Pengusiran Etnis Palestina PENGUSIRAN ETNIS PALESTINA DAN DIASPORA ETNIS PALESTINA
45 massal ini adalah bahwa kaum Yahudi mengundang orang-orang Arab untuk tetap
tinggal, tetapi mereka lebih memilih untuk mendengarkan nasihat para pemimpin mereka yang mendesak mereka untuk pergi. Penjelasan para pengungsi sendiri
adalah bahwa mereka pergi karena ketakutan mereka pada kekejaman Irgun. Orang-orang Palestina juga mengklaim bahwa para tentara Israel meneror banyak
desa Arab, mengumpulkan para sandera dan menembaki mereka di desa-desa juga sebagian orang Arab dipaksa keluar dari desa-desa mereka dan dilarang untuk
kembali.
39
Dengan dikuasainya Jerusalem oleh Israel, ia berkali-kali melakukan pengusiran terhadap bangsa Palestina dari kota itu, walaupun tidak berhasil secara
sempurna. Setelah pendudukan atas kota suci berhasil, serdadu Israel langsung memerintahkan penduduk Arab Palestina agar angkat kaki atau mengungsi.
40
Ketika perang pada tahun 1948 semakin berkobar, semakin banyak penduduk daerah lain yang pindah ke Ramallah. Maka mengalirlah pengungsi ke
Jaffa, Lydd, Ramleh serta desa-desa lain di Ramallah. Banyak diantara mereka yang meninggalkan kampung halamannya karena kemauannya sendiri dan banyak
pula yang terpaksa meninggalkan rumah dan kampung halamannya karena diusir oleh milisi Yahudi yang kemudian menjadi angkatan bersenjata Israel. Pada tahun
1953, jumlah penduduk Ramallah sudah berlipat dua. Tetapi sepertiganya adalah pendatang. Para pendatang itu membangun kamp-kamp pengungsian, antara lain
di Amari, Qadurah, dan Jalason. Sejak itulah hingga kini komunitas Kristen dan
39
Karen Armstrong. op. cit, hal. 183-184
40
Ribhi Y, Awad. op. cit, hal. 85
46 muslim yang merupakan pendatang, mereka hidup dengan rukun, aman, dan
damai.
41
Perang 1948 merupakan perang yang telah menghancurkan kohesi sosial ekonomi bangsa Palestina yang menemukan diri mereka terusir, setelah berdiam
di negerinya sendiri selama 4.500 tahun yang lalu. Setelah perang 1948, bencana kemanusian terus terjadi di Palestina tanpa
dapat dikendalikan. PBB telah mencatat bahwa terdapat 726.000 yang melakukan pengungsian, 25.000 orang Palestina terdaftar sebagai pengungsi kasus
perbatasan. Sumber Arab bahkan mencatat 800.000 jiwa telah kehilangan harta benda serta rumah mereka.
Pada Perang Enam Hari, lagi-lagi Israel mendapat kemenangan dan lagi- lagi terjadi eksodus para pengungsi Palestina sebanyak 400.000 orang Palestina
meninggalkan Tepi Barat dan menetap di kamp-kamp Yordania.
42
Akibat Perang Enam Hari, 160.000 orang meninggalkan Jerusalem dan menjadi pengungsi.
Ketika Sharon menjadi penanggung jawab di Gaza, 2000 rumah telah dihancurkan dan 16.000 orang diusir untuk kedua kalinya.
Sejak Israel diciptakan sebagai negara, pengusiran penduduk Palestina terus berlanjut. Sejak itu pula Israel mempertahankan ilegalitas negaranya dengan
teror dan pengusiran, sejak awal pula Israel sadar bahwa negara-negara Arab adalah ancaman utama atas eksistensi negaranya. Dengan bantuan Inggris,
Perancis, Dan Amerika Serikat dan negara-negara sekutu lainnya, Israel semakin
41
Trias Kuncahyono. op. cit, hal. 79
42
Karen Armstrong. op. cit, hal. 227
47 memperluas wilayahnya dengan melakukan pencaplokan. Semakin hari peta
Palestina semakin menyempit. Pada penduduk yang ketakutan di Lydda dan Ramla meninggalkan
tanahnya. Sekitar 60.000 orang Palestina keluar dari negerinya dan 350 orang lebih tewas dalam perjalanan karena keadaan kesehatan yang parah.
Lima belas perkampungan kecil yang kurang dari 300 penduduk, beberapa diantaranya besar dengan sekitar 5.000 penduduk diusir dalam urutan-urutan yang
cepat. Abu Susha, Abbu Zurayq, Arab al fuqara, Arab al Nufay’at, Arab zahrat, al-Dumayri, Balaf alSyakh, Danum, Khirbat al Kasayir, Khirbat al Manshiyyah,
Rih aniyah, Khirbat al sarkas, War’at alSarris, dan Yajur hilang dari peta Palestina.
Kenyataan bahwa agenda dunia dikendalikan oleh media Barat, yang sebagian besarnya memihak Israel, kadangkala mencegah peristiwa-peristiwa di
Israel untuk diungkap. Namun beberapa kejadian berupa kekerasan dan kekejaman telah didokumentasikan secara terperinci oleh lembaga-lembaga
Internasional. Kekejaman dan kebidaban Yahudi dalam pembantaian penduduk Palestina
merupakan ambisi yang dipaksakan guna menciptakan Negara Israel Raya, serta membangun kembali Kuil Sulaiman Temple of Solomon yang runtuh dan
hancur akibat keganasan Romawi. Dan mereka yakin bahwa Temple of Solomon terletak persis pada dinding barat Masjid Al Aqhsa. Program ini akhirnya
dilanjutkan oleh tokoh Yahudi yang bernama Meir Kahane yang punya program untuk mengusir seluruh warga Arab Palestina dari Israel dan merobohkan Masjid
Al Aqsha untuk diganti dengan Haikal Sulaiman.
48 Inggris terkadang membantu dalam pengusiran etnis dengan cara lain,
lebih langsung, dengan menyediakan akte kepemilikan dan data-data penting lainnya yang telah mereka copy sebelum menghancurkannya ke pemimpin
Yahudi, sebagai hal yang biasa dalam proses dekolonisasi yang mereka lakukan. Inventaris ini menambahkan detail pematangan berkas perkampungan yang
dibutuhkan Zionis untuk depopulasi besar-besaran. Kekuatan militer dan kebrutalan dari sana adalah syarat pertama untuk pengusiran dan pendudukan,
namun birokrasi tidak kurang penting untuk secara efisien melaksanakan operasi besar-besaran pengusiran etnis yang meminta tidak hanya pembuangan penduduk
tapi juga kepemilikan barang rampasan. Sekalipun Israel secara mendasar telah menyelesaikan pengusiran etnis,
namun bagi warga Palestina penderitaan belum barakhir. Sekitar 8.000 orang Palestina menghabiskan tahun 1949 di kamp tawanan, di kamp pengungsian,
lainnya menderita siksaan fisik di kota, dan sejumlah besar warga Palestina diganggu dengan berbagai cara di bawah penguasa militer Israel. Rumah-rumah
mereka masih terus dijarah, ladang-ladang mereka disita, tempat-tempat suci mereka dicemarkan, dan Israel melanggar hak-hak dasar seperti kebebasan untuk
berkumpul dan berekspresi, dan persamaan di hadapan hukum. Besarnya bencana bagi desa-desa dapat dilihat dari 807 desa yang terdapat
di Palestina yang terdaftar pada tahun 1945, hanya tersisa 433 desa yang masih berdiri pada tahun 1967. Singkatnya, 45 persen desa Palestina telah dikosongkan
dan dihancurkan demi terciptanya sebuah wilayah Negara Israel. Karena Israel membutuhkan tanah, salah satu tujuannya adalah mengosongkan tanah tersebut
49 dari penduduk Palestina. Orang-orang Palestina menjadi korban dari kampanye
propaganda yang menganjurkan mereka untuk mengungsi keluar. Banyak Negara Arab yang menyakinkan mereka agar mengungsi dengan asumsi bahwa setiap
orang nantinya dapat kembali pulang ke rumahnya saat perang usai. Namun sungguh disayangkan, asumsi itu meleset sama sekali.