Bobot kering berangkasan per tanaman g

b. Bobot kering berangkasan per tanaman g

Tabel 7. Bobot kering berangkasan per tanaman kacang hijau pada beberapa kerapatan awal umbi teki dengan dosis pupuk K. Kerapatan Awal Umbi Teki umbipolibag Dosis Pupuk K g Pengaruh Kerapatan Awal Umbi Teki 0.4 0.8 1.2 ...…………………g…………………. 3.92 4.37 5.57 5.45 4.83 a 2 3.90 4.01 4.64 3.98 4.13 b 4 3.30 3.76 4.35 3.67 3.77 b 6 3.10 3.55 3.25 3.13 3.26 c Pengaruh Dosis 3.56 B 3.92 AB 4.45 A 4.06 A Pupuk K Angka-angka pada baris yang diikuti oleh huruf besar yang sama dan angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut DNMRT taraf 5 . Pada Tabel 7 terlihat pengaruh yang berbeda nyata pada kerapatan awal umbi teki terhadap bobot kering berangkasan per tanaman dimana semakin ringan dengan semakin meningkatnya kerapatan awal umbi teki yang tumbuh pada pertanaman kacang hijau ini. Kerapatan awal 6 umbi teki per polibag mempunyai bobot kering berangkasan per tanaman yang lebih ringan dibandingkan dengan kerapatan awal 2 dan 4 umbi teki per polibag. Hal ini disebabkan dengan semakin tingginya kerapatan gulma teki menyebabkan daya saingnya semakin meningkat. Sesuai dengan pendapat Mangoensoekardjo 1978, yang menyatakan bahwa persaingan teki dengan tanaman semusim menyebabkan terjadinya penekanan terhadap pertumbuhan tanaman, salah satu akibatnya adalah berkurangnya berat kering tanaman serta berkurangnya hasil secara nyata. Pemberian dosis pupuk K memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap bobot berangkasan kering per tanaman, yang semakin meningkat dengan penambahan 14 dosis pupuk K. Hal ini disebabkan karena kalium seperti yang dijelaskan oleh Sosrosoedirdjo dan Rifai 1985 mempunyai fungsi fisiologis khusus pada asimilasi karbondioksida. Proses asimilasi tergantung kepada adanya kalium, dengan tersedianya asimilat yang cukup mengakibatkan bobot kering tanaman juga akan meningkat.

c. Bobot kering akar per tanaman g