SKETSA BIOGRAFI YUSUF HASYIM

selalu hukum-hukum dan simbol-simbol formal, melainkan sebagai ruh yang menjiwai setiap hukum positif yang dibuat oleh negara. Substansi syariah ini juga bisa terwujud melalui gerakan demokratisasi atau menegakkan negara bangsa. Pikiran-pikiran NU inilah yang akan diperjuangkan melalui PKB dalam kancah politik praktis . 69

D. SKETSA BIOGRAFI YUSUF HASYIM

KH. Yusuf Hasyim yang akrab disapa Pak Ud lahir 3 Agustus 1929 di Tebuireng Jombang. Merupakan putra bungsu dari istri pertama KH. Hasyim Asy’ari yaitu Nyai Nafiqoh. 70 Pendidikannya selalu di Pesantren Tebuireng dan Pesantren KH. Ali Ma’shum. Dialah anak kesayang Hadratussyekh Hasyim Asy’ari yang meninggal ketika Yusuf berusia 18 tahun dan tidak membuat dia manja. Nama Muhammad Yusuf yang dipilih khusus oleh K.H Hasyim Asy’ari merupakan nama dan dua Nabi sekaligus; Nabi Muhammad SAW dan Nabi Yusuf as. Pemilihan nama ini bertujuan mengikuti sunnah Nabi, dengan memberi nama yang baik kepada putra-putrinya, serta berharap agar bayi itu kelak tumbuh setegar Nabi Yusuf dan sesabar, searif, dan setabah Nabi Muhammad. Dalam hidupnya, diharapkan dia sanggup menghadapi segala ujian dan cobaan, serta selalu bersikap jujur dan terpuji. 71 69 Gus Dur, “PKB, Sayriah dan PKU”, Jawa Pos, 30 Oktober 1998. 70 Abdul Wahid, SANG PEJUANG SEJATI K.H Muhammad Yusuf Hasyim Di Mata Sahabat Dan santri ,Jombang: PUSTAKA IKAPETE, 2007, hal.1. 71 Abdul Wahid, SANG PEJUANG SEJATI K.H Muhammad Yusuf Hasyim Di Mata Sahabat Dan santri , hal.3. Selama masa pendidikan, Yusuf Hasyim pernah nyantri di Pondok Pesantren Krapyak, di bawah asuha KH. Munawwir. Saat masuk Krapyak, Ia baru berumur 14 tahun. Selain itu, Yusuf Hasyim juga pernah mondok di Gontor, Ponorogo jawa Timur, yang mengkombinasikan antar pengajaran ilmu-ilmu agama dengan studi umum dan bahasa-bahasa asing. Otodidak atau belajar sendiri merupakan style Yusuf Hasyim di masa remajanya. hal itu dikarenakan tidak sempat mengenyam pendidikan formal. Bahkan lantaran tuntutan situasi dan kondisi, Yusuf Hasyim kemudian ikut terlibat dalam ketentaraan dan politik. Tetapi ia cepat belajar dan memoles kekurangan dengan banyak membaca dan bergaul dengan kalangan cendikiawan. Kelemahan banyak sisi termasuk keagamaan, diimbangi dengan ketajaman intuisi dan keluwesan bergaul. ini sangat mendukung Yusuf Hasyim dewasa, harus terjun sebagai Politisi Nasional. 72 Beliau adalah bekas tentara Laskar Hisbullah pada Desember 1945 dan TNI pada awal Juli 1947 dan beliau mengundurkan diri tahun 1956, terjun ke dunia politik praktis Wakil NU hingga sempat duduk sebagai anggota Dewan. Dia juga sempat menjadi selebritis bintang film sebagai Sunan Gresik dalam film Wali Songo. Darah prajurit, watak politisi, pemain drama, serta pengaruh pesantren agaknya berpacu dalam dirinya. Adapun jabatan-jabatan yang pernah di emban yaitu: Wakil SekJend LVRI Legiun Veteran Republik Indonesia, Ketua Banser tahun 1964, Anggota DPR RIS, anggota DPRGR tahun 1967, Sekjen PBNU, Wakil Ketua MPP PPP, Anggota DPRMPR komisi I 1971-1977, 1977-1982, dan 72 Abdul Wahid, SANG PEJUANG SEJATI K.H Muhammad Yusuf Hasyim Di Mata Sahabat Dan santri , hal.5. 1982-1987; anggota Dewan Pakar ICMI; anggota DPA Kabinet Reformasi; dan Jabatan terakhir adalah Ketua Umum Partai Kebangkitan Umat PKU dan Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng dan mengundurkan diri pada April 2006.. 73 Memang menangkap kemauan Yusuf Hasyim tidaklah mudah. Hal Ini disebabkan karena pribadi tokoh Tebuireng ini sulit dibaca. Suatu ketika Yusuf Hasyim berkata: “ NU adalah sebuah pondok besar, tempat kaum nahdilyin menimba ilmu, kebajikan dan akhlakul karimah, maka masuklah kedalam NU dengan penuh kecintaan, kasih sayang, rukun, bersatu dan dengan ikatan jiwa raga. NU adalah jam’iyah yang harus bersifat memperbaiki dan menyantuni. 74 Setting NU di bawah kepemimpinan Abdurrahman Wahid selama tiga periode berturut- turut, senantiasa dihadiri dan disaksikan oleh Yusuf Hasyim baik secara fisik dan moral, formal dan informal. Yusuf Hasyim adalah salah satu representasi dinamika internal NU, Menurut Syamsudin Haris, dia bukan saja pengawal nurani dan tradisi kaum Nahdliyin, tetapi juga merupakan jembatan kemajemukan NU, Lanjutnya, dia juga merupakan ulama sekaligus seorang politikus yang menafsirkan realitas internal bagi jamaah NU. Misalnya Yusuf Hasyim sudah memprihatinkan pelaksanaan Khittah ‘26 sebelum orang lain mengakui sebagai realitas. Sebagai wakil generasi kedua dan putra pendiri NU, 73 Abdul Wahid, SANG PEJUANG SEJATI K.H Muhammad Yusuf Hasyim Di Mata Sahabat Dan santri , hal.16-22 dan hal.58. 74 Pak Ud, Gatra, 21 Januari 1995.hal.20. Hadratussyekh Hasyim Asyari, Yusuf Hasyim adalah sosok wajah “NU komplek”. 75 Selama kepemimpinan Abdurrahman Wahid dalam NU, Yusuf Hasyim tampil sebagai seorang nahdliyin yang “ gelisah dan menggugat “ kemapanan Gus Dur, NU, PPP, juga kemapanan Orde Baru. Yusuf Hasyim tidak menginginkan NU tertidur atau ditidurkan oleh realitas struktural di sekitarnya. Yusuf Hasyim menggugat Orde Baru, ketika menyinggung soal “wilayah sakral” agama dalam RUU Perkawinan 1973. 76 Dia menggugat kecenderungan agama kearah kemusryikan tatkala pemerintah mengintroduksi aliran kepercayaan. Dan dia juga ikut menentang pemberlakuan P4, karena khawatir menjadi penafsiran tunggal atas ideologi negara Pancasila. 77 Di panggung kampanye PPP, Yusuf Hasyim merupakan juru kampanye vokal yang menolak pengkambing hitaman Islam oleh sebagian pemerintah birokrasi. Namun perlahan, Yusuf Hasyim dengan sigap menyambut kerja sama dengan Orde Baru, ketika secara berangsur-angsur menyantuni golongan Islam. Di dalam PPP, Yusuf Hasyim juga tidak pernah diam. Dia menggugat H.J Naro yang melemparkan NU dengan telur busuk, 78 melainkan kepada Buya Ismail Hasan Metarium yang dianggap tak mendengar suara-suara orang NU. Yusuf Hasyim juga memprakarsai rujuk sementara Mathori Abdul Djalil dengan Buya, 75 Tim Tempo, Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia Antara Tahun 1983-1984, Jakarta: Grafiti Press, 1984, hal. 270.Lihat juga Aula, No 12 Tahun XVI, Desember 1994, hal.60. 76 Wakil-wakil NU dalam PPP yang dipimpin oleh Pak Ud menolak karena RUU Perkawinan 1973 tersebut dianggap secara prinsipal bertentangan dengan ajaran Islam. Lihat Syamsudian Haris, PPP dan Poltik Orde Baru, Jakarta:Garmedia, 1991, hal.11 dan 46. 77 Syamsudin Haris, PPP dan Politik Orde Baru, hal.46-51. 78 Istilah J Naro yang digunakan untuk tokoh-tokoh NU politisi, lihat Tempo, 21 Maret 1987.Dan dengan pelecehan tersebut maka Pak Ud pun menurunkan pamor PPP yang dipimpin J. Naro khususnya di Jawa Timur, Kompas, 14 April 1987. dengan harapan orang-orang PPP tidak menarik garis pemisah dengan Kubu Rembang. 79 Tetapi dia merasa kecewa, sebab merasa dipakai saja oleh orang- orang Buya untuk menjalin jalan kompromi, sehingga akhirnya dia mundur dari keanggotaannya di DPP PPP. Apabila ditelaah surat pengunduran diri Yusuf Hasyim dari kenggotaan Mustasyar PBNU hasil Muktamar Cipasung, sebenarnya Yusuf Hasyim telah terluka. Keprihatinan luka itu lebih dari siapapun, karena dia merasa tidak didengar oleh siapapun, termasuk oleh keponakannya, Abdurrahman Wahid. Pertikaian keluarga Yusuf Hasyim dan Abdurrahman Wahid bukanlah hal yang baru, sebab sudah lama terjadi. Sebenarnya dulu, pertikaian antara paman dan keponakan itu hampir dapat ditengahi almarhumah Nyai Wahid Hasyim Ibu Kandung Abdurrahman Wahid. Dan itu diakui sendiri oleh Yusuf Hasyim; “ya itulah satu sebabnya, dulu kalau saya ribut terus mbak yu 80 sakit. Nah saya tidak tega itu. Tetapi saya melihat, membiarkan Gus Dur menjadi pemimpin itu beresiko tinggi ”. 81 Tentunya bukan saja karena kepergian almarhumah, maka Yusuf Hasyim senantiasa menyerang Abdurrahman Wahid. Hal ini bisa dilihat dari surat pengunduran diri Yusuf Hasyim, tak satupun aktor yang mempengaruhi pengunduran dirinya, kecuali komitmen yang tulus dan total terhadap masa depan NU. 79 Laode Ida, Anatomi Konflik NU, Elit Islam dan Negara, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996, hal. 143. 80 Mbak yu merupakan bahasa jawa yang mempunyai arti kakak perempuan yang sekandung. 81 Gatra, 21 Januari 1995, hal.34. Itulah sosok setelah tidak aktif di politik keluar dari PKU, 2000 saat ini Yusuf Hasyim kembali memimpin Pesantren Tebuireng. “Saya memang ingin mengasuh pesantren dengan baik dan hidup berkeluarga dengan baik” katanya suatu ketika.

E. PANDANGAN YUSUF HASYIM TENTANG NU, ISLAM DAN NEGARA