dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada
masa yang lalu. 4 Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan zaman, cara berpikir manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. b. Cara modern
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian. Cara ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Berawal
dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil pengamatannya tersebut
dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan Notoatmodjo, 2005.
Berdasarkan penjabaran
diatas, dapat
disimpulkan bahwa
pengetahuan adalah domain yang sangat penting dan mendasar untuk terbentuknya tindakan seseorang. Setiap individu berbeda-beda dalam
proses menginternalisasikan
suatu informasi,
sehingga tingkat
pengetahuannya berbeda-beda dan dikategorikan menjadi tingkat pengetahuan baik, cukup dan kurang Potter Perry, 2005. Dikatakan
baik apabila pertanyaa n dijawab benar ≥16 76-100, cukup jika
menjawab benar sebanyak 15-12 56-75, dan kurang jika menjawab benar sejumlah ≤11 40-55 dari seluruh pertanyaan yang ada
Arikunto, 2006.
Penelitian terkait yang di lakukan oleh Milah 2011 tentang gambaran pengetahuan ibu usia 45-50 tahun tetang menopause di
Kelurahan Cilangkap Kecamatan Manon Jaya Kabupaten Tasikmalaya. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa pengetahuan perempuan usia 45-
50 tahun tentang proses terjadinya menopause frekuensi tertinggi yaitu kategori kurang sebanyak 43. Pengetahuan perempuan usia 45-50 tahun
tentang perubahan fisik pada masa menopause frekuensi tertinggi yaitu kategori kurang sebanyak 55,4. Pengetahuan perempuan usia 45-50
tahun tentang prubahan psikologis pada masa menopause frekuensi tertinggi yaitu kategori kurang sebanyak 69,6.
C. Kecemasan
1. Pengertian
Cemas dalam bahasa latin “anxius” dan dalam bahasa Jerman “angst” kemudian menjadi “anxiety” yang berarti kecemasan, merupakan
suatu kata yang dipergunakan oleh Freud untuk menggambarkan suatu efek negatif dan keterangsangan. Cemas mengandung arti pengalaman
psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi
sebaik – baiknya Hawari, 2004.
Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut tidak tentram disertai
berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai situasi kehidupan maupun gangguan sakit. Selain itu kecemasan dapat
menimbulkan reaksi tubuh yang akan terjadi secara berulang, seperti rasa
RENTANG RESPON KECEMASAN Respon adaptif
Respon maladaptif
Antisipasi Ringan Sedang Berat
Panik
kosong di perut, sesak nafas, jantung berdebar, keringat banyak, sakit kepala, rasa keinginan buang air kecil dan buang air besar, perasaan ini
disertai perasaan ingin bergerak untuk lari menghindar hal yang dicemaskan Stuart Sundeen, 2000
Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subjektif individual yang dikomunikasikan secara interpersonal, mempunyai
kekuatan tersendiri dan sulit untuk diobservasi secara langsung Nursalam, 2011. Kecemasan yang dialami secara subyektif dan
dikomunikasikan secara interpersonal berada dalam suatu rentang, yaitu :
Gambar 2.2 : Rentang Respon Kecemasan Sumber : Stuart Laraia 2005
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak spesifik yang
dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa terancam. Keadaan emosi ini biasanya merupakan pengalaman individu yang subyektif yang
tidak diketahui secara khusus penyebabnya.
Hawari 2004 mengungkapkan bahwa individu yang cemas, gejalanya didominasi oleh keluhan psikis ketakutan dan kekhawatiran,
tetapi dapat pula disertai keluhan fisik. Keluhan psikis pada individu yang mengalami kecemasan adalah cemas, khawatir, bimbang, firasat
buruk, takut akan pikirannya sendiri dan mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, gerakan sering serba salah, mudah terkejut,
takut sendirian, takut keramaian dan banyak orang, gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan, gangguan konsentrasi dan daya ingat.
Keluhan fisik seperti rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdengung tinitus, jantung berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
pencernaan, sakit kepala, kesemutan, rasa mual, sering buang air seni, diare, rasa tidak enak di ulu hati, muka merah atau pucat, denyut nadi dan
nafas cepat.
2. Teori Kecemasan