i. Gejala-gejala yang berhubungan dengan jantung cardiovascular:
termasuk tachycardia, jantung berdebar, tekanan pada bagian dada, dentaman pada pembuluh darah, dan perasaan seakanakan ingin
pingsan. j.
Gejala-gejala yang berhubungan dengan pernafasan: seperti merasa sesak nafas atau kontraksi pada tenggorokan atau dada, atau rasa
seperti tercekik. k. Gejala-gejala yang berkaitan dengan usus Gastro-intestinal: seperti
sulit menelan, merasa ada tekanan pada bagian perut, gangguan pencernaan rasa panas pada bagian perut, sakit perut berhubungan
dengan makanan, mual dan muntah, perut terasa keroncongan dan diare.
l. Gejala-gejala yang berhubungan dengan saluran kencing Genito-
urinary: termasuk gejala-gejala non-organik atau psikis, seperti: sering atau susah buang air kecil, menstruasi tidak teratur,
anorgasmia, ejakulasi dini. m. Gejala-gejala otonomik lainnya, seperti: mulut terasa kering, pucat,
sering keluar keringat dingin dan pusing. n. Sikap pada saat wawancara seperti: pasien kelihatan tertekan,
nervous, gelisah, tegang, suara gemetar, pucat, keluar keringat. Setiap item bernilai 0, 1, 2, 3 atau 4. Nilai 0 menunjukkan tidak ada
gejala-gejala yang tampak, dan nilai 4 menunjukkan gejala-gejala dominan dan sangat mengganggu. Total nilai yang diperoleh
menunjukkan tingkat keparahan: tidak ada gejala kecemasan dengan nilai
skor 0-13, gejala ringan dengan nilai skor 14 – 20, gejala sedang dengan
nilai skor 21-27, gejala berat nilai skor 28 -42, gejala berat sekalipanik dengan nilai skor 43-56.
D. Aspek Psikologis Menopause
Perempuan yang menghadapi periode menopause, munculnya masalah psikologis sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan pada aspek fisik-
fisiologis sebagai akibat dari berkurang dan berhentinya produksi hormon estrogen. Pada perempuan yang mengalami menopause keluhan yang sering
dirasakan antara lain: merasa cemas, takut, lekas marah, mudah tersinggung, suli konsentrasi, gugup, merasa tidak berguna, tidak berharga,
stres dan bahkan ada yang mengalami depresi Hammasa, 2004. Berat ringannya stres yang dialami perempuan dalam menghadapi dan mengatasi
menopause sangat dipengaruhi oleh bagaimana penilaiannya terhadap menopause. Penilaian individu terhadap peristiwa yang dialami ada yang
negatif dan ada yang positif Hawari, 2006. Perempuan yang menilai atau menganggap menopause itu sebagai
peristiwa yang menakutkan dan berusaha untuk menghindarinya, maka strespun sulit dihindari. Besar kemungkinannya terjadi karena ia kurang
mempunyai informasi yang benar mengenai seluk beluk menopause. Sebaliknya bagi perempuan yang menganggap menopause sebagai suatu
ketentuan Allah Sunnatullah yang akan dihadapi semua perempuan, maka ia tidak akan mengalami stres dan menghadapinya dengan penuh penerimaan
dan keikhlasan sehingga berbagai gangguan fisiologis yang dialaminya tidak berdampak pada gangguan psikologis Hammasa, 2004; Retnowati, 2001.
E. Kesiapan Perempuan Saat Menjelang Menopause
Nugraha 2007 menyatakan bahwa kesiapan perempuan saat menjelang menopause dipengaruhi oleh:
a. Psikis Pikiran-pikiran negatif mengenai menopause, bahwa menopause
adalah permulaan memasuki usia tua, hilangnya kualitas feminism dan seksualitas perempuan dapat mempengaruhi kesiapan perempuan dalam
menghadapi menopause. b. Peran Keluarga
Kurangnya dukungan dan perhatian keluarga pada perempuan yang mulai memasuki masa menopause dimana mulai mengalami gejala-gejala
menopause, dapat mempengaruhi kesiapan mereka dalam menghadapi menopause.
c. Informasi Kurangnya informasi yang didapat mengenai menopause dapat
menyebabkan pandangan yang negatif terhadap menopause sehingga mempengaruhi kesiapan perempuan dalam menghadapi menopause.
d. Budaya Budaya juga ikut berpengaruh terhadap kesiapan perempuan
menghadapi menopause, contohnya pada budaya Patriarki dimana menopause langsung dikaitkan dengan ketidakmampuan perempuan
dalam memberikan kepuasan seksual pada laki-laki.
Penelitian terkait tentang kecemasan pada perempuan yang menghadapi menopause yang dilakukan oleh Rostiana 2009. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek sulit menghadapi masa menopause karena belum siap untuk menghadapinya dan
kurangnya informasi. Hal ini dapat terlihat dari gejala gangguan tidur, lebih mudah letih, cemas dan gelisah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Marga
2007 tentang hubungan gambaran diri dengan tingkat kecemasan perempuan masa menopause di Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
28,1 tidak mengalami kecemasan, 56,3 mengalami kecemasan ringan dan 15,6 mengalami kecemasan sedang.
Gambaran kecemasan perempuan yang akan menghadapi menopause berdasarkan hasil penelitian Rostiana 2009 menunjukkan bahwa perempuan
yang akan menghadapi menopause akan mengalami gangguan tidur. Gejala tersebut seperti tidur yang gelisah dan berkeringat, takut akan menghadapi
menopause sehingga subjek tidak siap untuk menghadapi menopause sebab subjek takut tidak cantik lagi, keriput dan tua serta takut terlihat tidak menarik
lagi bagi suaminya. Gejala lainnya seperti gemetaran dan sering menggigit kuku dan bibirnya, keringat berlebih, muka kering, mual, pusing dan kesemutan.
Gejala afektif seperti gelisah karena membayangkan bagaimana bila sudah tidak menstruasi lagi, mudah tersinggung, tidak sabaran dan bimbang, merasa tidak
nyaman, khawatir dan gemetaran yang berlebihan akan menghadapi menopause.
Penelitian yang dilakukan oleh Aprilia Puspitasari 2007 tentang faktor
yang mempengaruhi
tingkat kecemasan
pada perempuan
perimenopause di Surabaya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang sebesar 15,4 mengalami