Tinjauan Umum Lembaga-lembaga Peniadaan Penuntutan

umum. Namun Kepala Kejaksaan Negeri melalui Kepala Kejaksaan Tinggi atau Kepala Kejaksaan Tinggi atas perkara yang ditanganinya dapat mengusulkan penyampingan perkara tertentu kepada Jaksa Agung. 38

B. Tinjauan Umum Lembaga-lembaga Peniadaan Penuntutan

Selain penyampingan perkara dalam proses peradilan pidana, dikenal beberapa istilah yang mirip dengan penyampingan perkara oleh penuntut umum yaitu peniadaan penuntutan, yakni abolisi, afkoop, dan transactie. Pasal 14 ayat 2 Undang-undang Dasar 1945 menyatakan Presiden memberi abolisi dengan memperhatikan bimbingan Dewan Perwakilan Rakyat. Abolisi menyebabkan peniadaan penuntutan kepada orang yang diberikan abolisi. Yang dimaksud afkoop dalam Pasal 82 Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP ialah penebusan penuntutan pidana karena pelanggaran, yang terhadap pembuatnya tidak ditentukan pidana pokok melainkan denda. Sehingga dengan membayar denda maksimum, penuntutan terhadap dirinya ditiadakan. 39 Transactie dikaitkan dengan pasal 74 KUHP Belanda yang belum dikenal dalam KUHP Indonesia ialah menentukan pejabat yang melaksanakan permintaan transaksi oleh terdakwa tidak terikat dengan jumlah maksimum denda. Inisiatif harus datang dari terdakwa untuk menuntut pencegahan penuntutan hukum. Berdasarkan permohonan tersebut, penuntut umum akan menetapkan jumlah denda yang harus dibayar dengan memperhatikan maksimal dan minimal denda yang diancam pada delik tersebut. Jika terdakwa menawarkan denda tertinggi 38 Leden Marpaung, 1992, Proses Penanganan Perkara Pidana I, Sinar Grafika, Jakarta, hal.182. 39 R. Soesilo, 1991, KUHP Serta Komentar-komentarnya Lengkap , Politeia, Bogor, pasal 82 ayat 1. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara seperti yang diancam bagi delik tersebut dan sanksinya semata-mata denda, maka permohonan untuk mencegah penuntutan harus diterima. Berbeda dengan afkoop yang mewajibkan adanya persetujuan penuntut umum, maka dalam transactie terdapat hak terdakwa untuk mencegah penuntutan dengan membayar maksimum denda disertai pelepasan atau penyerahan barang yang telah dinyatakan disita atau membayar sejumlah uang menurut nilai barang itu. Hak tersebut barulah ada jikalau sanksi delik yang telah diwujudkannya hanyalah diancam pidana denda. 40 Menurut Jonkers, ada keuntungan yang dicapai dalam sistem transactie yaitu banyak jumlah perkara kriminal kecil yang dapat diselesaikan di luar peradilan serta sistem tersebut dipandang sesuai dengan azas oportunitas yang berlaku di Hindia Belanda. Terdakwa dapat melakukan transaksi dalam perkara- perkara tertentu dengan Polisi disamping Penuntut Umum menurut pasal 74 KUHP Belanda jo. Pasal 167 dan 242 KUHP Belanda. 41 Penyelesaian di luar peradilan berupa afkoop dan transactie sebenarnya sudah lama dikenal di Belanda. Dahulu di Belanda, penyelesaian perkara pidana di luar sidang pengadilan antara lain meliputi sub missie dan compositie. Dalam sub missie, maka terdakwa bersama penuntut umum menghadap pengadilan dengan permohonan supaya terdakwa diberikan sententie in cas van submissie. Penuntut umum biasanya melakukan hal itu kalau dipandangnya alat bukti tidak cukup kuat untuk menempuh prosedur biasa. Terdakwa sering diwajibkan membayar denda, kadang dibuang ke daerah lain, atau memberikan hadiah kepada gereja. Compositie ditangani oleh penuntut umum tanpa hakim dengan menyuruh terdakwa membayar sejumlah denda. Menurut Hazewinkel Suringa, compositie 40 Pusat Penelitian dan Kajian Hukum Kejaksaan Agung, Op.Cit, hal. 15. 41 Ibid, hal. 16. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara banyak disalahgunakan dengan mengadakan pemerasan dan pungutan liar, sehingga Raja Philip II pada tahun 1570 mengeluarkan Criminele Ordonantie untuk melarang compositie, namun sebagian pejabat baru meniadakan pada akhir abad XVIII. 42 Di Sulawesi Selatan terdapat juga lembaga yang meniadakan penuntutan terhadap terdakwa yaitu Lontara’ Sukku’ na Wajo yang berarti penyelesaian perkara di luar proses pengadilan yang terdiri dari riule bawi dan ribuang pakke. Riule bawi adalah terdakwa yang dianggap bersalah terhadap raja atau pejabat kerajaan diikat kaki tangannya lalu diselipkan bambu diantara kedua kaki tangannya dan dipikul beramai-ramai ke rumah raja untuk memohon maaf. Dengan demikian ia terlepas dari tuntutan, namun bagi orang-orang Sulawesi Selatan perlakuan demikian ialah aib. Kemungkinan terdakwa diusir dari daerah tanah adat selama-lamanya dan disebut ripaoppangi tana ditutupi oleh tanah. Sedangkan ribuang pakke tidak ada penjelasannya dalam Lontara’ Sukku’na Wajo. Namun menurut Prof. A. Zainal Abidin, ribuang pakke menjadikan terdakwa abdi seumur hidup dan harus melayani kerugian orang yang dirugikan seumur hidupnya. 43 Proses penyelesaian perkara pidana di Amerika Serikat awalnya dilakukan preliminary hearing atau pemeriksaan awal yang termasuk tahap pre tial. Pemeriksaan pendahuluan merupakan suatu upaya bagi hakim untuk meneliti apakah terdapat alasan kuat untuk percaya tersangka merupakan pelaku tindak pidana dan oleh karena itu mempunyai cukup alasan untuk ditahan dan diadili. Kuasa hukum terdakwa dan penuntut umum pada tahap pemeriksaan pendahuluan 42 Ibid. 43 Ibid, hal. 17. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara saling mengajukan bukti-bukti untuk mempertahankan pendapatnya penuntut umum mengajukan bukti yang membuat hakim mempunyai alasan kuat untuk memidana tersangka, sedangkan kuasa hukum mengajukan bukti-bukti untuk menegaskan terdakwa tidak bersalah atau meringankan terdakwa dan untuk meyakinkan hakim akan pendapatnya. Selanjutnya kuasa hukum terdakwa mempunyai kesempatan untuk membuktikan bahwa suatu tindakan penangkapan, penggeledahan dan penahanan tidak sah. Bila hakim menetapkan tidak ada suatu alasan suatu tersangka melakukan tindak pidana atau suatu tindakan pejabat ialah tidak sah, maka tersangka dapat lepas dari penuntutan. 44 Peniadaan penuntutan berdasarkan uraian di atas yaitu abolisi, afkoop, transactie, sub missie, compositie, Lontara ‘ Suku ‘na Wajo dan peniadaan tuntutan pada pre tial di Amerika Serikat bukan merupakan azas oportunitas yang menjadi yuridiksi kejaksaan. Melainkan hanya azas oportunitas yang memberikan wewenang kepada penuntut umum untuk menyampingkan perkara pidana.

C. Susunan, Tugas dan Wewenang Kejaksaan