Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009.
USU Repository © 2009
BAB II URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Junianthy Mandasari Hasibuan 2006 melakukan penelitian dengan judul penelitian “Analisis perbandingan Economic Value Added EVA dan Financial
Value Added FVA pada PT. PUSRI MEDAN”. Metode penelitian yang dipakai adalah metode analisis deskriptif. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah bahwa
PT. PUSRI MEDAN mampu meningkatkan nilai tambah perusahaan atau para pemegang sahamnya yang dilihat dari nilai EVA dan FVA perusahaan yang terus
meningkat dari tahun 2000 sampai 2004. Rr. Iramani, Staf Pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas
Surabaya 2005 juga melakukan penelitian dengan judul “Financial Value Added suatu paradigma dalam pengukuran kinerja dan nilai tambah perusahaan”.
Kesimpulan dari hasil penelitian adalah bahwa kinerja FVA lebih baik dibandingkan EVA, terutama dalam hal sinkronisasi hasil pengukurannya dengan
Net Present Value NPV.
B. Economic Value Added EVA
1. Pengertian Economic Value Added EVA
Metode EVA pertama kali dikembangkan oleh Stewart Stern seorang analis keuangan dari perusahaan Stern Stewart Co pada tahun 1993. Di
Indonesia metode tersebut dikenal dengan metode NITAMI Nilai Tambah Ekonomi. Menurut Tunggal 2001:1 EVANITAMI adalah metode manajemen
keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang
Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009.
USU Repository © 2009
menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi operating cost dan biaya modal cost of
capital. Adapun beberapa pengertian Economic Value Added EVA menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
a. Utomo 1999:36
EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan sistem
pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar
sebuah perusahaan. b.
Anjar V. Thakor dalam Tunggal, 2001:1 Economic Value also Economic Value Added = Revenue – Direct Cost
Including Taxes – Opportunity cost of using capital = After tax profit – Opportunity cost of using capital.
c. Glen Arnold dalam Tunggal, 2001:2
Economic Value Added EVA was trademarked by Stern Stewart Co is a variant of economic profit, which is the modern term for residual income.
Economic profit for a period is the amount earned by business after deducting all operating expenses and a charge for the opportunity cost of capital
employed. Dari definisi EVA yang telah dijabarkan dapat disimpulkan bahwa EVA
merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau value added dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan. Oleh
Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009.
USU Repository © 2009
karenanya EVA merupakan selisih laba operasi setelah pajak Net Operating Profit After Tax atau NOPAT dengan biaya modal cost of capital.
Terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh perusahaan dalam menggunakan EVA sebagai alat ukur kinerja dan nilai tambah perusahaan.
Menurut Utama 1997:10 beberapa manfaat EVA dalam mengukur kinerja perusahaan antara lain:
a. EVA dapat digunakan sebagai penilaian kinerja keuangan perusahaan karena
penilaian kinerja tersebut difokuskan pada penciptaan nilai value creation. b.
EVA akan menyebabkan perusahaan lebih memperhatikan kebijakan struktur modal.
c. EVA membuat manajemen berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang
saham yaitu memilih investasi yang memaximumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat
dimaksimalkan. d.
EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya-biaya modalnya.
Selain manfaat yang telah dijelaskan, EVA juga merupakan pengukuran yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai signal Financial Distress
pada suatu perusahaan. Jika suatu perusahaan tidak dapat memperoleh profit di atas required of return, maka EVA akan menjadi negatif, dan hal ini merupakan
warning akan terjadinya Financial Distress bagi perusahaan tersebut. Manajemen dapat melakukan banyak hal untuk menciptakan nilai tambah,
tetapi pada prinsipnya EVA akan meningkat jika manajemen melakukan satu dari tiga hal berikut Stewart, 1993 : 118-119:
Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009.
USU Repository © 2009
a. Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal.
b. Menginvestasikan modal baru ke dalam project yang mendapat return lebih
besar dari biaya modal yang ada. c.
Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak menguntungkan. Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal berarti
manajemen dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Selain itu, dengan berinvestasi ke project-
project yang menerima return lebih besar daripada biaya modal cost of capital yang digunakan berarti manajemen hanya mengambil project yang bermutu dan
meningkatkan nilai perusahaan. Economic Value Added EVA juga mendorong manajemen untuk berfokus pada proses dalam perusahaan yang menambah nilai
dan mengeliminasi aktivitas atau proses yang tidak menambah nilai. Perhitungan EVA suatu perusahaan merupakan proses yang kompleks dan terpadu karena
perusahaan harus menentukan terlebih dahulu biaya modalnya.
2. Metode Perhitungan EVA
Apabila dalam struktur modal perusahaan terdiri dari hutang dan modal sendiri, secara sistematis EVA dapat dirumuskan sebagai berikut:
EVA = NOPAT – WACC x TA Keterangan:
NOPAT= Net Operating Profit After Taxes WACC = Weighted Average Cost of Capital
TA = Total Asset Total Modal yang Diinvestasikan
Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009.
USU Repository © 2009
Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interpretasi hasil sebagai berikut:
a. Jika EVA 0 hal ini menunjukkan terjadi nilai tambah ekonomis bagi
perusahaan. b.
Jika EVA 0 hal ini menunjukkan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
c. Jika EVA = 0 hal ini menunjukkan posisi impas karena laba telah digunakan
untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham.
Menurut Young O’Byrne 2001:39, EVA sama dengan NOPAT dikurangi biaya modal. NOPAT merupakan laba operasi perusahaan setelah pajak
dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari operasi berjalan. Biaya modal yaitu modal yang diinvestasikan perusahaan juga disebut modal atau modal yang
dipakai dikalikan rata-rata tertimbang weighted average dari biaya modal WACC. WACC sama dengan utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan
ekuitas pemegang saham yang ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada nilai pasar.
a. Net Operating Profit After Tax NOPAT
Net Operating Profit After Tax NOPAT atau laba operasi bersih setelah pajak merupakan sejumlah laba perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan
tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki aset finansial. NOPAT dapat dihitung dengan menggunakan rumus Sartono, 2001:100:
NOPAT = EBIT 1-Tarif Pajak
Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009.
USU Repository © 2009
Keterangan: NOPAT= Net Operating Profit After Taxes
EBIT = Earning Before Interest and Tax Faktor yang non operasional dan laba rugi luar biasa, seperti labarugi dari
penghentian unit usaha serta beberapa akun rugi lain-lain yang sama sekali tidak berhubungan dengan kegiatan operasional rutin perusahaan dan tidak ada
keterangan yang jelas dalam catatan laporan keuangan perusahaan, tidak diikutsertakan dalam perhitungan NOPAT.
b. Weighted Average Cost of Capital WACC
Weighted Average Cost of Capital WACC atau biaya modal rata-rata tertimbang adalah biaya ekuitas dan biaya hutang masing-masing dikalikan
dengan presentasi ekuitas dan hutang dalam struktur modal perusahaan. WACC dapat dihitung dengan menggunakan rumus Atmaja, 1994:140:
WACC = Wd.Kd 1 – T + Wp.Kp + Ws.Ks Keterangan:
WACC = Weighted Average Cost of Capital Biaya Modal Rata-rata Tertimbang Wd
= Persentase Hutang dari Modal Kd
= Biaya Hutang Wp
= Persentase Saham Preferen dari Modal Kp
= Biaya Saham Preferen Ws
= Persentase Saham Biasa atau Laba Ditahan dari modal Ks
= Biaya Laba Ditahan T
= Tarif Pajak
Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009.
USU Repository © 2009
Biaya hutang Kd yang relevan dalam menghitung WACC merupakan
biaya hutang setelah pajak After-tax cost of debt. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa hutang menimbulkan biaya bunga yang akan menurunkan
penghasilan yang dikenai pajak. Biaya hutang sesudah pajak dapat dihitung dengan menggunakan rumus Atmaja, 2004:138:
Biaya Hutang Sesudah Pajak = Biaya Hutang sebelum Pajak x 1 – Tingkat Pajak
Biaya saham preferen Kp adalah sama dengan tingkat keuntungan yang dinikmati pembeli saham preferen. Biaya saham preferen dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Atmaja, 2004:139: Kp =
Pn Dp
Keterangan: Kp
= Biaya saham preferen Dp
= Deviden saham preferen tahunan Pn
= Harga saham preferen bersih yang diterima perusahaan penerbit setelah dikurangi biaya peluncuran saham atau flotation cost
Biaya laba ditahan Ks yaitu tingkat keuntungan yang diisyaratkan investor pada saham biasa perusahaan yang bersangkutan. Jika laba tidak ditahan,
laba tersebut akan dibagi dalam deviden. Namun, jika laba tersebut ditahan berarti pemegang saham menginvestasikan kembali laba yang menjadi hak-nya ke
perusahaan plow back fund. Oleh sebab itu pemegang saham mengisyaratkan bahwa perusahaan harus dapat memberikan keuntungan paling tidak sebesar
keuntungan yang dapat diperoleh oleh pemegang saham pada alternatif investasi
Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009.
USU Repository © 2009
yang memiliki risiko yang sama dengan risiko perusahaan. Biaya laba ditahan dapat dihitung dengan menggunakan rumus Atmaja, 2004:139:
Ks =
Po D1
+ g Keterangan:
Ks = Biaya laba ditahan
D
1
= Deviden akhir periode P
= Harga saham pada awal periode
g = Tingkat pertumbuhan deviden
c. Modal yang Diinvestasikan
Menurut Young O’Byrne 2001:39, modal yang diinvestasikan adalah jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek,
pasiva tidak menanggung bunga non interest bearing liabilities seperti utang, upah yang akan jatuh tempo accrued wages, dan pajak yang akan jatuh tempo
accured taxes. Modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh utang jangka pendek dan jangka panjang yang
menanggung bunga, utang, dan kewajiban jangka panjang lainnya. Modal yang Diinvestasikan = Utang Jangka Pendek + Utang Jangka
Panjang +Kewajiban Jangka Panjang Lainnya + Ekuitas Pemegang Saham
3. Tujuan dan Manfaat Penerapan Model EVA
Menurut Abdullah 2003:142 tujuan dan manfaat penerapan model Econimic Value Added EVA adalah sebagai berikut:
Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009.
USU Repository © 2009
a. Tujuan Penerapan Model EVA
Dengan perhitungan EVA diharapkan akan mendapatkan hasil perhitungan nilai ekonomis perusahaan yang lebih realistis. Hal ini disebabkan oleh EVA
dihitung berdasarkan perhitungan biaya modal cost of capital yang menggunakan nilai pasar berdasarkan kepentingan kreditur terutama para
pemegang saham dan bukan berdasarkan nilai buku yang bersifat histories. Perhitungan EVA ini juga diharapkan dapat mendukung penyajian laporan
keuangan sehingga akan mempermudah bagi para pengguna laporan keuangan diantaranya para investor, kreditur, karyawan, pemerintah, pelanggan, dan pihak-
pihak yang berkepentingan lainnya.
b. Manfaat Penerapan Model EVA
Manfaat yang diperoleh dari penerapan Economic Value Added EVA di dalam suatu perusahaan adalah:
1. Penerapan model EVA sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai
pengukur kinerja perusahaan dimana focus penilaian kinerja adalah penciptaan nilai value creation.
2. Penilaian kinerja keuangan dengan menggunakan pendekatan EVA
menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA para manajer akan berpikir dan bertindak seperti
halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga
nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.
Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009.
USU Repository © 2009
3. EVA mendorong perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijakan
struktur modalnya. 4.
EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi proyek atau kegiatan yang memberikan pengembalian yang lebih tinggi daripada biaya modalnya.
Kegiatan atau proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan adanya penciptaan nilai dari proyek tersebut
dengan demikian sebaiknya diambil, begitu pula sebaliknya.
4. Keunggulan dan Kelemahan EVA
Salah satu keunggulan EVA sebagai penilaian kinerja perusahaan adalah dapat digunakan sebagai penciptaan nilai value creation. Keunggulan EVA yang
lain adalah Iramani, 2001:6: a.
EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban sebagai konsekuensi investasi.
b. Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam mengukur harapan yang dilihat
dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan memperhatikan harapan para penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan dinyatakan
dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku.
c. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan data
pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian.
Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009.
USU Repository © 2009
d. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus pada
karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders satisfaction concepts.
e. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut
merupakan ukuran praktis, mudah dihitung, dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan
keputusan bisnis. Metode Economic Value Added EVA selain memiliki keunggulan, EVA
juga memiliki kelemahan. Beberapa kelemahan EVA diantaranya adalah sebagai berikut Abdullah, 2003:143:
a. Secara konseptual EVA memang lebih unggul daripada pengukur tradisional
akuntansi, namun secara praktis belum tentu dapat diterapkan dengan mudah. Penentuan biaya modal saham cukup rumit sehingga diperlukan analisis yang
lebih mendalam tentang tehnik-tehnik menaksir biaya modal saham. b.
EVA adalah alat ukur semata dan tidak bisa berfungsi sebagai cara mencapai sasaran perusahaan sehingga diperlukan suatu cara bisnis tertentu untuk
mencapai sasaran. c.
Masih mengandung unsur keberuntungan tinggi rendahnya EVA dapat dipengaruhi oleh gejolak di pasar modal.
d. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu.
e. EVA mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk investasi dengan biaya
modal rendah. Investasi yang demikian umumnya memiliki risiko yang kecil sehingga secara tidak langsung EVA mendorong perusahaan untuk
menghindari risiko padahal sebagian besar inovasi-inovasi dalam bisnis
Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009.
USU Repository © 2009
memiliki risiko yang sangat tinggi terutama dalam era pasar bebas yang penuh dengan ketidakpastian.
C. Financial Value Added FVA
1. Pengetian Financial Value Added FVA
Financial Economic Value Added atau lebih singkat disebut Financial Value Added FVA merupakan metode baru dalam mengukur kinerja dan nilai
tambah perusahaan. Metode ini mempertimbangkan kontribusi dari fixed asset dalam menghasilkan keuntungan bersih perusahaan Iramani, 2001:7.
Financial Value Added FVA adalah selisih antara laba operasi setelah pajak NOPAT dengan equivalent depreciation yang telah dikurangi dengan
penyusutan. Hasil perhitungan FVA yang positif menunjukkan bahwa keuntungan bersih dan penyusutan dapat menutupi equivalent depreciation. Jika hal ini terjadi
maka perusahaan akan dapat meningkatkan pengembalian atas modal yang telah ditanamkan di dalam perusahaan sehingga akan dapat meningkatkan kekayaan
pemegang sahamnya.
2. Metode Perhitungan FVA
Secara matematis pengukuran FVA dinyatakan sebagai berikut Sandias, 2002:8:
FVA = NOPAT – ED – D Keterangan:
FVA = Financial Value Added NOPAT = Net Operating Profit After Taxes
Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009.
USU Repository © 2009
ED = Equivalent Depreciation D = Depresiasi
Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interpretasi hasil sebagai berikut:
a. Jika FVA 0 hal ini menunjukkan terjadi nilai tambah finansial bagi
perusahaan. b.
Jika FVA 0 hal ini menunjukkan tidak terjadi nilai tambah finansial bagi perusahaan.
c. Jika FVA = 0 hal ini menunjukkan posisi impas.
Perusahaan tentunya akan berusaha untuk memiliki nilai tambah finansial bagi perusahaan dimana FVA bernilai positif atau lebih besar dari nol, hal ini
terjadi manakala keuntungan bersih perusahaan dan penyusutan dapat menutupi equivalent depreciation atau NOPAT + D lebih besar dari ED. Jika ini tercapai
maka perusahaan dapat meningkatkan kekayaan pemegang saham.
a. Equivalent Depreciation
Equivalent Depreciation adalah jumlah biaya-biaya yang sederajat dengan beban penyusutan yang sebenarnya yang mana diberikan kepada perusahaan
berdasarkan penerimaan output untuk investasi aset. Rumus untuk menghitung equivalent depreciation ED adalah sebagai berikut Sandias, 2002:7:
ED = Q x m 1 – t – FC 1 – t + t x D Keterangan:
ED = Equivalent Depreciation Q = Jumlah unit yang terjual
Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009.
USU Repository © 2009
FC = Fixed Cost Biaya Tetap t = tingkat pajak
m = Unit Margin Harga jual produk per unit dikurang biaya variabel per unit D = Depresiasi
b. Depreciation Penyusutan
Menurut Astuti 2004:21, depresiasi atau penyusutan adalah pengalokasian harga perolehan aktiva secara sistematik dan rasional selama masa
manfaat dari aktiva yang bersangkutan. Akan tetapi ada kecenderungan di kalangan pembaca laporan keuangan untuk menafsirkan penyusutan akuntansi
sebagai pengumpulan dana untuk mengganti aktiva tersebut kelak. Akan tetapi ini tidak berarti bahwa dana kas yang besarnya sama dengan penyusutan yang tercatat
akan disisihkan untuk penggantian aktiva tetap. Pendapatan mungkin saja digunakan untuk berbagai keperluan seperti meningkatkan persediaan,
meningkatkan piutang, dan pos-pos modal kerja lainnya, untuk perolehan aktiva tetap atau pos-pos tidak lancar lain yang baru, untuk melunasi utang atau
menembus saham atau untuk membayar deviden. Bila suatu dana khusus disisihkan untuk mengganti aktiva tetap, diperlukan persetujuan dari manajemen,
walaupun demikian dana semacam itu sulit ditemukan. Beban penyusutan merupakan pengakuan atas penurunan nilai pelayanan aktiva.
3. Keunggulan dan Kelemahan FVA
Menurut Iramani 2005:9, keunggulan dari metode Financial Value Added FVA adalah sebagai berikut:
Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009.
USU Repository © 2009
a. Jika ditilik ulang konsep NOPAT, FVA melalui defenisi equivalent
depreciation mengintegrasikan seluruh kontribusi asset bagi kinerja perusahaan, demikian juga opportunity cost bagi pembiayaan perusahaan.
Kontribusi ini konstan selama umur proyek investasi. b.
FVA secara jelas mengakomodasikan kontribusi konsep value growth duration durasi proses penciptaan nilai sebagai unsur penambah nilai. Unsur
ini merupakan hasil pengurangan nilai equivalent depreciation akibat bertambah panjangnya umur aset dimana aset bisa terus berkontribusi bagi
kinerja perusahaan. Dalam konsep EVA, proses ini tidak secara jelas dijabarkan.
c. FVA mengedepankan konsep equivalent depreciation dan accumulated
equivalent tampaknya lebih akurat menggambarkan financing costs. Lebih lanjut, FVA mampu mengharmonisasikan hasilnya dengan konsep Net Present
Value NPV tahun per tahun, dimana NPV setidaknya saat ini dianggap sukses mengukur proses penciptaan nilai.
d. Dengan berbasis pada definisi EVA yang sudah dikenal luas, FVA memberi
solusi terhadap mekanisme kontrol dalam periode tahunan, yang selama ini merupakan kendala bagi konsep NPV. EVA dan FVA sama-sama mampu
menyelaraskan output-nya dengan hasil NPV, dalam bentuk periode yang terdiskonto, namun FVA memberi output lebih maju dengan berhasil
melakukan harmonisasi hasil dengan NPV dalam ukuran tahunan. Oleh karena itu, FVA menjadi lebih bermanfaat sebagai alat kontrol.
Menurut Shrieves dan Wachowicz dalam Iramani, 2005:10, kelemahan
dari FVA ini adalah bahwa dibandingkan dengna EVA, FVA kurang praktis
Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009.
USU Repository © 2009
dalam mengantisipasi fenomena bila perusahaan proyek menjalankan investasi baru di tengah-tengah masa investasi yang diperhitungkan. EVA akan
merefleksikan situasi ini melalui peningkatan aset dan sumber daya yang terlibat dalam perusahaan atau proyek.
D. Hubungan EVA dan FVA dengan Keputusan Dalam Manajemen
Keuangan
Gambar 2.1 dan Gambar 2.2 akan menunjukkan pengukuran nilai EVA dan FVA dalam menggambarkan keputusan dengan memisahkan keputusan
operasi dari keputusan investasi, FVA menjelaskan penciptaan nilai dan menjelaskan cara untuk menentukan faktor mana yang bertanggungjawab atas
keuntungan dan kerugian dari nilai.
Gambar 2.1 Pengambilan keputusan dalam perusahaan dengan menggunakan EVA
Sumber: Sandias 2002:10 Keterangan:
NOPAT= Net Operating Profit After Taxes WACC = Weighted Average Cost of Capital
TA = Total Asset Total Modal yang Diinvestasikan
NOPAT WACC x TA
Operating Investment
Financing EVA
Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 2.2 Pengambilan keputusan dalam perusahaan dengan menggunakan FVA
Sumber: Sandias 2002 : 10 Pengukuran FVA sangatlah membantu perusahaan dalam kaitannya
dengan keputusan-keputusan yang harus dilakukan oleh perusahaan. Terdapat tiga keputusan dalam manajemen keuanganyang akan menjadi value drivers bagi
terciptanya Financial Value Added. Tiga keputusan tersebut adalah: a.
Operating Decision adalah suatu keputusan yang harus diambil perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan dan mengelola biaya-biaya yang
timbul baik variable cost maupun fixed cost sedemikian rupa sehingga menghasilkan operating profit margin bagi perusahaan. Pertumbuhan volume
penjualan sales growth merupakan indikator dari pertumbuhan perusahaan yang ini merupakan value drivers bagi terciptanya FVA. Dengan sales growth
yang tinggi dan income tax rate tertentu akan meningkatkan operating profit margin yang pada akhirnya FVA diharapkan juga akan meningkat.
b. Financing Decision adalah suatu keputusan pembiayaan perusahaan dimana
perusahaan harus menentukan sumber dana yang paling efisien, yang direfleksikan oleh cost of capital yang dibayarkan selama periode n.
FVA
NOPAT Equivalent
Depreciation
Operating Investment
Financing
Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009.
USU Repository © 2009
c. Investment Decision adalah keputusan manajemen terhadap pilihan-pilihan
investasi yang secara normatif harus mampu memaksimalkan nilai perusahaan. Proses pemilihan alternatif investasi harus mempertimbangkan
sumber-sumber pendanaan yang terlibat, karena akan mempengaruhi struktur modal perusahaan. Hal ini secara intuitif juga mempengaruhi komposisi
working capital dan fixed capital yang merupakan komponen pengubah nilai dalam konteks pengukuran FVA di atas. Manajemen harus bisa
mengoptimalkan pengelolaan working capital dan fixed capital-nya agar tidak tercipta idle capital atau capital yang kirang efektif dalam proses peningkatan
nilai perusahaan.
Fika Amelia Napitupulu : Analisis Perbandingan Economic Value Added EVA Dan Financial Value Added FVA Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah, 2009.
USU Repository © 2009
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A.
Sejarah Perusahaan
Perusahaan PT. Sumbetri Megah dimiliki oleh beberapa pemegang saham berdasarkan akte pendirian nomor 9,10,11, dan 12 pada tanggal 12 April 1995
dihadapan pejabat notaris yang bernama Munir Nasution di Medan. Perusahaan ini beralamat di Jl. Kolonel Laut Yos Sudarso No.284 Gedung C Lantai 2 PT.
PLN Wilayah Sumatera Utara di Medan. Sementara pabriknya sendiri berada di Jl. Medan – Besitang Km. 91, Besitang.
Ruang lingkup kegiatan perusahaan berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan yaitu menjalankan kegiatan yang memproduksi segala macam
pembuatan bahan-bahan konstruksi dari beton yang meliputi: a.
Tiang transmisi listrik b.
Telekomunikasi cerocok untuk fondasi c.
Gorong-gorong d.
Pipa air e.
Bahan bangunan lain dari beton Sampai saat ini produk keluaran perusahaan baru hanya satu macam, yaitu
tiang listrik beton pra-tekan Pre-stressted Concrete Poles, tetapi tidak tertutup kemungkinan bagi perusahaan untuk memperoduksi jenis yang lain seperti tiang
telepon, bantalan kereta api, dan lain sebagainya yang masih dalam tahap penjajakan.
Produk tersebut diserap untuk kepentingan pelaksanaan proyek-proyek tiang listrik untuk Perusahaan Listrik Negara PLN. Berdasarkan produk yang