Sejarah dan Perkembangan Jaminan Fidusia

Sedangkan unsur berikut yaitu unsur untuk pelunasan suatu utang memberi penekanan bahwa perjanjian pemberian jaminan fidusia bersifat assecoir, perjanjian pemberian jaminan dapat dibuat jika terdapat perjanjian pokoknya yaitu perjanjian kredit. Unsur terakhir yaitu kedudukan yang diutamakan. Unsur ini menekankan bahwa kreditor preferen mempunyai kedudukan yang diutamakan atau didahulukan daripada kreditor konkuren.

B. Sejarah dan Perkembangan Jaminan Fidusia

Menurut Mariam Darus Badrulzaman, di Indonesia saat ini dikenal bentuk hak jaminan, yaitu : 45 - Hak tanggungan, yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda yang berkaitan dengan Tanah UUHT; - Hipotik, diatur dalam Pasal 314 KUH Dagang, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Pelayaran beserta PP Nomor 23 Tahun 1985 bagi Hipotik Kapal dan dalam Pasal 12 UU Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan bagi Hipotik Pesawat; - Gadai Pand, diatur dalam Pasal 1150-1160 KUH Perdata; - Fidusia, diatur dalam UU Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia; dan 45 Mariam Darus Badruzzaman, Op.Cit, hal. 5. Universitas Sumatera Utara - Jaminan pribadi BorgtochtPersonal Guarantee yang diatur dalam Pasal 1820- 1850 KUH Perdata. Khusus pada jenis jaminan ini penulis dapat tambahkan bahwa yang dimaksud adalah jenis jaminan penangguhan secara umum sehingga jaminan perusahaan corporate guarantee termasuk pada jenis jaminan ini. Sebagai suatu hak jaminan kebendaan, jaminan fidusia yang saat ini pengaturannya tertuang dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, tumbuh dan berkembang sesuai kebutuhan praktis masyarakat. Jika terhadap benda-benda bergerak sepenuhnya dipergunakan lembaga jaminan kebendaan sebagaimana diatur dalam Pasal 1152 ayat 2 KUH Perdata yaitu gadai yang mensyaratkan kekuasaan atas benda yang digadaikan tidak boleh berada pada pemberi gadai, maka tentunya hal ini akan menimbulkan hambatan pada debitorpemberi jaminan yang menjalankan kegiatan usaha tertentu di mana penguasaan benda yang menjadi agunan justru diperlukan dalam kegiatan usahanya. Kebutuhan praktis dalam masyarakat terjawab oleh konstruksi penyerahan jaminan kebendaan yang dinamakan constitutum possesorium, yaitu suatu bentuk penyerahan jaminan kebendaan atas barang bergerak yang dilakukan oleh pemberi jaminandebitor kepada kreditor di mana penguasaan fisik atas barang itu tetap pada debitorpemberi jaminan, dengan ketentuan bahwa jika debitor melunasi utangnya sesuai yang diperjanjian, maka kreditor berkewajiban untuk hak milik atas barang agunan kepada debitorpemberi jaminan. Konstruksi constitutum possesorium inilah yang melandasi berkembangnya lembaga jaminan fidusia. Universitas Sumatera Utara Perkembangan pada zaman Romawi, didahului pengenalan terhadap asal kata fides yang mengandung arti kepercayaan. Pemberi fidusia percaya bahwa pihak yang menerima fidusia bersedia mengembalikan hak milik barang yang telah diserahkan setelah terjadi pelunasan utang. Sebaliknya penerima fidusia percaya bahwa pihak pemberi fidusia tidak akan menyalahgunakan barang agunan yang tetap dikuasai oleh pemberi fidusia. Ketika itu pada masyarakat Romawi dikenal dua bentuk jaminan fidusia. Yang pertama adalah apa yang disebut fidusia cum creditore dan yang kedua adalah apa yang disebut dengan fidusia cum amico. Keduanya timbul dari suatu bentuk perjanjian yang disebut factum fiduciae yang mengharuskan adanya penyerahan hak atau disebut in iure cessio. Pada bentuk fidusia yang pertama kewenangan yang dimiliki oleh kreditor akan lebih besar karena dianggap sebagai pemilik atas benda agunan yang diserahkan. Sebaliknya debitor percaya bahwa kreditor tidak akan menyalahgunakan atas penyerahan hak milik benda agunan tadi. Sedangkan bentuk fidusia yang kedua atau dikenal dengan fidusia cum amico contracta adalah suatu bentuk fidusia yang sama dengan lembaga trust pada sistem hukum cammon law. Lembaga ini sering digunakan dalam hal seorang pemilik suatu benda harus mengadakan perjalanan ke luar kota dan sehubungan dengan itu menitipkan kepemilikan benda tersebut kepada temannya dengan janji bahwa temannya tersebut Universitas Sumatera Utara akan mengembalikan kepemilikan benda tersebut jika pemiliknya kembali dari perjalanan. 46 Kelemahan bentuk fidusia cum creditore adalah tidak adanya perlindungan yang didapat oleh pihak debitor. Pihak debitor hanya memperoleh kekuatan yang diperoleh berdasarkan kepercayaan dan moral belaka. 47 Kelemahan tersebut yang menyebabkan fidusia terdesak dan akhirnya hilang sama sekali dari hukum Romawi. Di negara Belanda keberadaan lembaga jaminan fidusia awalnya mendapat tantangan yang keras dari yurisprudensi karena dianggap menyimpang wetsontduiking dari ketentuan Pasal 1152 ayat 2 KUH Perdata. Tidak memenuhi syarat tentang harus adanya causa yang diperkenankan. 48 Tetapi kemudian melalui Bierbrouwerij Arrest tertanggal 25 Januari 1929, Hoge Raad telah mengakui lembaga jaminan ini. Walaupun lembaga jaminan fidusia ini tumbuh dari kebutuhan praktis masyarakat, akan tetapi pertimbangan yang diberikan oleh Hoge Raad pada waktu itu lebih menitikberatkan segi hukumnya daripada segi kemasyarakatannya. 49 Hal ini akan sangat mempengaruhi perkembangan lembaga jaminan ini dikemudian hari. Di Indonesia lembaga jaminan fidusia pertama kali memperoleh pengakuan melalui Arrest Hoggerechtshof tanggal 18 Agustus 1932 dalam perkara antara 46 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, Cetakan ke-3, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 121. 47 Ibid, hal, 120. 48 H. Salim HS., Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Cetakan I, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 29. 49 Ibid. Universitas Sumatera Utara Bataafsche Petroleum Maatschappij BPM melawan Clignet. Arrest ini memutuskan bahwa walaupun lembaga jaminan kebendaan benda bergerak dalam KUH Perdata adalah berupa gadai akan tetapi tidak tertutup kemungkinan para pihak mengadakan perjanjian lain bilamana dirasakan perjanjian gadai tidak cocok untuk mengatur hubungan hukum pengikatan jaminan kebendaan diantara mereka. Perjanjian fidusia dianggap bersifat memberikan jaminan dan tidak dimaksudkan sebagai perjanjian gadai sehingga menurut Hoggerechtshof, karena fidusia bukan perjanjian gadai maka tidak perlu memenuhi unsur-unsur gadai. 50 Lahirnya arrest ini dipengaruhi oleh kebutuhan yang mendesak dari pengusaha kecil, pengecer, pedagang menengah, pedagang grosir yang memerlukan fasilitas kredit untuk pengembangan usahanya tanpa perlu alat-alat produksi ataupun benda persediaan diserahkan kepada pihak kreditor dikarenakan diperlukan dalam menjalankan kegiatan usahanya.

C. Ruang Lingkup, Objek, dan Subjek Dalam Jaminan Fidusia