Hapusnya Hutang Pokok Dalam Jaminan Fidusia

perjanjian jaminan fidusia wajib memelihara benda jaminan, tidak mengalihkan, menyewakan dan menggadaikannya kepada pihak lain. Ketigabelas, asas bahwa jaminan fidusia mudah dieksekusi. 112 Kemudahan pelaksanaan eksekusi dilakukan dengan mencantumkan irah-irah : “ Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” pada sertifikat jaminan fidusia. Dengan titel eksekutorial ini menimbulkan konsekuensi yuridis bahwa jaminan fidusia mempunyai kekuatan yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Dalam hal ini penjualan benda jaminan fidusia, selain melalui titel eksekutorial, dapat juga dilakukan dengan cara melelang di muka umum atau penjualan di bawah tangan. 113 Adapun penjualan melalui eksekutorial yaitu penjualan yang didasarkan atas putusan pengadilan, demikian juga penjualan secara lelang yaitu penjualan yang dilakukan atas permohonan debitur kepada kantor lelang negara. Penjualan dibawah tangan adalah penjualan yang dilakukan langsung oleh debitur atas persetujuan kreditur.

B. Hapusnya Hutang Pokok Dalam Jaminan Fidusia

Jaminan fidusia ini merupakan perjanjian assesoir dari perjanjian dasar yang menerbitkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi. Sebagai suatu perjanjian assesoir, jaminan fidusia ini, demi hukum hapus, bila utang pada 112 Undang-Undang Fidusia, Op.Cit, Pasal 15. 113 Ibid, Pasal 29. Universitas Sumatera Utara perjanjian pokok, yang menjadi sumber lahirnya perjanjian penjaminan fidusia atau utang yang dijamin dengan Jaminan Fidusia hapus. Pasal 25 Undang-Undang Fidusia mengatakan, bahwa : 1 Jaminan Fidusia hapus karena hal-hal sebagai berikut : a. Hapusnya hutang yang dijamin dengan Fidusia b. Pelepasan hak atas jaminan Fidusia oleh penerima fidusia c. Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia 2 Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia tidak menghapuskan klaim asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b 3 Penerima fidusia memberitahukan kepada kantor pendaftaran fidusia mengenai hapusnya jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dengan melampirkan pernyataan mengenai hapusnya utang, pelepasan hak, atau musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia tersebut. Ketentuan Pasal 25 sub 1a tersebut di atas merupakan konsekuensi logis dari sifat jaminan fidusia sebagai perikatan yang assesoir yang dimaksud dengan ” perikatan yang dijamin” adalah ”perikatan pokoknya.” Mengenai ketentuan Pasal 25 sub 1a J. Satrio berpendapat bahwa : Pertama-tama, yang menjadi pertanyaan adalah, apakah ketentuan-ketentuan tersebut hendak memberikan secara limitatif cara-cara hapusnya jaminan fidusia? Walaupun redaksinya memang bisa memberikan dukungan untuk pendirian seperti itu, tetapi dikhawatirkan, bahwa penafsiran Pasal 25 Undang-Undang Fidusia, sebagai suatu ketentuan yang secara limitatif menetapkan sebab-sebab berakhirnya jaminan fidusia, akan membawa kesulitan, karena bagaimana kalau sementara penjaminan berjalan hak pemberi fidusia atas benda fidusia berakhir? Benda fidusianya sendiri tidak musnah, tetapi haknya berakhir. 114 Sesuai dengan sifat ikutan dari jaminan fidusia, maka adanya jaminan fidusia tergantung pada adanya piutang yang dijamin pelunasannya. Apabila piutang tersebut hapus karena hapusnya hutang atau karena pelepasan, maka dengan sendirinya 114 J. Satrio, Op.Cit, hal. 301. Universitas Sumatera Utara Jaminan Fidusia yang bersangkutan menjadi hapus. “Hapusnya utang” ini antara lain dibuktikan dengan bukti pelunasan atau bukti hapusnya hutang berupa keterangan yang dibuat kreditor. Kata “hutang” pada Pasal 25 sub 1a tersebut di atas harus ditafsirkan luas, meliputi segala macam perikatan, karena pada asasnya lembaga jaminan bisa dipakai untuk menjamin kewajiban prestasi yang timbul dari perikatan yang manapun. 115 Hapusnya perikatan, menurut Pasal 1381 KUH Perdata bisa terjadi karena: 1. Pembayaran 2. Penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan. 3. Pembaharuan hutang novasi 4. Perjumpaan hutang atau kompensasi 5. Pembebasan hutangnya 6. Musnahnya barang yang terhutang 7. Kebatalan atau pembatalan 8. Berlakunya syarat batal, yang diatur dalam Bab 1 buku ini 9. Lewatnya waktu, yang hal mana diatur dalam suatu bab tersendiri Hapusnya suatu perikatan menghapuskan kewajiban prestasi yang disebutkan di dalamnya dan ini pada gilirannya menghapus semua perjanjian yang accessoir 115 Ibid, hal. 57. Universitas Sumatera Utara pada perikatan pokok yang hapus tersebut. Kata ”pembayaran” harus ditafsirkan luas, sehingga meliputi semua pemenuhan kewajiban perikatannya. Untuk pemenuhan kewajiban perikatan tertentu, debitor memerlukan kerjasamanya dari kreditor. Untuk mengatasi kemungkinan terjadinya peristiwa di mana kreditor sengaja mempersulit pelaksanaan pemenuhan prestasi debitor, maka diciptakan lemabaga ”pengawasan pembayaran tunai diikuti dengan penitipan consignatie”. 116 Pembaharuan hutang atau novasi mengakibatkan bahwa perikatan lama yang diperbaharuidinovir menjadi hapus Pasal 1413 KUH Perdata. Kompensasi juga membawa akibat, bahwa kedua perikatan yang diperjumpakandikompensir menjadi hapus, untuk jumlah yang sama Pasal 1425 jo Pasal 1426 KUH Perdata. Percampuran hutang terjadi, kalau kualitas sebagai kreditor dan debitor bercampur pada 1 satu orang yang sama, dengan akibatnya perikatan yang bersangkutan menjadi hapus, suatu konsekuensi yang logis. ”Bukanlah tidak ada orang yang menagih dirinya sendiri, mengenai hal ini ada pengaturannya dalam Pasal 1436 KUH Perdata, dalam mana dengan tegas disebutkan akibatnya, yaitu piutangnya menjadi hapus.” 117 116 Ibid. 117 Ibid. Universitas Sumatera Utara ” Pelepasan hak atas jaminan fidusia” merupakan penjabaran prinsip hukum perdata, yang mengatakan, bahwa dalam hal Undang-Undang memberikan kepada yang bersangkutan suatu hak atau perlindungan untuk kepentingannya, maka terserahlah kepada yang bersangkutan untuk memanfaatkannya atau tidak. Lain halnya kalau undang-undang bermaksud untuk melindungi kepentingan umum. Pelepasan hak atas jaminan fidusia harus dibedakan dari ”pembebasan hutangnya” dalam Pasal 1381 tersebut di atas, karena Pasal 25 sub 1a berbicara tentang jaminannya perikatan jaminannya sedang Pasal 1381 berbicara tentang perikatan pokoknya. 118 Berdasarkan Pasal 1444 KUH Perdata, kalau objek persetujuan musnah, tidak lagi bisa diperdagangkan atau hilang, maka akibatnya, ”hapuslah perikatannya”. Perikatan juga hapus karena ”kebatalan” atau ”pembatalan”. ”Kebatalan” tertuju kepada ”batal demi hukum” dan ”pembatalan” tertuju kepada kebatalan berdasarkan tuntutan. 119 Jaminan fidusia juga hapus dengan musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Ketentuan ini adalah sejalan dengan Pasal 1444 KUH Perdata, yang mengatakan bahwa : Jika barang tertentu yang menjadi bahan perjanjian, musnah, tidak dapat lagi diperdagangkan atau hilang, sedemikian rupa sehingga sama sekali tidak diketahui apakah barang itu masih ada, maka hapuslah perikatannya, asal 118 Ibid. 119 Ibid. Universitas Sumatera Utara barang itu musnah atau hilang di luar salahnya si berhutang, dan sebelum ia lalai menyerahkannya. Kata ”bahan” adalah terjemahan dari ”onderwerp”, yang juga bisa diterjemahkan menjadi ”objek”. Jadi, kalau objek yang perjanjian itu musnah, tidak bisa diperdagangkan lagi atau hilang, maka hapuslah perikatannya. Kalau diterapkan pada perjanjian pemberian jaminan fidusia, maka kalau benda objek jaminan fidusia itu musnah, maka perjanjain pemberian fidusia itu dengan sendirinya menjadi hapus. Ini sesuai dengan bunyi ketentuan Pasal 25 ayat 1c Undang-Undang Fidusia tersebut di atas. Sehubungan dengan masalah hapusnya Fidusia Undang-Undang Fidusia dalam Pasal 25 sub 2 menetapkan, bahwa: Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan Fidusia tidak menghapuskan klaim asuransi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 10 huruf b. Sehubungan dengan hal itu, maka kita perlu melihat ketentuan Pasal 10 huruf b Undang-Undang Fidusia. Dalam Pasal tersebut ditetapkan, bahwa: Jaminan fidusia meliputi klaim asuransi, dalam hal benda yang menjadi objek jaminan fidusia di asuransikan. Bahwa sekalipun perikatannya sendiri hapus, namun uang santunan asuransi dianggap sebagai pengganti objek jaminan, sehingga sampai sejumlah hutang debitor menjadi hak dari kreditor demikian penjelasan atas Pasal 10 huruf b dan Pasal 25 ayat 2 Undang-Undang Fidusia. Universitas Sumatera Utara Adapun tata cara pencoretan Jaminan Fidusia sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Dan Biaya Pendaftaran Fidusia, menurut Pasal 8, menyebutkan : 1 Dalam hal Jaminan Fidusia hapus karena hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat 1 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, kuasa, atau wakilnya wajib memberitahukan secara tertulis mengenai hapusnya Jaminan Fidusia kepada Kantor paling lambat 7 tujuh hari setelah hapusnya Jaminan Fidusia yang bersangkutan. 2 Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, dilampiri dengan dokumen pendukung tentang hapusnya Jaminan Fidusia. Sedangkan pada Pasal 9 Peraturan Pemerintah No. 86 Tahun 2000, menyebutkan: 1 Dengan diterimanya surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 1, Kantor pada saat yang sama mencoret pencatatan Jaminan Fidusia dari Buku Daftar Fidusia. 2 Pada tanggal yang sama dengan tanggal pencoretan Jaminan Fidusia dari Buku Daftar Fidusia, Kantor menerbitkan surat keterangan yang menyatakan Sertifikat Jaminan Fidusia yang bersangkutan tidak berlaku lagi dan mencoret sertifikat yang bersangkutan. Adapun Prosedur Penghapusanpencoretan Sertifikat Jaminan Fidusia: 1. Hapusnya Jaminan Fidusia wajib diberitahukan secara tertulis kepada Kantor Pendaftaran Fidusia paling lambat 7 hari setelah hapus. Universitas Sumatera Utara 2. Lampiran dokumen pendukung: a. Permohonan oleh penerima fidusia, kuasa atau wakilnya pada Kantor Pendaftaran Fidusia di tempat kedudukan pemberi fidusia. b. Sertifikat Jaminan Fidusia yang asli. 3. Kantor Pendaftaran Fidusia mencoret pencatatan Jaminan Fidusia dari Buku Daftar Fidusia. 4. Kantor Pendaftaran Fidusia menerbitkan surat keterangan yang menyatakan Sertifikat Jaminan Fidusia yang bersangkutan tidak berlaku lagi dan sertifikat dicoret dan disimpan dalam arsip Kantor Pendaftaran Fidusia. Disini tampaknya hendak diatur tindakanpelayanan hukum seperti ”roya” pada hipotik atau hak tanggungan. Pada waktu debitor melunasi semua hutang, terhadap benda yang diberikan jaminan fidusia, maka kreditor memberikan surat yang ditujukan kepada Kantor Pendaftaran Fidusia, yang menyatakan, bahwa hutang yang bersangkutan sudah dilunasi. Karena jaminan fidusia bersifat accessoir, apabila perjanjian utamanya telah lunas maka jaminan fidusia tersebut sudah dengan sendirinya hapus. Karenanya menjadi janggal, apabila dikatakan ”penerima-fidusia memberitahukan kepada Kantor Pendaftaran Fidusia mengenai hapusnya jaminan fidusia”. Msetinya penerima-fidusia melaporkan telah lunasnya perikatan yang dijamin dengan fidusia dan minta agar pendaftaran fidusianya dicoret. Universitas Sumatera Utara Pencoretan pencatatan di Kantor Pendaftaran Fidusia pada hakikatnya hanya merupakan tindakan administratif saja. Demikian pula kalau ada pelepasan hak atau peristiwa musnahnya benda jaminan fidusia yang telah didaftarkan. Berdasarkan Pasal 25 ayat 3 Undang-Undang Fidusia, yang ditunjuk untuk memberitahukan adalah penerima fidusia, padahal setelah tagihannya dilunasi, atau objek jaminan musnah atau hilang, penerima fidusia sudah tidak punya kepentingan lagi dengan benda fidusia, apakah masih terdaftar di Kantor Pendaftaran Fidusia atau tidak. Untuk penghapusan ikatan jaminan fidusia berdasarkan pelunasan, memang debitur pada waktu hendak melunasi sebaiknya disyaratkan oleh pemberi fidusia agar menghapus jaminan fidusia, sehingga penerima fidusia memberikan pernyataan mengenai hapusnya utang, pelepasan hak, atau musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia tersebut kepada Kantor Pendaftaran Fidusia. Menurut J. Satrio ”walaupun Pasal 25 ayat 3 tidak dengan tegas mewajibkan penerima fidusia untuk memberikan surat seperti itu, namun untuk melindungi kepentingan pemberi fidusia Pasal tersebut perlu ditafsirkan sebagai ada yang mengandung kewajiban seperti itu”. 120 Tindakan lanjut, yang sehubungan dengan Pasal 25 tersebut di atas, perlu dilakukan adalah mencoret perikatan jaminan dari buku daftar yang ada di Kantor Pendaftaran Fidusia. Dalam Pasal 26 Undang-Undang Fidusia dikatakan, bahwa 120 J. Satrio, Op.Cit, hal. 308. Universitas Sumatera Utara hapusnya jaminan fidusia ditindak lanjuti dengan pencoretan fidusia yang bersangkutan dari daftar di Kantor Pendaftaran Fidusia. Tentunya pencoretan itu dilakukan atas dasar laporan hapusnya jaminan fidusia berdasarkan Pasal 25 ayat 3 Undang-Undang Fidusia. Pencoretan itu dilakukan atas dasar surat pemberitahuan dari pemberi fidusia kepada penerima fidusia, yang menyatakan, bahwa perikatan untuk mana diberikan jaminan fidusia telah dilunasi, yang kemudian agar dihapuskannya hak jaminan fidusia sehingga musnahnya hak-hak kebendaan hak absolute yang masih melekat terhadap jaminan fidusia tersebut.

C. Pelaksanaan PenghapusanPencoretan Jaminan Fidusia