berputar, sampai semua bahan penyalut habis. Seleksi juga dilakukan pada tablet selaput namun tidak ada proses printing.
Selanjutnya ruahan tersebut dikirim keKIP, kemudian disampling oleh IPC untuk dilakukan pemeriksaan oleh Laboratorium Pengujian. Bila hasilnya
diluluskan dapat dilanjutkan untuk dikemas.
d. Narkotika
PT. Kimia Farma Persero Tbk. Plant Jakarta diberi hak khusus untuk memproduksi obat-obatan narkotika dan psikotropika. Berdasarkan Kep Men kes
RI No. HK 00.65.6.01986 tanggal 26 juni 1994 tentang penunjukan PT. Kimia Farma Persero Tbk. Sebagai perusahaan yang diberi izin untuk melaksanakan
produksi dan distribusi narkotika di Indonesia. Kep Men Kes RI No. 199Men KesSKIII1996 tentang penunjukkan PBF PT. Kimia Farma Persero Tbk.
Depot sentral sebagai importir tunggal narkotika di Indonesia. Dalam pelaksanaannya, pemesanan narkotika dengan tujuan pendistribusian ke apotek-
apotek seluruh Indonesia hanya bisa lewat PBF PT.Kimia Farma Persero Tbk. Jakarta.
Berbeda sedikit dengan alur proses produksi lainnya, untuk obat golongan narkotika terdapat perlakukan khusus. Mulai dari pembelian bahan baku oleh
bagian impor harus mendapatka izin dari BPOM mengenai jumlah dan jenisnya berdasarkan kuota tiap tahun untuk Indonesia.
Tugas penanggung jawaban narkotika adalah menerima dan menyimpan bahan baku narkotika dalam gudang tersendiri kemudian dilakukan pemeriksaan,
jika lulus bahan baku siap dipakai. Bagian produksi akan menyerahkan BPBB dan CPB kePenimbangan Sentral jika SPK telah dikeluarkan oleh PPPI. Proses
selanjutnya sama dengan produk lainnya dan pada setiap tahap produksi dibuatkan berita acara yang dilaporkan ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan BPOM.
Pengiriman produk jadi ke Unit Logistik Sentral dilakukan oleh Penanggung Jawab Narkotika dan atau Asisten Apoteker Penanggung Jawab Gudang Narkotik.
Bagian Pengemasan memilki tempat khusus yang digunakan untuk pengemasan produk narkotika. Gudang narkotika maupun ruangan karantina
dipisahkan dengan gudang lain dengan perlindungan khusus seperti tertutup rapat tanpa jendela, atap bertralis dan memilki dua lapis pintu besi dengan kunci yang
berbeda.
2. Bagian Formulasi II
Bagian Formulasi II dipimpin oleh Asisten Manajer dan membawahi beberapa Supervisor yaitu Supervisor Cairan, Supervisor Krim.
a. Produksi Cairan
Alur produksi cairan dimulai dari diturunkannya SPK oleh PPPI kepada Bagian Formulasi II. Selanjutnya Bagian Formulasi II akan menyerahkan CPB
Catatan Pengolahan Batch dan BPBB kepada Penimbangan Sentral. Bahan baku yang telah ditimbang dilarutkan dan dicampur dalam suatu tangki, setelah
homogen cairan dimasukkan dalam Colloid Mill untuk menghaluskan partikel- partikel. Campuran yang dihasilkan disaring dengan saringan yang berukuran 200
mesh. Untuk cairan dalam bentuk suspensi, proses selanjutnya adalah pencampuran dengan suspending agent CMC Na. Massa yang terbentuk dikirim
ke ruang karantina dan melewati proses pemeriksaan pH, viskositas dan kadar zat aktif oleh Laboratorium Pengujian. Setelah laboratorium menyatakan lulus
ditandai dengan menempelkan label berwarna hijau, bagian formulasi II akan mengajukan BPBK Bon Permintaan Bahan Kemas untuk dilakukannya
pengemasan primer atau sering disebut juga pengisian massa dalam botol. Massa yang telah dimasukkan kedalam botol, kemudian dikirim keruang karantina
sebagai produk ruahan. Setelah Laboratorium Pengujian menyatakan lulus, produk tersebut dikirim kebagian pengemasan untuk segera dikemas.
b. Produksi Krim