Teori Kebijakan Dividen Tinjauan Teoritis 1. Dividen

Taranika Intan : Pengaruh Dividend Per Share Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009

d. Teori Kebijakan Dividen

Dalam dunia keuangan, pada dasarnya terdapat tiga konsep tentang kebijakan dividen, yaitu: irrelevance theory, bird-in-the-hand theory, tax preference theory. 1 Irrelevance theory Irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun terhadap biaya modalnya. Menurut teori ini, kebijakan dividen tidak mempengaruhi harga saham ataupun cost of capital perusahaan. Oleh karena itu, kebijakan dividen menjadi tidak relevan irrelevant. Teori ini dikembangkan oleh Miller dan Modigliani 1961, yang menyatakan bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan oleh expected earnings dan risiko perusahaan. Nilai perusahaan hanya tergantung pada laba yang ekspektasikan dari aktiva, bukan dari pemisahan laba menjadi dividen dan laba ditahan. Teori ini mengganggap bahwa kebijakan dividen tidak membawa dampak apa-apa bagi nilai perusahaan. Jadi, peningkatan atau penurunan dividen oleh perusahaan tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan. 2 Bird-in-the-hand theory Kepercayaan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak penting secara tidak langsung, mengasumsikan bahwa investor harus menggunakan tingkat pengembalian yang sama, apakah pendapatan datang melalui perolehan modal atau melalui dividen. Namun, dividen lebih bisa diramalkan daripada perolehan modal, manajemen dapat mengontrol dividen, tapi tak dapat mendikte harga saham. Investor kurang yakin menerima pendapatan dari Taranika Intan : Pengaruh Dividend Per Share Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 modal daripada dari dividen. Hal ini sesuai dengan Bird-in-the-hand theory yang dikemukakan oleh Gordon bahwa pendapatan dividen a bird in the hand mempunyai nilai yang lebih tinggi bagi investor daripada pendapatan modal a bird in the bush karena dividen lebih pasti dari pendapatan modal. Meningkatkan dividen perusahaan tak mengurangi tingkat risiko dasar saham, melainkan jika pembayaran dividen mensyaratkan manajemen menerbitkan saham baru, ia hanya mentranfer risiko dan pemilikan dari pemilik yang sekarang pada pemilik baru. Kita harus memperhatikan bahwa investor yang sekarang menerima dividen menukar perolehan modal yang tak pasti dengan aset yang aman dividen tunai. Namun, jika tujuannya hanya pengurangan risiko, investor bisa saja menyimpan uang di tangan dan tak membeli saham dari awal. Teori ini juga berpendapat bahwa investor menyukai dividen karena kas di tangan lebih bernilai daripada kekayaan dalam bentuk lain. Konsekuensinya, harga saham perusahaan akan sangat ditentukan oleh besarnya dividen yang dibagikan. Dengan demikian, semakin tinggi dividen yang dibagikan, semakin tinggi pula nilai perusahaan. 3 Tax preference theory Menurut teori ini, investor tidak terlalu menyukai dividen karena dividen tidaklah tax deductible. Teori ini merujuk kepada pengenaan pajak yang diberlakukan bagi setiap investor yang mendapat capital gain atau dividen. Pada umumnya besarnya pajak yang diberlakukan berbeda, dimana pajak untuk dividen lebih besar dibandingkan pajak untuk capital gain. Selain itu, Taranika Intan : Pengaruh Dividend Per Share Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 pajak atas capital gain baru dapat dibayar jika capital gain telah direalisasi. Dengan demikian, apabila investor tidak segera merealisasikan capital gain- nya, berarti investor menunda pembayaran pajaknya. Sudah tentu present value PV pembayaran pajaknya akan turun. Dengan dua alasan ini pajak lebih rendah serta dapat ditundakan maka Litzenberger dan Ramaswarny menyatakan pandangan negatif dividen bagi value perusahaan. Meskipun tiga konsep tersebut dianggap sebagai teori-teori utama mengenai kebijakan dividen, perkembangan ilmu keuangan modern memunculkan pendekatan baru yang lebih relevan dan lebih mampu menjelaskan kebijakan dividen dalam dunia bisnis praktis, yaitu: a Signalling theory Signalling theory is based on the assumption that information is not equally available to all parties at the same time, and that information asymmetry is the rule. Information asymmetries can result in very low valuations or a sub- optimum investment policy. Signalling theory states that corporate financial decisions are signals sent by the companys managers to investors in order to shake up these asymmetries. These signals are the cornerstone of financial communications policy. www.loreal-finance.comsiteuscontenulexique.asp Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen, dan harga saham akan turun jika ada pengumuman penurunan dividen. Tetapi ada argumen lain yang lebih masuk akal yaitu dividen itu sendiri tidak menyebabkan kenaikan penurunan harga, tetapi prospek perusahaan, yang ditunjukkan oleh meningkatnya menurunnya dividen yang dibayarkan, yang menyebabkan perubahan harga saham. Teori tersebut kemudian dikenal sebagai teori signal atau isi informasi dari dividen Information Content of Dividend. Taranika Intan : Pengaruh Dividend Per Share Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Menurut teori tersebut, dividen mempunyai kandungan informasi, yaitu prospek perusahaan di masa mendatang. Dividend signalling theory menjelaskan bahwa informasi tentang dividen yang dibayarkan, digunakan oleh investor sebagai sinyal perusahaan di masa mendatang. Sinyal perubahan dividen dapat dilihat dari reaksi harga saham. Reaksi harga saham dapat diukur dengan menggunakan return saham sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Pengumuman perubahan dividen dikatakan mempunyai kandungan informasi jika memberikan abnormal return yang signifikan terhadap pasar. Sebaliknya, pengumuman perubahan dividen dikatakan tidak mempunyai kandungan informasi jika tidak memberikan abnormal return yang signifikan terhadap pasar. Peningkatan dividen akan membuat pasar bereaksi positif mendukung dividend signalling theory bila pasar cenderung menginterpretasikan bahwa peningkatan dividen dianggap sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan dividen, yang dianggap sebagai sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa mendatang. Prinsip signalling ini mengajarkan bahwa setiap tindakan mengandung informasi. Hal ini disebabkan karena adanya asymetric information. Asymmetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak lain. Misalnya, pihak manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak investor di pasar modal. Tingkat asymetric information ini bervariasi dari sangat tinggi ke sangat rendah. Taranika Intan : Pengaruh Dividend Per Share Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 b Teori Dividen Residual Residual Theory of Dividends Menurut teori dividen residual, perusahaan menetapkan kebijakan dividen setelah semua investasi yang menguntungkan habis dibiayai. Dengan kata lain, dividen yang dibayarkan merupakan ‘sisa’ residual setelah semua usulan investasi yang menguntungkan habis dibiayai.

e. Bentuk Pembayaran Dividen