Latar Belakang masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah

Dalam kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan pada kemungkinan terjadinya berbagai risiko seperti hari tua, kecelakaan diri, kematian, kerugian akibat kehilangan seluruh atau sebagian harta benda, dan lain-lain. Segala risiko yang menimpa manusia merupakan qadha dan qadhar Allah SWT, namun demikian manusia wajib terus berikhtiar melakukan tindakan berjaga-jaga untuk memperkecil risiko yang ditimbulkan dari musibah dan kemalangan tersebut. Inti ajaran Islam mencakup kedamaian, kesejahteraan ekonomi dan memerintahkan kepada setiap muslim untuk melakukan upaya terbaik dalam kegiatan mereka serta mencari proteksi perlindungan dari musibah dan kemalangan. Banyak cara yang dilakukan orang untuk mengatasi risiko financialnya dimasa depan, salah satunya dengan menyimpan uangnya di bank, tetapi upaya ini seringkali tidak cukup, karena kerugian yang harus ditanggung jauh lebih besar dari yang diperkirakan. Selain itu ada juga yang berinvestasi lewat berbagai instrument investasi, seperti saham, obligasi dan lain-lain. Tetapi lagi-;agi upaya ini mengandung risiko karena kalau salah pilih atau salh pengelolaan bias-bisa investornya bukannya mendapat keuntungan tetapi malah akan mengalami kerugian. Dan cara lain yang dilakukan orang untuk melengkapi kekurangan-kekurangan tersebut diatas adalah 1 2 dengan berasuransi. Asuransi merupakan salah satu bentuk jasa proteksi financialyang ada dan berkembang saat ini. Belakangan ini perkembangan ekonomi syariah semakin pesat di Indonesia. Peningkatan ini dimulai sejak terjadinya krisis ekonomi di Indonesia yang bermula pada pertengahan tahun 1997. Pada masa tersebut hampir semua lembaga keuangan mengalami kesulitan yang disebabkan adanya krisis tersebut, sehingga tidak sedikit yang terpaksa mengalami kepailitan dan harus di tutup atau dibekukan kegiatannya. Namun saat itu ada kenyataan yang tidak dapat di pungkiri dimana justru pada saat krisis melanda perekonomian Indonesia, lembaga keuangan syariah mampu bertahan. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh Bank Muamalat dan takaful Indonesia, yang masih tetap bertahan eksis di tengah perekonomian yang tidak menentu yang disebabkan terpaan krisis. Hal ini tidak lepas dari loyalitas para nasabahnya yang terus memberikan kepercayaan yang tinggi kepada bank tersebut. Bertitik tolak dari pengalaman krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia dan dengan adanya pembuktian bahwa lembaga keuangan syariah mampu mempertahankan eksistensinya di tengah terjadinya krisis pada saat itu, maka pada saat sekarang telah banyak bermunculan lembaga-lembaga keuangan yang mengadopsi system syariah, baik sector perbankan maupun asuransi. Asuransi sebagai lembaga keuangan nonbank, terorganisir secara rapi dalam sebuah bentuk perusahaan yang berorientasi pada aspek bisnis kelihatan secara nyata 3 pada era modern. Pada hakikatnya, secara teoriris semangat yang terkandung dalam sebuah lembaga asuransi tidak bisa dilepaskan dari semangat sosial dan tolong- menolong antara sesama manusia. Secara historis, fenomena diatas sudah ada bersama dengan adanya manusia. Hal ini menguatkan sebuah buku tentang status manusia yang satu sisi sebagai makhluk individu dan di sisi lain dia juga merangkap sebagai makhluk sosial yang tidak dapat melepaskan dirinya dari orang lain. 1 Hakikat asuransi secara islami adalah saling bertanggung jawab, saling bekerja sama atau bantu-membantu dan saling melindungi penderitaan satu sama lain. Oleh karena itu berasuransi diperbolehkan secara syariat, karena prinsip-prinsip dasar syariat mengajak kepada sesuatu yang berakibat keeratan jalinan sesama manusia dan kepada sesuatu yang meringankan bencana mereka. Asuransi syariah juga mengarah kepada berdirinya sebuah masyarakat yang tegak diatas saling membantu dan menopang, karena setiap muslim terhadap muslim lainnya sebagaimana sebuah bangunan yang saling menguatkan sebagian kepada sebagian yang lain. 2 Sebagai sebuah bangsa muslim terbesar dengan jumlah penduduknya kurang lebih 90 beragama islam, tuntunan atau kiat islam dalam operasionalisasi asuransi syariah menjadi sangat relevan. Tidak hanya untuk didakwahkan atau dipublikasikan, 1 AM. Hasan ali, MA, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analisis Historis,Teoritis, dan Praktis Jakarta : Prenada Media, 2004, h.7. 2 Gemala dewi, S.H., LL.M., Aspek-aspek Hukum Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, Jakarta:prenada media group, 2004, h.141-142. 4 melainkan sebagai arahan bagi praktisi dalam melayani berbagai lapisan dan golongan masyarakat dari perspektif asuransi syariah. 3 Seiring dengan kemajuan dunia perbankan Syariah, asuransi Syariah juga berkembang pesat diberbagai Negara IslamNegara berpenduduk muslim. Tidak terkecuali di Indonesia. Kehadiran asuransi Syariah di Indonesia dimulai dengan pembentukan syarikat takaful pada tahun 1994. Sungguhpun usia asuransi Syariah lebih muda daripada asuransi konvensional, namun pertumbuhan dan perkembangannya tampak tidak kalah dibandingkan dengan pertumbuhan dan perkembangan asuransi konvensional. Faktanya menunjukkan bahwa apabila pertumbuhan asuransi konvensional sejak tahun 1912 hingga tahun 2005 rata-rata hanya mencapai 1,69 perusahaan 1 untuk setiap tahunnya, maka asuransi Syariah ternyata bias mencapai pertumbuhan rata-rata 2,45 perusahaan 8 dalam satu tahun. 4 Perkembangan Asuransi syariah di Indonesia memang belum sepesat Negara- negara berkembang lainnya, walaupun pertumbuhan bruto cukup baik. Sementara itu perkembangan market share asuransi syariah di Indonesia walaupun telah memasuki tahun ke-10, pada tahun 2002 baru sekitar 1 dan diperkirakan tahun 2004 ini dapat meningkat menjadi 1,5 sampai 2. 3 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General: Konsep dan Sistem Operasional, Jakarta: Gema Insani Press. 2004, Cet. 1.h.xxiii 4 Prof. Dr. Drs. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., menggali akar mengurai serat ekonomi dan keuangan islam. Jakarta; kholam publishing, 2008 h. 408-409. 5 Perkembangan asuransi syariah tidak secepat perkembangan perbankan syariah, penyebab yang menjadi kendala atau tantangan bagi perkembangan Asuransi syariah, antara lain: 1. Kurangnya sosialisasi, media yang digunakan masih cenderung tradisional, yaitu dengan cara presentasi, seminar, ceramah. Sementara sosialisasi melalui Koran, televisi, dan radio masih sangat terbatas 2. Tenaga ahli asuransi syariah, dapat dikatakan bahwa saat ini tenaga yang ahli yang benar-benar menguasai teknik asuransi sekaligus secara bersamaan menguasai syariah masih terbatas. 3. Dukungan umat, masyarakat muslim belum menjadikan asuransi syariah sebagai kewajiban dalam praktek muamalah, sehingga tidak jarang kepentingan financial jauh lebih dominan dibanding kebutuhan kesesuaian dengan ketentuan hukum islam. Padahal dalam hukum islam mewajibkan menjalankan untuk menyerukan kepada kita untuk menjalankan ajaran agama ini secara menyeluruh, tanpa kecuali dari akidah, akhlak, ibadah sampai muamalah seluruhnya harus sesuai dengan tuntunan syari’ah. 4. Dukungan pemerintah, pemerintah mempunyai kewajiban untuk menyediakan sarana perekonomian yang berbasis syariah karena mayoritas dari penduduk negeri ini adalah muslim. Kendala perundang- 6 undangan adalah salah satu contoh betapa perhatian pemerintah belum optimal untuk memfasilitasi perkembangan Asuransi Syariah. Semenjak bergulirnya globalisasi, pendidikan menjadi satu dari empat element ekonomi, iptek, dan lingkungan yang mempunyai daya pengaruh yang kuat terhadap segala aspek kehidupan dan bersifat holistik. Semua pihak pun setuju bila pendidikan yang bermutu merupakan suatu tuntutan primer. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa biaya pendidikan semakin hari menjadi semakin mahal. Semakin lengkap fasilitas pendidikan yang tersedia, maka uang sekolahnya menjadi semakin mahal. Sementara itu kemampuan yang lebih adalah menjadi suatu keharusan bila anak ingin berkompetisi di dunia kerja yang semakin kompetitif. Mahalnya biaya pendidikan saat ini membuat setiap orangtua harus benar- benar merencanakan dan mengganggarkan dana pendidikan anak sedini mungkin, bahkan sejak anak masih dalam kandungan. Hal ini bertujuan untuk meringankan beban biaya yang harus dikeluarkan saat anak memasuki usia sekolah. Tidak dapat dihindari semakin tinggi pendidikan yang ingin ditempuh semakin besar investasi yang harus dikeluarkan. Perlu adanya suatu rencana keuangan dari pihak orangtua dalam mengeluarkan biaya yang bersifat tak terduga, salah satunya adalah dengan mengasuransikan segala kebutuhan tersebut sehingga dapat dikelola dengan baik dan terhindar dari hutang yang tidak diinginkan. Saat ini banyak sekali asuransi pendidikan yang dijual oleh perusahaan asuransi. Polis asuransi pendidikan ini tersedia dengan beberapa jenis pembayaran 7 premi dan nilai pertanggungan yang dapat disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan Anda. Biasanya polis asuransi pendidikan juga memberikan manfaat perlindungan atau proteksi atas tabungan pada Anak, ketika orang tua Sakit Kritis, Cacat Tetap atau Meninggal. Persiapan dana pendidikan sejak dini memang sangatlah penting, karena mengingat dana pendidikan setiap tahunnya cenderung meningkat. Untuk itu dibutuhkan Asuransi pendidikan atau Tabungan Pendidikan untuk mengcover Dana pendidikan. Setiap orang tua tentunya menginginkan pendidikan yang terbaik bagi anak- anaknya. Mendapatkan pendidikan yang berkualitas tentu bukan hal yang sulit lagi sekarang, karena ketatnya persaingan kualitas pendidikan di Indonesia.Namun, sebagai kompensasi dari kualitas yang baik tentunya membutuhkan biaya yang mahal. Empat alasan kenapa orang tua perlu menyediakan dana pendidikan untuk anaknya, yaitu : 1. Tingginya biaya pendidikan saat ini, 2. Naiknya biaya dari tahun ketahun, 3. Ketidakpastian ekonomi dimasa mendatang, 4. Ketidakpastian fisik orang tua dimasa mendatang. Berangkat dari latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk menelitinya lebih dalam dengan mengambil judul “Pengaruh Persepsi terhadap Preferensi guru SDI Al-Izhar mengenai Asuransi Dana Pendidikan pada Perusahaan Asuransi Syariah”. 8

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 3. Pembatasan Masalah