Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan, Desentralisasi dan Teknologi Informasi Melalui Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Broad Scope dan Aggregation Terhadap Kinerja manajerial (Suatu Kasus Pada Rumah Sakit Umum Dr. Soedono Madiun).

(1)

DAN AGGREGATION PADA RUMAH SAKIT UMUM

Dr. SOEDHONO MADIUN

T E S I S

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

Diajukan Oleh :

Anita Aprilyati

---

20020005

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Review Penelitian Terdahulu ... 12

2.2. Landasan Teori ... 15

2.2.1. Behavioral Accounting (Akuntansi Perilaku) ... 15

2.2.2. Pengertian System ... 17

2.2.3. Pengertian Informasi ... 21

2.2.4. Pengertian Teknologi Informasi ... 25

2.2.5. Informasi Akuntansi ... 28

2.2.6. Informasi Akuntansi Keuangan ... 30

2.2.7. Informasi Akuntansi Manajemen ... 32

2.2.8 Tinjauan Tentang Informasi Akuntansi Manajemen ... 34

2.2.8.1. Sekilas Tentang Perkembangan Informasi Akuntansi Manajemen ... 34


(3)

2.2.8.4. Pengertian Kinerja …………....……… 45

2.2.8.5. Kinerja Manajerial ... 48

2.2.8.6 Pentingnya Pengukuran Kinerja ... 51

2.2.8.7 Tolok Ukur Kinerja ... 52

2.2.9. Pengertian Kinerja Manajerial ... 54

2.2.9.1 Tugas-Tugas Manajer ... 56

2.2.9.2 Ketrampilan-ketrampilan manajemen ... 57

2.2.9.3 Faktor Penyebab Kegagalan Kinerja Manajer ... 58

2.2.9.4 Ketidak Pastian Lingkungan ... 58

2.2.9.4.1. Sebab-sebab ketidak pastian lingkungan .... 59

2.2.9.4.2. Ciri-ciri Keadaan Lingkungan ... 60

2.2.9.4.3. Macam-macam ketidak pastian lingkungan 61 2.2.10. Struktur Organisasi ... 62

2.2.10.1 Pengertian struktur………62

2.2.10.2 Lingkungan pada Organisasi ... 65

2.2.11 Desentralisasi ... 69

2.2.12 Keuntungan dan Kelemahan Desentralisasi ... 70

2.3. Kerangka pikir ... 71

2.4. Hipotesis ... 74

BAB III METODE PENELITIAN ... 76

3.1. Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel ... 76


(4)

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 80

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 81

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesa ... 82

3.4.1. Teknik Analisis ... 82

3.4.2. Uji Validitas dan Reabilitas ... 85

3.4.2.1. Uji Validitas ... 85

3.4.2.2. Uji Reabilitas ... 86

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 89

4.1. Deskripsi Lingkungan Ekternal dan Internal Rumah Sakit .. 89

4.1.1. Deskripsi Lingkungan Eksternal ... 89

4.1.1.1. Faktor Ekonomi, Demografi dan Geografi ... 89

4.1.1.2. Pasar ... 90

4.1.1.3. Pesaing ... 92

4.1.1.4. Kebijakan Pemerintah ... 95

4.1.2. Deskripsi Lingkungan Internal ... 97

4.1.2.1. Sumber Daya Manusia ... 97

4.1.2.2. Keuangan ... 100

4.1.2.3. Operasional (Produksi, Operasi, Teknik) ... 101

4.1.2.4. Manajemen ... 103

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 104

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 121


(5)

4.4. Pembahasan ... 132

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 136

5.1. Kesimpulan ... 136

5.2. Saran ... 137

DAFTAR PUSAKA DAFTAR LAMPIRAN


(6)

Gambar 2.1. : Hubungan antara data dan informasi ... 23 Gambar 2.2. : Types of Information ... 24 Gambar 2.3. : Faktor-faktor yang memperngaruhi ketidakpastian

lingkungan ... 59 Gambar 2.4. : Ciri-ciri berbagai keadaan lingkungan ... 60 Gambar 2.5 : Model perancangan diagram path ... 73


(7)

Lampiran 1.1 -Karakteristik informasi broadscope sistem akuntansi manajemen.

-Karakteristik informasi aggregation system akuntansi manajemen.

Lampiran 1.2 -Ketidakpastian lingkungan -Desentralisasi

Lampiran 1.3 -Teknologi informasi -Kinerja manajerial Lampiran 2.1 -Data valid

Lampiran 2.2 -Data valid Lampiran 2.3 -Data valid

Lampiran 3.1 -Analisis validitas dan reliabilitas X1 Lampiran 3.2 -Analisis validitas dan reliabilitas X2 Lampiran 3.3 -Analisis validitasdan reliabilitas X3 Lampiran 3.4 -Analisis validitas dan reliabilitas X4 Lampiran 3.5 -Analisis validitas dan reliabilitas X5 Lampiran 3.6 -Analisis valditas dan reliabilitas Y Lampiran 4.1 -Regression 1

Lampiran 4.2 -Regression 2 Lampiran 4.3 -Regression 3


(8)

Aggregation Terhadap Kinerja manajerial

(Suatu Kasus Pada Rumah Sakit Umum Dr. Soedono Madiun)

Persaingan dalam dunia usaha dimasa yang akan datang yang semakin bebas, maka Rumah Sakit Umum Dr. Soedono Madiun harus memiliki manajemen yang handal untuk dapat unggul dalam persaingan, bentuk struktur organisasi dalam akan mempengaruhi tingkat kebutuhan akan informasi yang perlu disediakan dalam suatu perusahaan. Perbedaan struktur organisasi akan mengakibatkan terjadinya perbedaan dalam kebutuhan akan informasi. Teknologi komputer merupakan salah satu teknologi informasi yang banyak berpengaruh pada sistem informasi organisasi karena dengan sistem informasi berbasis komputer informasi dapat disajikan tepat waktu dan akurat

Sedangkan untuk memotivasi individu yang melakukan aktivitas organisasi maka dibutuhkan kinerja manajerial. Dalam hal ini interaksi antara tingkat desentralisasi yang tinggi dengan karakteristik informasi akuntansi manajemen yang semakin handal sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja manajerial. Selain itu pengaruh kebijakan dan strategi organisasi adalah faktor – faktor lingkungan baik didalam maupun diluar organisasi mengakibatkan ketidakpastian lingkungan organisasi, karena tingkat ketidakpastian lingkungan didukung dengan karakteristik informasi akuntansi manajemen yang handal maka diharapkan mampu meningkatkan kinerja manajerial perusahaan. Dari uraian diatas juga tersirat bahwa peranan organisasi yang desentralisasi akan memiliki tingkat ketidakpastian lingkungan yang tinggi dan membutuhkan karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen yang dapat meningkatkan kinerja manajerial. Oleh karena itu penelitian ini disusun dengan masalah penelitian: Bagaimana pengaruh ketidakpastian lingkungan, desentralisasi dan teknologi informasi pada karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen broad scope dan aggregation terhadap peningkatan kinerja manajerial.

Dengan menggunakan teknik analisis jalur untuk menerangkan/membuktikan pengaruh langsung dan tidak langsung beberapa variabel penyebab terhadap satu atau lebih variabel lainnya yang merupakan variabel akibat.

Dari hasil analisis berdasarkan data yang diperoleh dari observasi pada obyek penelitian, maka hasil analisis menunjukkan bahwa dari beberapa hipotesis yang diajukan hanya Pengaruh langsung ketidak pastian lingkungan terhadap karakteristik informasi aggregation system akuntansi manajemen terbukti kebenarannya.

Key word: Kinerja manajerial, ketidakpastian lingkungan, desentralisasi dan teknologi informasi


(9)

1.1.Latar Belakang Masalah :

Lingkungan bisnis yang dihadapi oleh perusahaan saat ini mengalami perubahan dengan cepat dan terus menerus, hal ini disebabkan karena pada saat ini tengah berlangsung empat jaman sekaligus, yaitu jaman globalisasi ekonomi, jaman teknologi informasi, dan jaman strategic quality management, dan jaman revolusi manajemen. Begitu juga dengan Rumah Sakit Umum Pemerintah Propinsi Jawa Timur, juga mengalami hal tersebut. Semua berubah secara pesat, radikal, serentak, dan pervasif dengan semakin meningkatnya psoses globalisasi, semakin ekstensifnya pemanfaatan teknologi informasi dalam bisnis, dan semakin meluasnya revolusi manajemen diseluruh penjuru dunia, perubahan itu menyebabkan tingginya tingkat ketidakpastian perusahaan.

Persaingan dalam dunia usaha dimasa yang akan datang yang semakin bebas, oleh karena itu manajemer memiliki perangkat yang kuat dalam menjalankan usahanya, antara lain dengan modal yang kuat, peluang pasar yang potensial, dan tenaga kerja manajemen yang profesional dalam mengelola perusahaan dengan baik serta dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat dalam hubungannya dengan perencanaan dan pengendalian.

Dampak lain yang dapat dirasakan adalah dunia semakin sempit, sehingga dunia perdagangan secara bebas antar negara tak dapat dielakkan


(10)

lagi, akibatnya dalam dunia bisnis terjadi persaingan yang mengharuskan perusahaan untuk memenuhi tuntutan konsumen yang menginginkan produk dan jasa yang berkualitas tinggi, berharga murah dan terjangkau, penyerahannya tepat waktu serta pelayanan yang baik.

Mulyadi (1992) menyatakan bahwa perusahaan yang manjemennya berhasil menjadikan perusahaan pada tingkat dunialah yang mampu bertahan dan berkembang pada situasi persaingan globaldan tajam.

Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Ki Supriyoko (1994), yang menyatakan bahwa: pada era globalisasi ekonomi ini keunggulan komperatif suatu bangsa tidak dapat diandalkan oleh karena itu, untuk mengantisipasi perubahan dunia usaha keunggulan komperatif ini harus ditindak lanjuti dengan keunggulan kompetitif yang tinggi.

Dari kedua pendapat tersebut, terlihat bahwa manajemen Rumah Sakit harus memiliki manajemen yang handal sehingga dapat unggul dalam persaingan dunia, dengan keunggulan dalam persaingan tersebut suatu perusahaan dapat bertahan dan berkembang dalam era globalisasi ekonomi yang penuh dengan persaingan tajam dan ketidakpastian.

Mulyadi (1993) menyatakan bahwa: Manajemen selalu menghadapi ketidak pastian manakala mereka menghadapi masalah yang harus diputuskan pemecahannya. Untuk mengurangi ketidak pastian ini, manajemen memerlukan informasi, diantaranya informasi akuntansi.

Ketidakpastian lingkungan yang tinggi akan menyebabkan manajer sulit untuk menyusun perencanaan dan pengendalian organisasi yang akurat.


(11)

Perencanaan yang disusun dalam situasi ketidakpastian lingkungan yang tinggi akan menjadi problemalitas, karena adanya ketidakmampuan manajer untuk memprediksi kondisi dimasa mendatang.

Dalam kondisi seperti tersebut diatas, informasi akan menjadi komoditi yang sangat berguna bagi perusahaan dalam kegiatan perencanaan, kontrol dan pembuatan keputusan. Informasi memiliki nilai yang potensial, karena dapat memberikan kontribusi langsung dalam menentukan pilihan, dapat meningkatkan pemahaman manajer terhadap dunia nyata serta dapat mengidentifikasikan aktifitas yang relevan (Mock,1971,dalam Aida dan Gudono : 2001).

Struktur organisasional perusahaan, baik desentralisasi atau sentralisasi, juga akan mempengaruhi tingkat kebutuhan akan informasi yang perlu disediakan dalam suatu perusahaan. Perbedaan struktur organisasional akan mengakibatkan terjadinya perbedaan dalam kebutuhan akan informasi karena tugas dan tanggung jawab yang dihadapi berbeda.

Pada organisasi desentralisasi seperti yang diterapkan pada Rumah Sakit Umum Dr. Soedono Madiun ini para manajer membutuhkan informasi yang lebih, dibandingkan dengan organisasi sentralisasi, sebab pada organisasi sentralisasi manajer hanya menjalankan tugas atas perintah atasannya.

Bila dilihat pada masa kini, sebagian besar masyarakat semakin merasa informasi sebagai salah satu kebutuhan pokok disamping kebutuhan akan sandang, pangan dan papan. Perkembangan teknologi informasi telah


(12)

membawa dampak yang besar sekali terhadap kehidupan masyarakat. Sejak ditemukannya komputer pada tahun 1955, peradaban dunia telah memasuki era informasi, Teknologi informasi dengan komputer sebagai motor pengeraknya telah merubah segalanya. Pemrosesan informasi berbasis komputer mulai dikenal orang dan hingga saat ini sudah banyak ( software ) yang dapat digunakan orang sebagai alat pengolah data untuk menghasilkan informasi dengan tujuan untuk memberikan kemudahan dalam menghasilkan informasi yang dapat dipercaya, relevan, tepat waktu, lengkap, dapat dipahami dan teruji.

Teknologi komputer merupakan salah satu teknologi informasi yang banyak berpengaruh pada sistem informasi organisasi Rumah Sakit karena dengan sistem informasi berbasis komputer informasi dapat disajikan tepat waktu dan akurat. Dengan penggunaan komputer sejumlah besar informasi yang berguna dapat dikumpulkan dan dilaporkan kepada manajer dengan segera. Semua hal yang terjadi di berbagai bagian dapat diketahui dengan sekejap. Ini memungkinkan manajer mengambil keputusan dengan cepat.

Manajemen perusahaan juga harus sensitif terhadap pengaruh perkembangan teknologi yang mencakup informasi, peralatan teknik dan proses dalam mengubah input menjadi output. Selain itu, manajemen harus dapat memahami dengan baik hubungan antara tugas, kemampuan yang dimiliki dan fungsi – fungsi teknologi yang ada. Dengan demikian teknologi informasi yang berbasis komputer memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, seperti mampu meringankan aktivitas bisnis yang kompleks serta


(13)

menghasilkan informasi yang dapat dipercaya, relevan, tepat waktu, lengkap, dapat dipahami dan teruji dalam rangka perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan bagi pihak manajemen perusahaan. Akibatnya perusahaan tetap dapat bertahan dalam era globalisasi informasi yang kompetitif serta mampu menghadapi persaingan pasar global.

Dengan demikian, semakin tinggi teknologi informasi dan saling ketergantungan akan semakin meningkatkan kebutuhan akan informasi sistem akuntansi manajemen scope yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja manajerial (Arsono & Muslichah;2002: 121)

Untuk mengatasi permasalahan yang muncul akibat tingginya ketidakpastian lingkungan dan struktur organisasi desentralisasi maka para manajer membutuhkan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen yang handal. Selain itu ketersediaan informasi akuntansi manajemen yang handal dapat meningkatkan kinerja manajerial (Aulia fuad rahman; 2002: 24). Berdasarkan uraian diatas peneliti mencoba untuk meneliti masalah yang ada pada Rumah Sakit Umum Dr. Soedono Madiun Untuk dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja manajerial perusahaan, diharapkan dengan adanya sistem desentralisasi ini dapat meningkatkan kinerja manajerial, yang didukung dengan karakteristik informasi akuntansi manajemen yang handal. Sedangkan untuk memotivasi individu yang melakukan aktivitas badan usaha maka dibutuhkan kinerja manajerial. Dalam hal ini interaksi antara tingkat desentralisasi yang tinggi dengan karakteristik informasi akuntansi manajemen yang semakin handal sangat diperlukan.


(14)

Selain itu pengaruh yang tidak kalah pentingnya terhadap kebijakan dan strategi organisasi adalah faktor – faktor lingkungan baik didalam maupun diluar organisasi. Semakin rumit dan berkembangnya suatu lingkungan, mengakibatkan ketidakpastian lingkungan organisasi, karena tingkat ketidakpastian lingkungan didukung dengan karakteristik informasi akuntansi manajemen yang handal maka diharapkan mampu meningkatkan kinerja manajerial perusahaan.

Seseorang yang memegang posisi manajerial diharapkan mampu menghasilkan suatu kinerja manajerial. Berbeda dengan kinerja karyawan yang pada umumnya bersifat konkrit, kinerja manajerial adalah bersifat abstrak dan kompleks. Manajer menghasilkan kinerja dengan mengerahkan bakat dan kemampuan serta usaha beberapa orang lain yang berada didalam daerah yang berlawanan. ( Mulyadi dan Setyawan, 2001 : 790 )

Dari uraian diatas juga tersirat bahwa peranan organisasi yang desentralisasi akan memiliki tingkat ketidakpastian lingkungan yang tinggi dan membutuhkan karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen yang dapat meningkatkan kinerja manajerial. Oleh karena itu penelitian ini disusun dengan judul:

“Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan, Desentralisasi dan Teknologi Informasi Melalui Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Broad Scope dan Aggregation Terhadap Kinerja manajerial

(Suatu Kasus Pada Rumah Sakit Umum Dr. Soedono Madiun)“.


(15)

1.2.Perumusan Masalah

Bagaimana pengaruh ketidakpastian lingkungan, desentralisasi dan teknologi informasi pada karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen broad scope dan aggregation terhadap peningkatan kinerja manajerial.

Identifikasi Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh langsung ketidakpastian lingkungan (X3) terhadap kinerja manajerial (Y)

2. Apakah terdapat pengaruh langsung ketidakpastian lingkungan (X3) terhadap karakteristik informasi broad scope sistem akuntansi manajemen (X1)

3. Apakah terdapat pengaruh langsung ketidakpastian lingkungan (X3) terhadap karakteristik informasi aggregation sistem akuntansi manajemen (X2)

4. Apakah terdapat pengaruh langsung desentralisasi (X4) terhadap kinerja manajerial (Y)

5. Apakah terdapat pengaruh langsung desentralisasi (X4) terhadap karakteristik informasi broad scope sistem akuntansi manajemen (X1) 6. Apakah terdapat pengaruh langsung desentralisasi (X4) terhadap

karakteristik informasi aggregation sistem akuntansi manajemen (X2) 7. Apakah terdapat pengaruh langsung teknologi informasi (X5) terhadap

karakteristik informasi broad scope sistem akuntansi manajemen (X1) 8. Apakah terdapat pengaruh langsung teknologi informasi (X5) terhadap


(16)

9. Apakah terdapat pengaruh langsung teknologi informasi (X5) terhadap kinerja manajerial (Y)

10.Apakah terdapat pengaruh langsung karakteristik informasi broad scope sistem akuntansi manajemen (X1) terhadap kinerja manajerial (Y)

11.Apakah terdapat pengaruh langsung karakteristik informasi aggregation sistem akuntansi manajemen (X2) terhadap kinerja manajerial (Y)

12.Apakah terdapat pengaruh tidak langsung ketidakpastian lingkungan (X3) melalui marakteristik informasi broad scope sistem akuntansi manajemen (X1) terhadap kinerja manajerial (Y)

13.Apakah terdapat pengaruh tidak langsung desentralisasi (X4) melalui karakteristik informasi broad scope sistem akuntansi manajemen (X1) terhadap kinerja manajerial (Y)

14.Apakah terdapat pengaruh tidak langsung teknologi informasi (X5) melalui karakteristik informasi broad scope sistem akuntansi manajemen (X1) terhadap kinerja manajerial (Y)

15.Apakah terdapat pengaruh tidak langsung ketidakpastian lingkungan (X3) melalui (X2) terhadap kinerja manajerial (Y)

16.Apakah terdapat pengaruh tidak langsung desentralisasi (X4) melalui (X2) terhadap kinerja manajerial (Y)

17.Apakah terdapat pengaruh tidak langsung teknologi informasi (X5) melalui (X2) terhadap kinerja manajerial (Y)


(17)

1.3.Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji pengaruh langsung ketidakpastian lingkungan (X3) terhadap kinerja manajerial (Y)

2. Untuk menguji pengaruh langsung ketidakpastian lingkungan (X3) terhadap karakteristik informasi broad scope sistem akuntansi manajemen (X1)

3. Untuk menguji pengaruh langsung ketidakpastian lingkungan (X3) terhadap karakteristik informasi aggregation sistem akuntansi manajemen (X2)

4. Untuk menguji pengaruh langsung desentralisasi (X4) terhadap kinerja manajerial (Y)

5. Untuk menguji pengaruh langsung desentralisasi (X4) terhadap karakteristik informasi broad scope sistem akuntansi manajemen (X1) 6. Untuk menguji pengaruh langsung desentralisasi (X4) terhadap

karakteristik informasi aggregation sistem akuntansi manajemen (X2) 7. Untuk menguji pengaruh langsung teknologi informasi (X5) terhadap

karakteristik informasi broad scope sistem akuntansi manajemen (X1) 8. Untuk menguji pengaruh langsung teknologi informasi (X5) terhadap

karakteristik informasi aggregation sistem akuntansi manajemen (X2) 9. Untuk menguji pengaruh langsung teknologi informasi (X5) terhadap

kinerja manajerial (Y)

10.Untuk menguji pengaruh langsung karakteristik informasi broad scope sistem akuntansi manajemen (X1) terhadap kinerja manajerial (Y)


(18)

11.Untuk menguji pengaruh langsung karakteristik informasi aggregation sistem akuntansi manajemen (X2) terhadap kinerja manajerial (Y)

12.Untuk menguji pengaruh tidak langsung ketidakpastian lingkungan (X3) melalui marakteristik informasi broad scope sistem akuntansi manajemen (X1) terhadap kinerja manajerial (Y)

13.Untuk menguji pengaruh tidak langsung desentralisasi (X4) melalui karakteristik informasi broad scope sistem akuntansi manajemen (X1) terhadap kinerja manajerial (Y)

14.Untuk menguji pengaruh tidak langsung teknologi informasi (X5) melalui karakteristik informasi broad scope sistem akuntansi manajemen (X1) terhadap kinerja manajerial (Y)

15.Untuk menguji pengaruh tidak langsung ketidakpastian lingkungan (X3) melalui (X2) terhadap kinerja manajerial (Y)

16.Untuk menguji pengaruh tidak langsung desentralisasi (X4) melalui (X2) terhadap kinerja manajerial (Y)

17.Untuk menguji pengaruh tidak langsung teknologi informasi (X5) melalui (X2) terhadap kinerja manajerial (Y)

1.4.Manfaat Penelitian 1. Bagi Lembaga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan menambah informasi tentang permasalahan yang dihadapi perusahaan, sehingga akan membuka wawasan berpikir dan sebagai bahan referensi


(19)

bagi penulis lain dalam menghadapi permasalahan yang sama dimasa yang akan datang.

2. Bagi perusahaan

Sebagai sumbangan saran dan kesimpulan bagi langkah – langkah untuk mendapatkan jalan keluar bagi perusahaan dan dapat memberikan informasi ilmiah yang bermanfaat sebagai pertimbangan dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan agar lebih produktif dan efisien.

3. Bagi Peneliti

Sebagai masukan bagi peneliti dalam memperoleh pengalaman yang nyata, sehingga dapat membandingkan teori yang telah diperoleh dibangku kuliah dan literatur dengan keadaan yang sebenarnya, serta menambah pengetahuan tetang keadaan perusahaan beserta permasalahannya, juga dapat mengetahui sistem kerja perusahaan secara realitas.


(20)

2.1. Review Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berhubungan dengan tesis ini dapat dikemukakan peneliti berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan, antara lain sebagai berikut :

1. Aulia Fuad Rahman (2002)

Penelitian ini membahas mengenai pengaruh ketidak pastian lingkungan desentralisasi terhadap karakteristik informasi broat scope dan aggregation sistem akuntansi manajemen serta pengaruhnya terhadap kinerja manajerial. Adapun permasalahan dari penelitian ini adalah “ apakah terdapat pengaruh karakteristik informasi broat scope dan aggregation sistem akuntansi manajemen pada kondisi ketidakpastiaan lingkungan dan disentralisasi terhadap peningkatan kinerja manajerial “.

Analisa statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah struktural equition modeling (SEM) dengan menggunakan program amos versi 4.0. Ada beberapa tahap yang ditempuh dalam pengelolaan data, yaitu dengan mengembangkan Path Diagram, evaluasi atas asumsi-asumsi SEM, evaluasi kriteria goodnes-of- fit model penelitian dan interpretasi hasil.


(21)

Dari hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut penelitian ini berhasil membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif dan secara statistik signifikan variebel ketidakpastian lingkungan, struktur organisasi desentralisasi terhadap karakteristik informasi broad scope dan aggregation sistem akuantansi manajemen yang akan meningkatakan kinerja manajerial.

2. Arsono Laksmana dan Muslichah (2002)

Maksud dari penelitian ini adalah mengkaji peran karakteristik sistem akuntansi manajemen terhadap hubungan antara tehnologi informasi, saling ketergantungan dan kinerja manajerial. Sedangkan permasalahan dari penelitian ini yaitu “

apakah terdapat pengaruh tehnologi informasi terhadap kesediaan informasi broat scope secara langsung atau tidak langsung untuk meningkatkan kinerja manajerial “.

Untuk menguji hipotesisi yang terdapat penelitian ini digunakan analisis multivariat dengan structural equation modeling (SEM). Didalam SEM peneliti dapat melakukan tiga kegiatan secara serempak yaitu pemeriksaan validitas dan realibilitas instrumen, pengujian model hubungan antar variabel laten dan mendapat model yang bermanfaat untuk prakiraan.

Dari hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan bahwa karakteristik sistem akuntansi manajemen bertindak sebagai variabel anatara (intervening variabel) dalam hubungan antara teknologi


(22)

informasi, saling ketergantungan dan kinerja manajerial dalah positif dan signifikan.

3. Letje Nazaruddin (1998)

Penelitian ini membahas tentang pengaruh desentralisasi dan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial. Adapun permasalahan yang diteliti yaitu “apakah terdapat pengaruh interaksi antara tingkat disentralisasi dengan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen”.

Informasi mengenai tingkat kesediaan karakteristik dari masing-masing informasi akuntansi manajemen yaitu Broat scope, Timeliness, Aggregation dan Intregation dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner yang dikirim melalui jasa pos kepada manajer produksi dan manajer pemasaran pada perusahaan – perusahaan manufaktur di Indonesia.

Model empiris pengujian hipotesa adalah dipenden variabel merupakan fungsi dari interaksi dua variabel. Persamaan dalam regresi berganda merupakan cara yang dapat digunakan untuk menguji interaksi. Dalam penelitian ini, pendekatan interaksi yang bertujuan untuk menerangkan variasi kinerja manajerial dari dua interaksi independen. Dan hasil dari penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan signifikan dari efek interaksi anatara desentralisasi dan masing – masing karakteristik informasi sistem akuntan manajemen tercermin dalam koefisien interaksi, seluruhnya secara statistik signifikan (p<1 dan


(23)

p,0,5). Hasilnya menggambarkan bahwa desentralisasi secara signifikan berinteraksi dengan masing – masing karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen mempengaruhi terjadinya peningkatan kinerja manajerial secara positif.

4. Aida Ainul Mardiyah dan Godono (2001)

Penelitian ini membahas mengenai pengaruh ketidakpastian lingkungan dengan desentralisasi terhadap karakteristik sistem akuntansi manajemen. Penelitian ini meneliti apakah ada pengaruh antara interaksi ketidakpastian lingkungan dengan desentralisasi terhadap karakteristik masing – masing informasi sistem akuntan manajemen, yaitu Broat scope, Timeliness, Aggregation dan Integation.

Adapun uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dan dari hasil penelitiannya dapat diperoleh kesimpulan :

a. Bahwa semakin tinggi tingkat ketidakpastian lingkungan semakin besar pengaruh positif disentralisasi terhadap informasi Broat scope

sistem akuntansi manajemen.

b. Bahwa semakin tinggi tingkat ketidakpastian lingkungan maka semakin besar pengaruh positif desentralisasi terhadap informasi

Timeliness sistem akuntansi manajemen artinya ketidakpastian lingkungan yang tinggi perlu didukung oleh desentralisasi sehingga berpengaruh positif terhadap informasi yang semakin tepat waktu.


(24)

c. Bahwa semakin tinggi tingkat ketidakpastian lingkungan maka semakin besar pengaruh positif desentralisasi terhadap informasi

aggregation sistem akunatansi manajemen.

d. Bahwa tingkat ketidakpastian lingkungan yang tinggi menyebabkan intensitas desentralisasi yang semakin tinggi sehingga akan menyebabkan efek positif terhadap keberadaan informasi

integration sistem akuntansi manajemen.

2.2. LANDASAN TEORI

2.2.1. Behavioral Accounting ( Akuntansi Perilaku)

Selama ini umumnya akuntan menitik beratkan perhatiannya pada pengukuran pendapatan dan biaya, serta melihat prestasi perusahaan pada masa lampau untuk melakukan prediksi dimasa yang akan datang. Para akuntan cenderung untuk tidak memperhatikan bahwa prestasi masa lampau itu merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap prilaku dimasa yang akan datang.

Akuntansi tradisional cenderung hanya mengumpulkan, mengukur, mencatat, dan melaporkan informasi financial atau hanya memperhatikan informasi keuangan dan kurang memperhatikan informasi yang berkaitan dengan hubungan manusia sebagai pekerja dengan perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu akuntansi perilaku akan menggambarkan aspek sosial dari suatu organisasi yang terdiri dari hubungan antara perilaku manusia dengan desain, kontruksi, dan


(25)

penggunaan sistem informasi akuntansi dengan efisien. Behavioral accounting merupakan aplikasi konsep prilaku untuk mendesain sistem akuntansi, studi reaksi manusia terhadap format dan isi laporan akuntansi, dengan cara bagaimana informasi diproses atau mengambil keputusan, pengembangan teknik dan pelaporan untuk mengkomunikasikan data perilaku kepada pemakai dan pengembangan strategi untuk memotivasi dan mempengaruhi perilaku, aspirasi dan tujuan dari orang – orang yang menjalankan organisasi.

Tujuan dari behavioral accounting adalah usaha untuk melakukan pengukuran dan pengevaluasian segala tindakan atau perilaku yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan untuk pengambilan keputusan yang baik bersifat eksternal maupun internal.

Siegel dan Marconi (1989 .22) menyebutkan bahwa secara optimum ruang lingkup akuntansi perilaku (behavioral accounting) dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

a. Hasil dari perilaku seseorang berupa disain, kontruksi dan penggunaan sistem akuntansi. Luas akuntansi perilaku ini mengenai bagaimana sikap dan filosofi dari pengaruh manajemen yang hampir sama dengan akuntansi pengendalian dan fungsi dari organisasi.

b. Pengaruh dari sistem akuntansi pada perilaku seseorang. Luasnya akuntansi perilaku ini mengenai bagaimana pengaruh


(26)

motivasi, produk, aktivitas, pengambilan keputusan, kepuasan kerja dan kerjasama.

c. Metode yang meramal atau yang memprediksi dan strategi untuk merubah perilaku seseorang. Luasnya akuntansi perilaku yang ketiga ini mengenai bagaimana sistem akuntansi dapat memepengaruhi perilaku.

2.2.2. Pengertian Sistem

System dapat berbentuk abstrak atau berwujud. System yang abstrak merupakan perpaduan dari berbagai pikiran yang saling tergantung atau menunjang. Dalam pengertian system berwujud adalah kumpulan dari komponen-komponen yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan. System bersifat dinamis, berkembang dan selalu berproses untuk mencapai suatu tujuan. Organisasi dari suatu kumpulan merupakan suatu sistem, karena bersifat dinamis, berkembang dan selalu berproses dari komponen-komponen organisasi dan dapat berupa subsistem yang saling bekerja sama, berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.

Pengertian sistem dalam konteks masalah data yang menghasilkan informasi sebagaimana yang dikemukakan oleh The American National Standards Committee, sistem dalam pengolahan data adalah suatu kumpulan dari manusia, mesin dan metode yang teroganisir untuk memenuhi seperangkat fungsi; sistem memiliki beberapa sifat sebagai berikut :


(27)

a. Memiliki tujuan (Objective)

Setiap system memiliki satu atau lebih tujuan. Organisasi sebagai suatu system mempunyai tujuan utama, yaitu memperoleh laba yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya, disamping untuk menjalankan misi sosial. b. Adanya kegiatan Input – Proces – Output

Berbagai masukan (input), diolah (proces) untuk menghasilkan berbagai keluaraan (Output).

c. Adanya lingkungan (Environment) dan Batas (Boundary)

Setiap system secara phisik memiliki batas (boundary) dan disekitar batas adalah lingkungan (environment).

d. Adanya Sub-sub System (Sub System) e. Adanya saling ketergantungan

Setiap system memiliki ketergantungan antara berbagai subsystem dan hubungan antar subsystem membentuk suatu jaringan system (System Network). Dan adanya hubungan satu sama lain dari masing-masing sub system. Konsep dari saling ketergantungan ini sebagai dasar untuk memperlajari system informasi.

f. Setiap system memiliki keterbatasan intern maupun ekstern g. Adanya Pengendalian (Control)

Setiap system harus dapat menata dan mengendalikan subsystemnya agar dapat mencapai tujuan.


(28)

Menurut Robert G. Murdick (Yogiyanto H.M, 1994:1), pengertian system didefinisikan seperti berikut ini. “System adalah suatu kumpulan dari komponen-komponen yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan”.

Menurut Jerry FitzGerald, Ardra F. FitzGerald dan Warren D. Stallings, Jr. (Jerry Fitzgerald. Ardra F. Fitzgerald, Warren D. Stalling, Jr. lihat Yogiyanto H.M, 1994:4), bahwa “System adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul besama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu”.

Definisi mengenai system dapat dikelompokan kedalam dua kelompok. Yang pertama lebih menekankan pada elemen-elemen dalam system, elemen-elemen atau komponen/ bagian-bagian dari suatu system dapat berupa subsystem. Kedua lebih menekankan pada prosedur.

Kedua Kelompok definisi ini adalah benar dan tidak saling bertentangan antara satu dengan yang lainnya, yang berbeda hanya cara pendekatannya, mempelajari suatu system akan lebih mengena bila mengetahui terlebih dahulu apakah system itu.

Pendekatan system yang merupakan jaringan kerja dari prosedur lebih menekankan urutan-urutan operasi di dalam system, prosedur (Procedure) didefinisikan oleh Richard F. Neuschel (Yogiyanto H.M, 1994:4) sebagai berikut : “Prosedur adalah suatu


(29)

urutan-urutan operasi klerikal (tulis-menulis), biasanya melibatkan beberapa orang di dalam satu atau lebih departemen, yang diterapkan untuk menjamin penanganan yang seragam dari transaksi-transaksi bisnis terjadi”.

Lebih jauh Jerry Fitz Gerald, Ardra F. Fitz Gerald dan Warren D. Stalling, Jr. (Yogiyanto H.M, 1994:5) mendefinisikan prosedur sebagai berikut: “Prosedur adalah urutan-urutan yang tepat dari tahapan-tahapan intruksi yang menerangkan apa (what) yang harus dikerjakan, siapa (who) yang mengerjakannya, kapan (when) dikerjakan dan bagaimana (how) mengerjakannya”.

Definisi prosedur ini sebenarnya secara implisit juga mengandung elemen-elemen atau komponen-komponen dari system, yaitu apa dan siapa.

Pendekatan system yang merupakan kumpulan dari elemen-elemen atau komponen-komponen atau subsystem-subsystem merupakan definisi yang lebih luas. Definisi ini lebih banyak diterima, karena kenyataannya suatu system dapat terdiri dari beberapa subsystem atau system-system bagian. Subsystem-subsystem dalam suatu system tidak dapat berdiri lepas sendiri-sendiri.

Subsystem-subsystem saling berinteraksi dan saling berhubungan membentuk satu kesatuan sehingga tujuan atau sasaran system tersebut dapat tercapai. Interaksi dari subsystem-subsystem


(30)

sedemikian rupa, sehingga tercapai suatu kesatuan yang terpadu atau terintegrasi (Integrated).

Pada umumnya system yang luas terdiri dari subsystem dan system yang lebih kecil dapat terdiri dari subsystem-subsystem lagi atau terdiri dari komponen-komponen. Integrasi dari system dicapai dari interaksi antara komponen-komponennya dan dengan subsystem-subsystem yang lainnya.

2.2.3. Pengertian Informasi

Dalam pemakaiannya secara umum, istilah informasi sering digunakan secara tidak tepat. Informasi sering ditukarkan pemakaiannya dengan data. Dengan perkataan lain informasi dianggap sama dengan data.

Menurut Gordon B. Davis dalam kerangka dasar sistem informasi manajemen Bagian 1, Pengantar, Seri Manajemen No. 90 A, 1993, Hal. 27, 28, informasi merupakan data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang mempunyai arti/guna bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau saat mendatang. Selanjutnya Gordon B. Davis memperjelas lagi hubungan antara data dengan informasi melalui gambar berikut :


(31)

Sumber: Gordon B. Davis (Seri Manajemen, No. 90, 1993: 27 – 28)

Dari gambar tersebut terlihat bahwa data diolah oleh pengolah yang kemudian menghasilkan informasi. Dengan perkataan lain, sistem pengolahan, mengolah data dari bentuk tak berguna menjadi berguna atau memberi informasi bagi penerimanya.

Sedangkan menurut Geral A. Feltham dalam bukunya “ The Nature of Information and Information Systems “, In The Accounting Sampler, Fourth Edition, Mc Graw-Hill Book Company, United States Of Amerika, 1986, P.284 :

Data” some time refers to signs or signals generated as a result of events or states….

Information” is often defined as the useful knowledge obtained from the data received and, therefore, is dependent upon the person who receives the data and the decisions he will make……

Menurut Barry E.Cushing dalam bukunya Accounting information system and Bisnis Organization yang diterjemahkan oleh Ruchyat Kosasih, Sistem Informasi Akuntansi dan Organisasi Perusahaan, Edisi ketiga, cetakan keempat, (1989: 21). Mengatakan

Data Pengolahan Informasi Penyimpanan


(32)

bahwa “ Data dapat dianggap bahwa terdiri dari sekumpulan karakter yang diterima sebagai masukan (input) untuk suatu sistem informasi dan disimpan serta diolah” Sedangkan informasi diartikan sebagai keluaran (output) suatu pengolahan data yang telah terorganisir dan berguna bagi orang yang menerima”.

Selanjutnya Robert N. Anthony, and James S Reece “Accounting text and cases”, Eighth Edition, Irwin Homewood Iliinois” 1989. P.4 Types of Information

Sumber: Robert N. Anthony, and James S Reece ,1989: P.4

Dari gambar tersebut diatas, terlihat bahwa informasi dibagi dalam dua bentuk : informasi kuantitatif dan informasi kualitatif (non kuantitatif).

Information

Consists of Nonquantitative information Quantitative information

Consists of

Accounting Information

Nonaccounting Information

Consists of

Operating Information

Operating Information

Management Accounting


(33)

Manajemen membutuhkan kedua informasi tersebut, baik kuantitatif maupun kualitatif karena kombinasi keduanya akan memberikan informasi yang lebih bermanfaat bagi pemakai.

2.2.4. Pengertian Tehnologi informasi

Istilah teknologi informasi mulai dipergunakan secara luas dipertengahan tahun 1980-an. Tehnologi ini merupakan pengembangan dari tehnologi komputer yang dipadukan dengan telekomunikasi. Komputer merupakan bentuk tehnologi informasi yang pertama yang dapat melakukan proses pengolahan data menjadi informasi. Dalam kurun waktu yang kurang lebih sama, kemajuan tehnologi komputer terlihat sedemikian pesatnya, sehingga mampu membuat dunia terasa lebih kecil.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali orang yang mempertukarkan istilah teknologi informasi dengan sistem informasi seenaknya, tanpa tahu perbedaan mendasar dibalik kedua istilah yang sedang trend tersebut. Ada baiknya diabad informasi ini, pengertian kedua istilah tersebut diperjelas agar tidak menjadi semakin salah.

Teknologi merupakan salah satu aspek yang paling penting untuk perkembangan dan kinerja badan usaha dalam menghadapi globalisasi, terutama dengan adanya perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat dewasa ini.


(34)

Teknologi informasi diartikan sebagai usaha pengumpulan, penyimpanan, pengolahan, penyebaran dan pemanfaatan informasi. Selain menyangkut masalah perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), teknologi ini memperlihatkan pula keinginan manusia sehubungan dengan tujuan ditetapkan teknologi ini sendiri, nilai-nilai yang digunakan dalam menentukan pilihan, serta kriteria penilaian. Penggunaan komputer akhir-akhir ini sangat beragam bentuk dan jenisnya, mulai dari yang mendukung semua pekerjaan perkantoran, arsitektur atau rancang bangun dan bidang multimedia, bahkan kegunaan komputer hampir menggantikan semua fungsi manusia sebagai pemeran utama didalam semua bidang kehidupan.

Komputer sebagai alat bantu pemrosesan data dan informasi dibantu dengan bukti transaksi yang dinamakan Bill, sehingga disebut Computerized Billing System, selain mempercepat proses penyediaan informasi yang diperlukan, bisa juga hasil informasi dari proses komputer digunakan sebagai bahan kajian untuk tujuan perencanaan sampai penilaian kinerja.

(1) Pengertian Komputer

Istilah komputer berasal dari bahasa latin (La Midjan, 1993: 63) yaitu “Computer yang berarti menghitung “. Dalam pengertian terbatas komputer sebagai suatu bagian kalkulasi. Dalam pengertian sistem informasi, mengandung arti sebagai


(35)

pengolahan data elektronik (Electronic Data Processing) atau biasa disingkat dengan EDP.

Komputer mempunyai kemampuan menangkap dan memecahkan masalah, menyimpan dan mengolah data dan mengkomunikasikan informas. Dengan menggunakan komputer sebagai alat pembantu menghasilkan informasi mempunyai dampak bagi perusahaan sebagai berikut :

a. Sistem informasi

Diwaktu yang lalu sistem informasi dalam suatu perusahaan didominasi oleh suatu pengolahan data yang dilakukan oleh manusia dan dibantu oleh peralatan yang mendukung pekerjaannya, tetapi secara manual.

b. Struktur organisasi dan pengambilan keputusan

Komputer juga mempunyai efek yang positif pada struktur organisasi dan pengambilan keputusan manajerial.

c. Fungsi Akuntansi

Fungsi akuntansi pada banyak perusahaan telah banyak ditingkatkan dengan datangnya komputer, baik secara negatif maupun positif. Secara positif dengan datangnya komputer, pengolahan data akuntansi telah dapat dipercepat untuk menghasilkan informasi maupun perhitungan – perhitungan. Dampak secara negatif adalah telah berkurangnya fungsi pertanggungjawaban data itu sendiri


(36)

telah dipindahkan ke bagian lain yaitu bagian pengolahan data.

(2) Pengertian Billing System

Menurut Mulyadi (1993:28) mendifinisikan “Billing Sytem adalah sistem penagihan atas penjualan barang dan atau jasa”.

Sistem akuntansi tidak hanya digunakan untuk mencatat transaksi keuangan yang telah terjadi seperti sistem penagihan atas penjualan barang dan jasa saja, namun memiliki peran yang sangat besar dalam melaksanakan bisnis perusahaan. Bahkan dalam bisnis perusahaan tertentu, sistem akuntansi merupakan alat yang digunakan untuk melaksanakan bisnis utama perusahaan.

2.2.5. Informasi Akuntansi

Informasi akuntansi merupakan motor yang membuat manajemen berjalan. Tanpa adanya kesiapan aliran informasi, akan membuat manajemen tak berdaya untuk melaksanakan fungsinya. ( Ray H. Garrison, “Managerial Accounting”, Fourth Edition, Business Publications, Inc. Plano, Texas, (1985, P.12.).

Informasi akuntansi merupakan informasi kuantitatif yang sangat dibutuhkan oleh pihak intern maupun ekstern perusahaan. Selanjutnya Ray H Garrison, (P.12-14) Menyebut bahwa Informasi


(37)

akuntansi bermanfaat bagi manajemen dalam melaksanakan tiga hal berikut :

1. Plan effectively and focus attention on deviation from plans. 2. Direct day to day operation

3. Arrive at the best solution to the operating problems faced by the organization.

(Menurut Anthony dan Reece “Accounting text and cased Eight Edition (1989,P5.6) Informasi akuntansi dapat dibagi dalam Operating information, Financial accounting information dan management accounting information.

Informasi yang dihasilkan oleh suatu pengolahan system informasi dan bertujuan menyediakan informasi untuk membantu mengambil keputusan manajemen, operasi perusahaan dan informasi yang layak untuk pihak ekstern perusahaan, bersumber dari alat pemrosesan data sebagai berikut :

a. Manual information System atau tradisional Information System, bersumber dari proses manual, dimana tenaga manusia masih sangat berperan.

b. Mechanical Information System, bersumber dari proses peralatan atau mesin mesin pembukuan dimana manusia masih berperan. c. Computer Based Information System, bersumber dari proses

Elektronic Data Processing (EDP), dimana manusia sudah kurang berperan dan digantikan oleh komputer.


(38)

2.2.6. Informasi Akuntansi Keuangan

Informasi akuntansi keuangan diperlukan baik oleh manejemen (biasanya manajemen puncak) maupun pihak luar perusahaan seperti pemegang saham, bankir dan kreditur serta instansi pemerintah dan pihak luar lain. Informasi akuntansi keuangan ini diperlukan oleh pihak luar untuk pengambilan keputusan guna menentukan hubungan antara pihak luar tersebut dengan perusahaan. Informasi akuntansi ini dihasilkan oleh sistem pengolahan informasi keuangan yang disebut akuntansi keuangan. Informasi akuntansi keuangan ini umumnya disajikan kepada pihak luar di dalam laporan keuangan berbentuk neraca, laporan rugi laba, laporan laba yang ditahan, dan laporan perubahan posisi keuangan. Menurut Financial Accounting Standarts Board ( (1978), “Accounting Standarts Statements of Financial Accounting Concepts No. 1-6.”, laporan keuangan merupakan cara utama bagi suatu untuk menyampaikan informasi akuntansi kepada pihak-pihak luar perusahaan.

Informasi akuntansi keuangan, menggunakan prinsip akuntansi yang lazim sebagai bahan pedoman dalam mengolah data keuangan untuk disajikan kepada pemakainya. Penggunaan prinsip akuntansi yang lazim ini diperlukan karena pihak luar memerlukan jaminan bahwa informasi keuangan yang disajikan oleh berbagai perusahaan dapat diperbandingkan satu sama lainnya, sehingga


(39)

mereka dapat mengambil keputusan untuk menetukan dengan perusahaan mana mereka akan mengadakan hubungan dan dalam bentuk apa hubungan tersebut akan dilaksanakan.(Mulyadi, 1993)

Dalam Statement of Financial Acounting Concepts (SFAC) no. 2 yang dikeluarkan oleh FASB pada bulan Mei 1980, ada dua ciri (karakteristik) informasi akuntansi ini yang harus dipenuhi agar infomasi itu berguna bagi para pemakainya , yaitu bahwa informasi itu harus relevan (relevance) dengan pengambilan keputusan tertentu dan dapat dipercaya (reability) untuk pertanggungjawaban keluar, yang penting adalah informasi yang dapat dipercaya. Informasi yang dapat dipercaya bersifat obyektif (neurability), dapat diuji keabsahannya (verifiability) dan disajikan secara jujur

(representation faithfulness).

Informasi keuangan bersifat historis yaitu yang timbul dari transaksi pertukaran yang benar-benar terjadi, memenuhi syarat obyektif dan verifiable. Untuk membuktikan bahwa informasi itu disajikan secara jujur diperlukan pemeriksaan akuntan (audit). Inilah yang menyebabkan mengapa sampai saat ini akuntansi keuangan masih mendasarkan diri pada informasi historis.

Untuk tujuan pengendalian intern dan untuk pengambilan keputusan untuk pihak luar yang tidak mengendalikan, informasi yang dapat dipercaya saja tidak cukup. Yang lebih penting adalah informasi itu relevan dengan pengambilan keputusan.


(40)

Adapun informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan adalah :

1. Predictive value, yaitu informasi yang dapat membantu pemakai untuk meningkatkan kemungkinan melakukan ramalan secara tepat mengenai hasil kejadian yang lalu atau yang sedang terjadi. 2. Feedback value, yaitu informasi yang menyebabkan para

pemakai dapat mengkonfimasikan atau mengoreksi pengharapan sebelumnya (prior expectation).

3. Timelines, yaitu informasi yang tersedia tepat pada waktunya bagi si pengambil keputusan sebelum infomasi tersebut menjadi usang atau kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi keputusan.

2.2.7. Informasi akuntansi Manajemen

a. Pengertian Tentang Akuntansi Manajemen

Akuntansi manajemen dapat dipandang dari dua sudut: akuntansi manajemen sebagai salah satu tipe akuntansi dan akuntansi manajemen sebagai salah satu tipe informasi.(Mulyadi, 1993) Akuntansi manajemen sebagai salah satu tipe informasi, merupakan tipe informasi kuantitatif yang manggunakan satuan ukuran, yang digunakan untuk membantu manajemen dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan perusahaaan. Akuntansi Manajemen sebagai salah satu tipe akuntansi merupakan suatu sistem pengolahan informasi keuangan, adalah salah satu dari


(41)

dua tipe akuntansi : akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Kedua tipe akuntansi ini mempunyai karakteristik yang berlainan disebabkan oleh perbedaan pemakai yang dihasilkan oleh kedua tipe akuntansi tersebut.

Adapun difinisi dari akuntansi manajemen itu sendiri menurut National Association of Accounting (NAA),In Definition of Management Accounting, The Accounting Sampler, P.282 (1985) adalah sebagai berikut :

Manajemen akuntansi merupakan proses dari identifikasi, pengukuran, akumulasi, penyajian analisa, interpretasi dan komunikasi mengenai informasi keuangan yang digunakan oleh manajemen dalam hal perencanaa, evaluasi dan pengendalian suatu organisasi dan sebagai alat untuk meyakinkan bahwa sumber sumbernya telah digunakan dengan tepat dan juga dapat dihitung secara tepat.

b. Informasi akuntansi manajemen

Menurut (Mulyadi, 1993) Informasi akuntansi yang khusus dipersiapkan untuk membantu manajer disebut akuntansi manajemen. Informasi manajemen digunakan dalam 3 fungsi manajemen : planing, implementation dan control. Perencanaan (Planning) diselenggarakan oleh seluruh tingkatan manajer yang ada dalam struktur organisasi perusahaan. Dalam fungsi perencanaan ini, informasi akuntansi manajemen digunakan


(42)

dalam penetapan /penyusunan langkah langkah atau tindakan tindakan yang akan dilakukan dimasa yang akan datang.

Dalam fungsi pengendalian (control) informasi akuntansi manajemen digunakan oleh menajemen untuk mengevaluasi bahwa, semua tindakan tindakan telah dilaksanakan sebagainmana mestinya atau sesuai dengan yang telah ditetapkan.

Informasi akuntansi manajemen digunakan dalam proses pengendalian sebagai alat komunikasi, pemodifikasi, pemotivasi, penarik perhatian dan pertumbuhan/peningkatan.

2.2.8. Tinjuan Tentang Informasi Akuntansi Manajemen

2.2.8.1.Sekilas Tentang Perkembangan Informasi Akuntansi Manajemen

Ada dua pendapat tentang sebab-sebab perkembangan akuntansi manajemen. (Arief Suadi, State Of The Art Akuntansi Manajemen: Pendekatan kuantitatif”, Makalah disampaikan pada seminar Nasional, Prospek Akuntansi Manajemen dan Permasalahan Penerapannya di Indonesia, 20-27 Pebruari, 1991.

a. Pendapat tradisional

Perkembangan akuntansi manajemen disebabkan karena terjadinya revolusi industri. Revolusi industri menyebabkan terjadinya peningkatan dalam pemakaian


(43)

aktiva tetap, sehingga pembukaan model abad XVIII tidak lagi memadai. Hal inilah yang ditengarai sebagai penyebab munculnya akuntansi manajemen.

b. Pendapat Baru/Lain

Perkembangan/munculnya akuntansi manajemen disebabkan pada revolusi industri mulai terjadi integrasi perusahaan secara vertikal. Pada awalnya, abad sebelum XIX, akuntansi manajemen belum berkembang. Hal ini disebabkan karena perusahaan pada umumnya masih terdiri dari satu unit produksi saja, karenanya perusahaan tersebut tidak mempunyai transaksi intern (transaksi antar unit produksi). Semua transaksi dilakukan dengan pihak luar sehingga harga pasar mempunyai peranan penting. Karena transaksi tersebut dapat ditampung oleh akuntansi keuangan dengan baik maka peranan akuntansi manajemen pada saat itu belum dibutuhkan.

Pada abad XIX, akuntansi manajemen mulai berkembang yaitu ketika perusahaan mulai berintegrasi, seperti yang dilakukan oleh perusahaan senjata dan perusahaan tekstil. Dalam perusahaan seperti tersebut di atas banyak terjadi transaksi intern dan transaksi ini tidak dapat didasarkan kepada harga pasar. Akibatnya, perusahaan memerlukan informasi lain untuk melakukan


(44)

transaksi sehingga pengukuran terhadap masing-masing unit produksi dalam informasi lain/baru tersebut dapat dipenuhi oleh akuntansi manajemen.

Abad XX, muncul berbagai konsep dalam penganggaran dan pengukuran. Sebagai contoh adalah Return Of Invesment (ROI) yang kemudian dapat dipecah menjadi operating ratio dan inventory turnover. Masing-masing unsur ini kemudian dapat dipecah lagi menjadi beberapa elemen yang lebih rinci. Pada tahun 1938, muncul sebuah konsep baru tentang penilaian persediaan yang dinamakan direct costing. Konsep ini muncul sebagai akibat adanya pendekatan baru yang dinamakan user decision-making approach, terhadap pemenuhan kebutuhan manajemen akan informasi.

Di tahun 1960-an dan 1970-an pendekatan ini ditingkatkan menjadi sebuah model analisis formal. Peningkatan ini dimungkinkan karena terdapatnya kemajuan-kemajuan dalam bidang operation research, matematika dan statistika.

Pada tahun 1980-an muncul tantangan baru bagi akuntansi manajemen. Kemajuan manajemen Jepang, menyadarkan Amerika bahwa apa yang telah dikembangkan ternyata usang (obsolescence). Aspek


(45)

nonfinansial belum mendapat porsi yang seimbang didalam operasi usaha, meskipun aspek ini telah dikenal sejak lama, yaitu sejak tahun 1950-an. Ide dasarnya muncul di Amerika kemudian dikembangkan di Jepang.

Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berfokus pada tanggung jawab biaya, pendapatan, dan aktiva dirumuskan oleh Jepang secara efisien. Sehingga Jepang memperoleh kesempatan untuk memperbesar labanya dimana hal tersebut sangat sulit dicapai oleh para pesaingnya.

Fungsi biaya untuk proses produksi misalnya, disadari benar oleh Jepang sebagai alat untuk memenangkan persaingan. Hal tersebut menimbulkan munculnya konsep-konsep baru : Total Quality Control (TQC), Just In Time Production (JIT), dan Computer-Integrated-Manufacturing (CIM). (R.S dan Kaplan A.A. Alkisa, “Advance Management Accounting” , Rnglewood Cliff, New Jersey, Prentice-Hall, Int. Inc,1989, P.428.

Total Quality Control (TQC), memerlukan konsep baru yang didasarkan pada pendekatan zero-defect. Berdasarkan konsep baru ini, manajemen membutuhkan informasi tentang biaya pengendalian mutu, biaya


(46)

perbaikan terhadap produk cacat, dan imbangan yang ideal antara biaya prevention (biaya untuk menaikkan mutu proses produksi dan biaya evaluasi terhadap input produksi). Just In Time Production (JIT, konsep ini mencoba meminimkan biaya dengan menghindari persediaan produksi.

Dalam konsep ini diusahakan agar :

Throughput time = prosessing time + inspecting time ispecting time + convyance time + waiting time

Jarak waktu antara saat memulai produksi dan mengirim produksi kepada langganan sama dengan waktu yang diperlukan untuk memproses produksi.

Computer-Integrated-Manufagturing (CIM), konsep ini telah menggunakan teknologi maju, dalam proses mendesain sampai produksi dikendalikan oleh komputer. Penggunaan konsep ini secara baik akan menyebabkan perusahaan makin mampu bersaing karena economies of scope yaitu kemampuan perusahaan untuk dengan efisien menghasilkan bermacam-macam produk dalam jumlah yang kecil. Dalam CIM biaya tenaga kerja langsung akan hilang dan sebaliknya akan menimbulkan peningkatan biaya tenaga kerja tidak langsung.


(47)

Penggunaan konsep ini menyebabkan timbulnya kebutuhan pengukuran efisiensi CIM. Di antaranya, perbandingan antara process time dengan throughput time, SMED (Single minute echange of dies), dan OTED (one touch echange of dies) dan average distance traveled by products.

Indonesia sekarang ini sedang dalam masa transisi dari era bangkit ke era tumbuh. Dalam era ini pola pikir dan pola tindak yang sesuai dengan panggilan jaman adalah pola yang rasional. Akan terjadi rasionalisasi besar-besaran dalam era ini pada hampir semua aspek kehidupan.

Karena rasionalisasi ini, kebutuhan kalangan bisnis akan informasi yang direkayasa secara rasional akan meningkat keras. Ini berarti bahwa permintaan akan jasa informasi akuntansi manajemen akan meningkat keras. Dengan demikian suatu peluang yang besar bagi akuntansi manajemen untuk berkembang. Di lain pihak, peluang yang besar tersebut disertai dengan tuntutan agar akuntansi maanjemen bisa tetap relevan pada lingkungan yang sedang berubah dengan cepat. (Bambang Sudibyo,”Evaluasi Proyek Akuntansi Manajemen Dalam kaitannya dengan perubahan struktural dan fundamental


(48)

yang sedang dialami dunia, termasuk Indonesia”, makalah disampaikan pada seminar nasional, Prospek Akuntansi Manajemen dan Permasalahan Penerapannya di Indonesia, 26-27 Pebruari 1990.

2.2.8.2.Penerapan Informasi Akuntansi Manajemen

Seperti yang telah disebutkan terdahulu, bahwa informasi akuntansi manajemen bermanfaat bagi manajemen dalam dua fungsi utamanya, yaitu : fungsi perencanaan dan fungsi pengendalian.

Kedua fungsi ini biasanya dilaksanakan dalam pengendalian manajemen. Adapun pengendalian manajemen tersebut dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu : (a) Pengendalian struktur

Pada umumnya, organisasi mempunyai sistem wewenang, status, dan kekuasaan; dan individu-individu didalam organisasi itu mempunyai kebutuhan yang beraneka dari setiap sistem. Kelompok didalam organisasi pun mempunyai dampak yang sangat kuat terhadap perilaku individu dan terhadap prestasi organisasi.

Struktur sering digambarkan dengan suatu bagan organisasi. Untuk bekerja secara efektif dalam organisasi, para manajer harus memiliki pemahaman yang jelas


(49)

mengenai struktur organisasi. Dengan memandang suatu bagan organisas, kita hanya dapat melihat suatu sususnan posisi, tugas tugas pekerjaan dan garis wewenang dari bagian bagian yang terdapat pada organisasi. Namun, struktur organisasi lebih rumit dari yang digambarkan dalam bagan tersebut.

Menurut Anthony R.N., Dearden, J. bedford N.M., “Sistem Pengendalian Manajemen” Alih bahasa oleh Agus Maulana (1985-22), Struktur Organisasi itu sendiri sudah merupakan alat pengendalian dengan nama tugas dan tanggung jawab dibebankan kepada individu sesuai dengan kualifikasinya.

Selain struktur organisasi, selanjutnya dalam organisasi masih diperlukan suatu sistem informasi yang mengatur komunikasi antara unit-unit kerja baik dalam hubungan horizontal maupun hubungan vertikal. Adapun sistem informasi tersebut adalah informasi akuntansi pertanggung jawaban (responsibility Accounting information). Melalui informasi pertanggung jawaban, pertanggung jawaban tiap unit kerja mudah diukur dan para penanggung unit kerja dapat mengetahui kinerjanya. Tanpa menerapkan sistem akuntansi pertanggung jawaban dalam organisasi perusahaan akan


(50)

mengecewakan individu-individu dalam organisasi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Stephen A. Mascove and Mark G. Simkin, “ Accounting Information System”, (1984-P.43) sebagai berikut :

If a responsibility accounting system is not used subsystem will often be evaluated on the basis of activities outside of their control. This can cause frustration to a sub system’s management.

Dari pendapat-pendapat diatas dapat dikemukakan bahwa pengendalian struktur merupakan suatu pengendalian, dimana struktur organisasi itu sendiri sebagai alat pengendaliannya. Sedangkan informasi akuntansi bagi pengendali manajemen, sehingga tiap unit dalam struktur organisasi dapat diatur kinerjanya.

(b) Pengendalian Proses

Proses merupakan aktivitas yang memberikan nafas kehidupan bagi struktur organisasi. Adapun proses yang umum terdapat dalam organisasi adalah komunikasi, evaluasi prestasi kerja, pengambilan keputusan, sosialisasi dan pengembangan karier. Sedangkan pengendalian proses merupakan pengendalian dalam hal penetapan program, penyusunan rencana/perencanaan, operasional, analisis hasil.


(51)

2.2.8.3.Karakteristik Informasi Akuntansi Manajemen

Akuntansi Manajemen menghasilkan informasi yang berguna untuk keperluan manajerial perusahaan, secara tradisional informasi akuntansi manajemen didominasi oleh informasi finansial, tetapi dalam perkembangannya ternyata peran informasi non finansial juga menentukan.

Karakteristik sistem informasi manajemen adalah sebagai berikut

1. Informasi Broad Scope sistem akuntansi manajemen Dalam informasi Broad Scope dapat memberikan informasi tentang faktor – faktor eksternal maupun internal perusahaan. Informasi Broad Scope juga mencakup informasi tentang non ekonomi, estimasi kejadian yang mungkin akan terjadi dimasa yang mendatang, serta aspek – aspek lingkungan. Pada organisasi terdapat perbedaan tingkat kebutuhan, maka informasi Broad Scope diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Setiap organisasi juga memiliki tingkat ketidakpastian lingkungan yang berbeda – beda, karena itu informasi Broad Scope sangat berguna untuk membantu dalam meningkatkan otoritas, tanggung jawab dan fungsi kontrol. Perbedaan tingkat desentralisasi dan ketidakpastian lingkungan akan mengakibatkan informasi


(52)

broad scope ini sangat berguna untuk mencapai kinerja manajerial yang baik.

2. Informasi Timeliness sistem akuntansi manajemen

Ketepatan waktu menunjukkan rentang waktu antara permohonan informasi dengan penyajian informasi yang diinginkan serta frekuensi pelaporan informasi. Informasi tepat waktu juga terkait dengan konsep riil. 3. Informasi Aggregation sistem akuntansi manajemen

Informasi yang teraggregasi dengan tepat akan memberikan masukan pendukung dalam proses pengambilan keputusan, karena waktu yang dibutuhkan untuk mengevaluasi informasi lebih sedikit dibandingkan dengan informasi tidak teraggregasi.

Dengan adanya informasi yang jelas mengenai area tanggung jawab fungsional para manajer,maka akan mengurangi konflik bagi perusahaan yang memberikan tingkat kewenangan yang tinggi, maka informasi mengenai area pertanggung jawaban mereka dapat mengurangi konflik dan mendukung para manajerial untuk membatasi informasi yang overload.

4. Informasi Intregrasi Sistem Akuntan Manajemen

Informasi yang bersifat intregasi semakin dibutuhkan dalam perusahaan yang semakin banyak


(53)

segmen dalam sub unit atau jumlah sub unit dalam organisasi. Dengan begitu pendelegasian kebijakan serta permasalahan kontrol yang akan muncul pada perusahaan desentralisasi, mungkin akan dikurangi dengan adanya informasi terintegrasi. Informasi terintegrasi berperan dalam kondisi kebijakan organisasi yang memiliki tingkat desentralisasi dan tingkat ketidakpastian lingkungan tinggi serta teknologi informasi yang handal agar terjadi keselarasan dalam mencapai tujuan utama perusahaan. 2.2.8.4.Pengertian Kinerja

Menurut Sugeng (2001) dalam makalah seminar “Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Pemerintah” sebagai berikut : Agar Rumah Sakit/ Perusahaan dapat mencapai tujuannya maka perusahaan tersebut harus dapat memuaskan para konsumennya (pelanggan). Untuk itu, produk perusahaan baik berupa barang maupun jasa yang dijual kepada para konsumen harus mempunyai keunggulan dalam hal :

a. Bermutu tinggi b. Biayanya rendah c. Berfungsi dengan baik


(54)

Perusahaan harus dapat menterjemahkan tujuan-tujuan tersebut ke dalam faktor-faktor kunci sukses penting dan mengimplementasikan rencana strategisnya untuk :

a. Melaksanakan aktivitas-aktivitas bernilai tambah secara efisien.

b. Mengefisienkan ativitas-aktivitas bernilai tambah yang belum efisien.

c. Mengeliminasi atau mengurangi aktifitas-aktifitas tidak bernilai tambah.

Salah satu faktor penting yang dapat menjamin keberhasilan implementasi startegis perusahaan adalah pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja adalah proses untuk menentukan seberapa baik aktivitas-aktivitas bisnis dilaksanakan untuk mencapai tujuan strategis, mengeliminasi pemborosan dan menyajikan informasi yang tepat waktu untuk melaksanakan penyempurnaan secara berkesinambungan.

Menurut Mulyadi (1997:419) memberikan pengertian penilaian kinerja, yaitu : “penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kreteria yang telah ditetapkan sebelumnya”.


(55)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan (1995:503), kinerja adalah “1. sesuatu yang dicapai; 2. Prestasi yang diperlihatkan; 3. Kemampuan kerja (tentang peralatan)”.

Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkan didalam organanisasi.

Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.

Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan. Penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen dalam hal ini adalah pimpinan untuk :

a. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.


(56)

b. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti : promosi, transfer dan pemberhentian.

c. Mengidentifikasian kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kreteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai

bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka. e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

2.2.8.5.Kinerja Manajerial

Masalah evaluasi manajerial mungkin tidak akan mendapat perhatian besar apabila para manajer sama-sama berupaya menunjukkan kemampuan terbaiknya. Biasanya pada kebanyakan perusahaan mepekerjakan manajer untuk menjalankan usahanya dan mendelegasikan wewenang pada mereka.

Dengan demikian struktur organisasi memiliki peranan yang penting dalam mempengaruhi kinerja pada tingkat organisasi maupun tingkat cabang. Seseorang pada potensi manajerial diharapkan mampu mengharapkan kinerja manajerian yang bersifat abstrak dan kompleks.


(57)

Dalam menuju masa depan perusahaan umumnya mendasarkan pada perencanaan tujuan yang hendak dicapai dimasa depan dengan perilaku yanmg diharapkan dari keseluruhan personil dalam mewujudkan tujuan tersebut. Untuk mewujudkan yujuan perusahaan dengan prilaku yang diharapkan tersebut, perusahaan memerlukan sistem pengendalian (Mulyadi & Setyawan ; 2001:352).

Sistem penghargaan berbasisi kinerja merupakan salah satu alat pengendalian penting yang digunakan orang untuk membangkitkan motivasi dalam diri personil, dalam bertindak demi kepentingan terbaik organisasi. Penghargaan atas kinerja dinilai oelh informasi yang dihasilkan dari penilaian atas kinerja personil.

Menurut Mulyadi dan Setyawan (2001: 353 ) penilaian kinerja digunakan untuk menekankan perilaku yang semestinya digunakan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.

Manajer menghasilkan kinerja dengan mengerahkan bakat – bakat, kemampuan, serta usaha beberapa orang lain yang berada didalam daerah wewenangnya sedangkan tugas manajer itu sendiri (Handoko T. Hani ; 1997:29) antara lain :


(58)

a. Manajer bekerja dengan dan melalui orang lain. Manajer tidak hanya berhubungan dengan bawahan dan atasan tapi juga manajer lainnya dalam organisasi serta berhubungan dengan individu – individu diluar organisasi.

b. Manajer memadukan dan mengembangkan tujuan – tujuan yang paling bertentangan dan menerapkan prioritas.

c. Manajer bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan atas kegiatan-kegiatan yang harus diselesaikan tugas para bawahan.

d. Manager harus berpikir secara analisis dan konseptual. Mampu memilah-milah masalah, menganalisa komponen-komponen permasalahan dan memberikan solusi permasalahan tersebut menajdi pemikir konseptual dengan memandang keseluruhan tugas dan mengkaitkan dengan tugas yang lain.

e. Manajer adalah mediator atas permasalahan dalam organisasi baik dalam hal individu maupun antar unit kerja.

f. Manajer adalah politisi yang mengkampanyekan program mengembangkan hubungan untuk mendapatkan dukungan atas kegiatan-kegiatan, usulan-usulan dan keputusan-keputusannya.


(59)

g. Manajer adalah diplomat, manajer mampu menjadi wakil (representatif) pada pertemuan organisasional ataupun dengan pihak lain.

2.2.8.6.Pentingnya Pengukuran Kinerja

Jika didesain dan diimplementasikan dengan baik, pengukuran kinerja dapat memberikan manfaat penting pada perusahan, yaitu :

a. Menelusuri kinerja dibandingkan dengan harapan-harapan konsumen sehingga perusahaan dekat dengan para konsumennya dan mendorong semua orang dalam perusahaan terlibat dalam usaha memuaskan para konsumen.

b. Menjamin keterkaitan antara rangkaian para konsumen internal dan para pemasok internal. Keterkaitan ini dapat mengurangi persaingan lintas fungsional dalam perusahaan dan dapat meningkatkan kerja sama untuk mencapai tujuan organisasi.

c. Mengidentifikasikan pemborosan dalam berbagai bentuk dan mengarah pada pengurangan atau pengeliminasian pemborosan.

d. Membuat tujuan stategis lebih konkrit sehingga dapat meningkatkan pemahaman terhadap organisasi.


(60)

e. Membangun konsensus untuk mengubah perilaku yang mendukung pencapaian keselarasan tujuan .

f. Meningkatkan keterkaitan antara akuntansi dengan ukuran-ukuran kinerja. Keterkaitan ini bermanfaat untuk menyediakan informasi mengenai biaya aktivitas dan biaya produk serta obyek biaya lainnya.

g. Memusatkan perhatian pada komponen-komponen biaya. 2.2.8.7.Tolok Ukur Kinerja

Untuk mengukur kinerja perusahaan biasanya digunakan dua informasi, yaitu informasi akuntansi dan informasi non-akuntansi. Untuk informasi akuntansi digunakan pendekatan rasio keuntungan dan rastio pertumbuhan, sedangkan untuk informasi non-akuntansi digunakan pendekatan standarisasi waktu penyelesaian suatu laporan yang dihasilkan.

Prestasi kerja yang dicapai oleh perusahaan umumya dihubungkan dengan tujuan perusahaan yang utama adalah untuk memperoleh laba yang maksimal dengan menggunakan biaya secara efisien.

Perencanaan strategis harus mencakup pendekatan terstruktur untuk memantau dan mengukur kinerja. Dalam perencanaan strategis, manajemen harus mengidentifikasikan, mengevaluasi dan menilai ukuran-ukuran kinerja yang


(61)

digunakan. Dimana pengukuran itu harus mencakup pengukuran kinerja yaitu :

a. Ukuran kinerja konsisten dengan tujuan perusahaan. b. Ukuran kinerja memiliki adaptabilitas pada kebutuhan

bisnis.

c. Ukuran kinerja dapat mengukur aktifitas-aktifitas signifikan.

d. Ukuran kinerja mudah diaplikasikan & tersaji tepat waktu.

Dengan demikian pengukuran kinerja adalah proses untuk menentukan seberapa baik aktifitas-aktifitas bisnis dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan strategis, mengeliminasi pemborosan dan menyajikan informasi tepat waktu untuk melaksanakan penyempurnaan secara berkelanjutan.

Watson (1975) menyatakan sistem informasi akuntansi manajemen mengarah pada mekanisme yanmg akan mendukung strutur organisasi ( Aida Ainul Madya & Gudono ; 2001: 9). Dalam kondisi desentralisasi para manajer memiliki peran yang lebih besar dalam pembuatan keputusan dan mengimplementasikannya, serta menjadikan mereka lebih bertanggung jawab terhadap aktivitas kerja cabang yang dipimpinnya. Dengan adanya desentralisasi, akan


(62)

menyebabkan para manajer yang dikenai limpahan wewenang membutuhkan informasi yang relevan untuk mendukung keputusan yang berkualitas. Konsekuensinya, mereka membutuhkan karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen yang handal agar dapat menyediakan kebutuhan informasi yang tepat waktu dan relevan dalam pembuatan kebijakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Berdasar teori kontijensi Otley (1980) mengemukakan perlu adanya kesehatan antara ketidakpastian lingkungan dan desentralisasi agar dapat meningkatkan karakteristik sistem akintansi manajemen. Kesesuaian tersebut adalah bila tingkat ketidakpastian lingkungan yang semakin tinggi didukung dengan karakteristik akuntansi manajemen yang handal maka akan meningkatkan kinerja manaejerial, begitu pula apabila organisasi meneliti tingkat desentralisasi yang tinggi maka perlu pula diimbangi karakteristik sistem insformasi akauntasi manajemen yang handal untuk mendapatkan kinerja manajerial yang lebih baik lagi.

2.2.9. Pengertian Kinerja Manajerial

Istilah kinerja dari kata Job Perfomance atau Actual Perfomance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) hasil kerja secara


(63)

kualitas dan kuantitas yang dicapai untuk seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Menurut Mulyadi (1998:164):

Seseorang yang memegang posisi manajerial diharapkan mampu menghasilkan suatu kinerja manejerial.Berbeda dengan kinerja karyawan yang pada umumnya bersifat konkrit, kinerja manajerial adalah bersifat abstrak dan komplek. Manajer menghasilkan kinerja dengan mengerahkan bakat dan kemampuan, serta usaha beberapa orang lain yang berada didaerah wewenangnya.

Secara umum setiap manajemen harus dapat melaksanakan beberapa hal mendasar sebagai berikut (Ibrahim, 1997 : 15):

a. Menentukan visi, misi serta sasaran jangka panjang

b. Membuat perencanaan pelaksanaan misi dalam tahapan yang realistis dengan pengukuran kualitas yang konsisten dan baik. c. Menentukan dore bisnis dan mengembangkan kompensansi core

bisnis secara konsisten dn kontinyu meningkatkan kualitas. d. Mengembangkan kreativitas dan daya inovasi sumber daya

manusia dengan pemberdayaan serta meningkatkan motivasi kualitas kinerja.

e. Pengembangan kualitas sumber daya manusia merupakan stategi bisnis terpadu.

f. Proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mendengarkan semua “suara” konsumen, proses produksi dan karyawan dengan komunikasi yang efektif dan efesien.


(64)

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja manajerial merupakan proses yang dilakukan oleh seorang manajer yang membutuhkan waktu dan melibatkan satu atau beberapa eleman kunci yang harus diatur. Kinerja tidak untuk mengatur semua aktivitas yang dapat mempengaruhi kinerja sekarang,tetapi juga untuk mempengaruhi kinerja dimasa yang akan datang.

Kinerja manajerial terdiri dari delapan dimensi, yaitu:perencanaan, investigasi, evaluasi, koordinasi, supervisi, pengaturan staff, negosiasi, perwakilan, dan kinerja secara menyeluruh.

2.2.9.1.Tugas –Tugas Manajer

Menurut Handoko T Hani, (1997:29) tugas tugas para manajer itu sendiri adalah :

a. Manajer bekerja dengan dan melalui orang lain. Manajer tidak hanya berhubungan dengan para bawahan dan atasan tapi juga manajer lainnya dalam organisasi serta berhubungan dengan individu individu diluar organisasi. b. Manajer memadukan dan menyeimbangkan tujuan –

tujuan yang saling bertentangan dan menerapkan Prioritas-prioritas.

c. Manajer bertanggung jawab dan mempertanggung d. Jawabkan atas kegiatan-kegiatan yang harus diselesaikan. e. Manajer harus berfikir secara analitis dan konsektual.


(65)

komponen permasalahan dan memberikan solusi permasalahan tersebut dan menjadi pemikir konseptual dengan memandang keseluruhan tugas serta mengkaitkan tugas dengan yang lain.

f. Manajer adalah mediator permasalahan dalam organisasi baik dalam hal individu maupun antar unit kerja.

2.2.9.2.Ketrampilan ketrampilan manajerial

Ketrampilan ketrampilan manajerial yang pada umumnya dibutuhkan untuk menjadi seorang manajer yang efektif yaitu :

a. Ketrampilan konseptual (Conseptual skill) adalah kemampuan mental untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh kepentingan dan kegiatan organisasi.

b. Ketrampilan kemanusiaan (Human Skill) adalah kemampuan untuk bekerja dengan memahami, memotivasi orang lain, baik secara individu maupun kelompok.

c. Ketrampilan administratif (Administrative Skill) adalah seluruh ketrampilan yang berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan kepegawaian dan pengawasan.

d. Ketrampilan teknik ( Technical Skill) adalah kemampuan untuk menggunalkan peralatan peralatan dan prosedur prosedur, teknik teknik dari suatu bidang tertentu, seperti akuntansi, produk, penjualan atau pemesanan dan sebagainya.


(66)

2.2.9.3.Faktor Penyebab Kegagalan Kinerja Manajerial

Faktor faktor pen0ebab manajer tidak menghasilkan kinerja dari organisasi ( Mulyadi, 1998:163)

a. Kemungkinan manajer tidak memahami kinerja yang diharapkan dari posisinya sebagai manajer.

b. Kemungkinan manajer tidak memahami peran manajerial yang disandangnya.

c. Kemungkinan manajer tidak memiliki manajerial skill yang diperlukan untuk menghasilkan kenerja manajerial. d. d.Kemungkinan manajer tidak memiliki semangat untuk

memfokuskan dan mendorong usahanya dalam menghasilkan kinerja manajerial

2.2.9.4.Ketidakpastian Lingkungan

Menurut M.T Hannan dan J.H Freeman, seperti dikutif oleh Stoner(1994:128), Organisasi dengan lingkungannya akan menghadapi salah satu dari dua masalah toritis. Ketidak pastian disebabkan oleh adanya informasi dan ketergantungan pada yang lain untuk sumber daya vital.

Ketidak pastian lingkungan adalah kondisi lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi operasionalisasi perusahaan (Otley,1980). Sedangkan Miliken (1987 ) menyatakan ketidakpastian lingkungan sebagai rasa ketidak mampuan individu dalam memprediksi sesuatu secara tepat, dan persepsi ketidakpastian lingkungan didefinisikan sebagai persepsi individual atas ketidakpastian yang berasal dari lingkungan masing masing. Organisasi dalam lingkungan


(67)

yang tidak pasti bisa menghadapi bermacam-macam pelanggan,perkenalan produk baru dalam waktu singkat dan koneksi dengan sejumlah emasok.

Gambar : Faktor faktor yang mempengaruhi ketidak pastian lingkungan (Miliken 1987)

2.2.9.4.1. Sebab-sebab ketidakpastian Lingkungan

Menurut Duncan (1972), Kutipan Streers (1985 : 98). Ketidakpastian lingkungan disebabkan oleh 3

kondisi yaitu :

1. Kurangnya informasi mengenai faktor lingkungan yang bertalian dengan situasi khusus dengan pengambilan keputusan.

2. Ketidakmampuan secara tepat menetapkan kemungkinan mengenai cara faktor-faktor lingkungan itu mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan sebuah unit penentu dalam melaksanakan fungsinya.

Organisasi lebih tergantung dalam sebuah lingkungan dengan kondisi :

v Sumber daya yang dibutuhkan tidak tersedia secara meluas

v Sumber daya tersebut bahkan tidak disalurkan, dan

v Peningkatan koreksi mengganggu unsur-unsur lingkungan dan keterkaitan diantara mereka

Lingkungan menjadi lebih tidak pasti dan agak tidak mudah dipahami bila :

v Lingkungan itu lebih beraneka ragam

v Lingkungan itu sedang berubah, dan


(68)

3. Kurangnya informasi kerugian yang harus dipikul akibat keputusan atau langkah yang keliru.

2.2.9.4.2. Ciri-Ciri keadaan Lingkungan

Dalam usaha mengintregasikan dimensi- dimensi kemantapan dan kerumitan dengan masalah ketidakpastian dalam pengambilan keputusan organisasi, Duncan (1972) mengajukan suatu model yang menjelaskan keadaan lingkungan yang dihasilkan oleh saling berhubungan. Model ini dibangun berdasarkan formulasi teoritis yang terdahulu dari Thompson (1967), Emery dan Trist(1965), dan Terrebery(1968).

Gambar: Ciri-ciri berbagai keadaan lingkungan

Sederhana Rumit

Tingkat ketidakpastian rendah 1. Jumlah faktor dan komponen

dalam lingkungan kecil

2. Faktor dan komponen agak mirip satu sama lain

3. Faktor dan komponen tetap sama dan tidak berubah

Tingkat ketidakpastian agak rendah

1. Jumlah faktor dan komponen dalam lingkungan besar

2. Faktor dan komponen tidak SS mirip satu sama lain

3. Faktor dan komponen pada dasarnya tetap sama

Tingkat ketidakpastian agak tinggi

1. Jumlah faktor dan komponen dalam lingkungan kecil

2. Faktor dan komponen agak mirip dengan yang lain

3. Faktor dan komponen lingkungan selalu dalam proses perubahan

Tingkat ketidakpastian tinggi 1. Jumlah faktor dan komponen

dalam lingkungan besar

2. Faktor dan komponen tidak mirip satu dengan yang lain 3. Faktor dan komponen pada

lingkungan selalu dalam proses perubahan


(69)

2.2.9.4.3. Macam macam Ketidakpastian Lingkungan Ketidakpastian lingkungan terdiri dari :

a. Ketidakpastian ekonomi

Lingkungan ekonomi meliputi wilayah yang luas dan pnting artinya bagi dunia usaha.Lingkungan ekonomi merupakan sumber peluang yang besar dan sumber ancaman yang serius. Tugas manajerial dewasa ini jauh lebih rumit dibandingkan dengan tugas dimasa lampau, yang untuk sebagaian besar karena perubahan lingkungan ekonomi berlangsung dengan cepat harus beradaptasi perusahaan demi keberlangsungan hidupnya dan pertumbuhan yang menguntungkan. Perubahan dalam bisnis menimbulkan ketidakpastian ekononi, sehingga orang akan mencemaskan keamanan mereka.

b. Ketidakpastian Politik

Perubahan lingkungan politik dalam beberapa dasawarsa telah menambah sejumlah faktor baru kedalam penyusunan dan penerapan kebijakan atau strategi bagi semua organisasi, khususnya bagi perusahaan besar. Hal ini timbul sebagai pencerminan langsung dari perubahan sosial dan melalui dampak tidak langsung dari perubahan sosial terhadap faktor


(1)

(X4) ke (X2) yang signifikan sedangkan pengaruh (X2) ke (Y) tidak

signifikan.

Pengaruh tidak langsung (X5) melalui (X2) terhadap (Y) dapat

diperhitungkan dari nilai Koefisien jalur (X5) ke (X2) dikalikan

koefisien jalur (X2) ke (Y) = 0,253 x 0,243 = 0,061479. Hipotesis ke

17 (tujuh belas) yang menyatakan terdapat pengaruh tidak langsung teknologi informasi (X5) melalui karakteristik informasi aggregation

sistem akuntansi manajemen (X2) terhadap kinerja manajerial (Y)

tidak didukung oleh data atau tidak terbukti kebenarannya, kesimpulan tersebut didasarkan pada pengaruh (X5) ke (X2) yang tidak

signifikan juga pengaruh (X2) ke (Y) tidak signifikan.

4.4. Pembahasan

Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan tidak terlepas dari peranan teknologi informasi yang dibangun oleh rumah sakit, pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta system pengelolaannya. Untuk meningkatkan kinerja rumah sakit secara keseluruhan maka setiap lini atau bagian dalam rumah sakit harus mampu mengelola aktivitasnya dengan baik, baik buruknya hasil pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan maka peranan manajer dalam melaksanakan kebijakan yang ditentukan oleh rumah sakit sangat penting, kinerja manajerial saat ini masih harus dikembangkan terus oleh manajemen rumah sakit, hal ini dapat dilihat dari hasil jawaban responden untuk variabel


(2)

133

kinerja manajerial dimana dari jawaban responden tersebut masih berada pada kisaran tingkat 5 dan 6 yang berarti masih perlu untuk dikembangkan, melalui pembinaan manajerial pada setiap lini manajer yang ada pada rumah sakit, dengan melalui pelatihan-pelatihan bagi manajer lini atau berupa diskusi-diskusi tentang bagaimana pemilihan staf yang berprestasi dan bagaimana mempromosikannya dan lainnya, mengadakan pelatihan maupun melaksanakan diskusi tentang bagaimana membuat perencanaan maupun anggaran yang baik agar tujuan rumah sakit secara umum dapat dicapai, dan melakukan pengawasan atas kegiatan yang dilakukan oleh setiap karyawan agar rencana yang telah disusun oleh lini manajer tercapai dengan baik, yang dapat dilakukan dengan upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan salah satu cara memotivasi setiap individu di dalam rumah sakit untuk melaksanakan aktivitasnya dengan baik. Salah satu cara yang harus dilakukan oleh pihak rumah sakit guna meningkatkan kinerja manajerial adalah dengan menerapkan manajemen kualitas total dengan cara memberikan motivasi kerja dengan melalui pemberian penghargaan tertentu seperti bonus lembur, hari libur dan peningkatan gaji, dimana kekuatan preferensi atas penghargaan tersebut dapat menjadikan kinerja prestasi karyawan meningkat. Dengan adanya harapan akan mendapatkan pemberian penghargaan tersebut karyawan mempunyai motivasi untuk mampu berprestasi. Sedangkan peningkatan kinerja melalui desentralisasi adalah dengan cara memberikan pengetahuan yang berbeda-beda untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan yang dilaksanakan, pemberian wewenang pada manajer


(3)

yang lebih rendah ataupun karyawan untuk ikut aktif mengambil inisiatif seperti mengusulkan ide-ide yang berkualitas dengan memiliki daya kreasi yang tinggi, dan memberikan batas kewenangan yang jelas kepada lini manajer yang dituangkan secara explicit dalam tugas dan tanggung jawabnya, dengan harapan manajer lini akan dapat mengembangkan kewenangan tersebut untuk meningkatkan kemampuan kinerjanya, hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa dengan kewenagan yang jelas lini manajer memahami batas keputusan yang diambil dalam melaksanakan tugas manajerialnya dan menghindarkan keraguan dalam mengambil keputusan yang dalam batas kewenangannya sehingga kegiatan tersebut akan dapat meningkatkan kinerja manajerial. Mensosialisasikan penerapan teknologi informasi yang telah dikembangkan oleh manajemen kepada semua karyawan rumah sakit tentang bagaimana menggunakan peralatan informasi tersebut, informasi apa saja yang ada dalam system informasi tersebut, serta bagaimana menggunakan informasi tersebut untuk keperluan aktivitas sehari-hari bagi karyawan rumah sakit dengan demikian setiap karyawan akan mengetahui aktivitas apa saja yang harus dilakukan dan kapan aktivitas tersebut harus dilakukan oleh karyawan, yang kemudian bagaimana melaporkan hasil aktivitasnya dengan menggunakan teknologi informasi yang telah dibangun kepada manajemen, dengan demikian manajemen mengetahui dan dapat mengevaluasi tentang aktivitas yang telah dilaksanakan karyawan apakah telah sesuai dengan yang ditentukan oleh manajemen atau tidak.


(4)

135

Mengembangkan system karier yang jelas dalam upaya untuk mendorong karyawan untuk meningkatkan prestasinya, dengan termotivasinya karyawan untuk meningkatkan prestasinya akan membantu nanajer dalam meningkatkan kineja manajerialnya.


(5)

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengaruh ketidak pastian lingkungan, desentralisasi dan teknologi informasi melalui karakteristik informasi broad scope dan aggregation terhadap kinerja manajerial pada RSU Dr. Soedono Madiun tidak didukung olah fakta yang ada.

2. Pengaruh langsung ketidak pastian lingkungan, desentralisasi, teknologi informasi, karakteristik informasi broad scope dan aggregation terhadap kinerja manajerial juga tidak didukung oleh fakta atau tidak terbukti kebenarannya.

3. Pengaruh langsung teknologi informasi tehadap karakteristik informasi braod scope system akuntansi manajemen terbukti kebenarannya.

4. Pengaruh langsung ketidak pastian lingkungan terhadap karakteristik informasi aggregation system akuntansi manajemen terbukti kebenarannya.


(6)

137

5.2. Saran

Berdasarkan analisisis data, pembahasan dan kesimpulan sebelumnya, serta untuk meningkatkan kinerja rumah sakit secara umum maka peneliti dapat mengemukakan beberapa saran:

1. Mengembangkan kinerja manajerial dengan mengadakan pelatihan tentang pembuatan perencanaan dan anggaran yang efektif kepada lini manajer rumah sakit.

2. Melakukan pengawasan atas setiap aktivitas karyawan melalui system informasi yang telah dibangun oleh manajemen.

3. Sosialisasikan penerapan teknoligi informasi yang telah dibangun oleh pihak manajemen kepada karyawan.


Dokumen yang terkait

PENGARUH KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN DAN DESENTRALISASI TERHADAP HUBUNGAN ANTARA Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan Dan Desentralisasi Terhadap Hubungan Antara Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen Dengan Kinerja Manajerial (Studi kasus pada PT Kebayora

1 10 17

PENGARUH DESENTRALISASI, KARAKTERISTIK INFORMASI SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. ALIM SURYA STEEL.

0 0 8

AMEN10. PENGARUH STRATEGI CUSTOMIZATION TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN MELALUI PENGGUNAAN KARAKTERISTIK INFORMASI SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN YANG BERSIFAT BROAD SCOPE DAN AGGREGATION

1 1 22

PENGARUH INTERAKSI KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN, DESENTRALISASI, DAN AGREGAT INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL ipi14023

1 1 24

PENGARUH DESENTRALISASI, KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN DAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL ipi31926

4 20 9

ANALISA PENGARUH KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN, CUSTOMIZATION, DAN INTERDEPENDENSI TERHADAP DESAIN KARAKTERISTIK INFORMASI BROAD SCOPE DAN AGGREGATION SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN ipi90150

0 0 20

Pengaruh Strategi Bisnis dan Ketidakpastian Lingkungan terhadap Hubungan antara Informasi Broad Scope Sistem Akuntansi Manajemen dan Kinerja Manajerial | Ernawati | Jurnal Akuntansi dan Investasi 1008 2886 1 PB

0 0 19

Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan, Desentralisasi dan Teknologi Informasi Melalui Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Broad Scope dan Aggregation Terhadap Kinerja manajerial (Suatu Kasus Pada Rumah Sakit Umum Dr. Soedono Madiun)

0 0 19

PENGARUH SISTEM INFORMASI AKUNTANSI, KARAKTERISTIK INFORMASI SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN , KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN DAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (Studi Kasus pada Rumah Sakit di Purwokerto)

0 0 18

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul : Pengaruh Strategi Bisnis, Ketidakpastian Lingkungan, dan Desentralisasi Terhadap Hubungan Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen Broad Scope dan Timeliness dengan Kinerja Organisasi ( Studi

0 0 17