Pengertian Kredit Pemilikan Rumah KPR Kredit Pemilikan Rumah KPR Syariah

4. Kredit dilihat dari sudut penggunaannya. a. Kredit Eksploitasi yaitu kredit yang berjangka waktu pendek yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan sehingga dapat berjalan dengan lancar. Kredit ini sering disebut dengan kredit modal kerjakredit produk karena bantuan modal kerja digunakan untuk menutup biaya-biaya eksploitasi perusahaan secara luas. b. Kredit Investasi yaitu kredit jangka menengah atau jangka panjang yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk melakukan investasi atau penanaman modal.

2.6.6 Pengertian Kredit Pemilikan Rumah KPR

Menurut Bank Indonesia, Kredit Pemilikan Rumah KPR adalah suatu fasilitas kredit yang diberikan oleh perbankan kepada para nasabah perorangan yang akan membeli atau memperbaiki rumah. Kredit Pemilikan Rumah KPR merupakan salah satu jenis pinjaman khusus produk perbankan khusus bagi nasabah untuk memenuhi kebutuhan dalam pembangunan rumah atau renovasi rumah Hardjono, 2008. Prinsip KPR dilakukan dengan cara membiayai terlebih dahulu biaya pembelian atau pembangunan rumah, kemudian dana untuk membayar kembali biaya pembelian atau pembangunan rumah tersebut dilakukan dengan angsuran atau cicilan. Di beberapa bank, pengertian KPR secara umum sama namun secara khusus berbeda-beda sehingga dalam pengelompokkan produk yang ingin ditawarkan pun berbeda-beda. Pada perbankan konvensional transaksi pembiayaan KPR dilakukan dengan perjanian hutang piutang sehingga dibebankan bunga bagi nasabah pada setiap kali pembayaran angsuran atau cicilan. Kemudian perbankan islam mengadopsi konsep kredit rumah ini kedalam jenis produk pembiayaan atau pendanaan dengan prinsip atau akad perbankan syariah . Produk pembiayaan atau pendanaan ini selanjutnya dikenal sebagai kredit pemilikan rumah syariah.

2.6.7 Kredit Pemilikan Rumah KPR Syariah

Menurut Deputi gubernur Bank Indonesia, Maulana Ibrahim, prinsip yang digunakan untuk KPR syariah adalah Murabahah, Istishna, Mudharabah, dan juga Musyarakah Mutanaqisah. Namun secara umum dalam prakteknya akad murabahah jual beli menjadi akad yang sering paling digunakan dalam pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah KPR. Akad murabahah merupakan akad jual beli barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati antara penjual dengan pembeli Karim, 2003. Menurut fatwa DSN Dewan Syariah Nasional dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba. Dalam praktek Kredit Pemilikan Rumah KPR di perbankan syariah, murabahah merupakan akad jual beli dimana bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Dengan sistem murabahah yang diterapkan dalam pembiayaan KPR ini berarti pihak Bank Syari’ah harus memberitahukan harga perolehan atau harga asal rumah yang dibeli dari developer kepada nasabah KPR Syari’ah dan menentukan suatu tingkat keuntungan profit margin sebagai tambahan Syafi’i, 2001. Pembiayaan murabahah yang terdapat pada perbankan syariah mempunyai beberapa syarat, antara lain: a. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah. b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. c. Kontrak harus bebas dari riba. d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian. e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. Secara prinsip, jika syarat dalam a, d, dan e tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan : a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya. b. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual. c. Membatalkan kontrak. Sedangkan ketentuan umum murabahah dalam perbankan syariah dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.59, Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya. Apabila aktiva murabahah yang telah dibeli bank sebagai penjual dalam murabahah pesanan mengikat mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual bank dan penjual bank akan mengurangi nilai akad. Selain itu dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga untuk cara pembayaran yang berbeda. Bank dapat memberikan potongan apabila nasabah mempercepat pembayaran cicilan; atau melunasi piutang murabahah sebelum jatuh tempo. Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual sedangkan harga beli harus diberitahukan. Jika bank mendapat potongan dari pemasok maka potongan itu merupakan hak nasabah. Apabila potongan tersebut terjadi setelah akad maka pembagian potongan tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat dalam akad. Bank juga dapat meminta nasabah menyediakan agunan atas piutang murabahah, antara lain dalam bentuk barang yang telah dibeli dari bank. Bank dapat meminta kepada nasabah urbun sebagai uang muka pembelian pada saat akad apabila kedua belah pihak bersepakat. Urbun menjadi bagian pelunasan piutang murabahah apabila murabahah jadi dilaksanakan. Tetapi apabila murabahah batal, urbun dikembalikan kepada nasabah setelah dikurangi dengan kerugian sesuai dengan kesepakatan. Jika uang muka itu lebih kecil dari kerugian bank maka bank dapat meminta tambahan dari nasabah. Apabila nasabah tidak dapat memenuhi piutang murabahah sesuai dengan yang diperjanjikan, bank berhak mengenakan denda kecuali jika dapat dibuktikan bahwa nasabah tidak mampu melunasi. Denda diterapkan bagi nasabah mampu yang menunda pembayaran. Denda tersebut didasarkan pada pendekatan ta’zir yaitu untuk membuat nasabah lebih disiplin terhadap kewajibannya. Besarnya denda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akad dan dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial qardhul hasan. Transaksi murabahah memiliki beberapa manfaat dan resiko yang harus diantisipasi sesuai dengan sifat bisnisnya tijarah. Salah satu manfaatnya adalah keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem pembiayaan murabahah sangatlah sederhana, di mana hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah. Gambar 2.1 Skema Proses Transaksi Murabahah Keterangan Sjahdeini,2010: Tahap 1. Pembuatan akad jual beli barang antara bank dan nasabah yang sekaligus merupakan pemesanan barang oleh nasabah kepada bank. Tahap 2. Pembuatan akad jual beli yang diikuti pelaksanaan pembayaran harga barang oleh bank. Tahap 3. Penjualan dan penyerahan hak kepemilikan barang oleh developer kepada bank. Tahap 4. Penjualan barang dengan markupmargin penyerahan hak kepemilikan oleh bank kepada nasabah. Tahap 5. Pengiriman barang secara fisik oleh developer kepada nasabah. Tahap 6. Pelunasan harga barang oleh nasabah kepada bank secara cicilan atau secara sekaligus pada akhir waktu pelunasan. BANK DEVELOPER NASABAH 2 3 5 1 4 6

2.6.8 Perbedaan KPR Konvensional dengan KPR Syariah

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Dalam Memilih Bank Syariah Sebagai Sumber Kredit Pemilikan Rumah (KPR): Survei di Kecamatan Medan Tuntungan

19 160 98

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nasabah Memilih Menabung di Bank Sumut Cabang Syariah Medan

50 438 139

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Dalam Memilih Asuransi Berbasis Syariah (Studi Kasus PT Asuransi Takaful Umum Cab.Medan)

44 298 77

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Kredit Pemilikan Rumah di Kota Medan (Studi Kasus PT. BRI Medan)

1 44 94

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kurangnya Minat Masyarakat Muslim Menabung Di Bank Syariah Di Kota Medan

80 507 99

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank Umum - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Dalam Memilih Bank Syariah Sebagai Sumber Kredit Pemilikan Rumah (KPR): Survei di Kecamatan Medan Tuntungan

0 0 41

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Dalam Memilih Bank Syariah Sebagai Sumber Kredit Pemilikan Rumah (KPR): Survei di Kecamatan Medan Tuntungan

0 0 11

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Dalam Memilih Asuransi Berbasis Syariah (Studi Kasus PT Asuransi Takaful Umum Cab.Medan)

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Kredit Pemilikan Rumah di Kota Medan (Studi Kasus PT. BRI Medan)

0 0 21

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Kredit Pemilikan Rumah di Kota Medan (Studi Kasus PT. BRI Medan)

0 0 12