian SIB, 30 Nopember 2004).

Protein yang tidak diserap ikan pada keramba jala apung milik PT.Aguafarm Nusantara di Danau Toba terdegradasi menjadi amoniak dan tersebar di Danau Toba Dengan tidak terkontrol (Harian SIB 10 Maret 2008). Penjelasan secara lisan dari Jamahir Gultom pada saat sekarang ini keberadaan amoniak tersebut di dalam air Danau Toba dipastikan menjadi salah satu sumber penyebab terjadinya penurunan kualitas air Danau Toba dan disinyalir sebagai penyebab penyakit kulit yang dialami beberapa warga seperti yang disiarkan melalui siaran elektronik (Metro TV,2008).

Dalam operasionalnya P.T Aquafarm melakukan aktifitas atau kegiatan perbengkelan, pergudangan, dan pembuangan limbah mesin kapal yang dibuang langsung ke Danau Toba. Dalam sebuah penelitian yang berjudul ” Studi Dampak Pencemaran Pada Lokasi Operasi Keramba Jala Apung PT Aquafarm Nusantara di Kabupaten Samosir, (Gultom, J dkk.,2009


(23)

) dengan kesimpulan bahwa operasi KJA milik PT Aquafarm Nusantara di wilayah perairan Danau Toba merupakan salah satu sumber limbah Nitrogen dan logam yang berasal dari sisa pakan dan urine serta faeces ikan nila yang dibudidayakan oleh perusahaan tersebut. Hal ini yang menyebabkan kualitas air di sekitar wilayah KJA mengalami penurunan secara tajam.

Menurut Jamahir Gultom ( Harian SIB, 10 Maret 2008 ), jika air seperti ini dikonsumsi dalam jangka cukup lama akan berakibat buruk bagi kesehatan masyarakat yang menggunakannya. Uraian di atas menarik perhatian peneliti untuk meneliti kadar logam Fe,Zn,Cu, Pb, dan N-total di dalam sedimen yang terdapat di sepanjang pantai lokasi operasi KJA PT Aquafarm Nusantara di Danau Toba, yaitu pantai Pangambatan, Hutaginjang, Silima Lombu. Sebagai pembanding sedimen dari desa Tambun Sukkean juga diteliti.

1.2. Permasalahan

Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kadar logam Fe,Zn,Cu, Pb, dan N-total di dalam sedimen yang terdapat di sepanjang pantai Pangambatan, Hutaginjang, Silima Lombu, dan Tambun Sukkean di Danau Toba.

1.3. Pembatasan Masalah

Penelitian ini hanya terfocus pada pengukuran kadar logam Fe,Zn,Cu, Pb, dan N-total di dalam sedimen yang terdapat di sepanjang pantai Pangambatan, Hutaginjang, Silima Lombu, dan Tambun Sukkean di Danau Toba.


(24)

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kadar logam Fe,Zn,Cu, Pb, dan N-total di dalam sedimen yang terdapat di sepanjang pantai Pangambatan, Hutaginjang, Silima Lombu, dan Tambun Sukkean di Danau Toba.

.

1. 5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan sangat bermanfaat terutama bagi masyarakat yang menggunakan air Danau Toba,baik untuk keperluan air bersih dan memberikan informasi tentang kadar logam Fe,Zn,Cu, Pb, dan N-total di dalam sedimen yang terdapat di sepanjang pantai Pangambatan, Hutaginjang, Silima Lombu, dan Tambun Sukkean di Danau Toba.

1.6. Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium dan lapangan yang bersifat Purposif.Sampel diambil secara acak di sepanjang pantai Pangambatan, Hutaginjang, Silima Lombu, dan Tambun Sukkean di Danau Toba.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem Danau

Lebih kurang tiga perempat bagian dari permukaan bumi tertutup air. Dari segi ekosistem perairan dapat dibedakan menjadi air tawar, air laut dan air payau seperti terdapat di muara sungai yang besar. Dari ketiga ekosistem perairan tersebut, air laut dan air payau merupakan bagian terbesar yaitu lebih dari 97%. Walaupun habitat air tawar menempati bagian yang sangat kecil, namun sangat penting bagi manusia sebagai sistem pembuangan (Michael, 1994).

Sebagian besar air tawar yang ada di permukaan bumi tersimpan dalam bentuk massa es yang sangat besar di daerah kutub dan sebagai gletser di daerah pegunungan tinggi. Selain itu, air tawar juga terdapat dalam tanah yang muncul sebagai mata air, mengalir di permukaan sebagai sungai, dan menggenang dalam danau dan kolam yang jumlahnya + 0,3% dari total volume air. Jumlah yang sedikit inilah yang dapat dimanfaatkan langsung oleh manusia dan jasad hidup lainnya (Barus, 2007).

Ekosistem air tawar dibagi menjadi 2 jenis yaitu air diam misalnya kolam, danau dan waduk, serta air yang mengalir seperti misalnya sungai. Air diam digolongkan sebagai perairan lentik, sedangkan air yang mengalir deras disebut lotik. Perairan lentik atau perairan menggenang dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu rawa, danau dan waduk (Barus, 2004).


(26)

2.2. Ekosistem Danau Toba

Danau Toba dilihat dari asal proses terbentuknya merupakan danau volcano-tektonik yang menurut Van Bemmelen (1949) dikatakan terbentuknya akibat proses tanah terban yang terjadi karena bagian kedalamannya yang berupa magma naik ke permukaan melalui celah tektonik membentuk gunung api. Ruang yang ditinggalkan oleh magma membentuk rongga di dalam kerak bumi dan kemudian beban di permukaannya mengalami terban dan terpotong menjadi beberapa bagian. Bagian yang cukup besar berada pada bagian tengah dengan posisi miring ke arah barat berupa pulau Samosir, dan bagian lain yang posisinya lebih rendah selanjutnya tergenang air permukaan membentuk danau. Erupsi magma di bagian barat yang muncul ke permukaan membentuk gunung api Pusuk Bukit (1981 m) sedangkan di sekeliling bagian yang terban terbentuk dinding terjal atau caldera rim. Luas keseluruhan danau termasuk pulau Samosir adalah 1.810 kilometer persegi, dengan luas danau lebih dari 1.100 kilometer (Bapedalda Sumut, 2000).

Ukuran panjang Danau Toba lebih dari 87 kilometer dengan lebar maksimum 31,5 kilometer. Permukaan air danau berada pada elevasi + 905 meter di atas permukaan laut, dikelilingi oleh tebing dan gunung-gunung dengan ketinggian maksimal 2.157 meter (Dalok Uludarat). Kedalaman air danau diukur pada penelitian ini dengan kedalaman 499 meter dan menurut informasi ada beberapa tempat yang kedalamannya lebih dari 1.000 meter (Bapedalda Sumut, 2000).


(27)

2.3 Air Sebagai Kebutuhan Primer

Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan mahluk hidup. Kebutuhan manusia terhadap air menyangkut dua hal yaitu, air untuk kehidupan manusia Sebagai mahluk hayati dan air untuk kehidupan manusia sebagai mahluk berbudaya. Di dalam kehidupan kita sebagai mahluk hayati, air memegang peranan penting pada berbagai proses metsbolisme di dalam tubuh kita, baik sebagai medium proses dan alat transportasi dari bagian tubuh yang satu ke bagian tubuh yang lain, maupun sebagai komponen atau zat yang ikut serta dalam reaksi kimia pada proses metabolisme.

Sebagai mahluk hidup yang berbudaya, kita juga membutuhkan air di dalam berbagai kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup, misalnya ; pertanian, peternakan, perindustrian, aktivitas rumah tangga yang melibatkan penggunaan air dan sebagainya. Dari segi kualitas, perlu diingat bahwa kualitas air ditentukan oleh berbagai faktor. Faktor ini dibagi atas 3 (tiga) bagian besar dimana masing-masing bagian terdiri atas berbagai parameter. Ketiga bagian ini adalah faktor fisika, kimia dan biologi. Jika air tidak mengandung zat-zat terlarut tertentu misalnya, mineral-mineral yang kita butuhkan maka air seperti ini tidak baik untuk kehidupan kita. Sebaliknya zat terlarut, tersuspensi, dan mikroorganisme yang terdapat di dalam air dapat menimbulkan efek yang berbahaya bagi kehidupan kita jika air tersebut telah tercemar ataupun kualitasnya tidak lagi memenuhi kebutuhan kita. Oleh karena itu air sebagai salah satu kebutuhan primer bagi mahluk hidup, baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas harus dipelihara sebaik mungkin (Mahida,UN,1986).


(28)

2.4 Mutu atau Kualitas Air

Istilah kualitas air (water quality) merupakan suatu ekspresi yang luas baik amakan memberikan penilaian terhadap air sesuai dengan kepentingannya, apakah itu kegunaan komersial, industri ataupun rekreasi sehingga terjadi salah pengertian tentang kualitas suatu contoh air diantara pemakai air tersebut. Secara umum, kegunaan air harus disubordinasikan dengan kebutuhan manusia sebagai suatu konsumsi cairan yang sehat. Air yang digunakan sebagai air minum dan sebagai salah satu bahan baku dalam penyediaan makanan harus bebas dari organisma yang dapat menimbulkan penyakit dan juga harus bebas dari zat-zat mineral serta bahan organik yang dapat menimbulkan efek fisiologis yang berbahaya. Di samping itu, air dengan tujuan penggunaan seperti ini harus bebas dari kekeruhan, bau dan rasa yang tidak disukai oleh manusia secara umum. Suhu pada air juga merupakan suatu faktor yang berperan dalam hal ini. Air yang memenuhi kriteria telah mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dimana pola hidup dan kehidupan manusia selalu berubah dari masa ke masa yang diikuti oleh berbagai perubahan dalam berbagai aktifitas dan teknologinya.

Kalau dahulu kala manusia menggunakan air sungai mayoritas untuk keperluan irigasi, sedangkan keperluan air minum diperoleh dari mata air atau sumur alam, kualitas air masih belum dipersoalkan sejauh air tersebut tidak memberi warna,

bau dan rasa yang tidak menyenangkan. Perlakuan terhadap air juga pada masa itu masih sangat sederhana, yaitu :

- Pendidihan (boiling)


(29)

- Sedimentasi (sedimentation)

- Penambahan garam.

Oleh karena itu, standar mengenai kualitas air juga belum dikenal sebagai akibat dari IPTEK yang masih sangat minim.

Pada zaman sekarang ini, dengan IPTEK yang semakin maju dan canggih, kehidupan dan hidup manusia diwarnai oleh berbagai aktifitas. Disamping populasi yang semakin meningkat maka kebutuhan manusia terhadap air juga semakin meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Kualitas air sangat diperlukan sebagai akibat daripada diversifikasi komponen-komponen yang dikontribusi oleh kegiatan manusia ke dalam wadah air.

Pada masa ini, kita dihadapkan pada suatu tantangan baru di dalam hal penyediaan air untuk berbagai kegunaan, baik dalam pengendalian mutu (quality control) maupun dalam upaya menghilangkan kontaminan / pollutan yang berbahaya dari persediaan air seperti bahan-bahan kimia dan isotop yang diproduksi dari kegiatan manusia. Adalah suatu hal yang sangat mungkin dimana zat-zat kimia ini memasuki wadah air yang diperuntukkan memenuhi kebutuhan masyarakat umum.

2.5 Baku Mutu Air

Untuk mencegah terjadinya pencemaran air perlu dilakukan upaya pengendalian pencemaran air dengan menetapkan baku mutu air. Sebelum ditetapkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 Tahun 2001, baku mutu air yang dipergunakan untuk pengendalian pencemaran air adalah Peraturan


(30)

Pemerintah Republik Indonesia nomor 20 Tahun 1990, dimana air digolongkan menurut peruntukannya atas 4 (empat) golongan, yaitu :

Golongan A : air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu;

Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum;

Golongan C : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan;

Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air. Setelah diberlakukannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas ;

Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;


(31)

Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2.6.Seng ( Zn )

Seng (zinc) adalah unsur kimia dengan lambang kimia Zn, nomor atom 30, dan massa atom relatif 65,39. Seng tidak diperoleh dengan bebas di alam, melainkan dalam bentuk terikat. Mineral yang mengandung seng di alam bebas antara lain kalamin, franklinit, smithsonit, willenit dan zinkit.

Dalam industri seng mempunyai arti penting:

a. melapisi besi atau baja untuk mencegah proses karat b. digunakan untuk bahan batere

c. seng dan alinasenya digunakan untuk cetakan logam, penyepuhan listrik dan metalurgi bubuk

d. seng dalam bentuk oksida digunakan untuk industri kosmetik, plastik, karet, sabun, pigmen dalam cat dan tinta

e. seng dalam bentuk sulfida digunakan untuk industri tabung televisi dan lampu pendar


(32)

2.6.1. Fungsi Seng ( Zn )

Seng adalah mikromineral yang ada di mana-mana dalam jaringan manusia/hewan dan terlibat dalam fungsi berbagai enzim dalam proses metabolisme. Tubuh manusia dewasa mengandung 2 - 2,5 gram seng. Tiga perempat dari jumlah tersebut berada dalam tulang dan mobilisasinya sangat lambat. Dalam konsentrasi tinggi seng ditemukan juga pada iris, retina, hepar, pankreas, ginjal, kulit, otot, testis dan rambut, sehingga kekurangan seng berpengaruh pada jaringan-jaringan tersebut. Di dalam darah seng terutama terdapat dalam sel darah merah, sedikit ditemukan dalam sel darah putih, trombosit dan serum. Kira-kira 1/3 seng serum berikatan dengan albumin atau asam amino histidin dan sistein. Dalam 100 ml darah terdapat 900 ml seng dan dalam 100 ml plasma terdapat 90 – 130 mg seng.

2.6.2. Akibat Defisiensi Seng ( Zn )

Kekurangan seng pertama dilaporkan pada tahun 1960-an, yaitu pada anak dan remaja laki-laki di Mesir, Iran, dan Turki dengan karakteristik tubuh pendek, dan keterlambatan pematangan seksual. Diduga penyebabnya makanan penduduk sedikit mengandung daging, ayam dan ikan yang merupakan sumber utama seng dan tinggi konsumsi serat dan fitat. Mengingat banyaknya enzim yang mengandung seng, maka pada keadaan defisiensi seng reaksi biokimia dimana enzim - seng berperan akan terganggu. Defisiensi seng dapat terjadi pada golongan rentan, yaitu anak-anak, ibu hamil dan menyusui serta orang tua. Manifestasi klinis defisiensi seng pada manusia, dapat terlihat sebagai berikut :


(33)

a. Kecepatan pertumbuhan menurun

b. Nafsu makan dan masukan makanan menurun c. Lesiepitel lain seperti glositis, kebotakan d. Gangguan sistem kekebalan tubuh

e. Perlambatan pematangan seksual dan impotensi f. Fotopobia dan penurunan adaptasi dalam gelap g. Hambatan penyembuhan luka, dekubitus, lukabakar h. Perubahan tingkah laku

i. Gangguan perkembangan fetus

2.6.3. Akibat Kelebihan Seng ( Zn )

Kelebihan seng ( Zn ) hingga dua sampai tiga kali AKG menurunkan absorbsi tembaga. Kelebihan sampai sepuluh kali AKG mempengaruhi metabolisme kolesterol, mengubah nilai lipoprotein, dan tampaknya dapat mempercepat timbulnya aterosklerosis. Dosis konsumsi seng ( Zn ) sebanyak 2 gram atau lebih dapat menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan yang sangat, anemia, dan gangguan reproduksi. Suplemen seng ( Zn ) bisa menyebabkan keracunan, begitupun makanan yang asam dan disimpan dalam kaleng yang dilapisi seng ( Zn ) ( Almatsier, 2001 ).


(34)

2.7. Besi ( Fe )

Besi ( Fe ) adalah logam yang dihasilkan dari bijih besi, dan jarang dijumpai dalam keadaan bebas. Untuk mendapatkan unsur besi ( Fe ), campuran lain mesti dipisahkan melalui penguraian kimia. Besi digunakan dalam proses produksi besi baja, yang bukan hanya unsur besi saja tetapi dalam bentuk alloy ( campuran beberapa logam dan bukan logam, terutama karbon ).

2.7.1. Kekurangan dan Kelebihan Zat Besi ( Fe )

Zat besi ( Fe ) adalah suatu komponen dari berbagai enzim yang mempengaruhi seluruh reaksi kimia yang penting di dalam tubuh. Besi ( Fe ) juga merupakan komponen dari hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dan mengantarkannya ke jaringan tubuh.

Makanan mengandung 2 jenis zat besi ( Fe ), yaitu :

a. Zat besi ( Fe ) heme, yang terutama ditemukan dalam makanan produk hewani b. Zat besi ( Fe ) non – heme, yang merupakan lebih dari 85 % zat besi ( Fe ) dalam

makanan sehari – hari .

Heme diserap lebih baik daripada non – heme. Tetapi penyerapan zat besi ( Fe ) non heme akan meningkat jika dikonsumsi bersamaan dengan protein hewani dan vitamin C.


(35)

Kekurangan zat besi ( Fe ) merupakan kekurangan zat makanan yang paling banyak ditemukan di dunia, menyebabkan anemia pada laki – laki, wanita, dan anak – anak .

Perdarahan yang mengakibatkan hilangnya zat besi ( Fe ) dari tubuh menyebabkan kekurangan zat besi ( Fe ) yang harus diobati dengan pemberian zat besi tambahan . Kekurangan zat besi ( Fe ) juga bisa merupakan akibat dari asupan makanan yang tidak mencukupi. Kekurangan seperti ini sering terjadi selama kehamilan karena sejumlah besar zat besi ( Fe ) harus disediakan ibu untuk pertumbuhan janin . Anemia karena kekurangan zat besi ( Fe ) juga bisa terjadi pada remaja putri yang sedang tumbuh dan mulai mengalami siklus menstruasi, jika mereka mengkonsumsi makanan yang tidak mengandung daging.

Bila cadangan besi ( Fe ) dalam tubuh berkurang, dapat terjadi anemia, gejalanya berupa:

a. Pucat

b. Kuku sendok ( spoon nails, suatu kelainan bentuk dimana kuku – kuku tampak tipis dan membentuk cekung / berlekuk )

c. Kelemahan yang disertai dengan berkurannya kekuatan otot d. Perubahan dalam tingkah laku kognitif

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala – gejala dan hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan adanya anemia dan kadar zat besi ( Fe ) dan feritin yang rendah (feritin adalah protein yang mengandung / menyimpan zat besi ( Fe )).


(36)

Kelebihan zat besi ( Fe ) bisa menyebabkan keracunan, dimana terjadi muntah, diare dan kerusakan usus. Zat besi ( Fe ) dapat terkumpul di dalam tubuh jika seseorang:

a. mendapatkan terapi zat besi ( Fe ) dalam jumlah yang berlebihan atau dalam waktu yang terlalu lama .

b. Menerima beberapa transfusi darah c. Menderita alkoholisme menahun .

Hemokromatis merupakan penyakit kelebihan zat besi ( Fe ) yang diturunkan, yang bisa berakibat fatal tetapi mudah diobati, dimana terlalu banyak zat besi ( Fe ) yang diserap, menyerang lebih dari 1 juta orang AS (Nurcahyo , 2007).

2.8. Timbal ( Pb )

Timbal atau dikenal sebagai logam Pb dalam susunan unsur merupakan logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui proses alami termasuk letusan gunung berapi dan proses geokimia. Pb merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5 ºC dan titik didih 1.740 ºC pada tekanan atmosfer. Timbal nomor atom terbesar dari semua unsur yang stabil, yaitu 82. Namun logam ini sangat beracun. Seperti halnya merkuri yang juga merupakan logam berat. Timbal adalah logam yang yang dapat merusak sistem syaraf jika terakumulasi dalam jaringan halus dan tulang untuk waktu yang lama. Timbal terdapat dalam beberapa isotop: 204Pb (1.4%), 206Pb (24.1%), 207Pb (22.1%), and 208Pb (52.4%). 206Pb, 207Pb dan 208Pb kesemuanya adalah radiogenic dan merupakan produk


(37)

akhir dari pemutusan rantai kompleks. Logam ini sangat resistan (tahan) terhadap korosi, oleh karena itu seringkali dicampur dengan cairan yang bersifat korosif (seperti asam sulfat)

Pencemaran lingkungan oleh timbal kebanyakan berasal dari aktifitas manusia berbagai kegunaan terutama sebagai bahan perpipaan,bahan aditif untuk bensin, baterai,pigmen dan amunisi. Sumber potensial pajanan timbal dapat bervariasi di berbagai lokasi. Manusia menyerap timbal melalui udara, debu, air dan makanan. Salah satu penyebab kehadiran timbal adalah pencemaran udara. Yaitu akibat kegiatan transportasi darat yang menghasilkan bahan pencemar seperti gas CO2, NOx, hidrokarbon, SO2,dan tetraethyl lead, yang merupakan bahan logam timah hitam (timbal) yang ditambahkan ke dalam bahan bakar berkualitas rendah untuk menurunkan nilai oktan Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil banyak digunakan sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin untuk meningkatkan angka oktan secara ekonomi dan merupakan bagian terbesar dari seluruh emisi Pb ke atmosfer. Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil berbentuk larutan dengan titik didih masing-masing 110 ºC dan 200 ºC. Karena daya penguapan kedua senyawa tersebut lebih rendah dibandingkan dengan unsur-unsur lain dalam bensin, maka penguapan bensin akan cenderung memekatkan kadar Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil. Kedua senyawa ini akan terdekomposisi pada titik didihnya dengan adanya sinar matahari dan senyawa kimia lain di udara seperti senyawa halogen asam atau oksidator.

Pb sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan kesehatan dan merusak lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap, disimpan dan kemudian ditampung dalam darah. Bentuk kimia Pb merupakan faktor penting yang


(38)

mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh. Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb segara dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit dan membran mukosa. Pb organik diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh. Tidak semua Pb yang terisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira 5-10 % dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran pencernaan, dan kira-kira 30 % dari jumlah yang terisap melalui hidung akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya. Dampak dari timbal sendiri sangat mengerikan bagi manusia, utamanya bagi anak-anak. Di antaranya adalah mempengaruhi fungsi kognitif, kemampuan belajar, memendekkan tinggi badan, penurunan fungsi pendengaran, mempengaruhi perilaku dan intelejensia, merusak fungsi organ tubuh, seperti ginjal, sistem syaraf, dan reproduksi, meningkatkan tekanan darah dan mempengaruhi perkembangan otak. Dapat pula menimbulkan anemia dan bagi wanita hamil yang terpajan timbal akan mengenai anak yang disusuinya dan terakumulasi dalam ASI.

2.9. Tembaga ( Cu )

Tembaga bersifat racun terhadap semua tumbuhan pada konsentrasi larutan di atas 0,1 ppm. Konsentrasi yang aman bagi air minum manusia tidak lebih dari 1 ppm. Bersifat racun bagi domba pada konsentrasi di atas 20 ppm. Konsentrasi normal komponen ini di tanah berkisar 20 ppm dengan tingkat mobilitas sangat lambat karena ikatan yang sangat kuat dengan material organik dan mineral tanah liat. Kehadiran tembaga pada limbah industri biasanya dalam bentuk ion bivalen Cu (II) sebagai hydrolytic product. Beberapa


(39)

industri seperti pewarnaan, kertas, minyak, industri pelapisan melepaskan sejumlah tembaga yang tidak diharapkan. Tembaga dalam konsentrasi tinggi ( 22-750 mg/kg tanah kering ) dijumpai pada sedimen di laut Hongkong dan jumlah yang sama juga dijumpai pada sejumlah pelabuhan-pelabuhan di Inggris ( Nora,1998 ).

Tembaga merupakan logam yang ditemukan di alam dalam bentuk senyawa dengan sulfida ( CuS ). Tembaga sering digunakan pada pabrik-pabrik yang memproduksi peralatan listrik, gelas, dan alloy. Tembaga masuk ke perapian merupakan faktor alamiah seperti terjadinya pengikisan dari betuan mineral sehingga terdapat debu, partikel-partikel tembaga yang terdapat dalam lapisan udara akan terbawa oleh hujan. Tembaga juga berasal dari buangan bahan yang mengandung tembaga seperti dari industri galangan kapal , industri pengolahan kayu dan limbah domestik.

Pada konsentrasi 2,3– 2,5 mg/L dapat mematikan ikan dan akan menimbulkan Efek keracunan, yaitu kerusakan pada selaput lendir (Saeni,1997). Tembaga dalam tubuh berfungsi sebagai sintesa hemoglobin dan tidak mudah dieksresikan dalam urine karena sebagian terikat dengan protein, sebagian diekresikan melalui empedu ke dalam usus dan dibuang ke feces, sebagian lagi menumpuk dalam hati dan ginjal sehingga menyebabkan penyakit anemia dan tuberculosis.

2.10. Tentang Sedimen

Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi (di daratan ataupun lautan), dan boleh mengalami proses angkutan dari satu kawasan ke kawasan yang lain. Air dan angin merupakan agen pengangkut yang utama. Sedimen ini apabila mengeras


(40)

akan menjadi batu sedimen. Kajian berkenaan dengan sedimen dan batu sedimen ini dipanggil sedimentologi. Antara sedimen yang ada ialah lumpur, pasir, kelikir dan sebagainya. Sedimen ini akan menjadi batu sedimen apabila mengalami proses pengerasan. Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir Batuan endapanatau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok utama batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang terbentuk melalui tiga cara utama: pelapukan batuan lain (clastic); pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik; dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Jenis batuan umum seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk dalam batuan endapan. Batuan endapan meliputi 75% dari permukaan bumi.

Penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir penyusun batuan tersebut Penamaan tersebut adalah: breksi, konglomerat, batupasir, batu lempung Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm dengan bentuk butitan yang bersudut Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm dengan bentuk butiran yang membudar.Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 2lebih kecil dar 1/256 mm mm sampai 1/16 mm. Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 1/16 mm sampai 1/256 mm

Tanda-tanda atau petunjuk adanya batuan sediment adalahKehadiran perlapisan atau stratificationdengan lodak/syal

• Adanya struktur sedimen di atas satah atau di dalam perlapisan

• Struktur lapisan silangTerjumpanya fosil


(41)

• Kehadiran mineral yang asalan sedimen (glaukonit, chamosite)

JENIS BATUAN SEDIMEN

Secara umumnya, sedimen atau batuan sedimen terbentuk dengan dua cara,

1) terbentuk dalam lembangan pengendapan atau dengan kata lain mengalami proses pengangkutan. Sedimen sebegini dikenali sebagai sedimen autochthonous. Antara sedimen yang termasuk dalam kumpulan ini ialah evaporit, batu kapur, laterit

2) mengalami proses angkutan, atau dengan kata lain, puncaknya daripada kawasan luar lembangan, dan proses luluhawa, hakisan dan angkutan membawa sedimen ini ke lembangan pengendapan yang baru. Sedimen ini dipanggil sediment allochthonous. Antara yang termasuk dalam kumpulan ini ialah konglomerat, volkanoklastik.Selain daripada pengelasan di atas, batuan sedimen boleh dikelaskan kepada beberapa jenis, bergantung kepada cara dan proses pembentukannya. Antara klas batuan sedimen yang utama ialah;

• Terrigenous (detrital atau berklas / klastik - clastic). Batuan klastik merupakan batuan yang puncanya berasal daripada suatu tempat lain, dan telah diendapkan dalam lembangan baru setelah mengalami proses pengangkutan.

• Sedimen endapan kimia / biokimia (Chemical/biochemical). Batuan endapat

kimia merupakan batuan yang terbentuk hasil daripada pemendapan kimia daripada larutan, ataupun terdiri daripada endapan hidupan bercangkang mineral karbonat atau


(42)

bersilika atau berfosfat dan lain-lain.. Antara batuan yang tergolong dalam kumpulan ini ialah;

2. Batuan sediment karbonat (batu kapur dan dolomite) - Batuan sediment bersilika (rijang)

- Endapan organik (batu arang)

Batuan volkanoklastik (Volcanoclastic rocks). Batuan volkanoklastik yang berasal daripada aktiviti gunung berapi. Debu-debu daripada aktiviti gunung berapi

ini akan terendap seperti sedimen yang lain. Antara batuan yang ada dalam kumpulan ini ialah;Batu pasir bertuf dan Aglomerat.

2.11. Keramba Jala Apung Aquafarm

Keramba Jala Apung (KJA) Aquafarm adalah suatu budidaya ikan yang menggunakan pakan yang diolah dengan menggunakan IPTEK modern sehinggakaya akan karbohidrat, protein dan bahan aditif lainnya yang merangsang pertumbuhan ikan dengan cepat. KJA Aquafarm PT.Nusantara di Kabupaten Samosir beroperasi di perairan Danau Toba. Semakin banyak jumlah KJA yang beroperasi di perairan Danau Toba maka semakin banyak pula jumlah pakan yang ditabur ke perairan Danau Toba.

Masuknya PT. Aquafarm dan pengusaha KJA berskala besar, mulailah secara jelas betapa berbahayanya budidaya KJA jika melebihi daya dukung (carrying capacity) lingkungan. Bahaya KJA yang mengerikan adalah terjadinya penyuburan (eutrofikasi) danau. Penyuburan terjadi akibat sisa-sisa pakan itu. Sisa-sisa pakan itu berfungsi sebagai pupuk yang menjadi sumber makanan bagi tumbuh-tumbuhan di danau Toba. Penyuburan danau


(43)

mengakibatkan phytoplankton bertumbuh secara tidak terkendali (blooming). Ketika terjadi blooming plankton, maka ketika plankton mati mengalami proses pembusukan. Proses pembusukan ini membutuhkan oksigen. Karena proses pembusukan plankton membutuhkan oksigen maka terjadi persaingan oksigen antara pembusukan plankton dengan kebutuhan oksigen dengan ikan-ikan di danau. Tidak heran, jika tiba-tiba ikan-ikan banyak yang mati.

Dampak kehadiran KJA yang melebihi daya dukung (carrying capacity) selain menimbulkan blooming adalah membludaknya tumbuhan enceng gondok (Eicornia sp) dan tumbuhan lumut. Menurut pengamatan saya di sekitar Danau Toba, para nelayan mengatakan ketika mereka melempar jala ke danau maka jala itu mengapung diatas lumut. Itulah salah satu bukti pertumbuhan tanaman lumut tidak terkendali lagi di danau Toba. Jika ini tidak diatasi, maka ada kemungkinan kapal yang melewati Danau Toba akan terjebak lumut.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat – alat yang digunakan ;

a. Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ), Type Buck Scientific seri 205 b. Lampu katoda Zn dan Cu

c. Lampu katoda Fe dan Pb d. Erlenmeyer 250 ml

e. Pipet ukur 5 ml; 10 ml; 20 ml; 30 ml; 40 ml dan 60 ml f. Labu ukur 100 ml

g. Corong gelas h. Pemanas listrik

i. Kertas saring whatman 40, dengan ukur pori θ 0,42 µm ; dan j. Labu Kjeldahl

k. Neraca analitik l. Peralatan destilasi m. pH meter

n. Labu semprot


(45)

3.1.2. Bahan – bahan yang digunakan ;

a. Akuadest

b. Asam klorida ( HCl ) pekat c. Larutan standar logam seng ( Zn ) d. Larutan standar logam besi ( Fe ) e. Larutan standar logam tembaga ( Cu ) f. Larutan standar logam timbale ( Pb ) g. Gas asetilen ( C2H2 )

H. H2SO4 (p)

i. NaOH 30 % j. H3BO3

k Indikator tashiro

3.2. Pengambilan sampel

Sampel sedimen diambil di wilayah perairan Danau Toba provinsi Sumatera Utara. Pengambilan sampel di 3 lokasi yaitu daerah operasi kegiatan KJA Aquafarm, yaitu di daerah Pantai Pangambatan, Pantai Huta Ginjang (keduanya di Kecamatan Simanindo) dan daerah Pantai Silima Lombu (Kecamatan Onan Runggu). Sebagai pembanding pengambilan sampel diambil dari daerah desa Tambun Sukean Kecamatan Onan Runggu yang mempunyai jarak 4 km dari lokasi KJA. Jarak titik pengambilan sampel adalah 2 sampai 3 meter dari bibir pantai. Sampel sedimen diambil sebanyak 5 kg dengan


(46)

menggunakan wadah yang bersih dan dikeringkan dengan caradijemur dibawah panas matahari. Perlakuan sampel dilakukan dengan cara triplo.

Lokasi I di daerah pantai Pangambatan terletak pada titik 20.381.04,811 LU dan 980.521.36,511 BT. Lokasi II di daerah pantai Huta Ginjang terletak pada titik 20.361.45,911 LU dan 980.531.16,811 BT. Lokasi III di daerah pantai Silima Lombu Terletak pada titik 20.331.41,811 LU dan 980.541.32,911 BT. Lokasi IV didaerah pantai Tambun Sukean 20.281.55,211 LU dan 980.591. 11,311 BT.

3.3. Prosedur Kerja 3.3.1 Penyedian Reagen

3.3.1.1.Pembuatan Larutan NaOH 30 %

Ditimbang sebanyak 30 gram NaOH dimasukkan ke dalam labu takar 500 mL lalu dilarutkan dengan 90 mL aquadest ,kemudian diencerkan sampai garis tanda 100 mL

3.3.1.2 Pembuatan larutan H3BO3 3 %

Ditimbang sebanyak 3 gram H3BO3 dimasukkan ke dalam labu takar 500 mL lalu dilarutkan dengan 90 mL aquadest, kemudian diencerkan sampai garis tanda 100 mL3.3.1.3 Pembuatan larutan HCl 0,1

Ditimbang 2,2124 mL dilarutkan dimasukkan ke dalam labu takar 500 mL lalu dilarutkan dengan 200 mL aquadest,kemudian diencerkan sampai garis tanda 250 Ml


(47)

3.3.2 Pembuatan larutan standar logam seng ( Zn ). ( SNI 06 – 6989.7 – 2004 )

a. Dengan menggunakan pipet diambil 0 ml; 0,5 ml; 1 ml; 2 ml; 5 ml dan 10 ml larutan baku seng ( Zn ) 10 mg/l ke dalam labu ukur 100 ml .

b. Tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi logam seng ( Zn ) 0,0 mg/l; 0,05 mg/l; 0,1 mg/l; 0,2 mg/l; 0,5 mg/l dan 1,0 mg/l

3.3.3 Pengukuran konsentrasi logam seng ( Zn ) dengan SSA

a. Nilai diukur dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom ( SSA pada panjang gelombang 213,90 nm.

b. Mengoptimalkan Alat SSA sesuai petunjuk penggunaan alat.

c. Beberapa parameter pengukur untuk logam seng ( Zn ) ditetapkan sebagai berikut ;

Tabel. 3.1 Tabel Parameter Pengukuran untuk Logam seng ( Zn )

No Parameter Spesifikasi

1. 2. 3. 4.

Panjang gelombang Tipe nyala

Lebar celah Lampu katoda

213,90 nm Asetilen / Udara

0,05 nm 5,0 mA


(48)

d. Kemudian mengukur masing – masing larutan standar ( larutan kerja ) yang telah dibuat pada panjang gelombang 213,9 nm. Nilai absorbansinya akan terlihat .

e. Buat kurva kalibrasi untuk memdapatkan persamaan garis regresi

f. Dilanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan .( SNI 06 – 6989.7 – 2004 )

3.3.4. Pembuatan larutan standar logam besi, ( Fe ) .(SNI 06 – 6989.4 2004)

a. Dengan menggunakan pipet diambil 0 ml; 5 ml; 10 ml; 20 ml; 30 ml dan 40 ml larutan baku besi ( Fe ) 10 mg/l ke dalam labu takar 100 ml .

b. Tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi logam besi ( Fe ) 0,0 mg/l; 0,5 mg/l; 1,0 mg/l; 2,0 mg/l; 3,0 mg/l dan 4,0 mg/l.

3.3.5. Pengukuran konsentrasi logam besi ( Fe ) dengan SSA

a. Mengoptimalkan Alat SSA sesuai petunjuk penggunaan alat.

b. Beberapa parameter pengukur untuk logam besi ( Fe ) ditetapkan sebagai berikut ;


(49)

Tabel. 3.2 Tabel Parameter Pengukuran untuk Logam besi ( Fe )

No Parameter Spesifikasi

1. 2. 3. 4.

Panjang gelombang Tipe nyala

Lebar celah Lampu katoda

248,30 nm Asetilen / Udara

0,2 – 2 nm 12 mA Sumber : Petunjuk penggunaan alat SSA Type Shimadzu AA 6-300

c. Kemudiian mengukur masing – masing larutan standar ( larutan kerja ) yang telah dibuat pada panjang gelombang 248,30 nm. Nilai absorbansinya akan terlihat . d. Buat kurva kalibrasi untuk memdapatkan persamaan garis regresi

e. Dilanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan ( SNI 06 – 6989.4 – 2004 ).

3.3.6. Pembuatan larutan standar logam tembaga ( Cu ) .(SNI 06 – 6989.4 2004) a. Dengan menggunakan pipet diambil 0 ml; 5 ml; 10 ml; 20 ml; 30 ml dan 40 ml larutan baku tembaga ( Cu ) 10 mg/l ke dalam labu takar 100 ml .

b. Tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi logam tembaga ( Cu ) 0,0 mg/l; 0,5 mg/l; 1,0 mg/l; 2,0 mg/l; 3,0 mg/l dan 4,0 mg/l.

3.3.7. Pengukuran konsentrasi tembaga ( Cu ) dengan SSA


(50)

b. Beberapa parameter pengukur untuk logam tembaga ( Cu ) ditetapkan sebagai berikut ;

Tabel. 3.3 Tabel Parameter Pengukuran untuk Logam tembaga ( Cu )

No Parameter Spesifikasi

1. 2. 3. 4.

Panjang gelombang Tipe nyala

Lebar celah Lampu katoda

324,80 nm Asetilen / Udara

0,7 nm 6 mA Sumber : Petunjuk penggunaan alat SSA Type Shimadzu AA 6-300

c. Kemudiian mengukur masing – masing larutan standar ( larutan kerja ) yang telah dibuat pada panjang gelombang 248,30 nm. Nilai absorbansinya akan terlihat .

d. Buat kurva kalibrasi untuk memdapatkan persamaan garis regresi

e. Dilanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan

3.3.8. Pembuatan larutan standar logam timbal ( Pb ) .(SNI 06 – 6989.4 2004)

c. Dengan menggunakan pipet diambil 0 ml; 5 ml; 10 ml; 20 ml; 30 ml dan 40 ml larutan baku timbal ( Pb ) 10 mg/l ke dalam labu takar 100 ml .

d. Tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi logam timbal ( Pb ) 0,0 mg/l; 0,5 mg/l; 1,0 mg/l; 2,0 mg/l; 3,0 mg/l dan 4,0 mg/l.


(51)

3.3.9. Pengukuran konsentrasi logam timbal ( Pb ) dengan SSA

a.Mengoptimalkan Alat SSA sesuai petunjuk penggunaan alat.

b. Beberapa parameter pengukur untuk logam timbal ( Pb ) ditetapkan sebagai berikut ;

Tabel. 3.4 Tabel Parameter Pengukuran untuk Logam timbal ( Pb )

No Parameter Spesifikasi

1. 2. 3. 4.

Panjang gelombang Tipe nyala

Lebar celah Lampu katoda

283,3 nm Asetilen / Udara

0,2 – 2 nm 12 mA Sumber : Petunjuk penggunaan alat SSA Type Shimadzu AA 6-300

c. Kemudiian mengukur masing – masing larutan standar ( larutan kerja ) yang telah dibuat pada panjang gelombang 248,30 nm. Nilai absorbansinya akan terlihat .

d. Buat kurva kalibrasi untuk memdapatkan persamaan garis regresi

e. Dilanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan ( SNI 06 – 6989.4 – 2004 ).

3.3.10. Penentuan kadar N-total dalam sedimen

a. Tahap destruksi

Masukkan 1-5 g sampel ke dalam labu Kjeldhal dan tambahkan 25 mL H2SO4(p) dan

terbentuk larutan berwarna kehijauan jernih. Didinginkan dan diencerkan dalam 250 mL aquades.


(52)

b. Tahap Destilasi

Sebanyak 100 mL hasil destruksi yang telah diencerkan dimasukkan ke dalam labu alas dan tambahkan batu didih lalu panaskan sambil diteteskan ke dalamnya 30 mL larutan NaOH 30 % . Destilat ditampung dalam beaker glass yang berisi larutan H3BO3 3% dan 2 tetes indikator tashiro. Destilasi dihentikan jika destilat tidak bereaksi basa dengan lakmus merah.

c. Tahap titrasi

Sebanyak 5 mL destilat dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai berubah warna. Amati


(53)

Bagan.Penentuan N-total dalam sampel sedimen dengan metode kjeldhal

Labu Kjeldahl 1 Liter

2 g sampel sedimen +25 g H2SO4 (p)

+ 5 g Se Didestruksi

Dengan pemanasan sampai terbentuk Larutan berwarna kehijauan jernih Didinginkan dan diencerkan dalam 250 mL Aquades

Destilasi

100 mL hasil destruksi yang diencerkan

dimasukkan ke dalam labu alas

+ batu didih lalu dipanaskan + 30 mL larutan NaOH 30% Destilat

Ditampung dalam beaker glass yang berisi H3BO3 3 %

+ 2 tetes indikator tashiro.

5 g destilat dititrasi dengan HCl 0,1N Titrasi


(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Pengukuran Kandungan tembaga (Cu)

Pada pengukuran kandungan tembaga (Cu) pada sedimen di desa Pangambatan dimulai dengan pengukuran absorban larutan standar tembaga (Cu) dengan Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ). Data hasil pengukuran absorbansi dari larutan standar tembaga (Cu) diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar tembaga (Cu) tertera pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar tembaga (Cu)

No Kadar ( mg/L ) Absorbansi ( A )

1. 2. 3. 4. 5. 6.

0,0000 1,0000 2,0000 3,0000 4,0000 5,0000

0,0000 0,0843 0,1707 0,2540 0,3385 0,4243

4.1.1.1. Kurva Kalibrasi dan Persamaan Garis Regresi

Dari absorbansi yang diperoleh selanjutnya dengan metode Least – Square diperoleh data yang tertera pada tabel 4.1 lampiran, kemudian dibuat kurva kalibarasi


(55)

antara konsentrasi dengan absorban. Berikut ini kurva kalibrasi larutan standard tembaga (Cu).

0 0.1 0.2 0.3 0.4

Absorbansi

0.5

0 2 4 6

Konsentrasi

Series1

Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Larutan Standard tembaga (Cu)

Diperolehnya gambar 4.1 dari formula persamaan garis regresi linier hubungan antara absorban terhadap konsentrasi larutan standard sebagai berikut : Y = 0,08543 X – 0,00218, dimana Y = nilai absorban dan X = konsentrasi kandungan tembaga (Cu) dalam sedimen.

Persamaan garis regresi untuk Kurva Kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode least-square dan ditunjukkan pada Tabel berikut :


(56)

Tabel 4.2. Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk tembaga (Cu)

No. X1

(mg/L)

Xi (A) X

1 -X Y1 - Y

(

)

2 X

Xi

( )

YiY 2

(

X1−X

)( )

YiY 1. 2. 3. 4. 5.

1,0000 2,0000 3,0000 4,0000 5,0000 15,0000 0,0825 0,1695 0,2545 0,3384 0,4252 1,2701 -2,0000 -1,0000 0,0000 1,0000 2,0000 0,0000 -0,1715 -0,0845 0,0005 0,0844 0,1712 0,0000 4,0000 1,0000 0,0000 1,0000 4,0000 10,0000 0,0294 0,0071 0,0000 0,0071 0,0293 0,0729 0,34304 0,0845 0,0000 0,0844 0,33424 0,8543

X = 3,0000

5 000 , 15 5 X = =

Y = 0,25402

5 2701 , 1

5 = =

Y

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis.

Y = aX + b Dimana a = slope

b = intersep

Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode Least-Square dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel 4.2.

a =

(

)(

(

)

)

− − − 2 1 1 1 X X X Y Y X

a = 0,08543

10,000 0,8543

=

Sehingga diperoleh harga slope (a) = 0,08543

Harga intersep (b) diperoleh melalui substitusi harga (a) ke persamaan berikut Dari persamaan garis Y = a X + b


(57)

Maka b = Y - a X

= 0,25402 - 0,08543 ( 3,0000) = 0,25402 - 0,2562

= - 0,00218

Sehingga diperoleh harga intersep (b) = - 0,00218 Maka persamaan garis regresi yang diperoleh adalah

Y =0,08543 X – 0,00218

4.1.1.2. Perhitungan Koefisien Korelasi Cu

Koefisien korelasi (r) dapat ditentukan sebagai berikut :

r =

{

} {

}

(

)

{

}

{

(

)

}

− −

2

2 Yi Y

X Xi Y Yi X Xi = ) 0729 , 0 )( 000 , 10 ( 8543 , 0 = 729 , 0 8543 , 0 = 8538 , 0 8543 , 0

= 1,000

Jadi koefisien korelasi pada penetapan kadar Cu dengan Spektrofotometri Serapan Atom adalah (r) = 1,000

4.1.1.3. Penentuan Kandungan tembaga (Cu) dari Sampel sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan

Dari data pengukuran absorbansi terhadap sampel sedimen diperoleh serapan ( Y ) sebagai berikut ;


(58)

Y1 = 0,0289 Y2 = 0,0291 Y3 = 0,0297

Dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) ke persamaan regresi Y = 0,08543 X – 0,00218

Maka diperoleh : X1 = 0,3639 X2 = 0,3721 X3 = 0,3697

Dengan demikian kandungan kadar tembaga (Cu) dari sampel sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan adalah

∑Xi 1,1058

X = = = 0,3686 mg/l

n 3

(X1 – X)2 = (0,3639 – 0,3686)2 = 0,000022 (X2 – X)2 = (0,3721 – 0,3686)2 = 0,000012

(X3 – X)2 = (0,3677– 0,3686)2 = 0,000001 +

∑ (Xi – X)2 = 0,000035

∑ (Xi – X)2 0,000035

Maka : S = √ = √ = 0,0042

n – 1 2

S 0,0042

Diperoleh harga, Sx = = = 0,0024


(59)

Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3, derajat kebebasan (dk) = n – 1 = 2. Untuk derajat kepercayaan 95% (p = 0,05), nilai t = 4,30. Maka d = t (0,05 ; n – 1) Sx d = 4,30 x 0,0024 = 0,01045

Dari data pengukuran kandungan tembaga (Cu) dari sampel sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan adalah 0,3686 ± 0,01045 mg/l

4.1.1.4. Perhitungan Kadar unsur tembaga ( Cu )

Kadar Cu = 6

10 % 100

x W

x C x F

Dengan ; C = Konsentrasi ( pembacaan alat ) ,ppm F = Pengenceran

W= Berat sampel sedimen ( g )

Kadar tembaga ( Cu ) = 6

10 1700 , 2

% 100 3268 , 0 100

x x x

= 0,001506 % = 15,06 ppm

4.1.2. Pengukuran Kandungan besi ( Fe )

Pengukuran kandungan besi ( Fe ) sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan dimulai dengan pengukuran absorban larutan standar besi ( Fe ) dengan Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ). Data hasil pengukuran absorbansi dari larutan standar besi ( Fe ) diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar besi (Fe) tertera pada table 4.3 berikut.


(60)

No Kadar ( mg/L ) Absorbansi ( A ) 1.

2. 3. 4. 5. 6.

0,0000 1,0000 2,0000 3,0000 4,0000 5,0000

0,0000 0,0424 0,0870 0,1296 0,1729 0,2130

4.1.2.1. Kurva Kalibrasi dan Persamaan Garis Regresi

Dari absorbansi yang diperoleh selanjutnya dibuat kurva kalibarasi antara konsentrasi dengan absorbansi. Berikut ini kurva kalibrasi larutan standard besi (Fe)

Gambar kurva kalibrasi besi (Fe)

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

0 2 4 6

Konsentrasi

A

b

so

rb

a

n

si

Series1

Gambar 4.2. Kurva Kalibrasi Larutan Standard besi ( Fe )

Diperolehnya gambar 4.2 dari formula persamaan garis regresi linier hubungan antara absorban terhadap konsentrasi larutan standard sebagai berikut : Y = 0,04267X -


(61)

0,00089, dimana Y = nilai absorban dan X = konsentrasi kandungan besi ( Fe ) dalam sedimen .Persamaan garis regresi untuk Kurva Kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode least-square dan ditunjukkan pada Tabel berikut :

Tabel 4.4. Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk besi (Fe)

No. X1

(mg/L)

Xi (A) X

1 -X Y1 - Y

(

)

2 X

Xi

( )

YiY 2

(

X1−X

)( )

YiY 1. 2. 3. 4. 5.

1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 15,00 0,0424 0,0870 0,1296 0,1726 0,2130 0,6446 -2 -1 0 1 2 0 -0,08652 -0,04192 0,00068 0,0436 0,0841 0,0000 4 1 0 1 4 10 0,0075 0,0018 0,0000 0,0019 0,0071 0,0182 0,17304 0,04192 0,0000 0,0436 0,1682 0,42676

X = 3,0000

5 000 , 15 5 X = =

Y = 0,1289 5

6446 , 0

5 = =

Y

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis.

Y = aX + b Dimana a = slope

b = intersep

Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode Least-Square dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel 4.4.

a =

(

)(

(

)

)

− − − 2 1 1 1 X X X Y Y X

a = 0,042676

10,000 0,42676

=


(62)

Harga intersep (b) diperoleh melalui substitusi harga (a) ke persamaan berikut Dari persamaan garis Y = a X + b

Maka b = Y - aX

= 0,1280 - (0,042676 x 3,0000) = 0,1280 – 0,1289

= - 0,0009

Sehingga diperoleh harga intersep (b) = - 0,0009 Maka persamaan garis regresi yang diperoleh adalah

Y = 0,042676 X - 0,00089

4.1.2.2. Perhitungan Koefisien Korelasi Fe

Koefisien korelasi (r) dapat ditentukan sebagai berikut :

r =

{

} {

}

(

)

{

}

{

(

)

}

− −

2

2 Yi Y

X Xi Y Yi X Xi = ) 0182 , 0 )( 000 , 10 ( 42676 , 0 = 182 , 0 42676 , 0 = 42661 , 0 42676 , 0

= 1,000

Jadi koefisien korelasi pada penetapan kadar Fe dengan Spektrofotometri Serapan Atom adalah (r) = 1,000

4.1.2.2. Penentuan Kandungan kadar besi ( Fe ) dari sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan

Dari data pengukuran absorbansi terhadap sampel sedimen diperoleh serapan ( Y ) sebagai berikut ;


(63)

Y1 = 0,2037 Y2 = 0,2030 Y3 = 0,2010

Dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) ke persamaan regresi Y = 0,04267X - 0,00089

Maka diperoleh : X1 = 4,7523 X2 = 4,7358 X3 = 4,6890

Dengan demikian kandungan besi ( Fe ) dari sampel sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan adalah

∑Xi 14,1772

X = = = 4,7257 mg/l

n 3

(X1 – X)2 = (4,7523– 4,7257)2 = 0,000705 (X2 – X)2 = (4,7358– 4,7257)2 = 0,000103 (X3 – X)2 = (4,6890 – 4,7257)2 = 0,001347 +


(64)

∑ (Xi – X)2 = 0,002155

∑ (Xi – X)2 0,002155

Maka : S = √ = √ = 0,03283

n – 1 2

S 0,03283

Diperoleh harga, Sx = = = 0,01895

√n √3

Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3, derajat kebebasan (dk) = n – 1 = 2. Untuk derajat kepercayaan 95% (p = 0,05), nilai t = 4,30. Maka d = t (0,05 ; n – 1) Sx d = 4,30 x 0,01895 = 0,0815

Dari data pengukuran kandungan besi (Fe) dari sampel sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan adalah 4,7257 ± 0,0815 mg/l

4.1.2.3. Perhitungan Kadar unsur besi ( Fe )

Kadar besi (Fe) = 6

10 % 100

x W

x C x F

Kadar besi ( Fe ) =

6

10 1600 , 2

% 100 3262 , 2 100

x x x


(65)

4.1.3. Pengukuran Kandungan Seng (Zn)

Pada pengukuran kandungan seng (Zn) pada sedimen lokasi KJA di desaPangambatan dimulai dengan pengukuran absorban larutan standar seng (Zn) dengan Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ). Data hasil pengukuran absorbansi dari larutan standar seng (Zn) diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar seng (Zn) tertera pada tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar seng (Zn)

No Kadar ( mg/L ) Absorbansi ( A )

1. 2. 3. 4. 5. 6.

0,0000 1,0000 2,0000 3,0000 4,0000 5,0000

0,0000 0,2456 0,4234 0,5610 0,6611 0,7610

4.1.3.1. Kurva Kalibrasi dan Persamaan Garis Regresi

Dari absorbansi yang diperoleh selanjutnya dengan metode Least – Square diperoleh data yang tertera pada tabel 1 lampiran, kemudian dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi dengan absorban. Berikut ini kurva kalibrasi larutan standard seng (Zn).


(66)

Gambar 4.3. Kurva Kalibrasi Larutan Standard seng (Zn)

Diperolehnya gambar 4.3 dari formula persamaan garis regresi linier hubungan antara absorban terhadap konsentrasi larutan standard sebagai berikut : Y= 0,12685 X – 0,13015 , dimana Y = nilai absorban dan X = konsentrasi kandungan zincum (Zn) dalam sedimen.

Persamaan garis regresi untuk Kurva Kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode least-square dan ditunjukkan pada Tabel berikut :

Tabel 4.6. Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk seng (Zn)

No. X1

(mg/L)

Xi (A) X

1 -X Y1 - Y

(

)

2 X

Xi

( )

YiY 2

(

X1−X

)( )

YiY

1. 2. 3. 4. 5.

1 2 3 4 5 15 0,2456 0,4234 0,5610 0,6611 0,7610 2,6521 -2 -1 0 1 2 0 -0,2848 -0,1070 0,0306 0,1306 0,2306 0,0000 4 1 0 1 4 10 0,0811 0,0115 0,0009 0,0171 0,0532 0,1638 0,5697 0,1070 0,0000 0,1307 0,4612 1,2685


(67)

X = 3,0000 5 000 , 15 5 X = =

Y = 0,5304 5

6521 , 2

5 = =

Y

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis.

Y = aX + b Dimana a = slope

b = intersep

Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode Least-Square dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel 4.6.

a =

(

)(

(

)

)

− − − 2 1 1 1 X X X Y Y X

a = 0,12685

10,000 1,2685

=

Sehingga diperoleh harga slope (a) = 0,12685

Harga intersep (b) diperoleh melalui substitusi harga (a) ke persamaan berikut Dari persamaan garis Y = a X + b

Maka b = Y- a X

= 0,5304 - (0,12685 x 3,0000) = 0,5304 – 0,38055

= - 0,13015

Sehingga diperoleh harga intersep (b) = - 0,13015 Maka persamaan garis regresi yang diperoleh adalah


(68)

4.1.3.2. Perhitungan Koefisien Korelasi Zn

Koefisien korelasi (r) dapat ditentukan sebagai berikut :

r =

{

} {

}

(

)

{

}

{

(

)

}

− −

2

2 Yi Y

X Xi Y Yi X Xi = ) 1638 , 0 )( 000 , 10 ( 2685 , 1 = 638 , 1 2685 , 1 = 2798 , 1 2685 , 1

= 0,9911

Jadi koefisien korelasi pada penetapan kadar Zn dengan Spektrofotometri Serapan Atom adalah (r) = 0,9911

4.1.3.3. Penentuan Kandungan seng (Zn) dari Sampel sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan

Dari data pengukuran absorbansi terhadap sampel sedimen diperoleh serapan ( Y ) sebagai berikut ;

Y1 = 0,4051 Y2 = 0,4043 Y3 = 0,4030

Dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) ke persamaan regresi Y = 0,12685X – 0,13015

Maka diperoleh : X1 = 2,0121


(69)

X2 = 2,0057 X3 = 1,9955

Dengan demikian kandungan kadar seng (Zn) dari sampel sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan adalah

∑Xi 6.0133

X = = = 2.0044 mg/l

n 3

(X1 – X)2 = (2,0121 – 2,0044)2 = 0,000058 (X2 – X)2 = (2,0057 – 2,0044)2 = 0,000002

(X3 – X)2 = (1,9955 – 2,0044)2 = 0,000080 +

∑ (Xi – X)2 = 0,00014

∑ (Xi – X)2 0,00014

Maka : S = √ = √ = 0,00836

n – 1 2

S 0,00836

Diperoleh harga, Sx = = = 0,0048

√n √3

Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3, derajat kebebasan (dk) = n – 1 = 2. Untuk derajat kepercayaan 95% (p = 0,05), nilai t = 4,30. Maka d = t (0,05 ; n – 1) Sx d = 4,30 x 0,0048 = 0,0208

Dari data pengukuran kandungan seng (Zn) dari sampel sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan adalah 2,0044 ± 0,0208 mg/l


(70)

4.1.3.4. Perhitungan Kadar unsur seng ( Zn )

Kadar Zn , = 6

10 % 100 x W x C x F

Kadar seng ( Zn) = 6

10 1600 , 2 % 100 8535 , 1 100 x x x

= 0,00858 % = 85,80 ppm

4.1.4. Pengukuran Kandungan timbal ( Pb )

Pengukuran kandungan timbal ( Pb ) sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan dimulai dengan pengukuran absorban larutan standar timbal ( Pb ) dengan Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ). Data hasil pengukuran absorbansi dari larutan standar timbal ( Pb ) diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar timbal (Pb) tertera pada table 4.7 berikut.

Tabel 4.7. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar timbal ( Pb )

No Kadar ( mg/L ) Absorbansi ( A )

1. 2. 3. 4. 5. 6. 0,0000 1,0000 2,0000 3,0000 4,0000 5,0000 0,0000 0,0206 0,0389 0,0573 0,0705 0,0885


(71)

4.1.4.1 Kurva Kalibrasi dan Persamaan Garis Regresi

Dari absorbansi yang diperoleh selanjutnya dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi dengan absorban. Berikut ini kurva kalibrasi larutan standard timbal (Pb)

Gambar 4.4. Kurva Kalibrasi Larutan Standard timbal ( Pb )

Diperolehnya gambar 4.4 dari formula persamaan garis regresi linier hubungan antara absorban terhadap konsentrasi larutan standard sebagai berikut : Y = 0,01674 X - 0,00494 dimana Y = nilai absorban dan X = konsentrasi kandungan timbal ( Pb ) dalam sedimen .

Persamaan garis regresi untuk Kurva Kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode least-square dan ditunjukkan pada Tabel berikut :


(72)

Tabel 4.8. Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk timbal (Pb)

No. X1

(mg/L)

Xi (A) X

1 -X Y1 - Y

(

)

2 X

Xi

( )

YiY 2

(

X1−X

)( )

YiY 1. 2. 3. 4. 5.

1,0000 2,0000 3,0000 4,0000 5,0000 15,0000 0,0206 0,0389 0,0573 0,0705 0,4243 1,0885 -2,0000 -1,0000 0,0000 1,0000 2,0000 0,0000 -0,0345 -0,0162 0,0021 0,0153 0,0333 0,0000 4,0000 1,0000 0,0000 1,0000 4,0000 10,0000 0,0012 0,0002 0,0000 0,0002 0,0011 0,0028 0,0691 0,0163 0,0000 0,0153 0,0667 0,1674

X = 3,0000

5 000 , 15 5 X = =

Y = 0,0551 5

2758 , 0

5 = =

Y

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis.

Y = aX + b Dimana a = slope

b = intersep

Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode Least-Square dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel 4.8.

a =

(

)(

(

)

)

− − − 2 1 1 1 X X X Y Y X

a = 0,01674

10,000 0,1674

=

Sehingga diperoleh harga slope (a) = 0,01674

Harga intersep (b) diperoleh melalui substitusi harga (a) ke persamaan berikut Dari persamaan garis Y = a X + b


(1)

4.2.8 Kadar unsur timbal ( Pb ) pada sedimen dalam ppm

Tabel 4.16 Kadar unsur Pb dalam ppm pada sedimen yang diambil dari 4 lokasi pengambilan sampel.

Kadar Pb(ppm) Pada Pengulangan Lokasi Pengambilan

Sampel

P1 P2 P3

Rata-rata I II III IV 25,62 25,89 26,12 4,71 25,74 25,92 26,00 4,91 25,82 25,87 26,07 4,76 25,73 25,89 26,06 4,79

Berdasarkan data pada tabel 4.16. dapat dilihat bahwa kadar unsur timbal ( Pb ) pada sedimen tertinggi adalah 26,06 ppm yang terletak pada desa Silima Lombu, dan terendah ádalah 4,79 ppm yang terletak pada desa Tambun Sukean yaitu sebagai pembanding.

4.2.9 Kandungan Nitrogen total dalam sedimen dengan metoda Kjedahl. Tabel 4.17 Kadar N-total sedimen yang diambil dari 4 lokasi pengambilan sampel.

Lokasi pengambilan

sampel

V titrasi N HCI Berat atom N

Gram sampel

Fp N-total (ppm) I 0,07 0,2456 14,008 4,5231 20 21,30 II 0,05 0,2456 14,008 4,6520 20 14,78 III 0,06 0,2456 14,008 4,6310 20 17,84 IV 0,03 0,0835 14,008 4,4250 20 2,13


(2)

Berdasarkan tabel 4.17 di atas dapat dilihat bahwa kadar N – total dalam Sedimen dengan metode kjedhal saat pengambilan sampel tertinggi adalah 21,30 ppm yang terletak pada desa Pangambatan dan terendah adalah 2,13 ppm yang terletak pada desa Tambun Sukean.

4.2.9 Data parameter pH pada 4 lokasi pengambilan sampel

Tabel 4.18 Hasil pengukuran parameter pH pada 4 lokasi pengambilan sampel. Parameter pH

Lokasi pengambilan

sampel

P 1 P 2 P 3

Rata-rata pH

I 9.23 9,25 9,27 9,25

II 9,19 9,20 9,28 9,22

III 9,10 9,12 9,14 9,12

IV 7,49 7,51 7,45 7,48

Berdasarkan tabel 4.18 di atas dapat dilihat bahwa pH rata – rata di lokasi I,II,III adalah 9,12 sampai dengan 9,25 dan hasil pengukuran pH di daerah desa Tambun Sukean ( IV ) yaitu sebagai desa pembanding memiliki pH rata-rata 7,48.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa, kadar Cu, Fe, Zn, Pb dan N-total pada sedimen yang diambil dari :

a. Desa Pangambatan

Kadar Cu = 15,09 ppm ; Fe = 107,59 ppm ; Zn = 85,9 ppm ; Pb = 25,7 ppm; N-total = 21,30 ppm

b. Desa Huta Ginjang

Kadar Cu = 16,04 ppm ; Fe = 106,61 ppm; Zn = 86,10 ppm ;Pb = 25,8 ppm ; N-total = 14,78 ppm

c. Desa Silima Lombu

Kadar Cu = 14,98 ppm ; Fe = 109,13 ppm ; Zn =87,20 ppm ;Pb = 26,0 ppm, N-total = 17,84 ppm.

d. Desa Tambun Sukkean

Kadar Cu = 9,41 ppm , Fe = 29,30 ppm ; Zn = 19,30 ppm , Pb = 4,79 ppm N-total = 2,13 ppm.

Pada nilai baku mutu air golongan I ( PP No 28 Tahun 2001), kadar Cu = 0,05 ppm ; Fe = 0,3 ppm ; Pb = 0,03 ppm, Zn = 0,05 ppm ; N-total = 0,5 ppm. Dihubungkan dengan nilai baku mutu air golongan I ( PP No 28 Tahun 2001) maka kandungan Cu, Fe, Pb, Zn dan


(4)

N-total pada lokasi pengambilan sampel sedimen tergolong tinggi, yakni melampaui batas dari yang diperbolehkan. Itu berarti perairan Danau Toba tergolong telah tercemar terutama pada lokasi KJA.

5.2. Saran

Perlunya dilakukan penelitian lanjutan terhadap kualitas air di sekitar ketiga lokasi pantai yang dikhususkan pada penelitian ini terutama tentang kandungan logam lainnya serta mikrobiologinya, mengingat air di pantai ketiga lokasi ini masih dikonsumsi oleh masyarakat di sekitar pantai untuk kebutuhan rumah tangga.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Barus, T.A, 2004. Pengantar Limnology, Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.

Barus, T.A, 2004. Faktor-faktor Lingkungan Abiotik dan Keanekaragaman Plankton sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau Toba. Jurnal Manusia dan Lingkungan, Vol. XI, No.2.

Barus, T. A. 2007. Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba dan Upaya Pelestariannya, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Limnologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Bappedalda Sumatera Utara, 2006. Abstraksi Dokumen LTEMP (Lake Toba Ecosystem Management Plan).

Bappedalda Sumatera Utara, 2000. Pengkajian Teknis Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Danau Toba.

Brotowidjoyo MD, Tribawana & E.Mulbiantoro,1995.Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air.Liberty.Yogyakarta.

Darmono,2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Universitas Indonesia Press, Jakarta

Eyanoer,FHM.,Sembiring M.,Medju SJ.Damanik & J.Anwar,2001. Laporan Akhir Komunitas Lingkungan Perairan dan Kehidupan Biologi Danau Toba

Sumatera Utara. Pusat Kajian Lingkungan Hidup Universitas Sumatera Utara. Ginting, EM,2002. Pengaruh Aktifitas Manusia Terhadap Kualitas Air di Perairan

Danau Toba. Tesis Program Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara Harian Analisa, 30 November 2004 halaman 6 kolom 1-4

Harian Sinar Indonesia Baru, 30 November 2004 halaman 2 kolom 1-4. Harian Sinar Indonesia Baru, 10 Maret 2008 halaman 1 kolom 4-6 halaman 9

Kendeigh,S.C.1980. Ecology With Special Reference to Animal and Man, Prentice Hall of India, New Delhi.


(6)

Krebs, C.J.1985. Experimental Analysis of Distribution of Abudance. Third Edition. Harper and Row Publisher, New York.

Michael P, 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Universitas Indonesia Press, Jakarta

Mahida , U.N 1986 . Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Penerbit C.V.Rajawali, Jakarta.

Nora, F.Y.Tam, Yuk-Shan Wong and Craig, G. Simpson.1998. Removal of Copper by Free and Immobilized Microalgae, Chlorella vulgaris, In : Water Treatment with algae, Yuk-Shan and Nora F.Y.Tam (eds). Springer-Verlag and Landes Bioscience.p.17.

Saeni, M.S. 1997. Penentuan Tingkat Pencemaran Logam Berat dengan Analisis Rambut, Orasi Ilmiah, Guru Besar Tetap Ilmu Kimia Lingkungan, Fakultas Matematika dan IPA IPB Bogor.

Santoso, S.2008. Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Penerbit PT.Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sastrawawijaya A.T.2000. Pencemaran Lingkungan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Sinaga E, 2003. Arang Aktif ( Pengenalan dan Proses Pembuatannya ).USU digital library.

Jurusan Teknik Industri, Facultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Wardana, W.A.1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset, Yogyakarta. http://www.batuan sedimen.co.id/data, diakses tanggal 19 oktober 2009