16 yang ekstrim antara lain melemahnya stabilitas sosial dan solidaritas, serta
ketimpangan yang tinggi umumnya dipandang tidak adil Todaro,2003. Ketimpangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi
dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan ini pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi
demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah. Akibat dari perbedaan ini, kemampuan dari suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan juga
menjadi berbeda. Karena itu, tidaklah mengherankan bila mana pada setiap daerah biasanya terdapat wilayah maju dan wilayah terbelakang. Terjadi ketimpangan ini
membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah. Karena itu, aspek ketimpangan pembangunan antar wilayah ini juga mempunyai
implikasi pula terhadap formulasi kebijakan pembangunan wilayah yang dilakukan oleh pemerintah daerah Syafrijal,2008.
2.6 Tingkat Kesejahteraan
Manusia yang sejahtera adalah manusia yang memiliki tata kehidupan dan penghidupan, baik material maupun spiritual yang disertai dengan rasa
keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang pada akhirnya dapat memenuhi kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosialnya Sudarman
Danim. Dari pengertian diatas, maka dapat diambil suatu pengertian bahwa yang dimaksud dengan tingkat kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan penghidupan
seseorang baik sosial, material maupun spiritual disertai dengan rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin sehingga dapat memenuhi kebutuhan
jasmaniah, rohaniah dan sosialnya.
Universitas Sumatera Utara
17
2.7 Pentahapan Kesejahteraan
Untuk mnegetahui tingkat kesejahteraan, berdasarkan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN yang telah mengadakan program yang
disebut dengan Pendataan Keluarga. Yang mana pendataan ini beertujuan untuk memperolah data tentang dasar kependudukandan keluarga dalam rangka program
pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Adapun tahapan keluarga sejahtera tersebut ialah sebagai berikut :
a. Keluarga Pra Sejahtera yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat
memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, seperti : kebutuhan spiritual, pangan, sandang, papan, dan kesehatan atau keluarga yang
belum dapat memenuhi salah satu indikator-indikator keluarga sejahtera I .
b. Keluarga Sejahtera I yaitu, keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetepi belum dapat memenuhi secara keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya,
seperti : kebutuhan akan pendidikan, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan sekitar dan transportasi
c. Keluarga Sejahtera II, yaitu keluarga-keluarga yang disamping
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan pengembangan, seperti : menabung dan memperoleh informasi
Universitas Sumatera Utara
18 d.
Keluarga Sejahtera III, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan dasar, kebutuhan sosial
psikologisnya dan kebutuhan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang maksimal dengan teratur bagi
masyarakat dalam bentuk material, seperti : sumbangan materi untuk kepentingan sosial kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan,
kesenian, olah raga, pendidikan dan lain sebagainya. e.
Keluarga Sejahtera III Plus, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial
psikologis maupun pengembangan serta tealah memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
2.8 Penelitian Terdahulu