Pengujian Hipotesis Kedua Uji Muktikolinieritas

4.3.2. Pengujian Hipotesis Kedua

4.3.2.1. Hasil uji normalitas hipotesis kedua Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau mendekati normal dilakukan dengan Regression Standarized Residual. Hasil Pengujian dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 4.4. Hasil Uji Normalitas Hipotesis Kedua Berdasarkan Gambar 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa penyebaran data berada di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis arah diagonal. Dengan demikian maka model regresi hipotesis kedua memenuhi asumsi normalitas. 4.3.2.2. Hasil analisis regresi sederhana hipotesis kedua Universitas Sumatera Utara Pengujian hipotesis kedua menyatakan bahwa kepemimpinan X berpengaruh terhadap iklim organisasi Y pegawai Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I, diuji dengan regresi sederhana. Tabel 4.12. Koefisien Regresi Hipotesis Kedua Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B Std. Error Beta t Sig. Constant 28.917 2.301 12.570 .000 1 Kepemimpinan .543 .091 .673 5.963 .000 a. Dependent Variable: Iklim Organisasi Sumber: Hasil Penelitian, 2010 Data diolah Berdasarkan Tabel 4.12 di atas, maka persamaan analisis regresi sederhana hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah: Y = 28,917 + 0,543X Pada persamaan di atas dapat dilihat bahwa kepemimpinan X memiliki kemampuan untuk mempengaruhi prestasi kerja Y pegawai Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I. Kepemimpinan X mempunyai koefisien regresi positif yang membuktikan kontribusinya terhadap iklim organisasi Y. Hal ini menunjukkan bahwa iklim organisasi Y Kantor Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I dapat dipengaruhi oleh kepemimpinan X. Berdasarkan model persamaan regresi yang diperoleh, maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut : Nilai koefisien regresi untuk variabel kepemimpinan X sebesar 0,543 menunjukkan pengaruh yang positif antara variabel kepemimpinan X terhadap iklim organisasi Y. Hal ini berarti jika variabel kepemimpinan X ditingkatkan, maka variabel iklim organisasi Y juga meningkat. Universitas Sumatera Utara Model ini menunjukkan bahwa baik tidaknya iklim organisasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I yang disebabkan oleh kepemimpinan dapat diprediksikan melalui model persamaan ini. 4.3.2.3. Koefisien determinasi R-Square Nilai koefisien determinasi R 2 dipergunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel kepemimpinan X terhadap iklim organisasi Y kantor Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I. Nilai R 2 yang diperoleh dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.13. Nilai Koefisien Determinasi R 2 Hipotesis Kedua Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .673 a .453 .440 4.22530 a. Predictors: Constant, Kepemimpinan b. Dependent Variable: Iklim Organisasi Sumber: Hasil Penelitian, 2010 Data diolah Berdasarkan Tabel 4.13. di atas diperoleh nilai R sebesar 0,673, yang berarti hubungan antara kepemimpinan dan iklim organisasi adalah sebesar 0,673, artinya mempunyai hubungan yang kuat. Temuan ini menguatkan pendapat Robert Stringer 2002 yang menyatakan bahwa terdapat lima faktor yang mempengaruhi terjadinya iklim organisasi, yaitu lingkungan eksternal, strategi, kepemimpinan, pengaturan organisasi, dan sejarah organisasi. Masing-masing faktor ini sangat menentukan, oleh karena itu apabila ingin mengubah iklim suatu organisasi harus mengevaluasi masing-masing faktor tersebut. Selanjutnya berdasarkan Tabel 4.13. di atas diperoleh juga nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0,453. Hal ini menunjukkan bahwa Universitas Sumatera Utara sebesar 45,3 variabel kepemimpinan berpengaruh terhadap iklim organisasi kantor Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I. Sedangkan sisanya sebesar 55,70 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil analisis di atas mempunyai implikasi bahwa kepemimpinan yang baik harus diterapkan di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I guna memberikan dukungan terhadap terciptanya iklim organisasi yang kondusif di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I. Pemimpin sebaiknya menciptakan hubungan kerja yang lebih baik dan harmonis dengan bawahan, menciptakan komunikasi yang lebih baik dengan bawahan, dapat memotivasi bawahan, lebih memerhatikan bawahan terutama untuk masalah-masalah yang dihadapi dalam pekerjaan. Hal ini berguna untuk menciptakan suasana iklim organisasi yang nyaman dan kondusif. Hal ini sangat penting mengingat kontribusi kepemimpinan terhadap iklim organisasi cukup tinggi, yakni sebesar 45,3. 4.3.2.4. Uji serempak hipotesis kedua Hasil pengujian hipotesis kedua secara serempak dapat dilihat pada Tabel 4.13. berikut ini: Tabel 4.14. Hasil Uji Serempak Hipotesis Kedua ANOVA b Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Regression 634.759 1 634.759 35.554 .000 a Residual 767.685 43 17.853 1 Total 1402.444 44 a. Predictors: Constant, Kepemimpinan b. Dependent Variable: Iklim Organisasi Sumber: Hasil Penelitian, 2010 Data diolah Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 4.14. di atas diperoleh nilai F hitung sebesar 35,554 dengan nilai F tabel dengan alpha 5 0,05 adalah 4,067. Hal ini berarti bahwa nilai F hitung nilai F tabel 35,554 4,067 dan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari alpha 5 0,000 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa varibel kepemimpinan X berpengaruh secara signifikan terhadap iklim organisasi Y kantor Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I. Hal ini memberi arti bahwa variabel kepemimpinan sangat menentukan kondisi iklim organisasi kantor Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I, artinya dengan kepemimpinan yang efektif akan membawa iklim organisasi yang kondusif pada kantor Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian hipotesis pertama, dengan menggunakan analisis uji serempak uji-F diperoleh hasil bahwa iklim organisasi dan kompensasi berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja pegawai Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I. Dan berdasarkan uji-t, secara parsial variabel kompensasi berpengaruh lebih dominan daripada variabel iklim organisasi terhadap prestasi kerja pegawai. Hal ini memberi arti bahwa variabel kompensasi lebih mempunyai peranan dalam meningkatkan prestasi kerja pegawai Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I dibandingkan dengan variabel iklim organisasi. 2. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap variabel iklim organisasi kantor Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I

5.2. Saran

1. Dari hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa kompensasi mempunyai pengaruh yang lebih dominan terhadap prestasi kerja pegawai Badan Meteorologi Universitas Sumatera Utara