B. Konsumsi Kayu Masyarakat
Penggunaan kayu dalam kehidupan manusia telah ada sejak dahulu, fungsi kayu sangat beragam dan digunakan untuk berbagai keperluan dalam kehidupan
sehari – hari, sehingga kayu masih dikonsumsi hingga saat ini. Kayu merupakan komponen terpenting dalam pembangunan perumahan dan bangunan gedung
lainnya di Indonesia. Sampai abad ke-20 sebagian besar dari seluruh bangunan seperti perumahan atau struktur bangunan komersial dibangun dari kayu.
Struktur bangunan perumahan, jembatan, bangunan komersial ringan, pabrik dan tiang menggunakan kayu solid. Sekarang bangunan tersebut lebih
banyak menggunakan bahan kayu struktural yang yang lebih modern misalnya lantai, dinding dan atap, untuk konstruksi ringan umumnya dibuat dari papan kayu
atau panel kayu. Kayu untuk keperluan bangunan umumnya dari kelas kuat I, II dan III dengan rasio kekuatan terhadap berat yang cukup tinggi serta mempunyai
kelas awet I dan II, apabila dari kelas awet III atau kebawahnya, maka kayu tersebut harus diawetkan terlebih dahulu Kadir,1973.
Untuk Provinsi Daerah Istimewa Aceh, daerah Sumatera Utara, sebagian provinsi Sumatera Selatan, Propinsi Kalimantan Barat dan kalimantan Timur,
ukuran lebar dan tinggi balok kayupapan dinyatakan dengan inch dan panjang kayu dinyatakan dengan kaki sedangkan satuannya adalah ton isi ton shipping.
Isi satu ton adalah 7200 inch kubik dibagi 16 kaki untuk ukuran panjang kayu dan didapat 450 inch, demikian juga untuk kayu yang ukuran panjangnya diluar 16
kaki, seperti 18 kaki dipakai rumus 7200 : 18 = 400 sedangkan untuk kayu panjang 20 kaki, 7200 : 20 = 360 inch Zainal, 2006.
Ombun Rico Sitorus : Jenis Dan Harga Kayu Komersial Serta Produk Kayu Olahan Pada Industri Kayu Sekunder Panglong Di Kota Medan, 2009
USU Repository © 2008
Kota Medan merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Medan sebagai kotamadya memiliki penduduk 2 juta jiwa dengan areal seluas 26.150 hektar
yang secara administratif dibagi atas 21 kecamatan yang mencakup 151 kelurahan Lihat Tabel 1.
Menurut Wirjomartono 1977 diperkirakan sekitar 80 konsumsi kayu diperuntukkan pada bangunan rumahgedung, sedangkan yang 20 untuk
perancah, jembatan, dermaga dan lain-lain. Penggunaan jembatan dan tiang pacang tidak lebih dari 5 .
Kota Medan secara geografis terletak di antara 2 27-2 47 Lintang Utara dan 98 35-98 44 Bujur Timur. Posisi Kota Medan ada di bagian Utara Propinsi
Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara dan berada pada ketinggian tempat 2,5-37,5 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Medan adalah
265,10 km2 secara administratif terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan dengan jumlah penduduk 1.899.327 jiwa Pemko Medan, 2008.
Ombun Rico Sitorus : Jenis Dan Harga Kayu Komersial Serta Produk Kayu Olahan Pada Industri Kayu Sekunder Panglong Di Kota Medan, 2009
USU Repository © 2008
Tabel 1. Luas Wilayah Kecamatan di Kota Medan
No. KECAMATAN LUAS
KM
2
1. Medan Tuntungan 20,68
2. Medan Selayang
9,01 3. Medan
Johor 12,81
4. Medan Amplas
14,58 5. Medan
Denai 11,19
6. Medan Tembung
4,09 7. Medan
Kota 7,99
8. Medan Area
9,05 9. Medan
Baru 5,84
10. Medan Polonia
5,52 11. Medan
Maimun 5,27
12. Medan Sunggal 2,98
13. Medan Helvetia
15,44 14. Medan
Barat 6,82
15. Medan Petisah
13,16 16. Medan
Timur 5,33
17. Medan Perjuangan
7,76 18. Medan
Deli 20,84
19. Medan Labuhan
36,67 20. Medan
Marelan 23,82
21. Medan Belawan
26,25
Total 265,10
Sumber. BPS Kota Medan 2008
B.1. Kayu sebagai Bahan Konstruksi Bangunan
Bahan konstruksi adalah bahan yang dipergunakan untuk mendukung beban dalam arti memerlukan analisisperhitungan yang cukup cermat dan untuk
kayu mencakup bahan-bahan untuk kuda – kuda, jembatan, tiang pancang dan sebagainya.
Ombun Rico Sitorus : Jenis Dan Harga Kayu Komersial Serta Produk Kayu Olahan Pada Industri Kayu Sekunder Panglong Di Kota Medan, 2009
USU Repository © 2008
Wirjomartono 1977 menunjukkan bahwa penggunaan kuda – kuda kayu dapat menghemat biaya sekitar 40 – 50 dibandingkan dengan menggunakan
baja. Jika membicarakan tentang kayu sebagai bahan struktur bangunan, maka yang harus diperhatikan antara lain adalah kekuatan dan keawetan kayu, karena
tujuan umum para pemilik bangunan maupun perencana adalah membangun mempunyai gedung yang aman dan kuat konstruksinya, biaya konstruksinya
murah, umur bangunan cukup lama serta biaya pemeliharaannya ringan. Sebagai bahan konstruksi bangunan, kayu sudah dikenal dan banyak dipakai
sebelum orang memaki beton dan baja. Dalam pemakaiannya kayu tesebut harus memenuhi syarat :
1. Mampu menahan bermacam- macam beban yang bekerja dengan aman dalam jangka waktu yang direncanakan.
2. Mempunyai ketahanan dan keawetan yang memadai. 3. Serta mempunyai ukuran penampang dan panjang yang sesuai dengan
pemakaiannya dalam Konstruksi.
B.2. Harga sebagai Aspek yang Mempengaruhi Konsumsi Kayu
Keterbatasan bahan baku membuat harga kayu saat ini semakin mahal, hal ini membuat penggunaan kayu lebih diefisienkan baik itu untuk konstruksi
bangunan maupun keperluan lainnya. Pemakaian dan penggunaan kayu oleh masyarakat sangat di pengaruhi tingkat harga yang ada. Indriyo 2001
meyebutkan Harga merupakan faktor penting dalam pembelian suatu barang seperti kayu.
Ombun Rico Sitorus : Jenis Dan Harga Kayu Komersial Serta Produk Kayu Olahan Pada Industri Kayu Sekunder Panglong Di Kota Medan, 2009
USU Repository © 2008
Menurut Fuad, et.al. 2005 harga adalah sejumlah kompensasi uang maupun barang kalau mungkin yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi barang dan jasa. Pada saat ini bagi sebagian besar anggota masyarakat, harga masih menduduki tempat teratas dalam keputusan untuk membeli suatu
barang dan jasa. Menurut Indriyo 2001 jumlah permintaan akan sangat tergantung dari
tunggi rendahnya harga pasar yang berlaku. Apabila harga yang berlaku itu rendah maka tentu saja jumlah yang diminta masyarakat akan lebih banyak,
karena dengan harga yang lebih rendah tentulah akan lebih banyak orang yang dapat menjangkau harga tersebut.
B.3. Mutu dan Kualitas Kayu
Selain harga masyarakat juga memperhatikan mutu dan kualitas kayu sebelum membeli dan menggunakan kayu untuk berbagi keperluan. Menurut
Wirjomantoro 1977 mutu atau kualitas kayu secara umum dapat didefenisikan sebagai suatu ukuran ciri - ciri yang mempengaruhi sifat produk – produk yang
dibuat dari kayu tersebut. Definisi kualitas yang lebih tepat mungkin sukar dipahami, karena sifat penting kayu yang digunakan untuk sutau produk sering
berbeda dengan sifat penting untuk produk kain. Mutu dari suatu jenis kayu kayu ditentukan oleh sifat fisiknya seperti
warna, tekstur, serat, kesan raba, bau ,nilai dekoratif dan sifat – sifat pengerjaan seperti sifat pengetaman, pembubutan pemboran, dan pengampelasan. Dalam satu
hal, kualitas mungkin ditentukan dari kerapatan, penampilan, cacat kayu yang
Ombun Rico Sitorus : Jenis Dan Harga Kayu Komersial Serta Produk Kayu Olahan Pada Industri Kayu Sekunder Panglong Di Kota Medan, 2009
USU Repository © 2008
terkandung seperti mata kayu, miring serat, lubang gerek yang akan mempengaruhi pengerjaan dan pemakaiannya Wirjomantoro, 1977.
Menurut Kadir 1973 kadar air merupakan sifat fisik kayu yang perlu diperhatikan karena berkaitan langsung dengan penggunaannya. Kadar air kayu
sangat bervariasi tergantung jenis dan lokasi dimana kayu tersebut digunakan. Kondisi yang paling aman untuk dipergunakan adalah kondisi kayu kering udara,
karena pada kondisi ini dimensi kayu sudah stabil dan tahan terhadap perusak biologis. Di Indonesia kadar air kayu dalam kondisi kering udara adalah 10 –
18. Selain sifat fisisnya, untuk keperluan bahan bangunan, perlu diperhatikan
pula sifat mekanis kayu. Sifat mekanis kayu yang sering digunakan sebagai acuan dalam perencanaan suatu struktur bangunan atara lain keteguhan modulus
elastisitas MOE, modulus rupture MOR keteguhan tekan sejajar dan keteguhan geser. Sifat fisis dan mekanis kayu selain dipengaruhi oleh jenis pohon, umur
pohon, juga dipengaruhi oleh bagian batang kayu gubal dan teras Yap, 1964. Konsumsi kayu menurut data statistik dalam satu tahun tercatat tidak
kurang dari 2 juta m
3
kayu gergajian yang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan pembangunan perumahan dan pemukiman. Pada kenyataaannya, jumlah kayu
gergajian yang diperlukan jauh dari atas angka tersebut karena banyak sekali kayu- kayu yang digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan yang dihasilkan
dari industri kecil rakyat yang tidak tercatat Greenomics, 2004.
Ombun Rico Sitorus : Jenis Dan Harga Kayu Komersial Serta Produk Kayu Olahan Pada Industri Kayu Sekunder Panglong Di Kota Medan, 2009
USU Repository © 2008
B.4. Hubungan Jumlah Penduduk Terhadap Konsumsi Kayu
Bertambahnya jumlah penduduk serta banyaknya pembangunan membuat konsumsi kayu semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini terlihat dari
pemasaran produk kayu olahan yang berupa kayu gergajian di wilayah Provinsi Sumatera Utara, volume yang dipasarkannya mengalami fluktuasi dari tahun ke
tahun Kanwil Dephutbun dan LPPM USU, 2000.
C. Jenis Kayu yang Diperdagangkan