lingkungannya lebih banyak melewati penglihatan batin, tidak melihat secara mendetail, tetapi melihat makna secara keseluruhan.
d. Penginderaan
Orang yang dominan penginderaannya menangkap hal-hal yang terdapat dalam lingkungannya sebagaimana adanya tanpa ukuran
penilaian apapun. Orang yang seperti itu bila melihat tembok atau mendengar musik atau meraba meja, hanya menangkap apa adanya
tidak melakukan suatu penilaian.
2. Extravert, Intravert dan Ambivert
Berdasarkan fungsi psihis tersebut diatas, ahli jiwa Jung membedakan manusia menjadi dua golongan menurut arah perhatiannya. Jika perhatiannya
terutama ditujukan keluar, yakni ke sekelilingnya, ini dinamakan type extravers. Dan orangnya disebut extravert. Seorang extravert lebih mementingkan
lingkungannya daripada dirinya sendiri, lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan sendiri. Orang semacam ini umumnya berhati
terbuka, gembira, ramah-tamah, lancar dalam pergaulan, dan memancarkan sikap hangat, sehingga cepat mendpat bnayak kawan.
Golongan yang kedua ialah orang yang perhatiannya terutama di arahkan ke dalam dirinya sendiri. Ini disebut type intraverse. dan orangnya dinamakan
intravert. Orang yang bertype ini lebih mementingkan dirinya sendiri daripada
Universitas Sumatera Utara
kepentingan umum. Dirinya sendiri menjadi primer, lingkungannya sekunder. Seorang intravert biasanya pendiam, egoistis, suka merenung, senang
mengasingkan diri, tidak bisa bergaul. Yang penting ialah jika seorang extravert hidup bersama dengan seorang
intaravert, maka antara kedua orang tersebut akan terjadi ketegangan psikologis. Akan tetapi pada kenyataannya perbedaan yang ekstrim itu hanya terdapat pada
sebagian kecil manusia saja, sebab antara kedua golongan itu ada segolongan yang mengantarinya, yakni type ambiverse. Dan ternyata, bahwa orang-orang
ambivert jauh lebih banyak daripada orang-orang extravert dan intravert. Jadi berdasarkan fungsi psihis dan arah perhatiannya, maka terdapat
orang-orang extravert yang terbiasa berpikir empiris, berpikir intuitif, berperasaan empiris, berpikir intuitif , berperasaan empiris, berperasaan intuitif
dan orang intravert yang berpikir empiris, berpikir intuitif, berperasaan empiris, berperasaan intuitif.
Itu semua perlu diketahui oleh para manajer atau pemimpin eksekutif. Dengan demikian para pemimpin kelompok kekaryaan akan dapat memahami
mengapa seorang karyawan mempunyai sifat tabeat tertentu. Dan ini akan memudahkan memecahkan masalah yang dihadapi para karyawan. Masalah-
masalah yang dihadapi para karyawan, baik di rumahnya maupun di tempat pekerjaannya, akan besar pengaruhnya kepada pelaksanaan tujuan organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Dengan berhasilnya memecahkan masalah para karyawan, berarti seorang manajer telah sukses melaksanakan human relations. Dan ini besaranya bagi
manajemen.
2.1.1.4 Manusia Dalam Dinamika Kelompok
Manusia tidak pernah hidup sendiri. Sejak ia dilahirkan ia tergantung dari orang lain. Ia mengadakan interaksi dengan orang lain. Dan dalam interaksi itu
terjadi pengaruh mempengaruhi. Semakin lama ia hidup dan tumbuh, semakin banyak ia berinteraksi. Dan semakin luas ruang lingkup interaksinya. Ia berada
dalam kehidupan kelompok. Ia berinteraksi dengan masyarakat lingkungannya. Ada tiga faktor yang mendasari interaksi manusia dalam kehidupannya
dengan manusia lain. Ketiga faktor tersebut ialah imitasi, sugesti, dan simpati. Imitasi tampak dengan jelas dalam tingkah laku anak-anak dalam
pertumbuhannya menjadi dewasa. Bahasa untuk menyatakan setiap keinginannya adalah imitasi dari ibunya. Cara makan, cara berpakaian, cara mengucapkan selamat
jalan, cara memberikan isarat dan lain sebagainya semuanya adalah hasil imitasi. Para karyawan pun sebagai manusia yang hidup bermasyarakat tidak akan
lepas dari imitasi. Imitasinya itu tidak selalu positif. Kemungkinan besar banyak yang negatifnya. Terutama imitasi dari film. Akibat dari imitasinya itu, seperti
umpamanyan tingkah laku bintang film yang tidak sesuai dengan norma hidup masyarakat kita, bisa berpengaruh kepada kehidupan kelompok kekaryaan di mana
para karyawan bekerja. Beruntunglah, apabila para karyawan berimitasi dari teman
Universitas Sumatera Utara
sejawatnya yang rajin menambah pengetahuannya di luar pekerjaan. Imitasi yang positif itu akan berpengaruh pula kepada organisasi kekaryaan di mana mereka
bekerja. Faktor lain adalah sugesti. Sugesti diterima seseorang dari orang lain yang
mempunyai otoritas, prestise sosial yang tinggi, atau ahli dalam lapangan tertentu. Ia mengoper tingkah laku atau adat kebiasaan dari orang lain tadi tanpa sesuatu
pertimbangan. Sugesti ini memegang peranan penting dalam hidup kelompok kekaryaan, karena di situ terdapat orang-orang yang mempunyai otoritas, mempunyai
prestise sosial yang tinggi, atau yang mempunyai keahlian dalam lapangan tertentu, terutama dalam organisasi yang besar.
Faktor ketiga yang memegang peranan penting dalam interaksi ialah simpati. Simpati ialah perasaan tertarinya seseorang oleh orang lain. perasaan simpati ini
dapat timbul secara tiba-tiba atau secara lambat laun. Berbeda dengan sugesti, timbulnya simpati ini adalah sebagai proses yang
disadari dan timbulnya tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan. Pada simpati dorongan utama adalah ingin mengerti dan ingin
kerjasama dengan orang lain. “Mutual Understanding” atau pengertian bersama hanya dapat dicapai kalau terdapat simpati.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Disiplin Kerja
2.1.2.1 Pengertian Disiplin Kerja
Setiap perusahaan pada umumnya menginginkan agar para karyawan yang bekerja dapat mematuhi peraturan yang telah ditetapkannya peraturan baik tertulis
maupun tidak tertulis, diharapkan agar para karyawan memiliki sikap displin yang tinggi dalam bekerja sehingga produktivitas kerjanya dapat meningkat. Disiplin kerja
juga diartikan sebagai sikap ketaatan seseorang terhadap suatu aturan ketentuan yang berlaku dalam organisasi yaitu menggabungkan diri dalam organisasi itu atas
dasar adanya kesadran dan keinsyafan bukan karena adanya unsur paksaan Hasibuan, 2007:147. Sedangkan Saydam, mengemukakan pengertian disiplin yaitu
sebagai suatu sikap, tingkah laku dan peraturan yang sesuai dengan peraturan perusahaan baik tertulis atau tidak tertulis Saydam, 2006:199. Pandapat yang lain
mengatakan bahwa disiplin adalah sebgai sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok masyarakat berupa ketaatan-
ketaatan yang ditetapkan pemerintah.etika, norma, kaidah-kaidah yang berlaku untuk tujuan tertentu Sinungan, 2007:145.
Kata disiplin terminologis berasal dari kata latin: disciplina yang berarti pengajaran, latihan dan sebagainya berawal dari kata discipulus yaitu seorang yang
belajar. Jadi secara etimologis ada hubungan pengertian antara discipline dengan disciple Inggris yang berarti murid, pengikut yang setia, ajaran atau aliran
Sinungan 2000 : 146
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hasibuan 2007 : 193 kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang
berlaku. Menurut Thoha 2005 : 76 disiplin adalah suatu peraturan yang memuat
keharusan, larangan, dan sanksi apabila keharusan tidak dilaksanakan atau larangan dilanggar.
Menurut Handoko 2001 : 208 disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional.
Menurut Siagian 2003 : 305 disiplin adalah tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut.
Disiplin merupakan bentuk pelatihan yang menegakkan peraturan-peraturan perusahaan Mathis John Jakson, 2002 : 314.
Sinungan 2000 : 134 mendifinisikan kedisiplinan sebagai sikap kejiwaan dari seseorang atau sekelompok orang yang senantiasa berkehendak untuk
mengikutimematuhi segala aturankeputusan yang telah ditetapkan . Dari berbagai pengertian tentang disiplin yang telah dikemukakan di atas
penulis dapat menarik suatu kesimpulan mengenai disiplin kerja yaitu sebagai berikut: disiplin kerja adalah suatu sikap yang dipenuhi dengan kesadaran untuk
patuh dan taat menjalankan aturan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dan
Universitas Sumatera Utara
aturan itu harus benar-benar dilaksanakan sebab jika aturan tersebut tidak dilaksanakan maka akan mendapatkan sanksi.
Disiplin merupakan suatu sikap yang tidak dapat muncul dengan sendirinya terhadap diri karyawan atau pegawai. Untuk melahirkan sikap disiplin
maka sikap tersebut harus selalu dilatih dan diterapkan pada diri karyawan. Sama halnya dengan pendapat para ahli di atas, Siagian 2003 : 305
mengatakan bahwa pembagian kegiatan disiplin ada 2 yaitu:
1. Disiplin Preventip adalah tindakan yang mendorong para karyawan untuk