Beberapa Fungi Patogen KESIMPULAN DAN SARAN 27

dengan menggunakan bakteri endofit merupakan salah satu alternatif pengendalian jamur parasit tanaman. Keunggulan bakteri ini sebagai agens pengendali hayati yaitu mampu meningkatkan ketersediaan nutrisi, menghasilkan hormon pertumbuhan dan mengendalikan penyakit tumbuhan Kloepper et al., 1999 serta dapat menginduksi ketahanan tanaman Hallmann, 2001. Mikroorganisme dari kelompok bakteri banyak yang mempunyai peranan sebagai agen pengendali biologi secara potensial dalam menekan penyakit layu yang disebabkan oleh patogen tular tanah. Bakteri yang mempunyai potensi agen antagonis antara lain: Pseudomonas fluorescens dan Bacillus sp. Bakteri P. fluorescens merupakan komponen agen antagonis yang penting dalam rizosfer tanah. Bakteri agen antagonis tersebut dapat menekan cendawan atau bakteri lain dengan antibiosis, kompetisi nutrisi atau parasitisme langsung. Umumnya aktifitas organisme yang satu dengan organisme yang lain, akan saling bersaing terhadap tempat, udara, air dan bahan makanan nutrient Susanna, 2000. Mikroba endofit menjanjikan dalam penemuan obat-obat baru, karena senyawa-senyawa bioaktif yang dikandungnya Strobel, 2003. Mikroba endofit mampu menghasilkan senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, terpen, steroid, flavonoid, kuinon, fenol dan lain sebagainya. Senyawa-senyawa ini sebagian besar mempunyai potensi yang besar sebagai senyawa bioaktif Tan Zou, 2001

2.3 Beberapa Fungi Patogen

Fusarium oxysporum merupakan patogen tular tanah soil borne yang bersifat penghuni tanah soil inhabitant. Patogen ini dapat menimbulkan penyakit yang bersifat monosiklik sehingga strategi pengendalian yang efektif hingga kini belum ditemukan. Cendawan membentuk konidium pada suatu badan yang disebut sporodokium yang dibentuk pada permukaan tangkai atau daun sakit pada tangkai yang telah tua. Konidiofor bercabang dan rata-rata mempunyai panjang 70 μm, cabang-cabang samping biasanya bersel satu, panjang sampai 14 μm, konidium terbentuk pada ujung cabang utama dan pada cabang samping. Mikrokonidium bersel satu atau dua, hialin, jorong atau agak memanjang, berukuran 5-7 x 2,5-3 μm. Makrokonidium berbentuk sabit, bertangkai kecil, kebanyakan bersel 4, berukuran 22- 36 x 4-5 μm. Klamidospora bersel satu, jorong atau bulat, berukuran 7-13 x 7-8 μm, Universitas Sumatera Utara terbentuk di tengah hifa atau pada makrokonidium, seringkali berpasangan Semangun, 1994. Konidianya biasanya mempunyai 3-5 septa dan sel apikal yang tipis serta sel dasarnya yang berbentuk kaki. Klamidosporanya dapat berbentuk tunggal atau berpasangan Ploetz, 1994. Fusarium oxysporum merupakan jamur patogen yang dapat menginfeksi tanaman dengan kisaran inang sangat luas Mess et al. 1999. Jamur ini menyerang jaringan bagian vaskuler dan mengakibatkan kelayuan pada tanaman inangnya dengan cara menghambat aliran air pada jaringan xylem De Cal et al. 2000. Fusarium sangat merugikan pertanian. Layu Fusarium dapat menyerang cabai merah, tomat, kacang panjang, kentang, kubis dan mentimun. Famili Solanaceae tomat, kentang, terong, cabai dan tanaman lainnya diinfeksi oleh jamur yang dapat menyebabkan layu Fusarium dan layu Verticillium. Organisme penyebab penyakit biasanya masuk melalui akar muda dan kemudian tumbuh dan berkembang sehingga akan mengkonduksi bagian pembuluh dari akar dan batang. Di bagian pembuluh batang tersumbat dan gagal menyalurkan air ke daun Miller et al. 2004. Saprolegnia yang termasuk dalam Oomycetes merupakan patogen utama pada ikan air tawar. Saprolegnia seperti S. parasitica dan S. polymorpha Webster Weber, telah banyak dilaporkan sebagai patogen pada ikan dan telur ikan. Saprolegnia terdapat terutama di tanah yang lembab dan air tawar, bersifat sebagai saprofit pada sisa tanaman dan hewan. 2007. Oomycetes merupakan patogen utama pada telur ikan Noga, 2000. Saprolegnia menyerang ikan nila merah yang dikenal dengan penyakit Saprolegniasis Akbar, 2008. Oomycetes merupakan patogen utama pada telur ikan baik pada telur yang hidup maupun telur yang sudah mati. Infeksi dimulai pada telur yang tidak difertilisasi atau dibuahi ataupun telur yang tidak hidup Noga 2000. Infeksi menyebar kepada telur yang sehat melalui kemotaksis positif Bruno Wood 1999. Busuk pangkal batang, disebabkan oleh Ganoderma boninense adalah penyakit yang paling merusak pada kelapa sawit, khususnya di Indonesia dan Malaysia Susanto et al., 2005. Pertama karena adanya usaha untuk memperluas kebun kelapa sawit di Indonesia. Kedua, dari generasi ke generasi persentase tanaman sakit semakin meningkat. Kelapa sawit yang ditanam sesudah kelapa sawit atau Universitas Sumatera Utara tanaman kelapa akan mendapat serangan yang lebih berat dari penyakit busuk pangkal batang. Kalau dulu dianggap sebagai penyakit kebun tua, sekarang penyakit ini terdapat juga di kebun yang masih muda Semangun, 2000. Di kalangan petani perkebunan kelapa sawit G. boninense merupakan musuh penting bagi tanaman kelapa sawit maupun kelapa. Jamur patogen ini dapat masuk ke dalam badan tumbuhan melalui luka, lubang alami seperti mulut kulit dan hidatoda, atau dengan menembus permukaan tumbuhan yang utuh. Banyak jamur yang melakukan infeksi secara langsung pada bagian tumbuhan yang masih muda dan lunak Semangun, 1996. Ganoderma menular ke tanaman sehat bila akar tanaman sehat bersinggungan dengan tunggul-tunggul pohon yang sakit. Akar-akar tanaman kelapa sawit yang muda tertarik kepada tunggul yang membusuk karena kaya akan hara dan mempunyai kelembapan tinggi Semangun, 2000. Jamur akar putih Rigidoporus microporus merupakan organisme yang polifag, yaitu dapat menyerang bermacam-macam tanaman. Beberapa penelitian menyebutkan kemampuan jamur ini menyerang tanaman lain selain karet, diantaranya: jambu mete Anacardium occidentale Chatarina, 2012, teh Camellia sinensis Hastuti, 2000, akasia Acacia mangium, jati Azadirachta excelsa, dan Tectona grandis Farid et al., 2009. Semangun 2008 menyatakan bahwa R. microporus juga menyerang tanaman kopi, kelapa sawit, kakao, mangga, cengkeh, sengon, meranti serta tanaman perkebunan lain. Jamur akar putih yang menyerang karet yang dibudidayakan semula berasal dari pohon-pohon hutan yang sakit. Dari sisa-sisa akar atau tunggul pohon-pohon hutan Rigidoporus dapat menginfeksi tanaman karet. Berdasarkan konsep segitiga penyakit, penyebaran penyakit JAP ini tergantung pada tanaman contohnya pada karet sebagai inang, Rigidoporus microporus sebagai patogen serta kondisi lingkungan. Jika ketiga faktor saling mendukung, maka tanaman akan terserang penyakit ini. Sampai saat ini belum ditemukan adanya karet yang resisten tahan terhadap serangan jamur akar putih. Chatarina 2012 menyebutkan bahwa, penyakit JAP dapat menyerang tanaman mulai dari pembibitan sampai dewasa. Penyakit ini dapat menyerang tanaman muda, usia 3-4 tahun sampai Universitas Sumatera Utara tanaman menghasilkan atau produktif. Komponen lingkungan yang berperan meningkatkan penyebaran penyakit JAP ini adalah tanah. Sifat-sifat tanah sangat penting untuk menunjang perkembangan penyakit ini Prasetyo et al., 2009. Menurut Semangun 2008 tanaman yang terkena penyakit akar putih, daunnya tampak kusam, kurang mengkilat, dan melengkung ke bawah daun yang sehat berbentuk seperti perahu. Setelah itu daun-daun menguning dan rontok. Pada pohon dewasa daun gugur yang disertai dengan matinya ranting-ranting dan hal ini menyebabkan pohon karet mempunyai mahkota yang jarang. Pohon yang sakit kadang-kadang membentuk bunga dan buah sebelum masanya akar-akar busuk, sehingga pohon mudah rebah. Gejala penyakit di atas tanah mirip dengan gejala yang disebabkan patogen akar pada umumnya. Untuk mengetahui penyebab penyakitnya dengan pasti, perlu dilakukan pembukaan akar. Universitas Sumatera Utara BAB 3 BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat