Uji Signifikansi Parsial t-test Uji Signifikansi Simultan F-test Koefisien determinasi R

pengamatan atas variabel independen. Untuk melihat ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterpolt. d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode saat ini t dengan kesalahan pengganggu sebelumnya t-1. Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi.  Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.  Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.  Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

3.6.2 Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan dua tahap, yakni uji t dan uji F. Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial dakan diketahui dengan menggunakan uji t. Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan akan dilihat dengan menggunakan uji F.

3.6.2.1. Uji Signifikansi Parsial t-test

Uji t dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Pengujian melalui uji t dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel pada derajat signifikan 95 α=0,05. Universitas Sumatera Utara Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: • Jika thitung ttabel, maka Ha diterima, • Jika thitung ttabel, maka Ha tidak dapat diterima.

3.6.2.2. Uji Signifikansi Simultan F-test

Uji F dilakukan untuk menilai pengaruh variabel-variabel independen secara bersama-sama simultan terhadap variabel dependen. Pengujian melalui uji F dilakukan dengan membandingkan F-hitung dengan F-tabel pada derajat signifikan 95 α = 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut : • Jika Fhitung Ftabel, maka Ha diterima • Jika Fhitung Ftabel, maka Ha tidak dapat diterima.

3.6.2.3. Koefisien determinasi R

2 Menurut Syafrizal Helmi Situmorang. 2010:144 koefisien determinasi dapat dijelaskan sebagai berikut : Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independent atau predictornya. Range nilai dari R 2 adalah 0-1. 0 ≤ R 2 ≤ 1.Semakin mendekati nol berarti model tidak baik atau variasi model dalam menjelaskan amat terbatas, sebaliknya semakin mendekati satu model semakin baik. Universitas Sumatera Utara Kelemahan mendasar dalam penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen. Semakin banyak variabel independent ditambah ke dalam model maka R 2 akan meningkat walaupun variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan ke dalam model. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur

Dalam penelitian ini yang dijadikan obyek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI dengan periode pengamatan tahun 2009-2011. Alasan obyek penelitian pada perusahaan manufaktur karena perusahaan tersebut hampir tidak terpengaruh oleh fluktuasi perekonomian. Perusahaan tersebut akan tetap eksis dan bertahan, disebabkan oleh produk yang dihasilkannya. Permintaan akan produk yang dihasilkan perusahaan manufaktur akan tetap stabil walaupun ada suatu penurunan tersebut tidak berpengaruh terhadap aktivitas perusahaan dalam mengahasilkan laba yang optimal. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan data sekunder yaitu data diperoleh tidak secara langsung diambil dari perusahaan atau data diperoleh dari pihak ketiga dalam hal ini adalah dari Indonesia Capital Market Directory sebagai publikasinya yang tercatat pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Prosedur pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Data laporan keuangan tersedia untuk seluruh waktu pengamatan yang terdiri dari 3 tahun yaitu tahun 2009, 2010, 2011. Universitas Sumatera Utara