20
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan Lalu Lintas Penumpang
Angkutan Udara Lalu Lintas Pesawat
Angkutan Udara
Lalu Lintas Penumpang Angkutan Laut
1.2.8. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Transportasi
Pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan tercatat mengalami perlambatan dari 25,15 pada triwulan I-2010 menjadi sebesar 14,46 yoy,
namun diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2009 yang sebesar 9,17. Perlambatan kinerja sektor ini diperkirakan didorong oleh
melambatnya pertumbuhan kinerja perbankan, yang tercermin dari perlambatan pertumbuhan Nilai Tambah Bruto NTB Bank Umum serta melambatnya pembiayaan
beberapa lembaga keuangan non bank. Perlambatan pertumbuhan NTB Bank Umum pada triwulan laporan ini relatif dipengaruhi oleh perlambatan penyaluran kredit
bank umum, dimana kredit tersebut merupakan sumber pendapatan utama bank. Sementara perbedaan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan II-2009,
relatif disebabkan oleh pengaruh krisis global yang berdampak pada perbankan Sulsel sampai dengan pertengahan tahun 2009. Karena pengaruh tersebut yang
relatif menyebabkan pertumbuhan triwulan II-2009 lebih rendah dibandingkan triwulan II-2010.
‐10 10
20 30
40 50
60 70
‐ 200
400 600
800 1,000
1,200 1,400
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010
Ri b
u O
r g
DEP ARR
y.o.y
Lalu Lintas Penumpang
Smb : Bandara S. Hasanuddin : Sementara
‐10 ‐5
5 10
15 20
25 30
‐ 2,000
4,000 6,000
8,000 10,000
12,000 14,000
16,000 18,000
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010 DEP
ARR
Lalu Lintas Pesawat
Smb : Bandara S. Hasanuddin : Sementara
‐30 ‐20
‐10 10
20 30
40
‐ 50,000
100,000 150,000
200,000 250,000
300,000 350,000
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010 Embarkasi
keluar Debarkasi
masuk Y.O.Y
Sumber : Pelindo IV : Sementara
21
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan Nilai Tambah Bruto
Bank Umum Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank
PT. Pegadaian
Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank Perkembangan Kredit Bank Umum
1.2.9. Sektor Jasa-jasa
Pertumbuhan sektor ini tercatat sebesar 3,14 yoy, yang mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan I-2010 yang tercatat sebesar 3,25 maupun
dibandingkan triwulan II-2009 6,80. Perlambatan ini diperkirakan karena terjadi perlambatan realisasi belanja rutin pemerintah pada triwulan laporan dibandingkan dengan
realisasi pada triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Grafik 1.14. Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa Konsumsi Listrik Sektor Sosial
Konsumsi Listrik Sektor Pemerintah
10 20
30 40
50 60
1 2
3 4
5 6
7 8
9
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010
T ri
ly u
n Rp
NTB SULSEL
y.o.y
Sbr : LBU ‐ BI
Sementara
10 20
30 40
50 60
70 80
‐ 100
200 300
400 500
600 700
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010
M il
li o
n s
Sbr : Kanwil Pegadaian Mks
Sementara
‐5 5
10 15
20 25
30
50 100
150 200
250 300
350 400
450
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010
Mi ly
a r
Rp
Sbr : FIF Mks
5 10
15 20
25 30
35
5 10
15 20
25 30
35 40
45
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010
T ri
li u
n Rp
KREDIT yoy
‐60 ‐50
‐40 ‐30
‐20 ‐10
10 20
30
15 16
17 18
19 20
21 22
23 24
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010
Ju ta
G W
H
Sosial y.o.y
Sbr : PLN Divre VII
Sementara
‐15 ‐10
‐5 5
10 15
20 25
10 12
14 16
18 20
22
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010
Ju ta
G W
H
Gd Kantor Pemerintahan
y.o.y Sbr :
PLN Divre VII Sementara
22
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
Konsumsi Listrik Umum Penerangan Jalan Umum
Sementara di sisi lain, pendorong pertumbuhan sektor ini diperkirakan karena dampak dari pelaksanaan pilkada yang secara serentak dilaksanakan pada akhir triwulan II-
2010. Selain itu, dengan adanya liburan sekolah diperkirakan ikut mendorong peningkatan pertumbuhan pada subsektor hiburan.
‐10 ‐5
5 10
15 20
25 30
23 24
25 26
27 28
29
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2007 2008
2009 2010
Ju ta
G W
H
Penerangan Jln Umum
y.o.y
23
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
BOKS I QUICK SURVEI
”DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA ACFTA TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN”
Tujuan : a.
mengetahui persepsi perusahaan mengenai dampak perdagangan bebas ASEAN-China ACFTA,
b. mengetahui besarnya dampak ACFTA terhadap perkembangan kinerja Perusahaan,
c. mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam merespon ACFTA, dan
d. mengetahui ekspektasi perusahaan dalam memandang prospek ekonomi ke depan terkait
ACFTA.
Profil Responden Sulampua : a.
Jumlah responden sebanyak 80 perusahaan dengan cakupan wilayah survei di Sulampua, 7 provinsi di bagian timur Indonesia.
b. Bergerak dibidang pertanian 26, industri 28 dan perdagangan 46.
c. Bentuk perusahaan sebagian besar berupa perorangan 42 , CV 13, PT 21, Koperasi
3 dan lainnya 21. d.
Berdasarkan jumlah pekerja, dapat digolongkan berdasarkan mikro 1-24orang; 55, kecil 25-49 orang; 11, menengah 50-99orang; 16 dan besar diatas 100 orang; 18.
e. Berdasarkan omset penjualan : Rp25 juta 8, Rp25 Juta - Rp 210 juta 35, Rp210 juta -
Rp4 Milliar 47 dan Rp4 milyar 10. f.
Dari sisi produk yang dihasilkan berupa barang jadi 65, barang mentah 19 dan barang setengah jadi 16.
g. Pangsa pasar responden sebagian besar domestik 81 yaitu pada kabupatenkota. Untuk
pasar luar negeri 19, sebagian besar dipasarkan di ASEAN 26, Eropa 22, China 13, US 8 dan lainnya 31.
h. Sasaran utama penjualan produk responden lebih dominan langsung kepada konsumen
perorangan 57, pemasok ke perusahaan lain 19 dan ekspor langsung ke luar negeri 16.
i. Sumber bahan baku utama produk responden berasal dari domestik 94 dengan rincian dari
kabupatenkota setempat 40, lokal provinsi 30 dan antar provinsi 29. Sedangkan bahan baku impor 6 berasal dari China 34, Eropa 33, dan lainnya 33.
j. 79 sumber dana responden adalah campuran antara modal sendiri 62 dan kredit bank
38. Hanya 5 responden menggunakan kredit bank secara total. Sisanya 16 responden menggunakan sumber dana pribadi.
Persepsi terhadap perdagangan bebas ASEAN-China ACFTA : a.
72 respondenperusahaan di Sulampua mengetahui tentang ACFTA. b.
Pemahaman responden tentang ACFTA antara lain adalah akan lebih banyak barang China dan ASEAN 60, harga barang China dan ASEAN akan lebih murah 36, produk Indonesia
akan lebih mudah masuk China dan ASEAN 26, perdagangan antara ASEAN dan China dengan tarif 22 dan harga barang ekspor ke China dan ASEAN akan lebih murah 9.
c. Sumber referensi berita responden yang utama adalah media elektronik 50 dan media cetak
34. Sisanya dari teman 10, lainnya 5 dan pemerintah 1. d.
Sebagian besar 59 sikap perusahaan-perusahaan di Sulampua mendukung perdagangan bebas dengan ASEAN dan China, dengan alasan utama adalah harga produk ASEAN-China
yang lebih murah. e.
Saat ini perkembangan supply barang sejenis dari negara ASEAN dan China mulai banyak masuk pasar dibandingkan periode sebelumnya setahun sebelumnya.
f. Meski sebenarnya berdasarkan pengamatan pengusaha 71 di Sulampua, produk China
sudah berada dipasaran nasional sudah lebih dari 2 tahun yang lalu.
24
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
Dampak perdagangan bebas ASEAN-China ACFTA : f.
60 responden tidak merasakan dampak ACFTA, dengan alasan harga bahan baku belum berubah.
g. 20 responden merasa diuntungkan karena harga bahan baku dari ASEANChina lebih murah
42, preferensi konsumen pada produk Indonesia 23, harga produk Indonesia yang lebih murah dan kualitas produk Indonesia lebih baik 13 dan keunikankekhasan produk
Indonesia 10.
h. 20 responden merasa dirugikan dengan alasan utama karena harga produk ASEANChina
lebih murah 43, kualitas produk ASEANChina lebih baik 20, dan keunikankekhasan produk ASEANChina 17.
i. Mayoritas responden menyatakan dampaknya pun masih tergolong ringan 62, dengan
pertimbangan pangsa pasarnya tidak hanya di ASEAN-China, jenis usahanya yang tidak terkait langsung dengan ACFTA dan produk lokal yang masih diminati pembeli. Namun terdapat
responden yang merasakan dampaknya berat 8 dengan alasan produk ASEANChina yang merusak pasar.
j. Sebagian besar responden rata-rata 80 dari responden menyatakan bahwa perkembangan
indikator kinerja perusahaan, seperti omzet, keuntungan, arus kas, produksi, persediaan, kapasitas terpkai, jumlah tenaga kerja dan biaya masih stabil atau belum mengalami perubahan
yang berarti.
k. Khusus untuk komponen biaya, 90 responden menyatakan bahwa tiga komponen biaya
yaitu bahan baku, bunga dan biaya tenaga kerja juga tidak mengalami perubahan komposisi biaya di perusahaan mereka, pada saat sebelum maupun sesudah berlakukannya ACFTA.
l. Karena kondisi poin e dan f tersebut maka kondisi keuangan responden tidak mengalami
perubahan 68. Sedangkan sisanya melakukan pengetatan kondisi keuangan 20 dan semakin longgar 12
m. Sebagian besar responden 76 menyatakan bahwa mereka mendapatkan pinjaman dari
bank. Dan hingga saat ini sebagian besar dari mereka 89 tidak menghadapi kesulitan untuk membayar pinjaman mereka. Sementara responden yang mengalami kesulitan pembayaran
pinjaman 11 sejak 1-6 bulan yang lalu 73. Pengaruh faktor suku bunga terhadap kesulitan dimaksud hanya 13, sedangkan sisanya pengaruhnya sedang 43 dan rendah
45. Adapun solusi yang diharapkan oleh responden apabila mengalami kesulitan tersebut berupa penurunan suku bunga, restrukturisasi kredit, atau pindah ke bank lain.
n. Untuk akses pinjaman ke bank pada saat ini, 48 responden masih merasakan tidak ada
perubahan dalam hal mendapatkan akses, sedangkan 44 lainnya menyatakan bahwa saat ini akses menjadi lebih mudah. Sisanya masih merasakan semakin sulit memperoleh akses
pinjaman bank.
Dampak perdagangan bebas ASEAN-China ACFTA : a.
60 responden tidak merasakan dampak ACFTA, dengan alasan harga bahan baku belum berubah.
b. 20 responden merasa diuntungkan karena harga bahan baku dari ASEANChina lebih murah
42, preferensi konsumen pada produk Indonesia 23, harga produk Indonesia yang lebih murah dan kualitas produk Indonesia lebih baik 13 dan keunikankekhasan produk
Indonesia 10.
c. 20 responden merasa dirugikan dengan alasan utama karena harga produk ASEANChina
lebih murah 43, kualitas produk ASEANChina lebih baik 20, dan keunikankekhasan produk ASEANChina 17.
d. Mayoritas responden menyatakan dampaknya pun masih tergolong ringan 62, dengan
pertimbangan pangsa pasarnya tidak hanya di ASEAN-China, jenis usahanya yang tidak terkait langsung dengan ACFTA dan produk lokal yang masih diminati pembeli. Namun terdapat
responden yang merasakan dampaknya berat 8 dengan alasan produk ASEANChina yang merusak pasar.
e. Sebagian besar responden rata-rata 80 dari responden menyatakan bahwa perkembangan
indikator kinerja perusahaan, seperti omzet, keuntungan, arus kas, produksi, persediaan, kapasitas terpkai, jumlah tenaga kerja dan biaya masih stabil atau belum mengalami perubahan
yang berarti.
25
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
f. Khusus untuk komponen biaya, 90 responden menyatakan bahwa tiga komponen biaya yaitu
bahan baku, bunga dan biaya tenaga kerja juga tidak mengalami perubahan komposisi biaya di perusahaan mereka, pada saat sebelum maupun sesudah berlakukannya ACFTA.
g. Karena kondisi poin e dan f tersebut maka kondisi keuangan responden tidak mengalami
perubahan 68. Sedangkan sisanya melakukan pengetatan kondisi keuangan 20 dan semakin longgar 12
h. Sebagian besar responden 76 menyatakan bahwa mereka mendapatkan pinjaman dari bank.
Dan hingga saat ini sebagian besar dari mereka 89 tidak menghadapi kesulitan untuk membayar pinjaman mereka. Sementara responden yang mengalami kesulitan pembayaran
pinjaman 11 sejak 1-6 bulan yang lalu 73. Pengaruh faktor suku bunga terhadap kesulitan dimaksud hanya 13, sedangkan sisanya pengaruhnya sedang 43 dan rendah
45. Adapun solusi yang diharapkan oleh responden apabila mengalami kesulitan tersebut berupa penurunan suku bunga, restrukturisasi kredit, atau pindah ke bank lain.
i. Untuk akses pinjaman ke bank pada saat ini, 48 responden masih merasakan tidak ada
perubahan dalam hal mendapatkan akses, sedangkan 44 lainnya menyatakan bahwa saat ini akses menjadi lebih mudah. Sisanya masih merasakan semakin sulit memperoleh akses pinjaman
bank.
Respon dan Ekpektasi : a.
Responden di Sulampua secara umum dapat disimpulkan bahwa mereka belum mengambil satu langkah ataupun kebijakan yang berarti untuk merespon kondisi ACFTA pada saat ini, baik dari
sisi investasi 53, strategi pemasaran 56, penyesuaian harga 54, tenaga kerja 91, preferensi mengganti jenis usaha baru 91 maupun meningkatkan biaya iklan atau promosi
76. Namun terdapat beberapa responden yang melakukan upaya antisipasi antara lain dalam bentuk :
1.
menambah kapasitas produksi investasi; 47 2.
melakukan perubahan strategi pemasaran 44, yang cenderung berhubungan langsung dengan konsumen dan pemasok ke perusahaan lain.
3. mengurangi tenaga kerja 9, berupa pemutusan hubungan kerja PHK dan tidak
memperpanjang kontrak. b.
Ekspektasi perusahaan dalam memandang prospek ekonomi ke depan terkait ACFTA : 1.
Sebanyak 50 perusahaan yang disurvei memperkirakan bahwa ke depannya, omzet mereka akan tetap, kemudian 38 menyatakan meningkat dan 12 menurun. Jika terjadi
perubahan omzet, maka rata-rata tingkat perubahan omzet mereka diperkirakan berubah 18.
2. Mayoritas responden 66, menyatakan bahwa mereka tidak akan menambah pinjaman.
Sedangkan sisanya akan menambah pinjaman yang berumber dari perbankan, yang digunakan untuk modal kerja 64 dan investasi 36.
3. Selain itu, 65 responden menyatakan mereka tidak memiliki rencana investasi. Bagi 35
responden yang menyatakan akan melakukan rencana investasi pada waktu 6 bulan hingga 1 tahun mendatang.
c. Ekspektasi kebijakan Pemerintah yang paling diharapkan oleh responden secara berurutan
adalah untuk mempermudah akses terhadap kredit perbankan, kemudian kepastian kontinuitas pasokan energi, menambah jumlah skim kredit bersubsidi terutama kepada usaha mikro dan
kecil, pelonggaran kebijakan perdagangan dan pelatihan untuk meningkatkan teknis produksi.
d. Pada umumnya mereka 79 menyatakan optimis terhadap kondisi usaha kedepan terkait
ACFTA. Beberapa alasannya adalah karena pangsa pasar produk mereka masih luas 61, kebijakan pemerintah yang dinilai kondusif 32, pendapatan masyarakat dinilai masih cukup
besar 27 dan kurs cukup stabil 24
26
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
Secara garis besar hasil dari survey tersebut sebagai berikut :
Daerah Pemasaran Produk Responden Survei
Sumber Bahan Baku Perusahaan
Dampak ACFTA di Sulampua
Pemasaran Pangsa Pasar
Target Utama 70
pemasaran Domestik
81 70
pemasaran LN atau
Ekspor 19
Lokal KabKota 56
Lokal Provinsi 33
Antar Provinsi 11
ASEAN 26 China 13
Eropa 22 U.S 8
Lainnya 31 1.
Langsung pada konsumen perorangan 57 2.
Pemasok perusahaan lain 19 3.
Ekspor langsung ke luar negeri 16 4.
Pemasok ke perusahaan laineksportir 5 5.
Lainnya 5
Sumber Bahan Baku
70 berasal dari
Domestik 94
70 berasal dari
Impor 6
Lokal KabKota 40
Lokal Provinsi 30
Antar Provinsi 29
China 34 Lainnya33
Eropa 33
Dampak ACFTA
TIdak 60
Ya 40 Dampaknya
Menguntungkan 20
Dampaknya Merugikan
20 1. Harga bahan baku dari ASEANChina lebih murah
2. Preferensi konsumen pada produk Indonesia 3. Harga produk Indonesia lebih murah
4. Kualitas produk Indonesia lebih baik
1. Harga produk ASEANChina lebih murah 2. Kualitas produk ASEANChina lebih baik
3. Keunikankekhasan produk ASEANChina 4.Suku bunga kredit bank di ASEANChina lebih
rendah
27
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
BOKS II Quick Suvei
“Perkembangan dan Prospek Industri Pengolahan terkait Dampak Pemulihan Ekonomi Global”
Tujuan : a.
Mengetahui rata-rata penggunaan kapasitas utilisasi di sektor industri utama daerah. b.
Mengetahui apakah kapasitas utilisasi di sektor industri utama daerah masih memadai atau over-capacity. Apakah kapasitas utilisasi tersebut diperkirakan masih dapat mengakomodasi
bila terdapat peningkatan permintaan di masa yang akan datang. c.
Mengetahui apakah terdapat rencana perluasan produksi melalui investasi. d.
Mengetahui prospek pembangunan sektor industri utama daerah.
Profil Industri Pengolahan Sulampua : a.
Industri pengolahan di Sulampua didominasi oleh industri hulu, yaitu industri yang menggunakan bahan baku mentah.
b. Jumlah produksi lebih banyak ditentukan oleh ketersediaan bahan baku.
Perkembangan Industri Pengolahan Sulampua : a.
Sebagian besar industri pengolahan di Sulampua memiliki kapasitas utilisasi di bawah atau mencapai kapasitas penuh.
b. Hal ini didasarkan atas survei yang dilakukan terhadap 25 responden industri pengolahan di
Sulampua, dimana rata-rata kapasitas terpakai responden saat ini adalah sebesar 87 dari kapasitas terpasang.
c. Penyebab kapasitas utilisasi di bawah 100 yang terjadi pada 48 responden adalah
terbatasnya bahan baku yang tersedia, terutama pada industri hulu yang mengolah hasil alam ikan, kayu, dan rotan.
d. Bila terjadi peningkatan permintaan, 40 responden tidak mampu memenuhinya karena
bahan baku yang terbatas.
Di atas
kapasitas terpasang
20 Kapasitas
penuh 32
Di bawah
kapasitas terpasang
48
25 67
8 Permintaan
turun Sulit
bahan baku Lainnya
28
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
e. Over-capacity hanya terjadi pada 20 responden yang disebabkan peningkatan permintaan.
f. Rencana perluasan produksi melalui investasi direncanakan oleh 44 responden, yaitu berupa
penambahan pabrik atau unit produksi baru. Responden yang memiliki rencana investasi adalah :
1. Responden yang optimis bahwa akan terjadi peningkatan permintaan pada Semester II-
2010 dibandingkan dengan Semester II-2009. 2.
Responden yang memiliki bahan baku memadai.
g. Sebagian besar responden 80 optimis bahwa prospek usaha di tahun 2010 akan lebih baik
dibandingkan tahun 2009. Sebanyak 64 responden memperkirakan bahwa akan terjadi peningkatan permintaan domestik maupun ekspor pada Semester II-2010 dibandingkan
Semester II-2009. Peningkatan permintaan berkisar antara 10 – 25.
Prospek Usaha 2010 Permintaan Trw.
II-2010
h. Faktor-faktor yang dianggap penting untuk mendukung perkembangan usaha industri
pengolahan adalah: 1.
Kejelasan arah kebijakan pemerintah, khususnya di bidang ekonomi. 2.
Pembangunan infrastruktur yang memadai. 3.
Stabilitas sosial dan politik. i.
Hal-hal diatas juga didukung oleh hasil liaison terhadap 7 responden yang bergerak di sektor Industri Pengolahan, yaitu :
1. Seluruh responden memiliki kapasitas utilisasi di bawah 100, 5 diantaranya disebabkan
oleh terbatasnya bahan baku yang tersedia. 2.
Pada tahun 2010 sebanyak 5 perusahaan merencanakan melakukan investasi, namun berupa penggantian alat pendukung produksi tidak menambah kapasitas produksi. Hanya
1 perusahaan yang menambah kapasitas produksinya, yaitu dengan membangun pabrik yang lokasinya lebih mendekat ke sumber bahan baku.
Informasi lainnya : a.
Terkait persaingan usaha, yang menjadi ancaman utama terhadap kelangsungan usaha adalah persaingan dengan perusahaan sejenis di dalam negeri 64.
b. Dalam melakukan investasi, sumber dana perusahaan sebagian besar berasal dari modal sendiri
atau pinjaman perbankan.
Tidak Ada
Rencana Investasi
40
Menambah Kapasitas
Produksi 44
Hanya Perbaikan
Alat Produksi
16
Ada Rencana
Investasi 60
Lebih baik
80 sama
saja 20
Meningk at
64 Stabil
32 Menuru
n 4
29
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
Bab 2
Perkembangan Inflasi
Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan II-2010 seperti apa yang diperkirakan pada triwulan I-2010, yaitu lebih tinggi dibandingkan laju inflasi pada triwulan I-2010. Laju inflasi
pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 5,00 yoy, relatif sama dengan laju inflasi nasional yang sebesar 5,05. Namun tekan inflasi Sulsel pada triwulan ini tercatat lebih tinggi
dibandingkan tekanan inflasi pada triwulan II-2009 yang sebesar 3,80. Tekanan laju inflasi pada triwulan II ini terutama terdapat pada pertengahan
triwulan, terdapat kecenderungan naiknya harga pada beberapa komoditas seperti sayur- sayuran, bumbu-bumbuan dan emas perhiasan. Secara kelompok barangjasa, tekanan inflasi
terutama terdapat pada kelompok bahan makanan, kelompok sandang dan kelompok pendidikan-rekreasi-olahraga.
Terkait dengan target inflasi nasional pada tahun 2010 sebesar 5 ±
1, maka laju inflasi Sulsel sampai dengan Juni 2010 yang sebesar 1,56 ytd menunjukan bahwa laju
inflasi di Sulsel masih relatif terkendali.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan
Jika membandingkan laju inflasi tahunan triwulan ini dengan triwulan II-2009, maka laju inflasi pada kelompok bahan makanan dan kelompok sandang mengalami peningkatan
laju inflasi yang cukup tinggi. Di sisi lain terdapat perlambatan laju inflasi yang terdapat pada kelompok makanan jadi, kelompok kesehatan, dan kelompok transpor, sementara laju inflasi
kelompok pendidikan relatif stabil.
‐2 2
4 6
8 10
12 14
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2007 2008
2009 2010
y.o.y ‐ Nas
y.o.y ‐ Ss
y.t.d ‐ Ss
Sumber : BPS diolah
30
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa , yoy
2.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang
Berdasarkan laju inflasi tahunan dari setiap kelompok barang dan jasa pada triwulan II-2010 di Sulsel, secara berurutan dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah sebagai
berikut :
Kelompok Bahan Makanan, laju inflasi tahunannya pada triwulan laporan tercatat
meningkat cukup tinggi, yaitu dari 2,69 yoy pada triwulan I-2010 menjadi 7,65. Kondisi tersebut juga tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009. Peningkatan laju
inflasi ini terutama terdapat pada subkelompok sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan. Tekanan inflasi pada kedua kelompok tersebut diperkirakan karena faktor cuaca, yaitu
tingginya curah hujan yang menyebabkan terjadinya gagal panen beberapa komoditi pada kedua kelompok dimaksud.
Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kel. Bahan Makanan
Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kel. Bahan Makanan
Bahan Makanan
Makanan Jadi
Perumahan Sandang
Kesehatan Pendidikan Transpor
UMUM 1
17.27 8.67
5.04 13.87
4.34 6.19
0.31 8.13
2 21.16
10.37 9.30
13.53 7.65
6.07 7.82
11.92 3
18.30 14.10
11.91 11.89
8.96 3.16
7.84 12.29
4 21.45
14.46 11.13
11.32 11.11
3.72 5.29
12.40 1
13.17 11.97
9.34 11.12
10.21 3.55
1.77 9.01
2 4.14
10.63 4.66
7.65 6.51
3.46 5.01
3.80 3
3.38 6.74
3.26 6.92
3.89 4.66
4.72 2.70
4 3.60
6.23 3.55
7.31 2.86
6.91 2.32
3.39 1
2.68 6.22
3.48 2.16
2.98 7.08
1.18 3.45
2 7.64
5.23 4.11
7.56 2.73
7.08 1.06
5.00 3
4
Sumber : BPS, diolah Ket : Sejak Tahun 2008 menggunakan tahun dasar 2007
2 009
20 10
TAHUN 200
8
‐5 5
10 15
20 25
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010
y.t.d y.o.y
Sumber : BPS diolah
I ‐2010 II‐2010
‐ Padi2an, Umbi2an Hslnya 12.49
11.74 ‐ Daging Hasil‐hasilnya
‐0.80 3.94
‐ Ikan Segar ‐4.02
‐0.73 ‐ Ikan Diawetkan
‐1.82 ‐0.85
‐ Telur, Susu Hasil‐hasilnya 0.70
1.28 ‐ Sayur‐sayuran
4.57 38.13
‐ Kacang‐kacangan 1.66
0.94 ‐ Buah‐buahan
28.48 21.53
‐ Bumbu‐bumbuan ‐9.22
19.16 ‐ Lemak Minyak
‐5.08 ‐7.07
‐ Bahan Makanan Lainnya 2.54
2.15
Inflasi Kelompok
2.68 7.64
Sumber : BPS diolah
Sub Kelompok
y.o.y
31
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
Di sisi lain, laju inflasi pada subkelompok buah-buahan dan padi-padian juga masih cukup tinggi, meskipun mengalami perlambatan laju inflasi dibandingkan triwulan
sebelumnya. Tingginya laju inflasi ini, pada subkelompok padi-padian diperkirakan karena pengaruh kenaikan HPP beras per 1 Januari 2010, sementara pada subkelompok buah-
buahan karena pengaruh kenaikan harga pada triwulan I-2010. Namun apabila ditinjau secara bulanan, subkelompok buah-buahan dan padi-padian cenderung mengalami
penurunan. Kondisi ini diperkirakan karena ketersediaan pasokan, yang salah satunya dipicu panen raya pada subkelompok padi-padian pada awal triwulan II-2010.
Karena perkembangan kondisi tersebut di atas, maka subkelompok padi-padian dan sayur-sayuran diperkirakan menjadi penyumbang dominan terhadap pembentukan inflasi
kelompok ini pada triwulan laporan.
Grafik 2.3. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar
Sawi Hijau dan Tomat Sayur Bawang Merah dan Bawang Putih
Beras
Apabila inflasi year on year pada triwulan I-2010 dianalisa secara bulanan, selain subkelompok sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan, terdapat kecenderungan kenaikan laju
inflasi dari bulan ke bulan, yaitu pada subkelompok daging, ikan segar, dan telur-susu. Peningkatan laju inflasi tersebut diperkirakan karena keterbatasan pasokan. Trend
peningkatan laju inflasi ini diperkirakan akan terus berlanjut pada triwulan III, sehubungan dengan pengaruh seasonal yaitu bulan puasa yang cenderung terjadi kenaikan harga.
‐ 2
4 6
8 10
12 14
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010 Sawi
Hijau Tomat
Sayur Ribu
Rp
‐ 2
4 6
8 10
12 14
16 18
20
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010 Bawang
Merah Bawang
Putih Ribu
Rp
5 10
15 20
25
‐ 1,000
2,000 3,000
4,000 5,000
6,000 7,000
8,000
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010
Beras yoy
‐ a.kanan
32
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
Kelompok Sandang, kembali mengalami peningkatan laju inflasi setelah triwulan
sebelumnya mengalami perlambatan. Laju inflasi kelompok sandang pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 7,56 yoy, sementara pada triwulan lalu sebesar 2,1. Tekanan inflasi
pada kelompok ini didorong oleh peningkatan laju inflasi subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya dari -3,37 menjadi 13,98. Komoditas yang memberikan tekanan inflasi
pada subkelompok ini adalah emas perhiasan, yang pada triwulan II-2010 mengalami kenaikan harga karena pengaruh kenaikan harga emas di pasar internasional.
Grafik 2.4. Perkembangan Inflasi Kel. Sandang
Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kel. Sandang
Grafik 2.5. Perkembangan Harga Emas
Makassar Rata-rata Harga Internasional Pertriwulan
Namun laju inflasi ini tercatat lebih rendah dibandingkan laju inflasi pada triwulan II- 2009 yang sebesar 7,65. Hal tersebut terjadi karena tekanan inflasi pada triwulan II-2009
lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan, yaitu adanya pengaruh kenaikan BBM pada tahun 2008 , pengaruh krisis global pada semester II-2008 dan tingkat harga emas perhiasan
yang lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2010.
‐2 2
4 6
8 10
12 14
16
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010
y.t.d y.o.y
Sumber : BPS diolah
I ‐2010 II‐2010
‐ Sandang Laki‐laki
4.51 3.95
‐ Sandang Wanita
3.52 3.16
‐ Sandang Anak‐anak
7.71 8.70
‐ Brg Pribadi Sdg Lainnya
‐3.37 13.98
Inflasi Kelompok
2.16 7.56
Sumber : BPS diolah
y.o.y
Sub Kelompok
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
‐ 50
100 150
200 250
300 350
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010
Rp Ri
b u
a n
Emas Perhiasan
yoy ‐ a.kanan
‐ 200
400 600
800 1,000
1,200 1,400
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010
troy oz
33
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga, laju inflasi tahunannya relatif tetap
dibandingkan triwulan I-2010 yaitu sebesar 7,08. Laju inflasi pada kelompok ini relatif teredam oleh perlambatan laju inflasi subkelompok jasa pendidikan, meskipun laju inflasinya
tertinggi di kelompoknya. Perlambatan laju inflasi pada subkelompok jasa pendidikan ini karena mulai berkurangnya pengaruh kenaikan jasa pendidikan yang terjadi pada akhir
triwulan IV-2009. Karena kondisi yang sama, yaitu kenaikan biaya pendidikan pada triwulan IV-2009, relatif menyebabkan laju inflasi triwulan II-2010 lebih tinggi dibandingkan laju inflasi
triwulan II-2009 yang sebesar 3,46 yoy. Sementara di sisi lain, terdapat tekanan inflasi pada kelompok ini sehubungan
dengan tahun ajaran baru dan masa liburan sekolah. Kondisi tersebut mendorong terjadinya peningkatan laju inflasi pada subkelompok lainnya selain subkelompok jasa pendidikan.
Subkelompok kursus terjadi peningkatan laju inflasi pada awal triwulan II-2010 karena masa persiapan memasuki Perguruan TinggiUniversitas kurang lebih selama 2-3 bulan sebelum
Ujian Masyuk Perguruan Tinggi Negeri UMPTN. Sementara peningkatan laju inflasi pada subkelompok peralatanperlengkapan pendidikan, rekreasi dan olahraga cenderung terjadi
pada akhir triwulan II-2010, karena moment konsumsi komoditas pada subkelompok tersebut terjadi pada akhir triwulan II-2010. Moment tersebut yaitu liburan sekolah dan
persiapan masuk sekolah pada awal Juli 2010 untuk daerah Sulsel.
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kel. Pendidikan
Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kel. Pendidikan-
Rekreasi-Olahraga
Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau, laju inflasi tahunannya
tercatat mengalami perlambatan apabila dibandingkan dengan triwulan I-2010. Laju inflasi kelompok ini pada triwulan laporan tercatat sebesar sebesar 5,23 yoy, sementara pada
triwulan I-2010 yang sebesar 6,22. Perlambatan laju inflasi dimaksud didorong oleh
‐ 1
2 3
4 5
6 7
8 9
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010
y.t.d y.o.y
Sumber : BPS diolah
I ‐2010 II‐2010
‐ Jasa Pendidikan 13.23
12.96 ‐ Kursus‐kursusPelatihan
3.42 3.66
‐ PerlengkapanPerltn Pendd. 1.83
1.99 ‐ Rekreasi
1.47 1.71
‐ Olahraga 2.31
2.32
Inflasi Kelompok
7.08 7.08
Sumber : BPS diolah
Sub Kelompok
y.o.y
34
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
melambatnya laju inflasi subkelompok minuman tidak beralkohol, yang laju inflasinya tercatat melambat dari 10,95 menjadi 4,49. Perlambatan dimaksud didorong oleh
menurunnya tingkat harga gula pasir di pasar regional, terutama pada pertengahan triwulan laporan, yang diperkirakan karena ketersediaan pasokan. Ketersediaan pasokan gula pasir ini
diperkirakan dari hasil impor gula secara nasional. Selain itu, terjadi juga perlambatan laju inflasi pada subkelompok makanan jadi, yang relatif disebabkan oleh menurunnya harga
bahan baku makanan jadi, seperti daging, beras dan tepung terigu. Meskipun terdapat tekanan inflasi pada subkelompok ini yang dididorong oleh peningkatan konsumsi
masyarakat sehubungan dengan masa libur sekolah dan naiknya harga komoditi bumbu- bumbuan dan sayur-sayuran. Kondisi ini yang relatif mendorong perlambatan laju inflasi
pada subkelompok makanan jadi relatif rendah.
Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-
Minuman-Rokok-Tembakau Tabel 2.5.
Inflasi Per-Sub Kel. Makanan Jadi- Minuman-Rokok-Tembakau
Sementara itu tekanan inflasi pada kelompok ini diberikan oleh subkelompok tembakau dan minuman beralkohol. Tekanan inflasi oleh subkelompok tembakau dan
minuman beralkohol diperkirakan didorong oleh peningkatan harga pada komoditas rokok kretek. Berdasarkan hasil survey, terjadi kenaikan harga rokok kretek dari Rp8.029,00
menjadi Rp8.142,00 sementara untuk harga rokok kretek filter naik dari Rp9.192,00 menjadi Rp9.500,00.
2 4
6 8
10 12
14 16
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010
y.t.d y.o.y
Sumber : BPS diolah
I ‐2010 II‐2010
‐ Makanan Jadi
5.68 5.18
‐ Minuman yg Tidak Beralkohol
10.95 4.49
‐ Tembakau Min. Beralkohol
5.04 6.34
Inflasi Kelompok
6.22 5.23
Sumber : BPS diolah
y.o.y
Sub Kelompok
35
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
Grafik 2.4. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi
Hasil SPH di Makassar Ayam Goreng
Mie
Gula Pasir Nasi
Rokok Kretek
Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar, tercatat mengalami
peningkatan laju inflasi yaitu dari 3,48 pada triwulan I-2010 menjadi sebesar 4,11 yoy. Peningkatan laju inflasi tahunan tersebut didorong oleh peningkatan laju inflasi pada
subkelompok biaya tempat tinggal. Peningkatan pada subkelompok ini diperkirakan telah terjadi kenaikan harga pada komoditi bahan bangunan yang merupakan bagian dari
subkelompok ini, seperti baja. Kenaikan harga baja ini lebih disebabkan oleh adanya pengaruh harga baja internasional yang cenderung meningkat.
‐4 ‐2
2 4
6 8
10 12
14
6,400 6,600
6,800 7,000
7,200 7,400
7,600 7,800
8,000 8,200
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010
Ayam Goreng
yoy ‐ a.kanan
‐40 ‐35
‐30 ‐25
‐20 ‐15
‐10 ‐5
‐ 1,000
2,000 3,000
4,000 5,000
6,000
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010
Mie yoy
‐ a.kanan
10 20
30 40
50 60
70
‐ 2,000
4,000 6,000
8,000 10,000
12,000
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010
Gula Pasir
yoy ‐ a.kanan
‐5 5
10 15
20
6,200 6,400
6,600 6,800
7,000 7,200
7,400 7,600
7,800 8,000
8,200 8,400
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010
Nasi yoy
‐ a.kanan
7.0 7.5
8.0 8.5
9.0 9.5
10.0
2 3
4 1
2 2010
Rokok Kretek
Rokok Kretek Filter
Ribu Rp
36
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
Sementara di subkelompok lainnya terjadi perlambatan laju inflasi. Perlambatan laju inflasi pada subkelompok bahan bakar-penerangan-air didorong oleh penurunan harga pada
komoditas minyak tanah dan gas elpiji 3 kg. Penurunan tersebut diperkirakan karena faktor ketersediaan pasokan. Di sisi lain, terdapat tekanan inflasi karena faktor pasokan juga yang
cukup terbatas di pasar regional terutama pada gas elpiji 12 kg yang relatif menyebabkan harga komoditas dimaksud meningkat.
Selain itu, diperkirakan terjadi penurunan permintaan pada subkelompok perlengkapan rumah tangga dan subkelompok penyelenggaraan rumah tangga. Penurunan
permintaan tersebut diperkirakan karena terjadi pergeseran konsumsi masyarakat yang lebih terfokus pada komoditas yeng terkait dengan tahun ajaran baru seperti seragam sekolah
dan buku tulis dan liburan seperti rekreasi dan transportasi .
Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kel.
Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar Tabel 2.4.
Inflasi Per-Sub Kel. Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar
Kelompok Kesehatan pada triwulan laporan tercatat mengalami perlambatan laju
inflasi tahunan. Pada triwulan I-2010, laju inflasi kelompok ini sebesar 2,98 yoy, yang kemudian turun menjadi sebesar 2,73 pada triwulan laporan. Perlambatan laju inflasi pada
triwulan laporan ini didorong oleh sebagian besar subkelompoknya kecuali subkelompok obat-obatan. Tekanan inflasi pada subkelompok obat-obatan tersebut didorong oleh
kenaikan harga obat-obatan, yang diperkirakan sebagai dampak dari naiknya HET Harga Eceran Tertinggi untuk obat generik pada tanggal 27 Januari 2010.
Perlambatan laju inflasi pada subkelompok jasa kesehatan, subkelompok jasa perawatan jasmani dan subkelompok perawatan jasmani-kosmetika diperkirakan karena
terimbas dampak tahun ajaran baruliburan sekolah. Sehingga permintaan terhadap komoditas pada ketiga subkelompok dimaksud mengalami penurunan sehubungan dengan
terjadi pergeseran konsumsi masyarakat.
‐ 2
4 6
8 10
12 14
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010
y.t.d y.o.y
Sumber : BPS diolah
I ‐2010 II‐2010
‐ Biaya Tempat Tinggal
2.29 3.88
‐ Bhn Bakar, Penerangan Air
7.31 6.21
‐ Perlengkapan Rumah Tangga
2.26 1.90
‐ Penyelenggaraan Rmh Tgg
3.18 2.74
Inflasi Kelompok
3.48 4.11
Sumber : BPS diolah
Sub Kelompok
y.o.y
37
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan
Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan
Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan, setiap subkelompoknya
mengalami perlambatan laju inflasi dibandingkan laju inflasi triwulan sebelumnya. Laju inflasi kelompok ini pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 1,06 yoy, sementara pada triwulan I-
2010 mengalami inflasi sebesar 1,18 yoy.
Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi
Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kel.
Transpor-Komunikasi-Jasa Keuangan
Perlambatan laju inflasi pada subkelompok transpor diperkirakan karena berkurangnya pengaruh tekanan harga minyak dunia terutama terhadap biaya bahan bakar
angkutan laut dan udara. Tingkat harga minyak dunia pada triwulan II-2010 cenderung stabil dibandingkan triwulan I-2010. Kondisi tersebut juga relatif mempengaruhi perkembangan
laju inflasi subkelompok sarana penunjang transpor. Subkelompok sarana penunjang transpor tercatat mengalami perlambatan laju inflasi dari 4,93 menjadi 4,56. Karena
pengaruh tingkat harga minyak dunia tersebut, yang relatif menyebabkan laju inflasi kelompok ini pada triwulan laporan tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009 yang
‐ 2.00
4.00 6.00
8.00 10.00
12.00
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010
y.t.d y.o.y
Sumber : BPS diolah
I ‐2010 II‐2010
‐ Jasa Kesehatan
6.49 6.39
‐ Obat‐obatan
1.02 1.10
‐ Jasa Perawatan Jasmani
6.80 6.24
‐ Perwtn Jasmani Kosmetika
1.04 0.62
Inflasi Kelompok
2.98 2.73
Sumber : BPS diolah
y.o.y Sub
Kelompok
8 6
4 2
‐ 2
4 6
8 10
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2008 2009
2010
y.t.d y.o.y
Sumber : BPS diolah
I ‐2010 II‐2010
‐ Transpor 1.51
1.44 ‐ Komunikasi Pengiriman
1.29 1.55
‐ Srn Penunjang Transpor 4.93
4.56 ‐ Jasa Keuangan
0.40 0.40
Inflasi Kelompok
1.18 1.06
Sumber : BPS diolah
y.o.y Sub
Kelompok
38
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
tercatat sebesar -5,01yoy. Pada triwulan II-2009, rata-rata harga minyak dunia selama triwulan tersebut tercatat sebesar 62,44barrel, sementara pada triwulan II-2010 sebesar
78,58barrel. Sementara laju inflasi di subkelompok komunikasi dan pengiriman masih tercatat
deflasi yang lebih rendah lagi, yaitu dari 1,29 menjadi 1,55. Deflasi pada subkelompok ini sudah berlangsung selama 2 tahun terakhir. Kondisi ini menggambarkan makin
menurunnya tingkat harga sarana-prasarana komunikasi, terutama telepon seluler. Jika di tinjau inflasi year on year secara bulanan selama triwulan laporan, terdapat
kecenderungan terjadi peningkatan laju inflasi pada subkelompok transpor dan subkelompok sarana penunjang transpor, terutama pada akhir triwulan II-2010 Juni. Kondisi tersebut
diperkirakan karena adanya peningkatan permintaan sehubungan dengan masa liburan sekoklah. Sementara di subkelompok komunikasi dan pengiriman, deflasinya tercatat
semakin rendah. Hal tersebut dimungkinkan untuk menjaring konsumen pada masa liburan melalui pemberian tarif telepon seluler yang lebih murah.
Grafik 2.11. Perkembangan Rata-rata Harga Minyak Dunia
‐ 20
40 60
80 100
120 140
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2006 2007
2008 2009
2010
barrel
39
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
Bab 3
Perkembangan Perbankan
Kinerja Pebankan Sulsel pada triwulan II-2010 per Mei 2010 relatif mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan I-2010. Hal ini tercermin dari indikator
perbankan yang secara umum tumbuh lebih besar, baik dilihat pada aset, DPK mapun kredit. Di sisi lain, kualitas kredit yang disalurkan, dimana tercermin pada nilai NPLs Non Performing
Loan-Gross yang masih berada pada kisaran yang baik yaitu 3.4. Selain itu, trend pergerakan LDR masih cenderung stabil jika dibandingkan dengan triwulan I-2010.
Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan Bank Umum Sulawesi Selatan
I II
I II
1. Total Aset
16.77 17.65
43,891 44,915
2. DPK
4.05 9.42
29,784 31,491
a. Giro ‐7.24
‐0.43 4,739
4,935 b. Tabungan
3.91 11.93
14,688 16,124
c. Deposito 10.40
10.76 10,357
10,433 3.
Kredit 17.85
19.06 37,198
38,125 4.
LDR 124.9
121.1 5.
NPLs Gross 3.5
3.4 Catatan:
Mulai Januari 2010 sistem pencatatan data perbankan menggunakan sistem B data trw II per Mei 2010
2010 KOMPONEN
Pertumbuhan y.o.y
Nominal Rp Juta
3.1 Perkembangan Bank Umum Konvensional dan Syariah
3.1.1. Kelembagaan dan Aset
Dari sisi kelembagaan, bank umum di Sulawesi Selatan pada triwulan II-2010 per Mei 2010 mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah kantor bank yang mengalami
peningkatan jika dibandingkan triwulan I-2010, meskipun jumlah bank tidak mengalami perubahan. Per Mei 2010, terdapat penambahan jumlah kantor bank sebanyak 4 buah
menjadi 698 kantor bank pada triwulan laporan. Penambahan kantor bank tersebut terdiri dari 1 satu kantor BPR konvensional, 1 satu kantor bank umum syariah dan 1 satu kantor
bank umum konvensional.
40
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
Tabel 3.2. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan
2010 1
2 3
4 1
2 3
4 1
2 Jumlah
Bank 64
65 68
69 68
68 69
69 69
69 Bank
Umum 36
37 40
41 41
41 42
42 42
42
Konvensional
27 28
30 30
30 30
30 30
30 30
Syariah
3 3
3 3
3 4
4 4
4 4
UUS
6 6
7 8
8 7
8 8
8 8
BPR 28
28 28
28 27
27 27
27 27
27 Jumlah
Kantor Bank
625 630
638 664
669 679
680 690
695 698
Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah SEKDA
Kelembagaan 2008
2009
Pada triwulan II- 2010 per Mei 2010,
total aset bank umum Sulsel tercatat sebesar
Rp44,9 triliun dan tumbuh relatif lebih
tinggi, yaitu sebesar 17,65 y.o.y jika
dibandingkan triwulan I- 2010 dimana tumbuh
16,77. Peningkatan petumbuhan tersebut didoron oleh peningkatan aset pada bank swasta nasional yang tumbuh cukup signifikan yaitu menjadi 22,69 y.o.y jika
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, yang hanya sebesar 15,91 y.o.y. Meski di sisi lain pertumbuhan year on year aset bank pemerintah cenderung melambat,
yaitu 18,56 pada triwulan I-2010 menjadi 16,50 pada periode laporan, kemudian pertumbuhan bank asing-campuran negatif pada triwulan II-2010, yaitu -22,89 y.o.y.
Namun secara nominal, total aset bank umum Sulawesi Selatan, per Mei 2010, mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meski penurunan aset bank asing-
campuran cenderung menurun secara nominal, namun dalam jumlah yang relatif tidak signifikan.
3.1.2. DPK dan KreditPembiayaan