Pertanggungjawaban Perkara Pidana. Pertanggungjawaban dan Pengawasan Penyampingan Perkara Pidana.

1. Pertanggungjawaban Perkara Pidana.

Pertanggungjawaban ini dibutuhkan apabila di dalam melakukan penyampingan perkara, jaksa : a Melampaui batas wewenang abuse of power. b Tidak mengindahkan batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh undang- undang. c Merugikan orangpihak lain. d Tidak sesuai dengan kebijaksanaan sosial, kriminal dan atau pimpinan. e Diskriminatif, kasar dan sewenang-wenang serta dilakukan dengan maksud untuk kepentingan diri atau kelompok. f Tidak ada alasan untuk menghapuskan pertanggungjawaban itu. 60 Pertanggungjawaban perkara pidana ini dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu : 1 Tanggungjawab terhadap atasan langsung, Sebagaimana telah disebutkan di atas, bagaimana jaksa melakukan pemeriksaan terhadap berkas perkara, tersangka dan barang bukti dengan selalu melaporkan hasil pemeriksaannya itu kepada atasannya yaitu Kepala Seksi Tindak Pidana Umum dan Kepala Kejaksaan Negeri dimana ia bertugas. Dengan tetap melaporkan hasil pemeriksaan itu, apabila terjadi hal-hal yang tidak diingnkan maka akan lebih mudah bagi jaksa dalam menindak lanjuti suatu kasus. Sesungguhnya laporan yang dibuat jaksa berikut administrasi perkara merupakan bentuk pertanggungjawaban jaksa yang baik. Sehingga bila jaksa 60 M Faal S.M, 1991, Penyaringan Perkara Pidana Oleh Polisi, Pradya Paramitha, Jakarta, hal. 122. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara memutuskan untuk melakukan penyampingan perkara maka prosedur yang sudah ada saat ini telah memadai. Setelah SPDP diterima oleh jaksa, maka jaksa sudah harus bertanggungjawab akan perkara yang diajukan padanya. Setelah berkas perkara diserahkan pada jaksa dari kepolisian maka saat itu juga jaksa melakukan pemantauan dengan menggunakan daftar cek list kelengkapan administrasi berkas perkara dan mempelajari kasusnya. Disaat itulah jaksa membuat laporan kepada atasannya disertai berita acara pendapat. Berita acara pendapat ini biasanya berisikan tanggapan jaksa terhadap kasus yang ditanganinya. Apabila kasus itu dirasakan janggal atau masih diperlukan adanya tambahan-tambahan, maka jaksa menuangkan pendapatnya dalam berita acara pendapat tersebut. Pada saat itu juga ini merupakan tahap pertama jaksa dapat mendeteksi apakah perkara ini dapat dikesampingkan dengan memberikan pendapatnya dalam berita acara pendapat tersebut. Selanjutnya atasan jaksa harus dapat segera memberikan pendapat menyetujui atau tidak menyetujui penyampingan perkara tersebut dengan memberikan pertimbangan dan alasan-alasannya Dengan dapat mendeteksi lebih awal terhadap perkara tersebut hal ini nantinya akan berkaitan dengan proses selanjutnya yaitu preventif. Setelah tersangka dan barang bukti diserahkan kepada jaksa maka saat itu juga tanggungjawab jaksa terhadap perkara tersebut mutlak berada padanya. Yang dimaksud dengan preventif disini tindakan jaksa untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan menanyakan pokok perkara yang sesungguhnya terhadap tersangka disini pertama kalinya jaksa bertemu dengan tersangka dengan mencocokkan keterangannya dengan keterangan korban melalui berita acara keterangan saksi- Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara saksi termasuk disini saksi korban. Dalam keadaan biasa jaksa hanyasering kali bertemu saksi korban saat di pengadilan saja yaitu saat saksi memberikan keterangannya di depan hakim. Dengan memperkirakan bahwa perkara dapat dikesampingkan, maka bersamaan waktunya dengan pemeriksaan terhadap tersangka di Kejaksaan, saat itu juga dapat dilakukan pemanggilan terhadap saksi korban. Atau juga jaksa dapat melihat dari berkas perkara yang dibuat oleh penyidik apakah di dalam berkas perkara tersebut disebutkan adanya keterangan bahwa korban memaafkan pelaku atau pelaku telah mengganti kerugian yang ditimbulkan dari perbuatannya itu. Setelah itu dapat dilakukan proses penyampingan perkara oleh jaksa. Jaksa dapat sepenuhnya melakukan penyampingan perkara yang ditanganinya dengan berpatokan dengan pada undang-undang atau pedoman yang ada, misalnya : a Adanya kesepakatan yang berbentuk pernyataan dari kedua belah pihak yaitu korban dan tersangka yang biasanya dituangkan di atas kertas bermaterai. b Kerugian yang dialami korban sedikit kecil. c Korban memaafkan si pelaku. d Pelaku mengakui perbuatannya dan bersedia mengganti kerugian yang dialami korban. e Usia pelaku yang masih terlalu muda atau terlalu tua diatas 60 tahun. f Pelaku belum menikmati hasil perbuatannya itu. Selanjutnya jaksa menuangkan proses penyampingan perkara ini dalam berita acara pendapat berbentuk laporan tertulis yang ia berikan kepada Kepala Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Seksi Tindak Pidana Umum dan Kepala Kejaksaan Negeri yang berisikan bahwa ia Jaksa Penuntut Umum telah melakukan penyampingan perkara pidana atas nama misalnya terdakwa: X dan nomor perkara pidana: 00pid2000. Laporan ini juga harus dibuat tembusannya ke Kepolisian, Pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan. Lembaga Pemasyarakatan juga dibuat tembusan karena selama proses perkara pidana berlangsung mulai dari pemeriksaan di Kepolisian, tersangka sudah ditempatkan atau dititipkan di Rumah Tahanan Negara RUTAN. 61 Perlu diingat walaupun perkara tersebut dikesampingkan, jaksa harus memberikan penjelasan dalam berita acara pendapat bersama bahwa tersangka terbukti bersalah melanggar ketentuan di dalam KUHP. Akan tetapi terhadap tersangka, perkaranya tidak dituntut atau dikesampingkan perkaranya dengan alasan-alasan tersebut di atas. Laporan yang diberikan oleh jaksa dan disetujui oleh atasannya tersebut sudah termasuk merupakan bentuk pertanggungjawaban yang baik. 2 Tanggungjawab terhadap diri pribadi. Sebagai abdi masyarakat jaksa dituntut untuk selalu dapat bersikap adil dan tidak memihak dalam menangani perkara. Jaksa juga selalu dituntut untuk dapat memenuhi keinginan masyarakat yang selalu berubah setiap saat. Terlebih lagi sebagai seorang yang beragama, jaksa dituntut senantiasa untuk selalu ingat bahwa perbuatannya itu dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mengenai tanggungjawab ini sejalan dengan Doktrin Kejaksaan yang telah 61 KUHAP, Op.Cit, pasal 22 ayat 1 huruf a. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara disebutkan pada bab sebelumnya yaitu Tri Krama Adhyaksa, sebagai pedoman yang menjiwai setiap Warga Kejaksaan Republik Indonesia dan terwujud dalam sikap mental yang terpuji. 62 Pertanggungjawaban jaksa dalam menyampingkan perkara pidana ini nantinya akan berhubungan dengan sanksi yang dikenakan terhadap jaksa yang terbukti menyalahi kewenangan yang ada padanya. Sanksi itu bisa berupa : • Peringatan secara lisan. • Peringatan secara tertulis biasanya peringatan ini sampai tiga kali berturut-turut. • Penundaan kenaikan pangkat. • Penurunan jabatan. • Diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatannya. 63 • Sampai yang terberat ialah diberhentikan dari pekerjaan.

2. Pengawasan Penyampingan Perkara.