Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009. USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tujuan perusahaan hanya untuk menghasilkan laba yang sebesar-besarnya sudah kurang relevan lagi di masa sekarang ini sebab tanggung jawab perusahaan tidak hanya kepada pemilik saja. Tanggung jawab kepada seluruh stakeholder menjadi sangat penting sehingga hal ini menuntut perusahaan untuk menimbang semua strategi yang diambil dan dampaknya kepada stakeholder tersebut. Berdasarkan hal ini maka tujuan perusahaan yang sesuai adalah untuk memaksimalkan nilai suatu perusahaan. Pada kasus perusahaan publik nilai perusahaan dikaitkan dengan nilai saham yang beredar di pasar. Penetapan tujuan yang benar akan sangat berpengaruh pada proses pencapaian tujuan dan pengukuran kinerja nantinya. Karena kesalahan menentukan tujuan akan berakibat pada kesalahan strategi yang diambil. Kesalahan pengukuran kinerja akan mengakibatkan kesalahan dalam memberi imbalan atas prestasi yang ada. Persaingan global dan resesi di seluruh dunia menunjukkan adanya kelemahan dari berbagai pendekatan keuangan tradisional yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Kinerja dan prestasi manajemen yang diukur dengan rasio-rasio keuangan tidak dapat dipertanggungjawabkan karena rasio keuangan yang dihasilkan sangat bergantung pada metode atau perlakuan akuntansi yang digunakan. Dengan adanya distorsi akuntansi ini maka pengukuran kinerja berdasarkan laba per saham earning per share, tingkat Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009. USU Repository © 2009 pertumbuhan laba earning growth, dan tingkat pengembalian rate of return tidak efektif lagi. Salah satu cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dalam pengukuran kinerja keuangan berdasarkan data akuntansi, maka dapat dipergunakan pengukuran kinerja berdasarkan nilai Value Based. Pengukuran tersebut dapat dijadikan dasar bagi manajemen perusahaan dalam pengendalian modalnya, rencana pembiayaan, wahana komunikasi dengan pemegang saham, serta dapat dipergunakan sebagai dasar dalam menentukan insentif bagi karyawan. Dengan value based sebagai alat pengukur kinerja perusahaan, manajemen dituntut untuk meningkatkan nilai perusahaan. Adanya Economic Value Added EVA menjadi relevan untuk mengukur kinerja yang berdasarkan nilai value karena EVA adalah ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan oleh perusahaan sebagai akibat dari aktivitas atau strategi manajemen. Dengan adanya EVA, maka pemilik perusahaan hanya akan memberi imbalan reward aktivitas yang menambah nilai dan membuang aktivitas yang merusak atau mengurangi nilai keseluruhan suatu perusahaan. Diharapkan pemilik perusahaan dapat mendorong manajemen untuk mengambil actions atau strategi yang value added karena hal ini memungkinkan perusahaan untuk beroperasi lebih baik. EVA atau nilai tambah ekonomis NITAMI adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi operating costs dan biaya modal cost of capital Tunggal,2001:1. EVA merupakan tujuan perusahaan untuk Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009. USU Repository © 2009 meningkatkan value added dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan. Oleh karenanya, EVA merupakan selisih laba operasi setelah pajak Net Operating Cost After Tax dengan biaya modal Cost of Capital. Selisih antara laba setelah pajak dengan biaya modal disebut spread EVA. Hasil perhitungan EVA yang positif menunjukkan tingkat pengembalian atas modal yang lebih tinggi daripada tingkat biaya modal. Hal ini berarti bahwa perusahaan mampu menciptakan nilai tambah bagi pemilik perusahaan berupa tambahan kekayaan. Paradigma value added yang belum begitu banyak dikemukakan adalah Financial Economic Value Added atau lebih singkat disebut Financial Value Added FVA yang merupakan metode baru dalam mengukur kinerja dan nilai tambah perusahaan. Metode ini mempertimbangkan kontribusi dari fixed assets dalam menghasilkan keuntungan bersih perusahaan Iramani, 2005:7. Financial Value Added FVA adalah selisih antara laba operasi setelah pajak NOPAT dengan equivalent depreciation yang telah dikurangi dengan penyusutan Iramani, 2005:7. Hasil perhitungan FVA yang positif menunjukkan bahwa keuntungan bersih dan penyusutan dapat menutupi equivalent depreciation. Jika hal ini terjadi maka perusahaan akan dapat meningkatkan pengembalian atas modal yang telah ditanamkan di dalam perusahaan sehingga akan dapat meningkatkan kekayaan pemegang sahamnya. PT. Sumbetri Megah merupakan anak perusahaan dari PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara Medan. Ruang lingkup kegiatan produksinya yaitu memproduksi segala macam pembuatan bahan-bahan konstruksi dari beton, Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009. USU Repository © 2009 seperti tiang transmisi listrik, telekomunikasi cerocok untuk fondasi, gorong- gorong, pipa air, dan bahan bangunan lain dari beton. Seluruh kegiatan produksi dilakukan di pabrik yang terletak di daerah Besitang, sedangkan untuk kegiatan administrasi dan pemasaran dilakukan di kantor pusat, yaitu di Kantor PLN Wilayah Sumut Gedung C Lantai 2. PT. Sumbetri Megah hanya menggunakan rasio-rasio keuangan dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan PT. Sumbetri Megah berdasarkan rasio-rasio keuangan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Kinerja Keuangan PT. Sumbetri Megah Berdasarkan Rasio-Rasio Keuangan UraianTahun 2003 2004 2005 2006 2007 Current Ratio 193 412,8 597 546,6 373,4 Debt Ratio 31,7 14 9,9 11,2 17,55 ROA 5,8 6,5 6,9 14 16,1 ROE 13,8 13,2 13,6 30,6 39,8 Sumber : Laporan Keuangan PT. Sumbetri Megah 2008 diolah. Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa terjadi fluktuasi dalam kinerja keuangan PT. Sumbetri Megah jika dilihat dari rasio-rasio keuangan. Rasio likuiditas diwakili oleh current ratio, ratio solvabilitas diwakili oleh debt ratio, dan rasio profitabiltas diwakili oleh ROA dan ROE. Kelebihan pengukuran perhitungan dengan menggunakan rasio keuangan adalah kemudahan dalam perhitungannya selama data historis tersedia, sedangkan kelemahannya adalah pengukuran kinerja dan prestasi manajemen berdasarkan Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009. USU Repository © 2009 metode, namun pedoman rasio keuangan tidak memberikan indikator yang sebenarnya tentang keberhasilan manajemen. Current ratio atau rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio lancar memberikan indikator atas besarnya klaim kreditor jangka pendek yang dapat ditutup oleh aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek. Namun, bila rasio lancar sangat besar hal ini mencerminkan investasi dalam modal kerja yang cukup tinggi, yang berakibat biaya modal juga tinggi Astuti, 2004:31. Rasio lancar yang tinggi mungkin menunjukkan posisi likuiditas yang kuat, yang tampak bagus, namun kas yang berlebihan dapat menjadi sesuatu yang buruk karena kelebihan kas di bank bukan merupakan aktiva yang menghasilkan laba. Selain itu, kelemahan dari rasio lancar ini adalah rasio lancar tidak dapat memberikan informasi mengenai kemampuan likuiditas perusahaan timbul karena prestasi perusahaan yang sehat, atau karena dilakukannya berbagai jalan pintas yang tidak sehat untuk sekedar menunjukkan posisi yang likuid Kuswadi, 2004:198. Debt ratio atau rasio hutang adalah ratio yang mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditur. Rumus perhitungannya adalah total hutang dibagi dengan total aktiva. Total hutang mencakup hutang lancar dan hutang jangka panjang. Kreditur lebih menyukai rasio total hutang yang rendah karena semakin rendah rasio ini semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi Astuti, 2004:35. Namun, jika rasio hutang yang rendah dapat juga mengindikasikan bahwa perusahaan kesulitan dalam memperoleh suntikan dana dari para kreditur. Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009. USU Repository © 2009 Return on Asset ratio ROA mengukur pengembalian atas total aktiva setelah bunga dan pajak. Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukkan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. Perusahaan mengharapkan adanya hasil pengembalian yang sebanding dengan dana yang digunakan. Semakin tinggi hasil pengembalian, maka semakin efektiflah perusahaan Astuti, 2004:37. Return on Equity ROE mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham. Rumus untuk menghitung ROE adalah laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi jumlah ekuitas saham biasa. Rasio ini ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi pemegang saham dan menekankan pada hasil pendapatan sehubungan dengan jumlah yang diinvestasikan Astuti, 2004:37. Namun, peningkatan ROA dan ROE dapat disebabkan oleh pengurangan biaya yang agresif dan peningkatan efisiensi, sehingga hanya sedikit ruang untuk peningkatan. Oleh karena itu, ROE belum cukup baik untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Adanya distorsi akuntansi dimana manajemen mempunyai kontrol penuh atas metode penilaian yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan, menyebabkan pengukuran kinerja berdasarkan laporan keuangan tidak dapat diandalkan. Selama ini perhitungan kinerja keuangan konvensional lebih mengandalkan laba semu perusahaan. Tindakan ini tidak menunjukkan kemampuan perusahaan yang sebenarnya karena adanya kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi kepada investor yaitu biaya modal. Oleh karena itu, Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009. USU Repository © 2009 dibutuhkan alat pengukur kinerja keuangan lainnya yang dapat menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dengan lebih akurat, yaitu dengan menggunakan metode Economic Value Added EVA dan Financial Value Added FVA. Hal ini dikarenakan EVA dan FVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban sebagai konsekuensi investasi. PT. Sumbetri Megah belum pernah mengukur kinerja keuangannya dengan menggunakan metode Economic Value Added EVA dan Financial Value Added FVA. Perusahaan hanya menggunakan rasio-rasio keuangan dalam pengukuran kinerja keuangan. Hal ini mendorong penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada PT. Sumbetri Megah dengan judul “Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah”.

B. Perumusan Masalah