majakani terhadap bakteri gram positif dan gram negatif Leela dan Satirapipathkul., 2011, efek kemopreventif terhadap toksisitas ginjal dan
karsinogenesis Rehman, et al., 2012, efek sitotoksik terhadap sel kanker serviks Hasmah, et al., 2010, dan tentang hepatoprotektif terhadap kerusakan
hati pada tikus Lodhi, et al., 2012.
2.2 Simplisia dan Ekstrak
2.2.1 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang
berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan Depkes, 2000.
2.2.2 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental, cair dan kering yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku
yang telah ditetapkan Depkes, 2000. Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat aktif dengan menggunakan
pelarut yang sesuai. Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dibagi kedalam dua cara yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Cara dingin: 1. Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman
menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada temperatur kamar. Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus-menerus
disebut maserasi kinetik sedangkan yang dilakukan pengulangan panambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat
pertama dan seterusnya disebut remaserasi. 2. Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu
baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pelembaban
bahan, tahap perendaman antara, tahap perkolasi sebenarnya penetesanpenampungan ekstrak terus-menerus sampai diperoleh
perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan. b. Cara Panas
1. Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah
pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 2. Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang
selalu baru, dilakukan dengan menggunakan alat soklet sehingga menjadi ekstraksi kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
Universitas Sumatera Utara
3. Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada temperatur lebih tinggi dari pada temperatur ruangan, yaitu secara
umum dilakukan pada temperatur 40-50
o
C. 4. Infus adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 90
o
C selama 15 menit. 5. Dekok adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 90
o
C selama 30 menit Depkes, 2000.
2.3 Diabetes Mellitus 2.3.1 Pengertian diabetes mellitus