Model Pemberdayaan Masyarakat Melalui KEMAGAHAN

83

5.5 Model Pemberdayaan Masyarakat Melalui KEMAGAHAN

Salah satu tujuan kelembagaan adalah memberdayakan masyarakat yang ikut tergabung di dalamnya. KEMAGAHAN yang dibentuk juga memiliki tujuan yang sama yaitu membuat masyarakat lebih berdaya. Keberdayaan yang dimaksud dalam hal ini adalah berdaya secara ekonomi dan otomatis beberapa keberdayaan lainnya juga akan ikut muncul, seperti berdaya dalam berorganisasi, berdaya dalam pendanaan kelompok, dan lain-lain. Bapak Iyek menjelaskan bahwa di Kelurahan Pekan Bahorok, nilai-nilai kekeluargaan masih sangat terjaga dan masyarakat tetap melestarikan nilai-nilai ini. Di dalam pembentukan kelompok, KEMAGAHAN juga mengadopsi nilai-nilai kekeluargaan ini. Maksud dari nilai kekeluargaan disini adalah bukan bermula dari anggota keluarga sendiri untuk pengembangan kelompok, tetapi menginternalisasikan nilai-nilai kekeluargaan seperti rasa kebersamaan yang tinggi, solidaritas yang masih terjaga dan sifat gotong royong yang diterapkan ke anggota kelompok. Nilai-nilai kekeluargaan ini bisa menjadi model atau dasar pembentukan kelompok lokal. Terkait dengan KEMAGAHAN, nilai-nilai kekeluargaan sudah berhasil terinternalisasi ke dalam kelompok, tetapi masih ada sedikit hambatan di dalamnya yaitu faktor ekonomi. Masyarakat mau bergabung ke dalam kelompok jika pembudidayaan gaharu dapat menghasilkan nilai ekonomis secara cepat. Gaharu memang memiliki nilai ekonomis yang tinggi tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama jika dibandingkan dengan komoditas lainnya. Hal ini juga yang menjadi faktor penghambat kelompok walaupun nilai-nilai kekeluargaan sudah terinternalisasikan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 84 Bapak Sanny menjelaskan bahwa ada beberapa upaya-upaya yang dilakukan oleh kelompok untuk membuat anggota lebih berdaya. Upaya-upaya tersebut adalah : • Mengikuti beberapa pelatihan kelembagaan administrasi, pengelolaan lembaga, dan lain-lain, • Pelatihan teknis pembudidayaan pembibitan, penyuntikan, dan pengelolaan pasca panen, • Melaksanakan study tour untuk menambah pengalaman dan pengetahuan tentang gaharu, • Memberikan motivasi bagi anggota kelompok. Upaya-upaya yang dilakukan diatas bukan terjadi dengan sendirinya, melainkan belajar dari pengalaman-pengalaman selama kelompok berdiri. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Sanny sebagai berikut : “Kelompok yang kami dirikan bukan untuk dijadikan sebagai simbol saja. Kami menginginkan kelompok ini menjadi wadah bagi masyarakat untuk bertukar pikiran sehingga masyarakat mampu menutupi beberapa kekurangannya. Proses- proses pemberdayaan bagi masyarakat akan mampu terlaksana dan untuk memunculkan upaya tersebut tidak mudah dan kami melaksanakannya dari pengalaman selama 8 tahun. ” Sumber : Wawancara 4 Juni 2012 Berdasarkan wawancara diatas, upaya untuk melakukan proses pemberdayaan ke masyarakat tidaklah mudah. Kerja keras, semangat yang tinggi, dan pantang menyerah menjadi modal utama agar KEMAGAHAN tetap berdiri. Bagi anggota kelompok, upaya-upaya pemberdayaan seperti diatas sangat dibutuhkan oleh kelompok untuk terus menambah pengetahuan-pengetahuan tambahan. Kelompok ini masih tergolong baru dan harus dibantu dengan hal-hal seperti itu agar kelompok ini menjadi berdaya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 85 Dari keempat upaya-upaya di atas, Bapak Sanny lebih menekankan kepada pemberian motivasi kepada setiap anggota kelompok dan masyarakat di luar kelompok. Proses sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat memang tidak segencar ketika KEMAGAHAN baru dibentuk. Intensitas sosialisasinya mulai berkurang karena sudah masuk proses panen perdana, walaupun hanya beberapa pohon saja. Untuk kondisi sekarang ini, pemberian motivasi secara terus menerus harus digiatkan. Alasan ini dilakukan agar anggota kelompok tetap berada dijalurnya dan tidak merasa jenuh. Rasa jenuh yang muncul dikarenakan harus menunggu selama 7-8 tahun agar bisa dipanen dan harus membutuhkan tingkat kesabaran yang tinggi. Untuk mencegah hal itu, maka pemberian motivasi menjadi sangat perlu menurut Bapak Sanny. Selain Bapak Sanny, Bapak Azrinal sebagai salah satu informan dari Dinas Hutbun Kabupaten Langkat mengatakan : “Kemagahan yang dibentuk oleh Pak Iyek sebenarnya secara tidak langsung telah ikut membantu pemerintah Kabupaten Langkat khususnya Dinas Hutbun Langkat dalam mengembangkan gaharu sebagai tanaman istimewa. Kemagahan juga menjadi salah satu kelompok yang mampu memberdayakan masyarakatnya untuk menuju perubahan yang lebih baik, seperti pengetahuan akan berlembaga, perubahan pola pikir terhadap pelestarian hutan. Kemudian yang paling utama adalah pengelolaan kelompok dilakukan oleh masyarakat sendiri. ” Sumber : Wawancara 14 Mei 2012 Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa sebenarnya Bapak Azrinal mendukung dengan keberadaan dari KEMAGAHAN di Kelurahan Pekan Bahorok. Beliau menjelaskan kalau di sektor kehutanan, Kabupaten Langkat memiliki pohon- pohon unggulan yang salah satunya adalah pohon gaharu. Berarti, secara tidak langsung KEMAGAHAN telah membantu pengembangan tanaman unggulan kehutanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Nilai ekonomis tinggi jika dikembangkan dengan baik, maka hasil komoditas unggulan dari Kabupaten Langkat tidak hanya dari sawit dan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 86 karet saja melainkan hasil gaharu pun mampu menyaingi kedua komoditas tersebut dan yang paling penting adalah perubahan yang terjadi pada masyarakat Kelurahan Pekan Bahorok yang secara swadaya telah mengembangkannya. Keterlibatan Dinas Hutbun Langkat sangat berarti bagi KEMAGAHAN. KEMAGAHAN masih membutuhkan beberapa bentuk pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan KEMAGAHAN. Faktanya di lapangan adalah pemerintah kurang memberikan perhatian terhadap pengembangan kelompok. Padahal, KEMAGAHAN secara tidak langsung telah ikut melakukan pelestarian terhadap tanaman yang menjadi orientasi pemanfaatan hasil hutan. Hal ini disampaikan oleh bapak Iyek selaku ketua kelompok. Bagan dibawah adalah model pemberdayaan di Kelurahan Pekan Bahorok berbasis Sosial Forestri. MASYARAKAT MEMBENTUK KELOMPOK LOKAL MEMANFAATKAN POTENSI ALAM ASPEK INTERNAL ASPEK EKSTERNAL Nilai-nilai kekeluargaan Nilai-nilai alam Keswadayaan Motivasi antar anggota kelompok Mengadakan studi banding Keterlibatan Dinas Hutbun Pelatihan Kelembagaan dan Teknis Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 87

5.6 Keberhasilan Pengelolaan Sumber Daya Hutan Melalui Kelembagaan

Dokumen yang terkait

Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Pelestarian Daerah Aliran Sungai Bahorok (Studi Pada Mayarakat Sekitar Sungai Bahorok di Desa Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat)

21 157 59

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 65 94

Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Masyarakat (Studi kasus: Kecamatan Salapian, Kutambaru dan Bahorok di Kabupaten Langkat)

13 84 81

Bukit Lawang (Studi Deskriptif Mengenai Peran Masyarakat Terhadap Kelestarian Hutan Di Desa Perkebunan Bukit Lawang, Kec. Bahorok Kabupaten Langkat)

7 91 96

Eksistensi Kearifan Lokal Pada Petani Tepian Hutan Dalam Memelihara Kelestarian Ekosistem Sumber Daya Hutan

1 59 11

Deskripsi Mengenai Hutan Wisata Bahorok Sebelum Bencana Banjir Tahun 2003

0 40 6

Prakondisi Keberhasilan Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dan Pengaruhnya terhadap Kelestarian Sumberdaya Alam: Studi Kasus di KPH Kuningan dan Ciamis

0 10 3

Desain kelembagaan usaha hutan rakyat untuk mewujudkan kelestarian hutan dan kelestarian usaha dalam upaya pengentasan kemiskinan masyarakat pedesaan

0 4 10

Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Pelestarian Daerah Aliran Sungai Bahorok (Studi Pada Mayarakat Sekitar Sungai Bahorok di Desa Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat)

0 0 9

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI GAHARU BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN

0 1 242