organisasi memproduksi
produk yang
bervariasi t anpa
merubah program
produksi yang
t elah ada.
Tailored cust omizat ion
cenderung mengharuskan organisasi merubah program produksinya
agar bisa menambahkan hal-hal baru sesuai dengan permint aan cust omer.
2.4. Interdependensi
Int erdependensi menunjuk pada
pert ukaran out put ant ar grup dalam
sebuah organisasi. Baumler 1971; Wat son 1975 dalam Chenhall dan M orris 1986
menyat akan bahw a int erdependensi orga- nisasi merupakan elemen yang pent ing
dalam mendesain sist em akunt ansi mana- jemen
karena meningkat nya
masalah koordinasi int erdependensi, yait u keadaan
saling t ergant ung di ant ara grup yang ada dalam organisasi.
M enurut Gordon, et al., 1990 oleh karena organisasi merupakan sebuah
sist em, maka t idak ada dua grup dalam organisasi yang akan benar-benar eksis
secara independen. Art inya, sebuah grup dalam organisasi kemungkinan akan t er-
gant ung pada grup lain dalam memenuhi kebut uhan bahan baku, sumber daya,
informasi, at au bant uan dalam menye- lesaikan pekerjaan. Sedangkan Gibson, et
al. , 2000 menyat akan t erdapat t iga jenis
int erdependensi yang mungkin t erjadi di ant ara grup dalam sebuah organisasi,
yait u: 1.
Pooled int erdependence , t idak ada
int eraksi di ant ara grup dalam organi- sasi karena masing-masing grup ber-
operasi secara t erpisah dan mem- peroleh
reput asi, sumber
daya, keuangan, at au jasa yang lain langsung
dari kant or pusat . Namun demikian, kinerja dari seluruh grup yang ada
akan menent ukan kesuksesan organi- sasi secara keseluruhan.
2. Sequent ial int erdependence,
sebuah grup akan menyelesaikan pekerjaanya
sebelum grup lain dapat melengkapi pekerjaannya. Jadi, pekerjaan dilaksa-
nakan dengan cara yang berurutan at au serial. Tent unya grup kedua
dalam urut an akan mengalami kesu- lit an pada saat menyelesaikan peker-
jaanya, jika grup t ersebut t idak berint eraksi secara efekt if dengan
grup sebelumnya at au jika grup pert ama dalam urut an t idak dapat
menyelesaikan pekerjaanya
secara t epat w akt u, sehingga kinerja grup
kedua t ert unda. 3.
Reciprocal int erdependence
, yait u
out put dari masing-masing grup akan
menjadi input bagi grup lain dalam organisasi. Dengan demikian, diper-
lukan koordinasi yang efekt if agar masing-masing grup dalam organisasi
dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.
Int erdependensi yang t inggi ant ar depart emen
membut uhkan koordinasi
akt ivitas yang lebih besar karena kepu- t usan yang dibuat sat u depart emen dapat
mempengaruhi hubungan akt ivitas dengan depart emen lain Bouw ens dan Abernet hy,
2000. Ada dua alasan yait u pert ama, depart emen menjadi int erdependen jika
out put depart emen sat u menjadi input depart emen lainnya. Kedua, produk int er-
mediat e out put t ersebut mungkin disat u sisi dapat memuaskan t ujuan sat u depar-
t emen yang akan bert ent angan dengan t ujuan depart emen lain.
2.5. Informasi Broad
Scope Sistem
Akuntansi M anajemen
Informasi sist em akunt ansi mana- jemen yang bersifat broad scope mengacu
pada dimensi fokus, kuant ifikasi dan t ime horizon
Gordon dan Narayanan, 1984. Broad
scope mencakup
informasi mengenai permasalahan baik ekonomi
maupun non ekonomi, est imasi kejadian yang mungkin t erjadi di masa yang akan
dat ang, sert a aspek-aspek lingkungan, yait u informasi broad scope memberikan
informasi t ent ang fakt or-fakt or int ernal maupun ekst ernal perusahaan.
Adanya hubungan posit if ant ara informasi broad scope dan ket idakpast ian
lingkungan didukung banyak bukt i empiris diant aranya Abernet hy dan Gut hrie, 1994
membukt ikan bahw a sumber ket idak- past ian juga berasal dari penggunaan
informasi sist em akunt ansi manajemen broad scope.
Chong 1996 menunjukkan bahw a dalam ket idakpast ian yang t inggi,
maka peningkat an informasi broad scope akan meningkat kan efekt ifit as manajer
dalam pengambilan keput usan. Chenhall dan M orris 1986, Gordon dan Narayanan
1984, menemukan hubungan posit if ant ara informasi broad scope dan t ingginya
ket idakpast ian lingkungan. Chia 1995, Fisher 1996, Gul dan Chia 1994, M ia dan
Chenhall 1994 menemukan hubungan posit if ant ara informasi sist em akunt ansi
manajemen broad scope dan kinerja manajer
disaat manajer
menghadapi ket idakpast ian lingkungan. Larcker 1981
menghipot esiskan dan
menemukan dukungan bahw a informasi broad scope
sangat pent ing dalam t ahapan int elegen dan desain t ahap keput usan penganggaran
modal dan t idak begit u pent ing dalam t ahap pemilihan program.
2.6. Informasi Aggregation
Sistem Akuntansi M anajemen
Informasi t eragregasi
aggre- gat ion
merupakan informasi yang mem- perhat ikan penerapan bent uk kebijakan
formal discount ed cash flow , analisis cost - volume-provit
at au model
analit ikal informasi hasil akhir yang didasarkan pada
area fungsional pemasaran, produksi at au didasarkan pada w akt u bulanan, t ahunan.
Informasi aggregat ion meliput i ber-
macam-macam bent uk, mulai dari dat a ment ah yang belum diproses sampai
dengan informasi yang mencakup periode w akt u at au lingkup kepent ingan t ert ent u
sepert i pusat pert anggungjaw aban, dan area fungsional Chenhall dan M oris,
1986. Penelit ian yang dilakukan Chenhall
dan M orris 1986, M ia dan Goyal 1991 memberikan pembukt ian bahw a informasi
aggregat ion mengurangi ket idakpast ian.
Informasi ini juga dapat digunakan dalam dua sit uasi keput usan yait u dalam depar-
t emen dan juga koordinasi ant ar depar- t emen. Selain it u juga pembukt ian yang
mendukung informasi aggregat ion mening- kat kan kinerja dalam sit uasi yang lebih
t idak past i Chia, 1995; Gul dan Chia, 1994. Informasi aggregat ion perlu dalam
organisasi karena
dapat mencegah
kemungkinan t erjadinya overload informasi Iselin, 1988. Informasi yang t eragregasi
dengan t epat akan memberikan masukan pent ing dalam proses pengambilan kepu-
t usan karena w aktu yang dibut uhkan unt uk mengevaluasi informasi lebih sedikit diban-
dingkan dengan informasi t ak t eragregasi. Kebut uhan informasi yang mencerminkan
area pert anggungjaw aban dapat diperoleh dari informasi aggregat ion Hongren, 1982;
Chenhall dan M orris, 1986. Dengan adanya informasi yang jelas mengenai area
pertanggungjaw aban fungsional
para manajer, akan
mengurangi t erjadinya
konflik ant ar depart emen Ansari, 1979; Chenhall dan M orris, 1986.
2.7. Hubungan Ketidakpastian Lingkungan dengan Karakteristik Informasi