Bentuk komunikasi antara guru agama dan orangtua dalam membantu pembelajaran agama di SDI al Izhar pondok Labu

(1)

AGAMA DI SDI AL IZHAR PONDOK LABU

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

FITRIANI

NIM. 106051001816

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/ 2010 M


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 06 September 2010


(3)

DALAM MEMBANTU PEMBELAJARAN AGAMA DI SDI

AL-IZHAR PONDOK LABU

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

FITRIANI NIM. 106051001816

Pembimbing:

Prof.Dr.Hj.Ismah Salman M. Hum NIP. 19640428 199303 1002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431H/2010 M


(4)

(5)

i

Bentuk Komunikasi Antara Guru Agama dan Orangtua Murid Dalam Membantu Pembelajaran Agama Di SDI Al Izhar Pondok Labu Nama : Fitriani

NIM : 106051001816

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, dengan berkomunikasi manusia melakukan suatu hubungan, karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri melainkan saling membutuhkan satu sama lain. Hubungan antara individu yang satu dengan yang lainnya dapat dilakukan dengan komunikasi . Komunikasi adalah sendi dasar terjadinya proses interaksi sosial, karena tanpa komunikasi kehidupan manusia tidak akan berkembang dan menghasilkan kebudayaan yang tinggi..

Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan berikut ini. Pertama, Bagaimana Bentuk komunikasi yang digunakan antara guru dan orangtua murid?

Kedua, Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat komunikasi antara guru dan oarangtua murid?

Metode yang digunakan penulis dalam menggunakan metode deskriptif analisis melalui pendekatan kualitatif, yaitu dengan cara melalui pengamatan lapangan dengan mengikuti kegiatan sekolah seperti Open house. wawancara, dan dokumentasi di SDI Al-Izhar Pondok Labu secara langsung.

Sedangkan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori dari Harold Lasswell komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut, yakni komunikator, pesan, komunikan, media dan efek. Bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek.

Bentuk komunikasi antara guru dan orangtua murid dalam meningkatkan pembelajaran agama di SDI Al-Izhar Pondok Labu sudah tercipta dengan cukup baik, hal ini terbukti dengan banyaknya murid-murid yang menerapkan nilai-nilai aqidah, syari’at dan akhlak, misalnya shalat berjama’ah, berdoa sebelum belajar, hafalan surat-surat pendek ketika mulai belajar/ketika akan pulang, dan membaca al-Qur’an setiap pagi yang dilakukan secara rutin.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

ﻢﺴﺑ

ﷲا

ﻦﻤﺣﺮﻟا

ﻢﯿﺣﺮﻟا

Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa terucap kepada Allah dari lisan manusia yang taat kepada-Nya, yang masih memberikan kesempatan kepada penulis untuk beribadah kepada-Nya dan untuk bersholawat kepada kekasihnya, serta dengan izinnya pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Sholawat serta salam senantiasa terucap kepada manusia yang agung, yang bagus ucapannya, yang luhur budi pekertinya, yang tidak pernah lelah untuk mengajak umatnya kepada jalan yang benar serta yang akan menyelamatkan umatnya di dunia dan di akhirat beliau adalah Sayyiudina Muhammad bin Abdillah.

Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Walaupun cukup banyak halangan dan rintangan yang penulis hadapi, baik itu berupa sifat malas, lalai dan sombong yang masih melekat kuat di dalam diri penulis. Sungguh sesuatu yang sangat anugerah terindah yang diberikan Allah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semua ini terwujud yang telah mendukung serta memberikan motivasi kepada penulis.

Penulis persembahkan segalanya kepada bapak (Ruslan) dan kepada ibu tersayang (Rohani) yang dengan ketegaran hatinya dalam menghadapi hidup telah menjadi sumber inspirasi dan semangat hidup bagi penulis serta air susunya yang telah menjadi daging dalam tubuh ini, yang dengan keringat dan air matanya telah menyatu dalam jiwa penulis. Kakak-Kakakku dan keponakanku yang selalu


(7)

iii penulis.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi, rasa terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Kepada bapak Dr. Arief Subhan M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, kepada bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek I, bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II dan bapak Drs. Study Rizal LK, M.A selaku Pudek III.

2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Drs. Jumroni, M.SI yang telah memberikan sarana dan prasarana yang baik selama peneliti berada di kampus ini;

3. Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Ibu Hj. Umi Musyarofah, MA yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan nilai akademis di kampus tercinta ini;

4. Prof.Dr.Hj.Ismah Salman M.Hum selaku pembimbing yang telah membimbng peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik;

5. Kepada para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan dedikasinya sebagai pengajar yang memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada peneliti selama dalam masa perkuliahan.

6. Kepada bapak/ibu pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas yang telah membantu peneliti dengan penyediaan bahan-bahan dalam mengerjakan skripsi ini.


(8)

iv

7. Kepada Kepala Sekolah, Wakil Kepala sekolah dan Bapak, ibu Guru Sekolah Dasar Islam Al-Izhar Pondok Labu yang telah banyak membantu peneliti dalam memperoleh data.

8. Keluarga Besar KPI angkatan 2006, khususnya KPI B angkatan 2006 yang sudah memberi keceriaan dengan indahnya persahabatan yang telah kalian berikan, yang telah menjadi keluarga serta inspirasi bagi penulis.

9. Kepada semua teman-temanku alumni SMA 2 Koto XI Tarusan terimakasih atas doa kalian.

10.Keluarga Besar KKN Pandai Sikek tahun 2009.

11.Kepada semua pihak yang terlibat membantu dalam penulisan skripsi ini. Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah yang akan membalas semua kebaikan keluarga dan sahabat-sahabatku tercinta. Amin ya Rabbal Alamin.

Jakarta, 06 Oktober 2010


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodologi Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Sistematika Penulisan... 10

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Komunikasi ... 11

1. Pengertian Komunikasi ... 11

2. Unsur-unsur Komunikasi ... 13

3. Tujuan Komunikasi ... 17

4. Bentuk-bentuk Komunikasi ... 18

a. Komunikasi Verbal ……… 18

b. Komunikasi Non Verbal ... 19

c. Komunikasi Intrapribadi ... 21

d. Komunikasi Antarpribadi ... 21

e. Komunikasi Massa ………. 23


(10)

vi

6. Hambatan- hambatan Komunikasi ………. 25

B. Guru ……….. 26

1. Pengertian Guru ... 26

2. Syarat- syarat Menjadi Guru dan Kompetensi Guru ... 28

a. Syarat- syarat menjadi guru ... 28

b. Kompetensi guru ... 28

c. Tugas dan tanggung jawab guru ... 29

d. Guru Sebagai Pendidikan Profesional ……… .... 30

C. Orangtua Murid ... 32

1. Pengertian Orangtua Murid ... 32

a. Kedudukan Orangtua dalam keluarga ... 33

b. Tugas dan Tanggung Jawab Keluarga ... 34

D. Pembelajaran Agama ... 35

1. Pembelajaran ... 35

a. Pengertian Pembelajaran ... 35

b. Komponen Pembelajaran ... 38

2. Pengertian Agama ... 38

BAB III PROFIL SEKOLAH DASAR ISLAM AL-IZHAR PONDOK LABU A.Sejarah Berdirinya SDI Al-Izhar ... 42

B. Profil Sekolah ... 43

C. Visi, Misi, Motto dan Struktur ... 45


(11)

vii

BAB IV TEMUAN DILAPANGAN DAN ANALIS DATA

A. Bentuk Komunikasi Antara Guru dan Orangtua Murid ... 52

1. Komunikasi Verbal ... 52

2. Komunikasi Non Verbal ... 54

3. Komunikasi AntarPribadi Guru dan Orangtua ... 54

B. Hambatan dan Pendukung Pelaksanaan Pembelajaran Agama ... 55

1. Komunikator (Guru) ... 56

2. Komunikan (Orangtua) ... 57

3. Laporan berkala ( Buku Agenda) ... 57

4. Rapat dan Pertemuan ... 58

C. Upaya Mengatasi Hambatan Komunikasi ... 58

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62


(12)

(13)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu hal yang perlu disadari oleh semua orang terutama orang tua bahwa setiap anak sejak lahir telah dianugrahi Tuhan dengan berbagai kemampuan. Peran serta orangtua sangat penting dalam menanamkan pandangan hidup keagamaan terhadap anaknya. Agama yang dianut oleh anak, tergantung pada pengaruh orangtua dan alam sekitarnya, dasar-dasar ini harus sudah ditanamkan dan dipupuk sejak dini, karena jika tidak demikian halnya kemungkinan akan mengalami kesulitan jika diberikan pada masa dewasa.

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, dengan berkomunikasi manusia melakukan suatu hubungan, karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri melainkan saling membutuhkan satu sama lain. Hubungan antara individu yang satu dengan yang lainnya dapat dilakukan dengan komunikasi. Komunikasi adalah sendi dasar terjadinya proses interaksi sosial, karena tanpa komunikasi kehidupan manusia tidak akan berkembang dan menghasilkan kebudayaan yang tinggi.

Dengan komunikasi manusia mencoba mengekspresikan keinginannya dan dengan komunikasi pula manusia melaksanakan kewajibannya. Itulah sebabnya Toto Tasmara, Wilbur Schraam memberikan predikat kepada manusia sebagai The Communication Animal, artinya tanpa komunikasi manusia akan jatuh derajatnya pada tingkat yang rendah.1

1


(14)

2

Komunikasi dalam kehidupan manusia semakin dirasakan urgensinya, bukan saja disebabkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi karena hasrat dasar sosial yang terdapat dalam diri setiap manusia. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu (informatif) atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kondisi tertentu, komunikasi juga dapat dilakukan dengan bahasa isyarat atau dengan kode. Hal penting dari komunikasi adalah penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan secara utuh dan jelas.

Ditinjau dari proses komunikasi, pendidikan adalah bagian dari komunikasi yaitu proses pengajaran melibatkan dua komponen yang terdiri dari guru sebagai komunikator dan siswa sebagai komunikan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapan oleh Wilbur Schramm bahwa komunikasi didasarkan atas hubungan antara dua orang atau antara seseorang dengan orang lain. Hakikat hubungan ini adalah setara (‘Tune”) antara satu sama lain yang terfokus pada informasi yang sama, kesangkutpautan tersebut berada dalam komunikasi tatap muka (face to face communication).2 Hakekat dari komunikasi terletak pada kesamaan maksud atau perubahan tingkah laku objek atau sasarannya. Oleh karena itu ada juga yang mengatakan bahwa komunikasi pada dasarnya juga merupakan proses mengupayakan perubahan perilaku (tingkah laku) seseorang menjadi lebih baik.

Komunikasi dalam pendidikan adalah proses komunikasi yang melibatkan banyak komponen yang terdiri atas semua komponen yang ada di

2

Onong Uchjana Effendi, Kepemimpinan dan komunikasi,(Bandung: CV.Mandar


(15)

lingkungan sekolah seperti guru, murid, kepala sekolah, dan sebagainya. Khususnya dalam proses pembelajaran, maka pengajar berfungsi sebagai komunikator dan murid sebagai komunikan.

Perlu disadari, bahwa peran komunikasi sangat diperlukan dalam kehidupan bersosialisasi, bahkan pada bidang pendidikan. Seorang guru harus dibekali ilmu komunikasi agar apa yang disampaikannya dapat menjadi efektif dan siswa dapat memahami pelajaran dengan mudah. Telah disepakati, bahwa fungsi komunikasi adalah menyampaikan informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi. Dalam komunikasi istilah pendidikan dan pengajaran adalah dua komponen yang saling melibatkan antara pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan.

Dalam dunia pendidikan yang memegang peranan komunikasi adalah guru atau pendidik. Pada kegiatan proses belajar mengajar guru menginstruksikan pesannya melalui tindakan-tindakan komunikasi.

Tindakan komunikasi dapat dilakukan dalam berbagai macam cara baik secara “Verbal” (dalam bentuk kata-kata baik lisan maupun tulisan) ataupun “ Non Verbal” (tidak dalam kata-kata, misalnya gestura, sikap, tingkah laku, gambar-gambar, dan bentuk lainnya yang mengandung arti). Tindakan komunikasi juga dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Bicara tatap muka, berbicara di depan kelas dalam proses belajar mengajar, berbicara melalui telepon, menulis surat kepada seseorang, sekelompok orang atau organisasi, ini adalah contoh-contoh dari tindakan komunikasi langsung. Sementara yang tidak termasuk komunikasi tidak langsung adalah komunikasi yang dilakukan secara perorangan tetapi melalui


(16)

4

medium atau alat perantara tertentu. Misalnya penyampaian informasi melalui surat kabar, majalah, radio, TV, Film, pertunjukan kesenian dll.

Untuk dapat menanamkan pandangan hidup keagamaan (Dakwah) dikalangan anak-anak, bukanlah suatu hal yang mudah. Guru dan orangtua terlebih dahulu menguasai psikologis anak, karena dunia anak berbeda dengan dunia remaja orang dewasa. Bagi mereka bermain adalah dunianya. Namun bagaimana caranya agar dalam bermain anak memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya kelak.

Dan di Era globalisasi seperti sekarang ini sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang menguasai bidang di segala aspek kehidupan, salah satunya yaitu dengan pendidikan. Pendidikan islam merupakan solusi untuk melahirkan cikal bakal pemimpin masa depan yang profesional baik dalam emosional maupun intelektual.

Sekolah dasar islam Al Izhar pondok labu merupakan sekolah yang lebih banyak diminati oleh kalangan yang ekonomi sudah lumayan lebih. Amka dari itu tidak semua orang dapat bersekolah disana.selain itu untuk masuk di sekolah ini sangat banyak test yang harus di ikuti.jika sudah lulus dari test itu maka akan diteima bersekolah disini.

Para orangtua menyekolahkan anaknya di sekolah dasar islam ini agar sang anak mendapatkan pendidikan agama yamg lebih.selain itu anak dapat menerapkan apa saja yang telah didapatkan di lingkungan rumahnya dan keluarganya.

Sesuai dengan cita-cita Yayasan Anakku untuk mendirikan sekolah umum yang bernafaskan Islam dan berwawasan luas, pada tanggal 11 Maret


(17)

1987, berdirilah Perguruan Islam Al-Azhar Pondok Labu (PIIPL) yang ditandai dengan peresmian Gedung Utama PIAAPL oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Fuad Hassan.

Program pendidikan PIIPL dimulai dengan dibukanya Taman Kanak-Kanak (TK) pada bulan Juli 1987. Setahun kemudian, pada bulan Juli 1988, PIAAPL mulai menyelenggarakan program pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD) untuk kelas 1 hingga kelas 4. Pada tanggal 6 Juni 1992, berdasarkan Keputusan Rapat Pengurus Yayasan Anakku, nama Perguruan Islam Al-Azhar Pondok Labu diubah menjadi Perguruan Islam Al-Izhar Pondok Labu.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik mengangkat permasalahan ini kedalam Proposal dan karya ilmiah dengan mengambil judul :

“BENTUK KOMUNIKASI ANTARA GURU AGAMA DAN ORANGTUA DALAM MEMBANTU PEMBELAJARAN AGAMA DI SDI AL IZHAR PONDOK LABU”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan masalah

Agar lebih terarah dan sinkronisasi antara masalah yang dikemukakan dengan pembahasan, maka perlu diberikan pembatasan masalah yang akan diteliti. Subjek penelitiannya adalah Guru dan Orangtua. Objek penelitiannya adalah bentuk komunikasi. Yang difokuskan hanya pada guru agama dan orangtua murid kelas 4,5 & 6


(18)

6

yang setiap kelas berjumlah 75 orang. Peneliti hanya mengambil sampel yaitu 27 orang.

2. Perumusan Masalah

Dengan berpedoman kepada pembatasan masalah diatas, maka masalah yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah:

a. Bentuk komunikasi apa yang digunakan antara guru dan orangtua murid ?

b. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat komunikasi antara guru dan orangtua murid ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui bentuk komunikasi yang digunakan antara guru dan orangtua murid dalam membantu pembelajaran agama.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat komunikasi antara guru dan orangtua murid.

Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Secara teoritis manfaat dari penelitian ini agar terjalin komunikasi antara guru dan orang tua dalam membantu pembelajaran agama di zaman sekarang ini serta menjadikan sample dalam meneliti bentuk komunikasi khususnya di SD Al-Izhar pondok labu.

2. Secara praktis, dapat menjadi acuan dan bahan pegangan bagi orang tua dan guru dalam mengkomunikasikan pesan-pesan agama terhadap anak.


(19)

Penulispun tidak mengambil manfaat dari ilmu-ilmu yang digunakan didalam penelitian.

D. Metodologi Penelitian

Metode dalam penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif ialah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.3 Metodologi kualitatif ialah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan dalam peristilahannya.4Pada penulisan ini penulis mencari sumber informasi sebagai studi deskriptif yang menggambarkan objek apa adanya sesuai dengan kenyataan.

Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi atau Pengamatan

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga, mulit, dan kulit. Yang dimaksud metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian. Data-data penelitian ini dapat diamati oleh peneliti, dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui panca indra. Peneliti mengamati komunikasi guru dan orangtua pada saat acara open house pada bulan agustus 2010.

3

Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian kualitatif,( Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya,1999),Cet ke-1,h.138

4

Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian kualitatif,( Bandung: PT. Remaja


(20)

8

2. Wawancara

Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil tatap muka antara penanya dengan narasumber dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide ( panduan wawancara).5

Peneliti melakukan wawancara secara tatap muka dengan Bak.Drs.H.Bronto Asmoro selaku wakil kepala sekolah, Ibu Dra.Hj.Chaeriyah Abdillah selaku guru agama kelas IV dan Bpk.H. Bahroin Suryantara selaku guru agama kelas V&VI , dan orangtua yang bersangkutan dengan apa yang dibutuhkan oleh peneliti.

3. Dokumentasi

Metode penelitian yang dilakukan peneliti untuk mencari data-data yang diperlukan dengan menggunakan Handphone sebagai alat dalam melakukan wawancara dan merekam kegiatan Open house dengan pihak sekolah.

Teknik Pengolahan Data

Untuk mendapatkan data-data dan informasi yang sesuai dengan pokok permasalahan yang dirumuskan, peneliti menggunakan metode Deskriptif kualitatif, yaitu peneliti menganalisis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan dari lapangan dan buku-buku dengan cara menggambarkan dan menjelaskan ke dalam bentuk kalimat yang disertai kutipan-kutipan data.

5


(21)

Alasan penulis memilih teknik analisis data secara kualitatif adalah demi memudahkan proses penelitian. Data-data yang bisa diperoleh dari pelaksanaan penelitian adalah data tulisan dan lisan ( data Verbal) bukan data nominal atau yang menunjukkan angka-angka.

Analisis Data

Pada face ini merupakan proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil kesimpulan-kesimpulan yang benar melalui proses pengumpulan, penyusunan, penyajian dan penganalisaan dari hasil penelitian yang berwujud kata-kata. Setelah itu peneliti berusaha untuk menganalisa data dengan menyusun kata-kata ke dalam tulisan yang lebih luas.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penulisan skripsi ini, penulis telah melakukan tinjauan pustaka dan menelaah terlebih dahulu terhadap skripsi-skripsi dan karya ilmiah yang mempunyai kaitan objek dan subjek penelitian yang penulis lakukan. Penulis melihat beberapa judul yang membahas tentang bentuk komunikasi, diantaranya “ Bentuk Komunikasi Guru dan Murid dalam

Menanamkan Budi Pekerti di SLB-B Yayasan Dharma Asih Depok” Karya

Huzaimatul Hilaliah tahun 2009.skripsi ini membahas tentan bentuk komunikasi dan metode yang digunakan guru dalam menanamkan budi pekerti di SLB-B Depok.

Skripsi yang berjudul “Bentuk Komunikasi Antara Guru dan Orangtua Murid dalam Membantu Pembelajaran Agama di TK Islam Terpadu Kita”


(22)

10

Karya Siti Sholihah tahun 2008, skripsi ini membahas tentang bagaimana bentuk komunikasi yang digunakan antara guru dan orangtua dan metode apa yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran Agama.

Perbedaan skripsi peneliti adalah peneliti ini lebih mengarah kepada bentuk komunikasi antara guru dan orangtua murid dalam membantu pembelajaran agama baik di sekolah maupun di rumah. Sehingga subjek dan objek penelitian yang berbeda dengan beberapa judul penelitian yang tertera diatas.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi agar lebih mudah dan untuk memperjelas dalam penyusunan, pembahasan selanjutnya maka penulis dalam kesepakatan ini akan menentukan sistematika penulisan skripsi ini.

Adapun sistematika pembahasan dan penyusunan skripsi ini yang penulis pergunakan adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, sistematika penulisan. BAB II : Kajian Teoritis, dalam bab ini diuraikan mengenai pengertian

komunikasi,unsur-unsur komunikasi, tujuan komunikasi, bentuk komunikasi,metode komunikasi, hambatan-hambatan komunikasi. Guru terdiri dari pengertian guru, syarat-syarat menjadi guru dan kompetensi guru. Pengertian orangtua siswa, pembelajaran agama.


(23)

BAB III : Profil SDI Al-Izhar Pondok Labu, pada bab ini diuraikan tentang sejarah berdirinya SDI Al-Izhar, visi & misi,Struktur Organisasi, Program Kegiatan Pembelajaran Agama, Sarana dan Prasana .

BAB IV : Temuan Dilapangan dan Analisis Data meliputi tentang Hasil dari bentuk, Bentuk Komunikasi Antara Guru dan Orangtua Murid, Keberhasilan Komunikasi Antara Guru dan Orangtua, Pendukung dan penghambat komunikasi, Upaya Mengatasi Hambatan Komunikasi.


(24)

11

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi secara etimologis berasal dari bahasa Latin, yakni

communication, dan perkataan ini bersumber pada kata communis.

Perkataan communis tersebut dalam pembahasan ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan partai komunis yang sering dijumpai dalam politik. Arti

communis disini adalah “sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama

makna dalam mengenai suatu hal”.1 Menurut Wilbur Schramm,

Komunikasi berasal dari bahasa Latin communis, common. Bilamana kita mengadakan komunikasi , itu artinya kita mencoba untuk berbagi informasi, ide atau suatu sikap. Jadi, esensi dari komunikasi itu adalah menjadikan si pengirim dapat berhubungan bersama dengan si penerima guna menyampaikan isi pesan.2

Sedangkan secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian pesan suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.3 Beberapa para ahli “ Komunikasi” mengemukakan definisi komunikasi sebagai berikut: Everett M. Rogers, seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang telah banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat definisi

1

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi ( Bandung : PT. Rosdakarya, 2000) Cet. Ke-4, h.34

2

T.A, Lathief Rosyidy, Dasar-dasar Rhetorika Komunikasi dan Informasi, ( Medan: 1985) h. 48

3


(25)

komunikasi sebagai berikut: “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”.4

Sir Geral Berry, mengatakan bahwa berkomunikasi adalah berunding, dengan komunikasi orang memperoleh pengetahuan, informasi, dan pengalaman.5 Untuk lebih memahami pengertian komunikasi, tepatlah apa yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya,”The Structure and Function of Communication In society”, bahwa cara yang baik untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut: ”Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?”

Paradigma Laswell diatas menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut, yakni komunikator, pesan, komunikan, media dan efek. Jadi pada dasarnya Laswell menyatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek.6

Maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses di mana seseorang menyampaikan pesannya, baik dengan lambang bahasa maupun dengan isyarat, gambar, gaya, yang antara keduanya sudah terdapat kesamaan makna, sehingga keduanya dapat mengerti apa yang sedang dikomunikasikan.

4

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003) Cet. Ke-4, h.19

5

H. A. W. Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), Cet. Ke-2, h. 15

6

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT.


(26)

13

2. Unsur-unsur komunikasi

Adapun unsur-unsur yang tercakup dalam komunikasi adalah sebagai berikut:

a. Sumber (Sumber atau Encoder)

Digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri.7 Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan dokumen, ataupun sejenisnya. b. Komunikator

Komunikator adalah individu atau kelompok yang mengambil prakarsa ataupun sedang mengadakan komunikasi dengan individu atau kelompok yang lain. Komunikator juga berfungsi sebagai encoder, yakni sebagai orang yang memformulasikan pesan yang kemudian menyampaikannya kepada orang lain, orang yang menerima pesan ini adalah komunikan yang berfungsi sebagai decoder, yakni menejermahkan lambang-lambang pesan ke dalam konteks pengertiannya sendiri.8 Syarat-syarat yang diperlukan oleh komunikator adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikannya 2) Kemampuan berkomunikasi

3) Mempunyai pengetahuan yang luas 4) Sikap

5) Memiliki daya tarik, maksudnya ia memiliki kemampuan untuk perubahan sikap/penambahan pengetahuan pada diri komunikan.9

7

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT.

Rosdakarya,2001) Cet.Ke-14, h. 30

8

Onong Uchjana Effendy,Kepemimpinan dan Komunikasi, ( Yogyakarta: PT. Al-Amin

Press, 1996), Cet. Ke-1, h. 59

9

Onong Uchjana Effendy,Kepemimpinan dan Komunikasi, ( Yogyakarta: PT. Al-Amin


(27)

c. Pesan (Messsage)

Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan harus mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan melalui lisan dan melalui media, sedangkan bentuk pesan dapat berupa informative, yakni memberikan keterangan-keterangan dan kemudian komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri. Pesan berupa persuasive, yakni dengan bujukan untuk membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan rupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan, namun perubahan itu adalah kehendak sendiri. Sedangkan pesan koersif, yakni dengan menggunakan sanksi-sanksi. Bentuknya terkenal dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin dan ketakutan di antara sesamanya dan pada kalangan publik.10

Sebelum pesan itu disampaikan kepada komunikan ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh komunikator, yaitu

1) Pesan harus direncanakan (dipersiapkan) secara baik, sesuai dengan kebutuhan kita.

2) Pesan itu dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak.

3) Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta menimbulkan kepuasan.11

10

Onong Uchjana Effendy,Kepemimpinan dan Komunikasi, ( Yogyakarta: PT. Al-Amin

Press, 1996), Cet. Ke-1, h. 14

11

H. A. W. Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2003) Cet.Ke-4, h. 32


(28)

15

d. Saluran (Channel)

Saluran (Channel) adalah saluran penyampaian pesan yang diterima melalui panca indera atau menggunakan media. Media komunikasi dapat dikategorikan dalam dua bagian:

1) Media umum, ialah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi, contohnya: Radio, CB, OHP, dan sebagainya.

2) Media massa, adalah media yang digunakan untuk komunikasi massa. Disebut demikian karena sifatnya massa, contohnya: Pers, Radio, Film, dan Televisi.12

e. Penerima (Komunikan)

Komunikan adalah orang yang menerima pesan. Komunikan berfungsi sebagai decoder, yakni menerjemahkan lambing-lambang pesan ke dalam konteks pengertiannya sendiri.13 Komunikan yang mempunyai peranan sebagai penerima pesan atau sebagai pihak yang menjadi sasaran komunikasi haruslah mengikuti dan menyesuaikan diri dengan proses komunikasi agar tidak terjadi hambatan-hambatan sehingga sampai pada tujuan komunikasi.

f. Efek

Efek adalah hasil akhir suatu komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Jika sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, berarti komunikasi yang kita

12

H. A. W. Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003) Cet. Ke-4, h. 13

13


(29)

lakukan dapat dikatakan berhasil.14 Efek komunikasi yang timbul pada diri komunikan bergantung kepada tujuan komunikasi yang dilakukan oleh komunikator. Tujuannya bermacam-macam di antaranya agar komunikan tahu, berubah sikap dan pandangannya. Biasanya efek yang diharapkan pada komunikan ialah efek kognitif, efek afektif dan efek behavioral.

Efek kognitif adalah yang timbul pada diri komunikan yang menyebabkan komunikan menjadi tahu atau meningkatkan intelektualitasnya. Di sini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Denga kata lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran diri komunikan. Efek afektif lebih tinggi kadarnya dari pada efek kognitif, disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar agar komunikan tahu, tetapi bergerak hatinya, berarti mendorong komunikan untuk memiliki kesadaran pada dirinya, seperti menimbulkan perasaan tertentu, misalnya menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.

Sedangkan efek behavioral merupakan final dari kedua efek tersebut dan merupakan efek yang paling tinggi kadarnya, yaitu komunikan menjadikan pesan sebagai perilaku, sikap dan tindakan.

g. Umpan Balik(Feed Back)

Dengan adanya umpan balik, situasi ketidak menentuan dapat ditekan sekecil mungkin. Pemberi pesan atau penerima pesan selalu berusaha untuk memastikan bahwa pesan itu diterjemahkan sama oleh si

14

H. A. W. Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), Cet. Ke-3, h. 38


(30)

17

penerima.15 Biasanya kita telah merasa puas dengan jawaban “ya atau mengerti” atas pertanyaan ihwal sudah dipahami atau tidak, padahal kita belum yakin benar tentang bagaimana bentuk pemahaman itu.

Dengan adanya umpan balik tercipta komunikasi dua arah (timbal balik). Tanpa adanya umpan balik, kerancuan dapat timbul sebagai akibat penafsiran yang ditujukan yang salah atau keliru.

3. Tujuan Komunikasi

Pada umumnya komunikasi mempunyai beberapa tujuan, antara lain: a. Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti, sebagai komunikator kita

harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti apa yang kita maksudkan.

b. Memahami orang lain. Kita sebagai komunikator harus mengerti benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan, jangan mereka menginginkan kemauannya.

c. Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Kita harus berusaha agar gagasan kita dapat diterima orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak.

d. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Menggerakkan sesuatu itu bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan. Kegiatan yang dimaksudkan disini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun

15

H. A. W. Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), Cet. Ke-3, h. 48


(31)

yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk melakukannya.

Maka menurut penulis, tujuan komunikasi adalah menyampaikan informasi dari komunikator kepada komunikan dengan sejelas-jelasnya, agar informasinya dapat dipahami/dimengerti oleh komunikan, sehingga komunikasi dapat bejalan dengan efektif.

4. Bentuk-bentuk Komunikasi

Seperti halnya definisi komunikasi, maka bentuk komunikasi dikalangan para ahli juga berbeda satu sama lain. Bentuk itu didasarkan atas sudut pandang masing-masing ahli, dan menurut pengalaman dan bidang studinya, maka bentuk komunikasi diantaranya sebagai berikut:

a. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tulisan. Komunikasi verbal ternyata tidak semudah yang kita bayangkan. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih.

Kemampuan menggunakan komunikasi verbal secara efektif adalah penting bagi seorang guru dan murid. Dengan adanya komunikasi verbal memungkinkan pengidentifikasian tujuan, pengembangan pembelajaran dan tingkah laku untuk mencapai tujuan. Suatu sistem kode verbal disebut bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut,


(32)

19

yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai aspek realitas individual kita16.

Komunikasi verbal dapat dibedakan atas komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Komunikasi lisan dapat didefinisikan sebagai suatu proses seorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Adapun komunikasi tulisan yaitu komunikasi yang disampaikan berupa simbol-simbol. Komunikasi tertulis ini dapat berupa surat, memo, buku petunjuk, gambar, laporan. Sedangkan komunikasi lisan dapat berupa percakapan interpersonal secara tatap muka atau melalui telepon, radio, televisi, dan lain-lain.17

b. Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal sama pentingnya dengan komunikasi verbal karena keduanya itu saling bekerja sama dalam proses komunikasi. Dengan adanya komunikasi non verbal dapat memberikan penekanan, pengulangan, melengkapi dan mengganti komunikasi verbal, sehingga lebih mudah ditafsirkan maksudnya.

Komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerak tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan. Atau dapat

16

Djuarsa Sendjaj, Teori Komunikasi,(Jakarta: Universitas Terbuka,2005),Cet.9.h.63

17


(33)

juga dikatakan bahwa semua kejadian disekeliling situasi komunikasi yang tidak berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan atau dituliskan. 18

Ada beberapa bentuk perilaku non verbal yakni:

1) Kinesik, adalah yang berkaitan dengan bahasa tubuh, yang terdiri dari posisi tubuh, orientasi tubuh, tampilan wajah, gambaran tubuh, dll. Tampaknya ada perbedaan antara arti dan makna dari gerakan-gerakan tubuh atau anggota tubuh yang ditampilkan tersebut.

2) Okulesik, adalah studi tentang gerakan mata dan posisi mata.

3) Haptik, adalah tentang perabaan atau memperkenankan sejauh mana seseorang memegang dan merangkul orang lain.

4) Proksemik, adalah tentang hubungan antar ruang, antar jarak, dan waktu berkomunikasi.

5) Kronemik, adalah tentang konsep waktu.

6) Tampilan, adalah cara bagaimana seseorang menampilkan diri telah cukup menunjukkan atau berkolerasi sangat tinggi dengan evaluasi tentang pribadi.

7) Posture, adalah tampilan tubuh waktu sedang berdiri dan duduk. 8) Pesan-pesan paralinguistic antarpribadi adalah pesan komunikasi yang

merupakan gabungan antar perilaku verbal dan non verbal.19 Ada tiga fungsi yang diperankan pesan non verbal, yaitu:

1) Sebagai pengganti pesan verbal, seperti aba-aba yang dipakai dalam melaksanakan upacara-upacara, pesta dan olah raga.

18 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Penghantar,h.97

19

Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar , 2007), h.34


(34)

21

2) Sebagai fungsi memperkuat pesan verbal, contoh selain diucapkan “Mohon perhatian dan pengertian terhadap persoalan tersebut seraya bersalaman atau menundukkan kepala”.

3) Mempunyai tujuan menindakkan kata-kata yang diucapkan, contoh seorang Bapak yang memberi komentar terhadap nilai buruk anaknya” kamu ini memang anak yang rajin sekali belajar!Tetapi wajah Bapak merah dan menakutkan.

c. Komunikasi Intrapribadi

Komunikasi Intrapribadi adalah komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. Orang itu berperan baik sebagai komunikator maupun sebagai komunikan. Dia berbicara kepada dirinya sendiri. Dia bertanya kepada dirinya dan dijawab oleh dirinya.

Sedangkan menurut Deddy mulyana” komunikasi intrapribadi adalah komunikasi dengan diri kita, baik kita sadari atau tidak. Contohnya berpikir, komunikasi ini merupakan landasan komunikasi pribadi dan komunikasi dalam konteks yang lainnya, meskipun dalam disiplin komunikasi tidak dibahas secara rinci dan tuntas. Dengan kata lain, komunikasi intrapribadi ini melekat pada komunikasi dua orang, tiga orang dan seterusnya, karena sebelum berkomunikasi dengan diri sendiri ( mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain), hanya saja caranya sering tidak disadari. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri sendiri.20

d. Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi Antarpribadi adalah komunikasi antar orang lain dengan orang lain yang seseorang diri juga secara pribadi. Komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang lain dengan efek dan

20

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung:


(35)

umpan balik langsung.21 Dari pengertian komunikasi antarpribadi tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam komunikasi antarpribadi setiap orang yang berkomunikasi akan membuat predikat tentang efek atau perilaku komunikasi.

Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan.22 Alasannya adalah komunikasi berlangsung tatap muka ( Face to face).23 Oleh karena komunikator dengan komunikan itu saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi ( Personal contact). Ketika penyampaian pesan, umpan balik berlangsung seketika (Immadiete feedback), komunikator mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang dilontarkan.

Menurut sifatnya, dikutip dari Onong Ucyana dalam bukunya Ilmu Teori dan Filsafat komunikasi memaparkan bahwa komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua macam, yakni:

1) “ Komunikasi diadik ialah proses komunikasi antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog, dan wawancara.”24

2) “ Komunikasi triadic ialah komunikasi antarpribadi yang perilakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan seorang komunikan atau lebih.25

21

Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, ( Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,1991). Cet

ke-1.h. 72

22

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, h.81

23

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, h.81

24


(36)

23

Adapun karakteristik komunikasi antarpribadi, yaitu antara lain: 1) Sifatnya yang dua arah atau timbale balik, karena dilakukannya secara

langsung, sehingga masalah cepat dapat diatasi dan dipecahkan bersama.

2) Feed back-nya langsung tidak tertunda, karena berlangsungnya komunikasi tersebut langsung, maka umpan baliknya dapat diketahui seketika itu juga.

3) Komunikator dan komunikan dapat bergantian fungsi, sekali waktu menjadi komunikator begitupun sebaliknya.

4) Bila dlakukan secara spontanitas, maksudnya tanpa direncanakan terlebih dahulu.26

e. Komunikasi Massa ( Mass Communication)

Yang dimaksud dengan komunikasi massa ( mass communication) ialah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonym dan heterogen. Pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik). Komunikasi antarpribadi, komunikasi

25

Onong Uchyana Effendy, , h.63

26


(37)

kelompok dan komunikasi organisasi berlangsung juga dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang disampaikan media massa ini.27

Menurut Zulkarnaen Nasution dalam bukunya yang berjudul sosiologi

komunikasi massa mengatakan bahwa komunikasi massa adalah proses

penyampaian pesan atau informasi yang ditujukan kepada khalayak massa dengan karakteristik tertentu. Sedangkan media massa hanya sebagai salah satu komponen atau sarana yang memungkinkan berlangsungnya proses yang dimaksud.28

Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat bahwa komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang ( mass communication is message communicated through a mass medium to a barge number of people).29

5. Metode Komunikasi

Istilah metode atau dalam bahasa Inggris “method” berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang berarti rangkaian yang sistematis dan yang merujuk kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan, dan logis pula.30

Berdasarkan pengertian diatas metode komunikasi meliputi kegiatan-kegiatan yang terorganisasi sebagai berikut:

a. Jurnalisme/Jurnalistik 1) Jurnalisme cetak

27

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, h.75

28

Zulkarnaen Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, ( Jakarta: Universitas Terbuka)

29

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi,( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005),

Cet.Ke-2.h,180

30

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi¸( Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,2003),h.56


(38)

25

2) Jurnalisme elektronik a) Jurnalisme radio b) Jurnalisme televise

b. Hubungan masyarakat (public relations) c. Periklanan (advertising)

d. Propaganda e. Perang urat syaraf f. Perpustakaan

6. Hambatan-hambatan komunikasi

Hambatan komunikasi tidak hanya menyebabkan komunikasi berhenti, tetapi ia menimbulkan kesulitan pada aliran pesan itu. Rintangan (hambatan) komunikasi adalah adanya hambatan yang membuat proses komunikasi tidak berlangsung sebagaimana harapaan komunikator dan penerima.31 Adapun hambatan-hambatan komunikasi, di antaranya:

a. Hambatan teknis

Hambatan teknis yaitu terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan.

b. Hambatan semantik

Hambatan semantik ialah gangguan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan.

c. Hambatan Psikologis

31

Phil. Astrid S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Bina Cipta, 1974) Cet. Ke-1, h. 145


(39)

Hambatan psikologis yaitu terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu.

d. Hambatan Fisik

Hambatan fisik ialah hambatan yang disebabkan karena kondisi geografis.

e. Hambatan status

Hambatan status ialah hambatan yang disebabkan karena jarak sosial diantara peserta komunikasi.

f. Hambatan kerangka berpikir

Hambatan kerangka berpikir ialah hambatan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi antara khalayak komunikator terhadap pesan yang digunakan dalam berkomunikasi.

g. Hambatan budaya

Hambatan budaya ialah hambatan yang terjadi disebabkan karena adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi.32

B. Guru

1. Pengertian Guru

Di zaman sekarang jabatan guru nampaknya sudah menjadi profesi yang menjadi mata pencaharian. Guru adalah pendidik profesional,karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak

32

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003)


(40)

27

orangtua.33 Hal ini dapat dilihat dari pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan antara lain:

Moh. Uzer Usman mendefinisikan guru sebagai jabatan atau

profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.34

Roestiyah N. K. berpendapat bahwa guru adalah seorang tenaga profesional yang dapat menjadikan peserta didik mampu merencanakan, menganalisa dan meyimpulkan masalah yang dihadapi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah guru diartikan sebagai “orang yang pekerjaannya (mata pencaharian, profesinya) mengajar.35

Dari berbagai pendapat diatas merupakan pengertian guru secara professional dan bersifat umum. Sedangkan secara instuitisional yang dikatakan guru agama adalah semua orang yang diangkat menjadi guru agama oleh departemen agama.

Agama islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu pengetahuan (guru/ulama), sehingga hanya mereka sajalah yang pantas mencapai taraf ketinggian dan keutuhan hidup. Dalam firman Allah yang berbunyi:



















Artinya : “ Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat………..” ( Al-Mujadilah :11).36

33

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), h.39.

34

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h.6.

35

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,


(41)

Untuk menjadi seorang guru yang dapat mempengaruhi anak didik kearah kebahagiaan dunia dan akhirat sesungguhnya tidaklah ringan, artinya ada syarat-syarat yang harus dipenuhi.

2. Syarat- syarat Menjadi Guru dan Kompetensi Guru a. Syarat-syarat Menjadi Guru

Pendapat Dzakiah Daradjat dkk yang dikutif Syaiful Bahri Djamarah bahwa untuk menjadi guru agama harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Taqwa Kepada Allah 2) Berilmu

3) Sehat Jasmani 4) Berkelakuan Baik.37

Dari berbagai persyaratan yang dikemukakan diatas menunjukan bahwa seorang guru agama bukan hanya orang yang berilmu pengetahuan saja, akan tetapi harus beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari seperti memiliki sifat zuhud, bersih jasmani dan rohaninya serta ikhlas dalam menjalankan tugasnya.

b. Kompetensi Guru

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan Kompetensi itu berasal dari kata “ Kompeten” yang berarti wenang, cakap, berkuasa memutuskan (menentukan) sesuatu.38

36

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Gema Risalah

Press,1992)h, 910-911

37


(42)

29

Menurut Roestiyah N. K. Kompetensi adalah sebagai suatu tugas yang memadai atau pemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang.

Menurut Moh. Uzer Usman dalam bukunya menjadi Guru Profesional “ kompetensi berarti” suatu hal yang menggambarkan kualifikasi ataupun kemampuan seseorang baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif.39

Dengan adanya berbagai kompetensi guru berarti kompetensi menjadi suatu keharusan bagi seorang yang akan memilih atau menjadikan guru sebagai profesinya. Kompetensi inilah yang akan mengantarkan pada suksesnya suatu proses belajar mengajar.

c. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Menurut Moh. Uzer Usman tugas guru ada tiga jenis:

1) Tugas bidang profesi yang meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan pada siswa dan juga penerapannya. 2) Tugas Bidang Kemanusiaan

3) Tugas dalam Bidang Kemasyarakatan.40

Drs. Zuhairini dkk, mengatakan bahwa tugas seorang guru agama adalah:

38

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1999), h.518

39

Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional,h.4

40


(43)

1) Mengajarkan ilmu pengetahuan Agama Islam 2) Menanamkan keimanan dalam jiwa anak 3) Mendidik anak agar taat menjalankan agama 4) Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia

Dari beberapa pendapat di atas kita ketahui bahwa pada umumnya tugas guru adalah sama yakni mengajar, mendidik dan melatih. Namun guru agama tentunya berbeda dengan guru-guru bidang studi lainnya. Guru agama disamping melaksanakan tugas pengajaran, yaitu memberitahukan pengetahuan keagamaan, ia juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik, ia membantu pembentukan kepribadian, pembinaan akhlak disamping menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik.

1) Serta akibat-akibat yang timbul (kata hati). 2) Menghargai orang lain, termasuk anak didik.

3) Bijaksana dan hati-hati ( tidak nekat, tidak sembrono, tidak singkat akal).

4) Taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuataannya dalam rangka membina perkembangan kepribadian dan jiwa anak didik, dengan demikian tanggung jawab guru adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi orang yang berasusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa di masa yang akan datang.


(44)

31

Dalam diskusi pengembangan model pendidikan profesional tenaga kependidikan yang diselenggarakan oleh PPS IKIP Bandung tahun 1990, dirumuskan 10 ciri suatu profesi, yaitu:

1) Memiliki fungsi dan signifikan sosial. 2) Memiliki keahlian/keterampilan tertentu.

3) Keahlian/keterampilan diperoleh dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.

4) Didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas.

5) Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama. 6) Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional.

7) Memiliki kode etik.

8) Kebebasan untuk memberikan argument dalam memecahkan masalah dalam lingkup kerjanya.

9) Memiliki tanggung jawab profesional dan otonomi.

10)Ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layanan profesinya.41 Mungkin belum seluruh ciri profesi di atas telah dimiliki secara kokoh (sempurna) oleh para pendidik kita. Sebab sebagai suatu profesi terbuka, masih ada anggapan masyarakat bahwa setiap orang bisa menjadi pendidik, atau setiap orang bisa mendidik.

Departemen Pendidikan Kebudayaan telah mengelompokan 10 kemampuan dasar, yaitu:

1) Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuannya.

41

Nana Syaodik Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung:


(45)

2) Pengelolaan program belajar mengajar. 3) Pengelolaan Kelas.

4) Penggunaan media dan sumber pembelajaran. 5) Penguasaan landasan-landasan kependidikan. 6) Pengelolaan interaksi belajar mengajar. 7) Penilaian prestasi siswa

8) Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan. 9) Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah.

10)Pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pengajar.42

C. Orangtua Murid

1. Pengertian Orangtua Murid

Orangtua adalah guru pertama bagi anak-anaknya, apabila telah masuk sekolah, orang tua adalah mitra kerja yang utama bagi guru anaknya. Bahkan sebagai orangtua, mereka mempunyai berbagai peran pilihan yaitu: orangtua sebagai pembuat keputusan, orangtua sebagai pelajar, orangtua sebagai relawan, orangtua sebagai tim kerjasama guru-orangtua. Dalam peran-peran tersebut memungkinkan orang tua membantu meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak mereka.43

Dikatakan pendidik yang pertama karena ditempat inilah anak mendapatkan bimbingan dan kasih saying yang pertama kalinya. Serta pendidikan dari tempat ini mempunyai pengaruh yang besar bagi

42

Nana Syaodik Sukmadinata,h. 193.

43

Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,


(46)

33

kehidupan anak kelak dikemudian hari, karena peranannya yang sangat penting maka orangtua harus benar-benar menyadarinya sehingga mereka dapat memperankannya sebagaimana mestinya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah orangtua diartikan: a. Ayah dan Ibu kandung.

b. Orang-orang tua atau orang yang dianggap tua ( cerdik, pandai, ahli dan sebagainya).

c. Orang-orang yang dihormati ( disegani) dikampung.44

Sedangkan dalam pengertian bahasa Arab istilah orangtua dikenal dengan sebutan al- walid. 45 adapun dalam penggunaan bahasa Inggris istilah orangtua dikenal dengan sebutan”parent” yang artinya orangtua laki-laki atau ayah, orangtua perempuan atau ibu.46

Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa orangtua adalah ayah dan ibu yang merawat dan mendidik anaknya, mereka pemimpin bagi anak dan keluarganya, juga orangtua adalah panutan dan cerminan bagi anaknya yang pertama kali ia kenal, ia lihat dan ia tiru, sebelum anak mengenal lingkungan sekitarnya.

a. Kedudukan Orangtua Dalam Keluarga

44

Departemen Pendidikan dan kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1988), h. 802

45

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwar Arab-Indonesia terlengkap, (

Surabaya: Puataka Progresif, 1997), h. 1580

46

Atabih Ali, Kamus Inggris Indonesia Arab,(Yogyakarta: Multi Karya Grafika,2003), h.593


(47)

Orangtua merupakan bagian terpenting dalam keluarga, karena merekalah yang pertamakali memberikan bimbingan dan kasih saying terhadap anak-anaknya, orangtua sangat berperan sekali terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Mereka akan merasa senang karena memperoleh kasih saying yang penuh dari orangtuanya.

Ngalim Purwanto berpendapat bahwa: Orangtua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya, oleh karena itu kasih sayang orangtua kepada anaknya hendaklah kasih sayang yang sejati pula, yang berarti pendidik/orangtua mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak-anak dengan mengesampingkan keinginan dan kesenangan sendiri. 47

Memang sudah menjadi kewajiban orangtualah untuk mendidik anak dengan cara selalu memberikan bimbingan, arahan dengan penuh kasih sayang karena anak adalah amanat dari Tuhan yang harus selalu dijaga dan diarahkan kejalan yang benar.

Jadi keluarga adalah tempat pertama kali anak dibentuk, dibimbing dan dididik dan keluargalah yang menjadikan anak tersebut menjadi generasi penerus bangsa yang kuat. Jika proses pembentukannya baik, Insya Allah akan berguna dimasa yang akan datang.

b. Tugas dan Tanggung Jawab Orangtua

Salah satu tanggung jawab orangtua terhadap anak-anaknya adalah: Mendidik mereka dengan akhlak mulia yang jauh dari kejahatan dan kekeliruan, seorang anak memerlukan pendalaman dan penanaman nilai-nilai norma dan akhlak ke dalam jiwa mereka. Sebagaimana orangtua

47

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2000),h. 80


(48)

35

harus terdidik dan berjiwa suci, berakhlak mulia dan jauh dari sifat hina dan keji, maka mereka juga dituntut menanamkan nilai-nilai ini kedalam jiwa anak-anak mereka dengan dan mensucikan kalbu mereka dari kotoran.

Jadi orangtua juga wajib memberikan pendidikan diluar rumah dengan cara mencari lembaga pendidikan yang lingkungannya mendukung dan sesuai dengan kemampuan anak.

Tanggung jawab pendidikan Islam yang harus dipikuli orangtua sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut:

1) Memelihara dan membesarkan anak, inilah bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orangtua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan manusia. 2) Pemberi pengajaran dalam arti yang luas, sehingga anak memperoleh

peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dicapainya.

3) Membahagiakan anak baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.48

D. Pembelajaran Agama 1. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran terambil dari kata “belajar”. Pengertian belajar sendiri sangat bermacam-macam, tergantung dari sudut mana

48


(49)

pengertian itu ditinjau dari teori mana yang digunakan sebagai acuan, namun secara umum belajar bisa diartikan sebagai suatu upaya yang dimaksudkan untuk menguasai sejumlah pengetahuan. 49

Berikut ini penulis paparkan beberapa pengertian belajar dari para ahli, yaitu sebagai berikuta :

Belajar didefinisikan sebagai perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada masa berikutnya yang diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman.

Sementara itu, menurut pendapat tradisional, belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan, disini yang dipentingkan adalah pendidikan intelektual.

James Wittaker mendefinisikan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.50

Drs. H. M Arifin M. Ed, mengatakan bahwa belajar adalah suatu kegiatan anak didik dalam menerima, menanggapi serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh pengajar, yang berakhir pada kemampuan untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan itu. 51

Menurut teori Ilmu Jiwa Daya belajar ialah usaha melatih daya-daya agar berkembang sehingga dapat berfikir, mengingat dan sebagainya.

49

Ali Imron, Belajar dan membelajarkan,(Jakarta: Pustaka Jaya,1996), h.2

50

Solicha, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta

Press,2005),h.62

51


(50)

37

Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi belajar ialah membentuk hubungan-hubungan stimulus respon dan melatih hubungan-hubungan tersebut agar terjalin dengan erat.

Menurut teori Ilmu Jiwa Gestalt belajar ialah mengalami, berbuat, dan berfikir secara kritis.52

Berdasarkan dari berbagai definisi yang telah dikemukakan secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya. Dari pemahaman mengenai belajar perlu dijelaskan lagi bahwa tidak semua perubahan, tingkah laku dipandang sebagai proses belajar.

Pengertian pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, efektif dan keterampilan siswa.53

Adapun pengertian pembelajaran menurut Oemar Hamalik

adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (peserta didik, guru dan tenaga lainnya), material ( seperti buku, papan tulis, alat tulis dan sebagainya), fasilitas dan perlengkapan (seperti ruang kelas, perlengkapan), dan prosedur (meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi), praktik belajar, ujian dan sebagainya) yang saling mempengaruhi mencapai tujuan dan pembelajaran. 54

52

M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat

Pers,2002), h. 22 53

Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran , (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h.159

54


(51)

Gagne mendefinisikan pembelajaran sebagai seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancanag untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar, yang sifatnya internal.55

Oleh Syailor dan Aleksander instruksional dapat berarti pembelajaran atau pengajaran, yaitu sebagai pelaksanaan kurikulum.

Dari beberapa definisi pembelajaran yang dipaparkan diatas, maka dapat dipahami bahwa pembelajaran adalah bagaimana menciptakan kondisi belajar yang meliputi unsur manusiawi, material dan prosedur. Dengan demikian, mengupayakan kemampuan-kemampuan kognitif, efektif dan psikomotorik yang ada pada diri siswa.

b. Komponen Pembelajaran

Dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat beberapa komponen yang menunjang proses pembelajaran. Komponen pembelajaran diantaranya adalah:

1) Tujuan

2) Bahan Pelajaran

3) Kegiatan belajar mengajar 4) Metode

5) Alat

6) Sumber pelajaran 7) Evaluasi.56

55

Margaret E. Beel Gredler, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), h.207

56

Saiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta,


(52)

39

2. Pengertian Agama

Dalam bahasa Indonesia agama berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya tidak kacau, diambil dari dua suku kata a berarti tidak dan

gama berarti kacau. Secara lengkapnya agama ialah peraturan yang mengatur manusia agar tidak kacau. Menurut maknanya, kata agama dapat disamakan dengan kata religion (Inggris), religie (Belanda), atau berasal dari bahasa Latin religio yaitu dari akar kata religare yang berarti mengikat. Dalam bahasa Arab dikenal dengan kata “dien” , “Ad-dien”

dalam bahasa Arab mengandung berbagai arti, yaitu al-Mulku (kerajaan), Khidmat (pelayanan), ‘Izz (kejayaan), adz-Dzull (kehinaan), al-Ihsaan (kebajikan), al-Islam at-Tauhid (penyerahan dan mengesakan Tuhan). Ad-Dien ini bersifat umum, artinya tidak ditunjukkan pada salah satu agama tertentu karena meruapakan mana untuk setiap kepercayaan yang ada didunia ini.57

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan pribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta lingkungannya.58

Adapun agama menurut pengertian ilmu sosial dan sejarah agama adalah berupa gejala sosial umum yang memiliki dua segi yaitu sebagai berikut ini :

57

Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000), h. 21-22

58

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai


(53)

a. Segi kejiwaan ( psychological state), ialah kondisi subjektif atau kondisi dalam jiwa manusia, yaitu apa yang dirasakan oleh penganut agama. Kondisi inilah yang bisa disebut kondisi agama, yaitu kondisi patuh, dan taat kepada yang disembah.

b. Segi objektif ( objektif state), ialah segi luar yang disebut juga kejadian objektif yang dapat dipelajari apa adanya dari luar. Dengan demikian, dapat dipelajari dengan menggunakan metode ilmu sosial. Segi kedua ini mencakup adat istiadat, upacara keagamaan, bangunan, tempat-tempat peribadatan, cerita yang dikisahkan, kepercayaan, maupun prinsip-prinsip yang dianut oleh suatu masyarakat.

Sekalipun agama itu berupa keharusan, ketundukan dan kepatuhan, tidak setiap ketaatan itu dapat disebut agama. Kepatuhan pihak yang kalah perang kepada pihak yang menang, taatnya rakyat kepada pemerintah, hormatnya bawahan kepada atasan, semuanya tidak dapat disebut agama dalam kacamata keilmuan karena selain ketundukan dan kepatuhan masih ada lagi ciri khas yang merupakan hal yang terpenting pada agama.

Dari hasil studi dapat diketahui bahwa agama merupakan suatu pandangan hidup yang harus diterapkan dalam kehidupan individu maupun kelompok, mempunyai hubungan pengaruh-mempengaruhi dan saling bergantung (interdependence) dengan semua faktor yang ikut membentuk struktur sosial dalam masyarakat mana pun.59

Jadi pembelajaran agama diartikan suatu kegiatan yang bertujuan untuk membenuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah keimanan, amaliah, dan budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia

59


(54)

41

yang bertaqwa kepada Allah SWT. Disamping itu pula pangkal ketentraman dan kedamaian hidup terletak dalam keluarga, yakni sebagai lembaga hidup manusia yang memberi peluang kepada para anggotanya untuk hidup celaka atau bahagia dunia akhirat.


(55)

42

PROFIL SEKOLAH DASAR ISLAM AL-IZHAR PONDOK LABU

A. Sejarah Berdirinya SD Al-Izhar

Sesuai dengan cita-cita Yayasan Anakku untuk mendirikan sekolah umum yang bernafaskan Islam dan berwawasan luas, pada tanggal 11 Maret 1987, berdirilah Perguruan Islam Al-Azhar Pondok Labu (PIIPL) yang ditandai dengan peresmian Gedung Utama PIAAPL oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Fuad Hassan.

Program pendidikan PIIPL dimulai dengan dibukanya Taman Kanak-Kanak (TK) pada bulan Juli 1987. Setahun kemudian, pada bulan Juli 1988, PIAAPL mulai menyelenggarakan program pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD) untuk kelas 1 hingga kelas 4. Pada tanggal 6 Juni 1992, berdasarkan Keputusan Rapat Pengurus Yayasan Anakku, nama Perguruan Islam Al-Azhar Pondok Labu diubah menjadi Perguruan Islam Al-Izhar Pondok Labu.

Pada saat itu banyak para pasangan muda yang menginginkan anaknya mendapatkan dasar-dasar pendidikan agama Islam.. Sehingga mereka memilih menyekolahkan anaknya. Para orangtua sangat menginginkan anak mereka mengetahui agama Islam secara baik dan bisa membantu orangtuanya agar mengetahui juga.


(56)

43

B. Profil Sekolah

1. Data Siswa

 Jumlah seluruh siswa : 502 anak

 Jumlah Laki-laki : 220 anak

 Jumlah Perempuan : 282 anak

 Jumlah siswa tiap kelas : 25 – 29 anak 2. Prestasi Siswa

a. Akademik

 Mengikuti dan menjuarai berbagai lomba pada Mata Pelajaran Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Agama tingkat wilayah, Kotamadya, Nasional maupun Internasional.

 Kelulusan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN)

100%. b. Non Akademik

 Mengikuti dan Menjuarai berbagai lomba-lomba keterampilan

pada Bidang Seni Rupa, Seni Musik, Olahraga tingkat Wilayah, kotamadya dan Nasional.

 Menyelenggarakan dan mengikuti berbagai pameran Sains dan Seni Rupa.

3. Data Guru

 Jumlah seluruh Guru : 55 orang

 Jumlah Guru Laki-laki : 13 orang

 Jumlah Guru Perempuan : 42 orang


(57)

 Kualifikasi Pendidikan Guru

- S2 : 3 orang - S1 : 51 orang - D3 : 1 orang 4. Pengembangan Guru

Berbagai kegiatan yang telah diikuti dan dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Seminar/Workshop/Pelatihan/Dialog/Konggres baik Nasional maupun Internasional

b. Studi banding ke beberapa sekolah di Indonesia maupun luar Negeri c. Pembinaan rutin oleh Pembina tetap (DR.Anggani Sudono,

Prof.DR.Fawzia Aswin Hadist dan Henny Supolo Sitepu,MA) dan berbagai narasumber yang diundang

d. Sebagai pelatih dan Narasumber bagi Guru-guru di beberapa daerah di Indonesia

e. Perjalanan Lintas Budaya ke beberapa daerah di Indonesia f. Sebagai penulis dan penelaah buku Mata Pelajaran

5. Data Sekolah

a. Rombongan Belajar : 18 kelas b. Jumlah Ruangan

 Ruang kelas : 18 buah

 R. Musik : 1 buah

 R. Seni Rupa : 1 buah

 R. Perpustakaan : 1 buah

 R. Komputer : 1 buah


(58)

45

 R. Guru : 1 buah

 R. Kepala Sekolah : 1 buah

 R. Tata Usaha : 1 buah

 R. UKS : 1 buah

 R.Serbaguna : 1 buah

 R. Dapur : 1 buah

 R. Wudhu : 6 buah

 Toilet Putra : 9 buah

 Toilet Putri : 13 buah

C. Visi, Misi, Motto dan Struktur VISI :

Terciptanya pembelajaran yang terdepan dengan menghasilkan insan kamil yang berwawasan Imtaq dan Iptek. Mendidik dan menghasilkan intelektual Islam yang berkualitas Internasional.

MISI :

1. Menjadikan setiap kegiatan bernilai ibadah.

2. Mengembangkan iklim belajar yang menyenangkan, berwawasan luas yang berakar pada norma dan nilai-nilai budaya bangsa.

3. Mengembangkan keterampilan belajar pada tiap diri siswa.

4. Memberikan kesempatan yang sama pada tiap siswa untuk menggali, mengenali, dan mengembangkan kemampuannya.

5. Memberdayakan seluruh potensi sekolah untuk memberikan mutu pelayanan yang maksimal.


(59)

MOTTO : Beriman Mandiri Kreatif dan Cerdas

Beriman Melalui pendidikan agama dan pembiasaan ibadah, siswa dibina untuk menjadi pribadi-pribadi muslim yang senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya, serta tidak mempersekutukan Allah SWT.

Mandiri Melalui penanaman nilai-nilai kehidupan yang diintegrasikan ke dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari, siswa dibina untuk percaya atas kemampuan diri sendiri, bertanggung jawab atas segala tindakannya, tidak menggantungkan nasib kepada orang lain, serta senantiasa memiliki konsep diri yang positif.

Kreatif Melalui berbagai program intrakurikuler, ekstrakurikuler, maupun kokurikuler, siswa didorong untuk menciptakan sesuatu yang baru, inovatif, khas, dan unik. Disertai dengan pengembangan rasa sukses, diharapkan siswa dapat termotivasi untuk berprestasi dan merasa bangga akan kreasinya.

CerdasSiswa yang cerdas diharapkan mampu mengatasi segala masalah dan kendala yang dihadapi, baik dalam lingkungan belajar mengajar, maupun dalam kehidupan sehari-hari sebagai diri pribadi serta anggota masyarakat.

Perguruan Islam Al-Izhar Pondok Labu bertujuan melanjutkan pengembangan kemandiran dan pembiasaan dalam proses belajar dengan mengenali serta memanfaatkan berbagai sumber belajar sehingga memiliki keterampilan belajar yang dibutuhkan untuk tingkat pendidikan berikutnya.1

1


(60)

47

Struktur Organisasi

Keterangan :

__________ : Garis isntruksi

--- : Garis koordinasi koordinasi/konsultasi

D. Program Kegiatan Pembelajaran Agama

1. Rutinitas

a. Membaca ikrar dan berdoa sebelum belajar. b. Tadarus selama 15 menit di pagi hari. c. Pembiasaan salat Dhuha.

d. Hafalan surat-surat pendek ketika akan menilai pelajaran/ketika akan pulang.

e. Pembiasaan menggunakan kalimat – kalimat thoyyibah untuk kejadian sehari hari.

KEPALA SEKOLAH

WAKIL KEPALA SEKOLAH I

WAKIL KEPALA SEKOLAH II

GURU BIMBINGAN KONSELOR GURU MATA

PELAJARAN GURU KELAS

KEPALA TU


(61)

2. Kokulikuler

a. Praktek Salat Berjamaah

Kegiatan ini dilakukan setiap hari Senin s.d. Kamis untuk salat Zuhur dan hari Jumat untuk salat Jumat dengan tujuan :

1) Memupuk keimanan siswa.

2) Melatih dan membiasakan gerakan-gerakan salat yang benar. 3) Membiasakan diri untuk melaksanakan salat lima waktu. 4) Membiasakan sikap tertib/disiplin terhadap waktu. b. Kebiasaan Beramal

Kegiatan ini dimaksudkan agar siswa memiliki kepekaan terhadap permasalahan di lingkungan sekitarnya. Kegiatan beramal dilakukan pada hari Jumat atau peristiwa tertentu dalam bentuk, pengumpulan :

1) Dana amal, kurban, dan teman asuh. 2) Pakaian layak pakai.

3) Alat-alat belajar (buku pelajaran, alat tulis, dan lain-lain) layak pakai.

c. PAR (Penjelajahan Awal Ramadhan)

Kegiatan ini dilakukan untuk memperkaya pemahaman keagamaan secara praktis (pelaksanaan ritual ibadah) dan kontekstual (kegiatan kreatif). Pelaksanaannya dilakukan dengan pendekatan kelompok dan minat, serta melibatkan seluruh siswa.


(62)

49

E. Sarana dan Prasarana

Sekolah Dasar Islam Al-Izhar Pondok Labu memiliki fasilitas dan peralatan untuk membantu kelancaran dan efektivitas proses belajar mengajar berupa :

1. Perpusatakaan

Perpustakaan merupakan sumber belajar penting bagi pengembangan materi kurikulum dengan menyediakan bahan bacaan sesuai dengan program sekolah. Perpustakaan senantiasa mengembangkan materi bacaan, audio visual, sesuai kebutuhan sekolah. Seluruh anggota sekolah diharuskan mematuhi peraturan perpustakaan yang telah ditetapkan.

2. Ruang Konsultasi

Untuk membantu siswa menyadari potensi dan menggunakannya secara maksimal serta menghadapi masalah akademis ataupun masalah pribadi yang dipandang dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa, maka petugas bimbingan konseling bekerja sama dengan orangtua/wali murid, guru kelas/wali kelas, kepala sekolah serta psikolog membantu memecahkan masalah tersebut.

3. Ruang UKS

Usaha Kesehatan Sekolah yang berfungsi untuk memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan siswa. UKS dilengkapi dengan peralatan seperti, timbangan berat dan tinggi badan, termometer, watersax dll.


(63)

4. Plaza SD

Plaza SD merupakan salah satu sarana yang memungkinkan anak beraktivitas pada saat istirahat, antara lain: bermain, kegiatan ekskul, pameran, pementasan, dan lain-lain.

5. Ruang Serba Guna

Ruang Serba Guna merupakan fasilitas yang digunakan untuk : 1) Salat berjamaah untuk siswa-siswa SD

2) Pementasan kelas/pameran hasil karya 3) Olahraga dalam ruangan

4) Praktek agama

5) Kegiatan belajar membaca Al-Qur’an 6) Pertemuan orangtua/wali murid 7) Tadarus.

6. Ruang Seni Rupa

Ruang seni rupa merupakan fasilitas untuk membantu siswa membentuk pribadi yang tanggap terhadap nilai-nilai kehidupan di sekitarnya, misalnya keindahan, kreativitas dan memecahkan masalah dengan kegiatan seni visual yang beragam.

7. Ruang Seni Musik

Ruang seni musik merupakan fasilitas untuk membantu tercapainya tujuan pembelajaran seni musik di SDIIPL, ruang musik dilengkapi dengan alat-alat musik. Di ruangan tersebut siswa dapat mengekspresikan olah vokalnya semaksimal mungkin.


(64)

51

8. Ruang Audio Visual

Untuk memberikan pembelajaran yang beragam maka proses belajar mengajar dapat berlangsung di ruangan ini dengan program audio visual yang terkait.

9. Gedung Serba Guna

Terdapat dua bagian utama yaitu teater kecil dan panggung yang menyatu dengan lapangan olahraga. Teater kecil sering digunakan untuk acara pementasan siswa dan pertemuan/ceramah, sedangkan lapangan olahraga digunakan untuk olahraga bulutangkis, basket, voli dan pertunjukkan kolosal serta pelepasan siswa (akhir tahun)

10.Sarana Olahraga

Di samping fasilitas olahraga yang terdapat di gedung serba guna tersebut di atas, terdapat juga sarana olahraga di luar gedung untuk pembelajaran mata pelajaran olahraga dan kegiatan ekstrakurikuler serta aktivitas lainnya yang memberikan keleluasaan kepada siswa untuk bergerak, yaitu :

1) Lapangan sepakbola 2) Trek lari

3) Lapangan voli 4) Lapangan basket 5) Lapangan lompat jauh 6) Lapangan bulutangkisyo


(1)

DAFTAR WAWANCARA

Hari/Tanggal : Selasa, 21 September 2010

Tempat : Ruang Kepala Sekolah SDI Al-Izhar PL Nara Sumber : Bpk. Drs.H. Bronto Asmoro

Jabatan : Wakil Kepala Sekolah SDI Al-Izhar PL

Pertanyaan-pertanyaan :

1. Sejak Kapan Berdirinya SDI Al Izhar Pondok Labu ini ?

Sesuai dengan cita-cita Yayasan Anakku untuk mendirikan sekolah umum yang bernafaskan Islam dan berwawasan luas, pada tanggal 11 Maret 1987, berdirilah Perguruan Islam Al-Azhar Pondok Labu (PIAAPL) yang ditandai dengan peresmian Gedung Utama PIAAPL oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Fuad Hassan.

Program pendidikan PIIPL dimulai dengan dibukanya Taman Kanak-Kanak (TK) pada bulan Juli 1987. Setahun kemudian, pada bulan Juli 1988, PIAAPL mulai menyelenggarakan program pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD) untuk kelas 1 hingga kelas 4. Pada tanggal 6 Juni 1992, berdasarkan Keputusan Rapat Pengurus Yayasan Anakku, nama Perguruan Islam Al-Azhar Pondok Labu diubah menjadi Perguruan Islam Al-Izhar Pondok Labu.

2. Apa Tujuan didirikannya SDI Al Izhar Pondok Labu?

Dengan Melanjutkan pengembangan kemandirian dan pembiasaan dalam proses belajar dengan mengenali serta memanfaatkan berbagai sumber belajar sehingga memiliki keterampilan belajar untuk dibutuhkan untuk tingkat pendidikan berikutnya.


(2)

3. Bagaimana Komunikasi Para Guru dan Orang Tua siswa SDI Al Izhar ?

Komunikasi yang berlangsung antara guru dan orangtua murid dilakukan dengan beberapa pendekatan diantaranya : kunjungan kelas, pementasan kelas, peran profesi, cerita dari tamu, kegiataan karya wisata. Guru kelas juga membentuk jaringan komunikasi berupa rantai komunikasi dengan seluruh orangtua murid melalui perwakilan ikatan orangtua murid. Komunikasi orangtua murid juga dapat melalui buku penghubung yang berfungsi untuk meyampaikan pemberitahuan dari kedua arah. Pertemuan guru dengan orangtua murid selalu dilakukan melalui perjanjian untuk menghibdari terjadinya miss komunikasi dan kesiapan kedua belah pihak.

4. Apa Visi & Misi SDI Al-Izhar Pondok Labu ?

Visi : Terciptanya pembelajaran yang terdepan dengan menghasilkan insan kamil yang berwawasan imtaq dan iptek. Menghasilkan intelektual Islam yang berkualitas Internasional.

Misi : Menjadikan setiap kegiatan bernilai ibadah dan mengembangkan iklim belajar yang menyenangkan, berwawasan luas yang berakar pada norma dan nilai-nilai budaya bangsa, Mengembangkan belajar pada tiap diri siswa, memberikan kesempatan yang luas pada tiap siswa untuk menggali,mengenali,dan mengembangkan kemampuannya.


(3)

5. Apa Kelebihan SDI Al Izhar dengan Sekolah lainnya?

Memiliki kegiatan yang lebih banyak dari sekolah-sekolah lain. Salah satu kegiatanya adalah

1. Kegiatan praktek shalat berjamaah yang dilakukan setiap hari Senin s.d. kamis untuk salat Zuhur dan hari Jumat untuk salat Jumat yang bertujuan : memupuk keimanan siswa, melatih dan membiasakan gerakan-gerakan shalat yang benar, membiasakan sikap tertib/disiplin terhadap waktu. 2. Kebiasaan Beramal, kegiatan ini dimaksudkan agar siswa memiliki

kepekaan terhadap permasalahan di lingkungan sekitarnya. Kegiatan beramal dilakukan pada hari Jumat atau peristiwa tertentu dalam bentuk, pengumpulan :

a. Dana amal,kurban, dan teman asuh. b. Pakaian layak pakai.

c. Alat-alat belajar (buku pelajaran, alat tulis, dan lain-lain) layak pakai.

3. Kunjungan Kelas, kegiatan ini dilaksanakan setiap setahun sekali, yang dihadiri oleh orangtua murid dan dilaksanakan sekitar bulan Agustus. Kegiatan ini menjelaskan program-program pengajaran 1 tahun mendatang serta kerjasama yang dapat dilakukan oleh Orangtua/wali murid.

4. Peran Profesi, kegiatan ini bertujuan menambah wawasan siswa dengan memperkenalkan begitu banyak profesi di masyarakat. Kegiatan ini dapat mengundang Orangtua/wali murid yang bersedia mengenalkan profesinya, hal ini merupakan bentuk nyata kerjasama orangtua/wali murid dengan sekolah.

5. Kunjungan Pustaka, untuk menumbuhkan rasa kecintaan membaca pada siswa, sekolah menjadwalkan satu minggu sekali kegiatan kunjungan pustaka.


(4)

6. Cerita dari Tamu, kegiatan ini hampir sama dengan peran profesi namun pada program ini orangtua/wali murid menceritakan pengalaman-pengalaman yang telah dilakukan ataupun menceritakan kisah-kisah agama, kepahlawanan, dongeng rakyat/dongeng mancanegara.

7. Pentas kelas, pementasan diadakan dengan tujuan untuk member pengalaman pada murid, baik pengalaman pementasan, menari, menyanyi, menghafal sesuatu, maupun pengalaman menonton pentas itu sendiri. Dalam acara ini orangtua diharapkan selalu hadir untuk memberikan apresiasi terhadap kreatifitas dan ekspresi diri putra-putrinya.

Nara Sumber Pewawancara


(5)

(6)

Kegiatan Open House Pada Biulan Agustus Tahun Acaran 2010/2011