Pergerakan Nasional Palestina 1929-1939

23

BAB III PALESTINA PASCA PERANG DUNIA I

A. Pendudukan Palestina oleh Inggris

Inggris demikian besar perhatiannya terhadap dunia Arab dan demikian bulat kemauannya hendak menguasai Palestina, karena dunia Arab memiliki tiga arti penting yang tidak terdapat pada negara-negara lain. Pertama, sebagai lalu lintas Internasional. Kedua, sebagai pusat strategi. Dan ketiga, sebagai gudang minyak yang luar biasa besarnya. Negeri-negeri Arab merupakan daerah-daerah lalulintas Internasional yang vital sekali dan bersifat alamiyah menghubungkan barat dengan timur dan utara dengan selatan dengan secara timbal balik. Sejak jaman dulu, dunia Arab sudah menjadi lalulintas darat dan laut. Dalam jaman sekarang fungsinya bertambah lagi sebagai lalulintas udara internasional. Jenderal Inggris, John Glubb, dalam bu kunya “A Soldier With the Arabs” dengan jujur mengatakan bahwa Inggris sangat mengkhawatirkan hubungan dagangnya dengan Timur akan terputus pada suatu ketika disebabkan oleh tertutupnya lalulintas Arab. Kekhawatiran tersebut selalu membayangi kepentingan-kepentingan Inggris sejak abad-abad lalu. Negeri Arab juga merupakan pusat strategi yang tidak ada bandingnya di dunia. Ia dapat menguasai tiga benua, yaitu Eropa, Afrika, dan Asia. Ia dapat pula menguasai kontrol atas Laut Tengah, Laut Merah, Samudera Hindia, Selat Akaba, Selat Arabia, dan bagian timur Samudera Atlantik. 24 Barang siapa menguasai daerah ini, ia dapat dengan mudah memindah- mindahkan Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udaranya dari satu tempat ke tempat lain, ke samudera-samudera, selat-selat, serta benua-benua tadi. 20 Pemerintahan Inggris pun mengakui kurangnya minat kaum muslim terhadap Palestina pada masa Perang Dunia I. Dengan perundingan-perundingan dengan Sharif Husain dari Makkah pada tahun 1915-1916 berkenaan dengan perlawanannya terhadap Ottoman, London memutuskan untuk tidak memasukan Palestina dalam wilayah yang harus diserahkan kepada Arab. Inggris menguasai Palestina pada tahun 1917-1948. Pasca Perang Dunia I usaha pendekatan kepada pemerintahan Inggris semakin gencar dilakukan dan pada saat yang sama Turki kalah dalam perang. Para peminpin Zionis mendesak Inggris agar mendukung deklarasi mereka, karena mereka banyak berjasa kepada Inggris dalam menbiayai Perang Dunia. Jika mereka mendukung, Inggris dijanjikan akan memperoleh keuntungan dengan mengamankan terusan Suez hingga kepentingan dan keamanan Inggris di Timur Tengah akan terjamin. Lobi Yahudi terhadap Inggris menghasilkan Deklarasi Balfour pada tanggal 12 November 1917 yang ditandatangani Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur James Balfour, di mana Inggris mengakui hak-hak Yahudi yang bersejarah atas Palestina, selanjutnya bersedia menyediakan fasilitas guna terbentuknya satu tempat tinggal nasional bagi umat Yahudi. Pengakuan Internasional terhadap 20 Nicola Durr. Palestina: Beginilah Ia Hilang Beginilah Ia Kembali, Bandung: PT. Alma’arif, 1980. Hal. 40 25 Deklarasi tersebut baru terjadi tiga tahun kemudian, yaitu ketika Liga Bangsa- Bangsa menyerahkan Palestina sebagai mandat kepada Inggris dan Inggris dapat melaksanakan janjinya. 21 Akhirnya, pada 9 Desember 1917, Inggris menduduki Palestina di bawah pimpinan Jenderal Edmund Allenby. Pada tahun yang sama, Menteri Luar Negeri Inggris Arthur Balfour memberikan isyarat kepada Zionis kaya dan berpengaruh Lord Rothschild, bahwa pemerintah Inggris mendukung terbentuknya sebuah Homeland bagi Yahudi di Palestina. Disinilah kemudian persoalan dimulai dan berlangsung hingga kini. 22 Tugas yang diberikan Liga Bangsa-Bangsa kepada Inggris untuk mengelola wilayah Palestina sampai mereka bisa memerintah secara otonom, ternyata menimbulkan banyak friksi di antara warga di wilayah Palestina, khususnya antara Arab dan Yahudi. Kedua bangsa tersebut telah dijanjikan Inggris untuk bisa membentuk pemerintahan berdaulat yang berdiri sendiri, sehingga menimbulkan banyaknya gesekan terutama klaim mengenai siapa yang paling berhak untuk berada di wilayah palestina. Keberadaan Inggris di wilayah Palestina juga untuk membantu warga Palestina menjadi daerah otonom, akan tetapi menimbulkan resistensi dari Arab, sehingga keberadannya tidak berfungsi maksimal dan jauh dari yang diharapkan ketika Liga Bangsa-Bangsa menugaskan Inggris. 23 21 Hermawati. op. cit. hal. 97 22 Trias Kuncahyono. op. cit, hal. 160 23 Ahmad Ghazali Khairi dan Amin Bukhari. Air Mata Palestina, Jakarta: Hi-Fest, 2009. Hal. 141