Kadar Logam Besi, Tembaga, dan Seng pada Minyak Kelapa Sawit

merupakan logam yang memiliki titik leleh yang tinggi diatas 1000 o

4.4. Kadar Logam Besi, Tembaga, dan Seng pada Minyak Kelapa Sawit

C. Sehingga kemungkinan kehilangan logam akibat penguapan sebelum di analisis menggunakan spektrofotometer serapan atom sangat kecil. Oleh karena itu, metode destruksi kering dipilih sebagai metode terbaik. Selanjutnya prosedur analisis yang dikerjakan dalam penelitian ini dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk penetapan logam besi, tembaga dan seng dalam minyak sawit karena telah memenuhi persyaratan validasi metode. Penentuan kadar logam besi Fe, tembaga Cu dan seng Zn dilakukan secara spektrofotometri serapan atom. Konsentrasi logam besi Fe, tembaga Cu, dan seng Zn dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi linier kurva kalibrasi larutan standar masing-masing. Hasil kadar logam dan pengujian beda nyata terkecil dari masing-masing stasiun produksi dan pabrik kelapa sawit dapat dilihat di tabel 3. Data dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. Hasil Pengujian Beda Nyata Terkecil BNT digunakan untuk memudahkan penyajian data logam Besi Fe, Tembaga Cu dan Seng Zn. Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 5. Perhitungan dan hasil Uji Beda Nyata Terkecil dapat dilihat pada Lampiran 10 Analisa dilanjutkan dengan perhitungan statistik perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 9. Dari perhitungan tersebut diperoleh kesimpulan bahwa rata- rata kadar besi Fe, temabaga Cu dan seng Zn pada CPO di unit produksi memiliki kadar yang bervariasi pada masing-masing stasiun di beberapa pabrik Universitas Sumatera Utara kelapa sawit dimulai dari stasiun Tandan Buah Segar TBS, Buah Rebus BR, Vibrating Screen VB, Crude Oil Tank COT , Continous Settling Tank CST, Oil Purifier OP Hasil Uji BNT menunjukkan bahwa : dan stasium Vacum Drier VD. 1. Pada taraf kepercayaan 5 dengan menggunakan notasi a,b,c dilihat bahwa pengaruh destruksi terhadap kadar logam yang diperoleh berbeda tidak nyata dan sebahagian data berbeda nyata. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kondisi tanah, proses penanaman, penanganan panen hingga pasca panen dan proses pengolahan dari masing-masing pabrik kelapa sawit A, B dan C yang memberikan pengaruh yang sejalan dengan perbedaan kandungan logam besi, tembaga dan seng dalam minyak kelapa sawit. 2. Pada taraf kepercayaan 5 dengan menggunakan notasi A,B,C , ..dst dapat dilihat bahwa pada stasiun-stasiun di unit proses produksi memberikan pengaruh beda sangat nyata terhadap hasil kadar logam baik yang dianalisi menggunakan metode destruksi basah maupun menggunakan metode destruksi kering. Hal ini dapat dilihat bahwa notasi yang diberikan pada setiap stasiun memberikan perbedaan yang sangat signifikan. Sehingga dapat disimpulkan stasiun-stasiun pada unit produksi berpengaruh terhadap terhadap hasil kadar logam. Berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 4 tersebut, kadar rata-rata logam tembaga Cu pada beberapa pabrik kelapa sawit di tiap unit stasium memiliki kadar yang bervariasi. Dimulai dari metode destruksi basah pada stasiun TBS sampai VD adalah 0.0574 mgkg; 0.0655 mgkg; 0.0730 mgkg; 0.0899 mgkg; 0.1061 mgkg; Universitas Sumatera Utara 0.0649 mgkg; 0.0533 mgkg. Begitu selanjutnya pada logam besi Fe dan seng Zn yang tertera pada Tabel 3 dan Tabel 4. SNI 01-0016-1998 menetapkan standar mutu logam didalam olein untuk logam maksimal Fe 5 mgkg, dan Cu 0,4 mgkg. Meskipun kadar logam besi, tembaga dan seng pada CPO yang diperoleh memang belum dicantumkan. Namun ketentuan yang ditetapkan terhadap kandungan logam di dalam CPO agar diperoleh logam dengan kadar serendah mungkin Ketaren, 1986. Pada proses produksi minyak kelapa sawit, stasiun-stasiun produksi bertujuan mendapatkan minyak yang baik, dimana minyak yang baik adalah salah satunya tidak mengandung cemaran logam. Logam besi Fe, tembaga Cu, dan seng Zn yang terkandung dalam minyak kelapa sawit tidak hanya bersumber dari cemaran logam yang disebabkan oleh lingkungan maupun pengaruh alat dan mesin pabrik. Melainkan logam- logam tersebut dapat bersumber dari kandungan mineral dari dalam tanah sesuai daerah dan topografinya. Penggunaan pupuk dan pestisida yang mengandung logam besi, tembaga dan seng juga dapat menjadi sumber peningkatan logam didalam minyak kelapa sawit Satyawibawa, 1992. Pengelolaan tanaman yang kurang baik dimulai dari penanaman, penyeleksian bibit, proses memanen buah kelapa sawit hingga perlakuan pasca pemanenan sangat berpengaruh menimbulkan akumulasi peningkatan kadar logam dalam minyak kelapa sawit. Kadar logam besi Fe, tembaga Cu dan seng Zn dari ketiga pabrik kelapa sawit yakni PKS A, B, dan C menunjukkan perolehan kadar yang berbeda. Hal ini dapat di lihat dari Tabel 3 dan Tabel 4 yang telah di uji secara statistik Universitas Sumatera Utara menggunakan uji beda nyata terkecil. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap perusahaan pabrik kelapa sawit dari masing-masing unit proses memiliki pengaruh nyata terhadap peningkatan kadar logam. Hal ini dapat dilihat pada PKS C yang secara umum memiliki kadar loham besi, tembaga dan seng terendah di banding pada PKS A dan B. Perbedaan dari ketiga pabrik kelapa sawit tersebut terhadap kadar logam besi, tembaga dan seng menurut Notohapdiprawiro 1991 dapat dipicu oleh kandungan mineral tanah atau keadaan topografi, penggunaan bahan alami untuk pupuk atau pembenah tanah serta penanganan sampah dan sisa limbah pabrik yang kurang terjaga. Selain itu ketiga pabrik juga memiliki sistem pabrikasi yang berbeda sehingga berpengaruh terhadap pengolahan minyak kelapa sawit. Pada tahap produksi minyak kelapa sawit, perusahaan dan industri pabrik kelapa sawit berupaya menghasilkan minyak sawit yang benar-benar bermutu. Namun tidak semua pabrik minyak kelapa sawit mempunyai tekhnologi dan instalasi yang lengkap, terutama yang berkaitan dengan proses penyaringan kelapa sawit Satyawibawa, 1992. Hal ini ditunjukkan oleh kadar logam besi Fe, tembaga Cu, dan seng Zn yang dianalisis oleh peneliti sendiri. Pada masing- masing stasiun ditunjukkan terjadi akumulasi atau peningkatan kadar logam besi, tembaga, dan seng. Pupuk yang biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara mikro seperti Fe, B, Mn, Cu, Zn dan mineral lain sering dicampurkan pada pupuk misalnya pada Sulphomag atau Phosmag atau bahkan pembuangan sisa limbah pabrik atau sampah yang berpengaruh langsung terhadap komposisi mineral dalam tanah Notohadiprawiro, 1991. Oleh karena itu pada stasiun TBS, minyak Universitas Sumatera Utara yang dihasilkan langsung bersumber dari buah sawit yang telah matang mengandung sejumlah logam besi, tembaga dan seng. Perlakuan terhadap tandan buah segar TBS sebelum perebusan dan pelumatan daging buah dari biji kelapa sawit juga memiliki pengaruh terhadap peningkatan kadar logam dalam minyak. Dari ketiga PKS A, B, dan C diperoleh rerata kadar logam tembaga yakni 0,05 mgkg, logam besi dan seng memiliki rerata 0,5 mgkg. Hal ini di karenakan tandan buah segar sebelum di rebus akan melalui stasiun loading ramp yang merupakan tempat untuk memisahkan kotoran krikil, pasir dan sampah yang terikut dalam TBS. Namun proses memisahkan kotoran tersebut hanya dilakukan dengan menjatuhkan kotoran melalui kisi-kisi yang ditampung oleh dirt conveyer sehingga memudahkan dalam pembuangannya Pahan, 2008. Kalau di cermati dari peristiwa di atas, maka proses tersebut tidak akan mempengaruhi kebersihan dari tandan buah segar yang diduga terkontaminasi logam berat. Tandan buah segar TBS selanjutnya dikirim menuju stasiun rebusan diarahkan hingga sampai pada sterilizer. Tujuan dari perebusan tentu saja ingin menghasilkan minyak dengan kualitas yang baik dan tingkat keasaman yang rendah Pahan, 2008. Akan tetapi kenyataannya, melalui data yang diperoleh peneliti menunjukan peningkatan kadar logam dari sebelum perebusan hingga setelah perebusan. Dugaan kuat terhadap PKS A, B, dan C terjadi akumulasi dari residu korosi yang terdapat pada bejana perebusan. Langkah selanjutnya adalah melakukan proses pemipilan buah sawit dari tandan sawit janjang kosong yang kemudian berondolan yang telah terpipil di angkut ke bagian pengadukan pencacahan digester. Digester merupakan bejana Universitas Sumatera Utara silinder yang mempunyai as putar dan dilengkapi dengan pisau – pisau pengaduk. Digester berfungsi untuk memisahkan biji nut dengan daging buah. Didalam bejana digester Setelah mengalami pengepresan selanjutnya minyak dibawa menuju stasiun pemurnian yaitu stasiun pengolahan di PKS yang bertujuan untuk melakukan pemurnian dari kotoran-kotoran, seperti padatan, lumpur, dan air Pahan, 2008. Stasiun-stasiun pemurnian antara lain vibrating screen, crude oil tank, continous settling tank, oil purifier, dan vacuum drier. , buah dicacah oleh pisau – pisau pengaduk sehingga daging buah dirombak menjadi lumat dan lepas dari bijinya Pahan, 2008. Permasalahan yang terjadi adalah screw press sebagai alat untuk pengempaan dan untuk memisahkan minyak dari daging buah sering mengalami korosi dan pengikisan, sehingga menimbulkan residu logam yang bercampur dengan minyak hasil pengepresan. Dimulai dari stasiun Tandan Buah Segar TBS hingga stasiun Continous Setling Tank CST dari data yang diperoleh menunjukkan terjadi peningkatan logam yang merupakan akumulasi dari tiap stasiun. Seperti halnya yang ditunjukkan oleh pengaruh peningkatan logam yang ditimbulkan oleh proses perebusan dan pengepresan tandan buah segar TBS hingga sampai pada proses pemurnian minyak kelapa sawit. Pada proses pemurnian ditunjukkan pada stasiun Continous Setling Tank CST yang memiliki kadar logam tertinggi yakni antara 0,08 mgkg sampai 0,1 mgkg untuk logam tembaga, pada logam besi dan seng berkisar antara 0,8 mgkg sampai 1,1 mgkg. Pada stasiun Continous Setling Tank CST terjadi proses pengendapan lumpur sludge yang merupakan akumulasi dari stasiun-stasiun sebelumnya. Masing-masing stasiun erat kaitannya dengan penggunaan alat-alat Universitas Sumatera Utara yang terbuat dari besi yang rentan mengalami oksidasi seperti hydraulic press, alat digester, tangkai transport bejana pengeringan dan alat pendingin minyak kelapa sawit Basyar, 1999. Pengendapan lumpur sludge berdasarkan perbedaan berat jenisnya dengan mempertahankan suhu pemanasan sampai 90 o Pada stasiun Oil Purifire OP kadar logam mengalami penurunan yang signifikan. Dari hasil tersebut diperoleh rerata kadar logam tembaga 0,056 mgkg sampai 0,064 mgkg dan pada logam besi dan seng diperoleh rerata kadar 0,54 mgkg sampai 0,59 mgkg. Hal ini disebabkan pada stasiun ini terjadi pemisahan cairan-cairan yang tidak saling bersenyawa tidak saling melarutkan berdasarkan berat jenisnya. C. Pemisahan antara lumpur sludge dan minyak yang di hasilkan melalui metode sentrifugasi agar minyak yang dihasilkan sedapat mungkin bebas air Fauzi, 2002. Selanjutnya minyak dari stasiun Oil Purifire OP di alirkan ke stasiun Vacum Drier VD dengan tujuan untuk memastikan bahwa minyak yang dihasilkan benar-benar bebas dari air Sunarko, 2007. Keseluruhan proses yang panjang ini diharapkan didapat CPO yang bersih dengan kadar zat menguap sebesar 0,3 dan kadar kotoran sebesar 0,0005 Satyawibawa, 1992. Sehingga diperoleh CPO yang mengandung logam pada stasiun Vacum Drier VD dengan jumlah yang rendah yakni dengan kisaran antara 0,048 mgkg - 0,05 mgkg untuk logam tembaga dan untuk logam besi dan seng dengan kisaran antara 0,48 mgkg sampai 0,52 mgkg. Universitas Sumatera Utara

4.5. Pengujian Beda Nilai Rata-rata Kadar Logam Besi, Tembaga, dan Seng pada Minyak Kelapa Sawit