Produksi serta Produktivitas Ubi Kayu dan Ubi Jalar di Sumatera Utara

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Produksi serta Produktivitas Ubi Kayu dan Ubi Jalar di Sumatera Utara

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, maka dapat dilihat besarnya produksi serta produktivitas ubi kayu dan ubi jalar untuk wilayah Sumatera Utara 1996-2010 pada tabel-tabel dan grafik-grafik dibawah ini. Untuk produksi ubi kayu di Sumatera Utara 1996-2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 8. Produksi Ubi Kayu di Sumatera Utara 1996-2010 Tahun Produksi Ubi Kayu Ton 1996 421.460 1997 449.026 1998 488.149 1999 490.601 2000 480.128 2001 507.519 2002 441.819 2003 411.990 2004 464.960 2005 509.796 2006 452.450 2007 438.573 2008 736.771 2009 1.007.284 2010 905.571 Total 7.198,81 Rataan 479,92 Sumber : Lampiran 2 Dari Tabel 8 diatas, terlihat bahwa jumlah produksi ubi kayu Sumatera Utara terbesar di sepanjang tahun 1996-2010 terjadi pada tahun 2009 Universitas Sumatera Utara sebesar 1.007.284 Ton dengan jumlah produksi terendah di tahun 2003 sebesar 411.990 Ton. Total produksi ubi kayu di sepanjang tahun 1996- 2010 adalah sebesar 7.198,81 Ton dengan rata-rata produksi sebesar 479,92 Ton per tahun. Kondisi produksi ubi kayu Sumatera Utara diatas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini. Gambar 5. Produksi Ubi Kayu di Sumatera Utara 1996-2010 Pada Gambar 5, dapat dilihat bahwa perkembangan produksi ubi kayu Sumatera Utara 1996-2010 mengalami keadaan yang fluktuatif, dimana pada tahun 2003 terjadi penurunan produksi ubi kayu dan kemudian terjadi lagi penurunan di tahun 2007 yang sebelumnya sempat mengalami kenaikan pada tahun 2005 yaitu sebesar 509.796 Ton. Kemudian produksi ubi kayu mengalami kenaikan dengan puncak produksi yakni pada tahun 2009. Meskipun kenaikan produksi ubi kayu dapat meningkat dengan 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Produksi Ubi Kayu Ton Produksi Ubi Kayu Ton Universitas Sumatera Utara kenaikan yang sangat besar, namun pada tahun berikutnya produksi kembali menurun. Sedangkan kondisi produktivitas ubi kayu di Sumatera Utara tahun 1996-2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 9. Produktivitas Ubi Kayu di Sumatera Utara 1996-2010 Tahun Produktivitas Ubi Kayu KwHa 1996 120 1997 120 1998 119 1999 119 2000 119 2001 123 2002 122 2003 123 2004 125 2005 125 2006 126 2007 125,98 2008 194,19 2009 260,88 2010 279,48 Sumber : Lampiran 2 Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa produktivitas ubi kayu tertinggi di Sumatera Utara di sepanjang tahun 1996-2010 terjadi pada tahun 2010 yakni sebesar 279,51 KwHa. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa dari tahun 2008-2010 terjadi kenaikan produktivitas. Kenaikan ini tentunya disebabkan oleh campur tangan pemerintah yang melakukan intensifikasi tanaman dengan luas lahan yang berkurang namun produktivitas dapat ditingkatkan. Sedangkan produktivitas terendah terjadi pada tahun 1998 sampai tahun 2000 yakni sebesar 119 KwHa. Universitas Sumatera Utara Gambar 6. Produktivitas Ubi Kayu di Sumatera Utara 1996-2010 Dari Gambar 6, tampak bahwa produktivitas ubi kayu sepanjang tahun 1996-2010 mengalami kondisi yang fluktuatif. Dimana, pertumbuhan produksi ubi kayu yang terjadi dapat dikatakan meningkat, yakni dapat dilihat dengan pergeseran angka produktivitas yang meningkat per tahunnya. Berdasarkan kondisi produksi ubi kayu dapat dilihat bahwa disepanjang tahun 1996-2010 produksi ubi kayu di Sumatera Utara tetap mengalami peningkatan, hanya saja pada tahun 1996-2007 angka produktivitas cenderung stabil dengan produksi yang rendah apabila dibandingkan dengan tahun berikutnya. Dimana pada tahun 2008-2010 produksi meningkat sejalan dengan meningkatnya produktivitas ubi kayu. Produksi ubi kayu pada tahun 2003 paling rendah dikarenakan luas panen pada tahun tersebut berkurang dari tahun-tahun sebelumnya dimana luas panen ubi kayu pada tahun 2003 sebesar 33.452 Ha Lampiran 2. Namun jika dilihat pada tahun 2010 dimana luas panen ubi kayu lebih rendah 50 100 150 200 250 300 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Produktivitas Ubi Kayu kwHa Produktivitas Ubi Kayu kwHa Universitas Sumatera Utara dibanding tahun 2003 yaitu sebesar 32.402 Ha Lampiran 2 mampu menghasilkan produksi yang jauh lebih besar. Produksi ubi kayu dari tahun 1996-2001 mengalami peningkatan sebesar 86.059 Ton atau 20,42. Peningkatan tersebut berbanding lurus dengan luas panen, dimana luas panen dari tahun 1996-2001 mengalami peningkatan sebesar 5.987 Ha atau 16,98. Produktivitasnya juga mengalami peningkatan sebesar 3 KwHa atau 2,5. Selanjutnya produksi di tahun 2002-2005 mengalami penurunan dimana pada tahun 2003 terjadi penurunan sebesar 95.529 Ton atau 18,82 dari tahun 2001 dan merupakan produksi terendah disepanjang tahun 1996- 2010. Penurunan produksi disebabkan luas panen yang berkurang sebesar 7.781 Ha atau 18,87 dari tahun 2001. Namun produksi kembali meningkat di tahun 2005 sebesar 2.277 Ton atau 0,45 dari tahun 2001. Adapun volume ekspor ubi kayu di tahun 2002, 2003 dan 2004 masing- masing sebesar 7.313,856 Ton, 6.508,744 Ton dan 11.409,803 Ton. Pada tahun 2004 terjadi kenaikan ekspor ubi kayu dimana pada tahun tersebut produksi ubi kayu meningkat yang diikuti peningkatan luas panen. Produksi dari tahun 2006-2010 mengalami peningkatan. Namun peningkatan produksi baru terjadi di tahun 2008, karena sebelumnya yaitu tahun 2006 dan 2007 produksi menurun, dimana masing-masing 57.346 Ton dan 71.223 Ton atau 11,25 dan 13,97 dari tahun 2005. Penurunan Universitas Sumatera Utara produktivitas dikarenakan luas panen pada tahun tersebut berkurang sebesar 4.721 Ha dan 5.905 Ha atau sebesar 11,59 dan 14,50 dari tahun 2005. Untuk produksi tahun 2008 dan 2009 produksi meningkat sangat besar yaitu 226.975 Ton dan 497.488 Ton atau sebesar 44,49 dan 97,59 dari tahun 2005. Namun dapat dilihat bahwa jika dibandingkan dengan tahun 2001 dan 2005 dimana masing-masing luas panennya sebesar 41.233 Ha dan 40.717 Ha sedangkan di tahun 2008 dan 2009 luas panen ubi kayu hanya 37.941 Ha dan 38.611 Ha, mampu menghasilkan produksi yang jauh lebih besar dengan produktivitas 194,19 KwHa dan 260.88 KwHa. Sedangkan untuk produksi ditahun 2010 yang berkurang sebesar 101.713 Ton dari tahun 2009 dikarenakan luas panen yang berkurang sangat besar dan merupakan luas panen terendah disepanjang tahun 1996-2010. Jika dibandingkan tahun 2009, luas panen tahun 2010 berkurang sebesar 6.209 Ha atau 16,08. Namun produktivitas di tahun 2010 lebih besar jika dibanding 2009 yaitu sebesar 279,48. Dari analisis data-data tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 1996 produksi dan produktivitas ubi kayu masing-masing 421.460 Ton dan 120 KwHa dan untuk tahun 2010 masing-masing sebesar 905.571 Ton dan 279,48 KwHa. Ini menunjukkan adanya pertumbuhan atau peningkatan Universitas Sumatera Utara produksi dan produktivitas ubi kayu disepanjang tahun 1996-2010 sebesar 8,75 dan7,18 KwHa. Ubi kayu merupakan bahan pangan potensial bagi masa depan dalam tatanan pengembangan agribisnis dan agroindustri. Sejak awal PELITA I sampai sekarang, makanan pokok nomor tiga penghasil karbohidrat di Indonesia ini setelah padi dan jagung, mempunyai peranan yang cukup besar dalam mencukupi bahan pangan nasional dan dibutuhkan sebagai bahan pakan ternak serta bahan baku industri makanan. Produksi dan produktivitas ubi kayu yang rendah dikarenakan varietas unggul belum banyak digunakan petani dan teknik budidaya yang masih tradisional. Namun langkah yang dapat ditempuh untuk dapat mengatasi hal tersebut adalah dengan menumbuhkan pola agribisnis di daerah-daerah sentra produksi. Disamping itu, untuk memacu penganekaragaman produksi dan stabilitas harga pasar perlu ditumbuh kembangkan industri- industri pengolahan hasil yang berwawasan agroindustri berbahan baku ubi kayu. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan tentang komoditi hasil olahan ubi kayu andalan Kabupaten Serdang Bedagai yang telah mampu menopang dan memberikan kontribusi produk dari industri pengolahan skala kecil dan menengah terhadap perekonomian di kabupaten tersebut. Tepung tapioka merupakan Universitas Sumatera Utara hasil olahan dari ubi kayu yang paling banyak diusahakan di Kabupaten Serdang Bedagai baik dalam segi unit usaha, jumlah tenaga kerja, nilai investasi, kapasitas produksi, maupun dari segi nilai produksi. Hal ini dikarenakan tepung tapioka merupakan salah satu bahan baku yang paling banyak digunakakan di Indonesia. Peluang pasar untuk tepung tapioka cukup potensial baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Permintaan dalam negeri terutama berasal dari wilayah Pulau Jawa seperti Bogor, Tasikmalaya, Indramayu. Sementara permintaan pasar luar negeri berasal dari beberapa negara ASEAN dan Eropa. Sedangkan untuk kondisi produksi ubi jalar di Sumatera Utara tahun 1996- 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 10. Produksi Ubi Jalar di Sumatera Utara 1996-2010 Tahun Produksi Ubi Jalar Ton 1996 118.348 1997 111.156 1998 106.618 1999 134.642 2000 126.961 2001 118.183 2002 118.170 2003 135.661 2004 117.295 2005 115.728 2006 102.712 2007 117.641 2008 114.186 2009 140.138 2010 179.388 Universitas Sumatera Utara Total 1.856.83 Rataan 123.79 Sumber : Lampiran 3 Dari Tabel 10 terlihat bahwa di sepanjang tahun 1996-2010, jumlah produksi ubi jalar terbesar di Sumatera Utara terjadi pada tahun 2010 sebesar 179.338 Ton. Sedangkan produksi ubi jalar terkecil terjadi pada tahun 2006 sebesar 102.712 Ton. Dimana Total Produksi Ubi Jalar Sumatera Utara tahun 1996-2010 adalah sebesar 1.856.83 Ton dengan Rataan Total Produksi Ubi Jalar yakni 123,79 Ton per tahunnya. Kemudian dapat dilihat pula grafik kondisi produksi ubi jalar di Sumatera Utara tahun 1996-2010 dari gambar berikut. Gambar 7. Produksi Ubi Jalar di Sumatera Utara 1996-2010 Pada Gambar 7, tampak bahwa produksi ubi jalar di Sumatera Utara tahun 1996-2010 juga mengalami kondisi yang fluktuatif. Dimana pada tahun 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 180000 200000 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Produksi Ubi Jalar Ton Produksi Ubi Jalar Ton Universitas Sumatera Utara 1998 produksi ubi jalar menurun jika dibandingkan dari tahun sebelumnya. Namun pada tahun 1999 produksi ubi jalar meningkat tetapi peningkatan tersebut tidak berlangsung lama karena pada tahun berikutnya produksi kembali menurun hingga tahun 2002. Produksi kembali meningkat pada tahun 2003 namun kondisi ini juga tidak berlangsung lama karena produksi kembali menurun hingga produksi terendah dicapai pada tahun 2006 sedangkan puncak produksi diperoleh pada tahun 2010. Besarnya produktivitas ubi jalar di Sumatera Utara tahun 1996-2010 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 11. Produktivitas Ubi Jalar di Sumatera Utara 1996-2010 Tahun Produktivitas Ubi Jalar KwHa 1996 88 1997 89 1998 89 1999 94 2000 93 2001 95 2002 95 2003 95 2004 95,93 2005 96,33 2006 96,62 2007 96,99 2008 110,69 2009 113,39 2010 120,61 Sumber : Lampiran 3 Dari Tabel 11 tampak bahwa produktivitas ubi jalar di Sumatera Utara disepanjang tahun 1996-2010 mengalami peningkatan. Produktivitas ubi Universitas Sumatera Utara jalar tertinggi terjadi pada tahun 2010 yakni sebesar 120,61 KwHa. Sedangkan produktivitas ubi jalar terendah terjadi pada tahun 1996 yakni sebesar 88 KwHa. Gambar 8. Produktivitas Ubi Jalar di Sumatera Utara 1996-2010 Dari Gambar 8 tampak bahwa produktivitas ubi jalar sepanjang tahun 1996-2010 terus menunjukkan angka peningkatan. Namun jika dibandingkan dengan produksi yang dicapai maka sangat jauh dari harapan. Produksi ubi jalar pada tahun 1996-1998 mengalami penurunan sebesar 11.730 Ton atau 9,9. Penurunan ini disebabkan berkurangnya luas panen ubi jalar sebesar 1.423 Ha atau 10,59 Lampiran 3. Namun di tahun berikutnya yaitu tahun 1999 produksi mengalami peningkatan sebesar 16.924 Ton atau 13,77 dari tahun 1996. Peningkatan ubi jalar ini disebabkan bertambahnya luas panen sebesar 866 Ha atau 6,44 dan juga peningkatan produktivitas sebesar 6,8 dari tahun 1996. 50 100 150 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Produktivitas Ubi Jalar kwHa Produktivitas Ubi Jalar kwHa Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2000-2002 produksi kembali menurun, dimana pada tahun 2000 produksi turun sebesar 7.681 Ton atau 5,7 dari tahun 1999. Penurunan ini disebabkan berkurangnya luas panen sebesar 673 Ha atau 4,7 dan produktivitas 1 Kwha atau 1,06. Begitu juga untuk tahun 2001 dan 2002, produksi menurun masing-masing 16.459 Ton dan 16.472 Ton atau 12,22 dan 12,23 dari tahun 1999. Penurunan disebabkan luas panen berkurang masing-masing 1.840 Ha dan 1.899 Ha atau 12,86 dan 13,28, sedangkan produktivitas malah meningkat, dimana masing- masing naik 1 KwHa atau 1 dari tahun 1999. Produksi kembali meningkat sebesar 1.019 Ton atau 0,76 pada tahun 2003 jika dibandingkan dengan produksi pada tahun 1999 dengan luas panen yang hampir sama yaitu hanya selisih 24 Ha atau 0,17, namun dengan produktivitas yang lebih besar yaitu 1 KwHa dari tahun 1999. Pada tahun 2004-2008 produksi kembali menurun. Dimana pada tahun 2004 menurun sebesar 18.366 Ton atau 13,53 dari tahun 2003. Pada tahun 2006 produksi juga menurun dengan penurunan yang jauh lebih besar yaitu 32.949 Ton atau 24,29 dari tahun 2003. Penurunan ini disebabkan berkurangnya luas panen pada tahun 2004 dan 2006 masing- masing 2.053 Ha dan 3.650 Ha atau 14,38 dan 25,56 dari tahun 2003. Namun produktivitas pada tahun tersebut malah meningkat, dimana masing-masing naik 1,33 KwHa dan 1,62 KwHa atau 1,4 dan 1,7. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2007 produksi kembali meningkat dengan jumlah produksi yang tidak jauh beda dengan produksi pada tahun 2004, karena hanya meningkat sebesar 346 Ton atau 0,29 sedangkan luas panen malah berkurang sebesar 98 Ha atau 0,8 dan produktivitas naik sebesar 1,06 KwHa atau 1,1. Sedangkan produksi di tahun 2008 kembali menurun yaitu sebesar 3.455 Ton atau 2,94 dari tahun 2007, dikarenakan luas panen berkurang sebesar 1.813 Ha atau 14,94 sedangkan produktivitas meningkat sebesar 13,7 KwHa atau 14,12 dari tahun 2007. Penurunan luas panen ubi jalar antara lain disebabkan adanya perbaikan irigasi dan persaingan dengan komoditas lain yang mempunyai nilai ekonomi lebih baik. Dengan tersedianya fasilitas pengairan, pada musim kemarau lahan sawah yang biasanya ditanamai ubi jalar berubah ditanami padi. Sedangkan untuk tahun 2009 dan 2010 produksi meningkat, dimana masing-masing bertambah sebesar 4.477 Ton dan 43.727 Ton atau 3,3 dan 32,23 dari tahun 2003. Luas panen dan produktivitas maing-masing jika dibanding dengan tahun 2003 yaitu untuk tahun 2009 luas panen berkurang 1.921 Ha atau 13,45 dan untuk tahun 2010 meningkat sebesar 594 Ha atau 4,16. Dan untuk produktivitas tahun 2009 dan 2010 masing-masing meningkat sebesar 18,39 KwHa dan 25,61 KwHa atau 19,36 dan 26,96 dari tahun 2003. Universitas Sumatera Utara Dari analisis data tersebut dapat dilihat bahwa produksi dan produktivitas ubi jalar dari tahun 1996-2010 mengalami pertumbuhan dimana masing- masing sebesar 3,87 dan 2,34. Pada tahun 2004 produktivitas meningkat dengan luas panen yang berkurang sedangkan pada tahun 2010 walaupun luas panen meningkat, namun bersamaan dengan peningkatan produktivitas yang jauh lebih besar jika dibanding pada tahun 1999 dan 2003 dimana luas panen pada tahun tersebut tidak jauh berbeda tetapi produksinya rendah. Meskipun produktivitas ubi jalar meningkat dari tahun 2004-2010, namun sebenarnya peluang untuk meningkatkan produktivitas ubi jalar di Sumatera Utara masih besar. Produktivitas yang meningkat di tahun 2004- 2010 disebabkan petani telah menggunakan bibit unggul dan melakukan pemupukan pada tanaman ubi jalar. Namun belum menyebarnya penggunaan varietas unggul dan belum tepatnya teknologi budidaya seperti pemupukan yang menyebabkan bahwa produktivitas masih dapat ditingkatkan lagi. Varietas unggul yang sudah digunakan oleh petani di Sumatera Utara adalah Varietas Sari yang memiliki daya hasil 30-35 TonHa yang dilepas pada tahun 2001 tetapi belum banyak ditanam oleh petani di Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

5.2 Konsumsi Ubi Kayu dan Ubi Jalar di Sumatera Utara