3.5
Setiap perubahan dalam kehidupan atau peristiwa kehidupan yang dapat menimbulkan keadaan stres disebut stresor. Stres yang dialami seseorang dapat
menimbulkan kecemasan, atau kecemasan merupakan manifestasi langsung dari stres kehidupan dan sangat erat kaitannya dengan pola hidup Wibisono, 1990.
Berbagai faktor predisposisi yang dapat menimbulkan kecemasan Roan, 1989 yaitu faktor genetik, faktor organik dan faktor psikologi. Pada pasien yang akan
menjalani operasi, faktor predisposisi kecemasan yang sangat berpengaruh adalah faktor psikologis, terutama ketidak pastian tentang prosedur dan operasi yang
akan dijalani.
3.6 Respon Pasien terhadap Kecemasan Faktor Predisposisi Kecemasan
Respon Fisiologis terhadap Kecemasan. Pada kardiovaskuler terjadi
peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi meningkat,
tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain. Pada pernapasan terjadi napas cepat
dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik. Pada kulit terjadi perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh, rasa terbakar
pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal. Pada gastrointestinal akan mengalami anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium,
nausea, diare. Sedangkan pada neuromuskuler akan terjadi reflek meningkat,
reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kejang, , wajah tegang, gerakan lambat.
Universitas Sumatera Utara
Respon Psikologis terhadap Kecemasan
Respon perilaku akan terjadi perasaan gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan
tidak ada koordinasi, menarik diri, menghindar.
Respon kognitif akan mengalami gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah
lupa, salah tafsir, bloking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan,
takut mati dan lain-lain.
Respon afektif akan mengalami perasaan tidak sabar, tegang, neurosis, tremor,
gugup yang luar biasa, sangat gelisah dan lain-lain.
3.6 Kecemasan anak yang dirawat di Rumah Sakit
Kecemasan anak yang dirawat di Rumah Sakit terkadang membuat
orangtua menjadi cemas untuk meninggalkan anaknya dan membuat orangtua khawatir dengan efek dari tindakan medis yang akan dilakukan pada anaknya.
Namun, ketika perawat memberikan informed consent pada tindakan yang dilakukan maka kecemasan itu akan berangsur-angsur hilang. Walaupun mungkin
sulit orangtua dan anak mampu menerima hospitalisasi. Perawat dan dokter yang menangani anak yang dihospitalisasi harus mampu membina rasa saling percaya
akan terapi yang akan diberikan. Reaksi anak dan keluarganya terhadap sakit dan ke rumah sakit baik untuk rawat inap maupun rawat jalan adalah dalam bentuk
kecemasan, stress dan perubahan perilaku. Bentuk dari kecemasan, dapat berupa kecemasan berpisah, kehilangan kontrol, cedera tubuh dan nyeri. Tiga fase dari
Universitas Sumatera Utara
kecemasan berpisah adalah fase protes, despair dan detachmentdenial, yang masing-masing memberikan perubahan perilaku tertentu.
Permainan adalah satu dari aspek yang paling penting dalam kehidupan seorang anak, dan merupakan salah satu dari aspek yang paling penting dalam
kehidupan seorang anak, dan merupakan salah satu Untuk mengatasi hal
tersebut diusahakan untuk memodifikasi lingkungan rumah sakit sehingga menyerupai lingkungan di rumah, memberikan kesempatan anak sakit
mendapatkan kontrol yang dapat diterima, membantu untuk rencana dan jadwal pelayanan dan perawatan, dan dapat berinteraksi dengan keluarga dan dengan
anak sakit yang lain.
cara yang paling efektif untuk menghadapi dan mengatasi stress. Permainan adalah pekerjaan anak, dan dalam
lingkup rumah sakit, permainan akan memberikan peluang untuk meningkatkan ekspresi emosional anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa marah dan
benci. Bercerita sebagai suatu permainan yang pasif memberikan kesempatan anak untuk menambah wawasan dalam berfikir dan sangat therapeutic sebagai
permainan penyembuh therapeutic play. Mengekspresikan perasaannya dengan bercerita, berarti memberikan pada anak suatu cara untuk mendidik dan
berkomunikasi dengan pesan yang disampaikan di dalam sebuah cerita. Penyuluhan kesehatan dalam kondisi dan situasi rumah sakit untuk anak sakit,
tentunya berbeda dengan orang dewasa. Pada keadaan kecemasan dan stress serta penyuluhan kesehatan lebih ditujukan sebagai terapi kognitif, dimana pada
kondisi ini, kognitifnya tidak akurat dan negatif. Penyuluhan untuk
Universitas Sumatera Utara
mengidentifikasi dan meningkatkan kognitifnya dapat memberikan perbaikan gejala secara bermakna.
4. Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi individu karena stressor yang dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak aman, seperti :
lingkungan asing, berpisah dengan orang yang berarti, kurang informasi, kehilangan kebebasan dan kemandirian, pengalaman yang berkaitan dengan
pelayanan kesehatan, semakin sering berhubungan dengan rumah sakit, maka bentuk kecemasan semakin kecil atau sebaliknya, perilaku petugas rumah sakit.
Perubahan yang terjadi akibat hospitalisasi adalah :
4.1 Perubahan konsep diri ; akibat penyakit yang di derita atau tindakan seperti
pembedahan, pengaruh citra tubuh, perubahan citra tubuh dapat menyebabkan perubahan peran, ideal diri, harga diri dan identitasnya.
4.2 Regresi ; klien mengalami kemunduran ke tingkat perkembangan sebelumnya
atau lebih rendah dalam fungsi fisik, mental, prilaku dan intelektual. 4.3
Dependensi ; klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain. 4.4
Dipersonalisasi ; peran sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan kepribadian, tidak realistis, tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan,
perubahan identitas dan sulit bekerjasama mengatasi masalahnya. 4.5
Takut dan Ansietas ; perasaan takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah terhadap penyakitnya.
Universitas Sumatera Utara