BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Galaktomanan Ikat silang Glutaraldehida dapat disintesis dari Galaktomanan kolang-kaling Arenga pinnata dengan Glutaraldehida sebagai bahan pengikat
silang dalam kondisi pH 2 dengan penambahan H
2
SO
4p
dan dengan pengeringan dalam oven pada suhu 40
o
C. 2. Karakteristik Galaktomanan kolang-kaling Arenga pinnata ikat silang
Glutaraldehida didukung oleh : a.
Hasil analisis spektrofotometer FT-IR yang menunjukkan munculnya gugus fungsi C-O-C asimetrik pada daerah bilangan gelombang 1150-
1085 cm
-1
, serta terjadinya perubahan profil puncak gugus hidroksil. b.
Hasil analisis SEM Scanning Electron Microscopic yang menunjukkan perubahan morfologi permukaan GKK yang halus menjadi kasar dan
bergelombang pada GIG. c.
Hasil pengukuran ketebalan film yang menunjukkan
semakin meningkatnya ketebalan film dari0,20-0,82 mm.
d. Hasil analisis DTA Differential Thermal Analysis yang menunjukkan
bahwa suhu yang dibutuhkan untuk dapat pelepasan air dan begitu juga untuk suhu terdekomposisinya yang semakin meningkat.
e. Semakin banyaknya jumlah Glutaraldehida yang digunakan sebagai
pengikat silang GKK, maka sifat swelling senyawa GIG semakin menurun.
5.2 Saran
Diharapkan peneliti selanjutnya melanjutkan hasil film galaktomanan ikat silang glutaraldehida dengan melakukan sejumlah variasi perbandingan antara
galaktomanan dan glutaraldehida yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kolang-kaling
Aren termasuk suku arecaceae pinang-pinangan merupakan tumbuhan biji tertutup angiospermae yaitu biji buahnya terbungkus daging buah. Tanaman aren
banyak terdapat mulai dari pantai timur India sampai ke Asia Tenggara. Di Indonesia tanaman ini banyak terdapat hampir di seluruh wilayah nusantara.
Tanaman atau pohon aren hampir mirip dengan pohon kelapa Cocos nucifera. Perbedaannya, jika pohon kelapa itu batang pohonnya bersih pelepah daun dan
tapasnya mudah di ambil, maka batang aren itu sangat kotor karena batangnya terbalut ijuk yang warnanya hitam dan sangat kuat sehingga pelepah daun yang
sudah tua pun sulit di ambil atau dilepas dari batangnya. Karena kondisi tersebut maka batang pohon aren ditumbuhi banyak tanaman jenis paku-pakuan paku
epifit Sunanto, 1993. Adapun sistematika tanaman aren adalah sebagai berikut: Kingdom
: Plantae Divisi
: Magnoliophyta Kelas
: Liliopsida Ordo
: Arecales Famili
: Areacaceae Genus
: Arenga Spesies
: A. pinnata Buah aren berbentuk bulat berdiameter 4-5 cm yang didalamnya berisi 3
buah. biji, masing-masing terbentuk seperti satu suing bawang putih. Bagian-bagian dari
buah aren terdiri dari: 1. Kulit luar halus berwarna hijau pada waktu masih muda dan menjadi kuning
setelah masak.
Universitas Sumatera Utara
2. Daging buah, berwarna putih kekuning-kuningan 3. Kulit biji berwarna kuning dan tipis pada waktu masih muda dan berwarna hitam
setelah buah masak 4. Endosperm berbentuk lonjong, agak pipih, berwarna putih agak bening dan lunak
pada waktu buah masih muda dan berwarna putih, padat, atau agak keras, pada waktu buah sudah masak.
Gambar 2.1 pohon aren Gambar 2.2 kolang-kaling
Buah aren yang masih muda besifat keras dan melekat sangat erat pada untaian buah, sedangkan buah yang sudah masak daging buahnya agak lunak.
Daging buah aren yang masih muda mengandung lendir yang sangat gatal jika mengenai kulit karena lendir tersebut menganduk asam oksalat. Buah yang
setengah masak dapat dibuat kolang-kaling.Kolang- kaling merupakan endosperm biji buah aren yang berumur setengah masak setelah melalui proses pengolahan.
Setelah diolah menjadi kolang- kaling, maka benda ini akan menjadi lunak, kenyal, dan berwarna putih agak bening Sunanto, 1993.
Umur pohon aren mencapai lebih dari 50 tahun, dan diatas umur ini pohon aren sudah sangat berkurang dalam memproduksi buah bahkan sudah tidak mampu
memproduksi buah Sunanto, 1993. Setiap pohon dapat menghasilkan 15 liter nira per hari dengan rendemen gula 12. Selain itu, aren juga menghasilkan ijuk rata-
rata 2 kgpohontahun, kolang-kaling 100 kgpohontahun, dan tepung 40 kgpohon bila tanaman tidak disadap niranya. Kayu aren dapat diolah menjadi mebel atau
kerajinan tangan, seperti kayu kelapa Anonim, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Analisis terhadap kolang-kaling memperlihatkan komposisi kimia yang dikandung berdasarkan berat keringnya adalah 5,2 protein, 0,4 lemak, 2,5
abu, 39 serat kasar dan 52,9 karbohidrat Nisa, 1996. Kolang-kaling memiliki kadar air yang sangat tinggi, hingga mencapai 93,8 dalam setiap 100 gram-nya.
Kolang-kaling juga mengandung protein dan karbohidrat serta serat kasar. Selain memiliki rasa yang menyegarkan, mengkonsumsi kolang-kaling juga membantu
memperlancar kerja saluran cerna manusia. Kandungan karbohidrat yang dimiliki kolang-kaling dapat memberikan rasa kenyang bagi orang yang mengkonsumsinya,
selain itu juga menghentikan nafsu makan dan mengakibatkan konsumsi makanan jadi menurun, sehingga cocok digunakan sebagai makanan diet Orwa et al.,2009.
2.2 Polisakarida