Sejarah Palestina SELINTAS TENTANG PALESTINA

18 pada tahun 1099. Dengan penaklukan itu, tentara Salib menjadikan kota Jerusalem sebagai Ibu kota kerajaan Katolik baru yang terbentang dari Palestina hingga Antakiyah. Kekuasaan Kristen di Palestina tidak berlangsung lama. Pasukan Salib hanya menguasai kawasan ini selama 88 tahun sampai tahun 1187. Setelah itu kawasan Palestina kembali ke tangan kaum Muslim. Salahuddin Al-Ayubi adalah panglima yang paling berjasa dalam mengembalikan Palestina ke pangkuan Islam. Sejak saat itu, Palestina di bawah kekuasaan Inggris setelah Perang Dunia I, selama 400 tahun Palestina berada di bawah kekausaan Turki Utsmani. Masa ini menyebabkan orang-orang Palestina menikmati kedamaian dan stabilitas. Meskipun ada pemeluk tiga keyakinan berbeda, mereka hidup berdampingan satu sama lain. Nama Palestina juga dihidupkan kembali setelah kekuasaan Utsmaniyah berakhir pada Perang Dunia I. setelah Perang Dunia I, wilayah tersebut oleh Liga Bangsa-Bangsa penguasaannya dipercayakan kepada Inggris dengan dimasukkan ke dalam Mandat Inggris untuk Palestina. Pada akhir kekuasaan Turki Usmani akhir abad ke19, terjadi imigrasi besar-besaran orang-orang Yahudi dari Eropa ke empat kota penting di Palestina, yaitu Jerusalem, Safed, Tiberias, dan Hebron. Keempat daerah ini pada masa berikutnya menjadi pemukiman- pemukiman Yahudi yang paling penting. Pada saat ini pula muncul gerakan Zionisme, sebuah gerakan politik yang dilegitimasi dengan doktrin-doktrin agama 19 yang menghendaki orang-orang Yahudi menguasai seluruh Palestina tanpa terkecuali. Inilah awal munculnya kekisruhan Yahudi-Arab Muslim di Palestina. 17

C. Organisasi-Organisasi di Palestina

Dengan kondisi yang serba sulit dialami oleh bangsa Palestina setelah Perang Dunia I, kondisi kehidupan dunia Arab secara umum mengalami keterpurukan karena cengkraman dan kekuasaan Zionis. Aktifitas politis Palestina terfokus pada tuntutan-tuntutan yang paling utama adalah sebagai berikut: 1. Penghapusan janji Balfour yang penuh dengan kezaliman, ketidakadilan terhadap hak-hak bangsa Palestina. 2. Penghentian imigrasi Yahudi. 3. Penghentian penjualan tanah kepada Yahudi. 4. Pendirian pemerintahan nasional Palestina enggan dipilih oleh parlemen yang menjadi penjelmaan keinginan hakiki masyarakat. 5. Masuk dalam negosiasi dengan Inggris untuk membuat kesepakatan yang akhirnya dapat memerdekaan Palestina. Dengan dasar-dasar tersebut, maka lahirlah sebuah Pergerakan Nasional Palestina tahun 1918-1928 dan Pergerakan Nasional Palestina tahun1929-1939. 17 Tiar Anwar Bahtiar. Hamas Kenapa di Benci Israel?, Jakarta: mizan, 2009, hal. 21 20

a. Pergerakan Nasional Palestina 1918-1928

Gerakan Nasional Palestina ini mengadakan muktamar pertama Konferensi Arab Palestina 27 Januari-10 Febuari 1919 di al Quds. Konferensi ini menolak pemecahan negeri Syam yang hanya mementingkan maslahat penjajah. Ia menganggap bahwa Palestina adalah bagian dari Syam. Bangsa Palestina telah mengadakan 7 kali muktamar sejenis hingga tahun 1928. Muncul beberapa tokoh pergerakan nasional seperti Musa Kadhim al- Husaini yang terus memegang pucuk kepemimpinan hingga wafat bulan Maret 1934. Adapun dari sisi riil, muncul tokoh Al-Hajj Amin al-Husaini yang kemudian menjadi mufti al-Quds tahun 1921, dan ketua Majelis Syariah Tinggi Islami sejak berdirinya tahun 1922 yang kemudian menjadi benteng pergerakan nasional yang kokoh. Dengan wafatnya Musa Kadhim al-Husaini, al-Hajj Amin menjadi pemimpin yang tak terbantahkan hingga akhir mandat Inggris 1948. Pergerakan nasional Palestina mengkonsentrasikan pergerakannya dengan perlawanan damai Zionis, khususnya pada masa 1918-1928, dengan cara meyakinkan Inggris untuk menghapus Deklarasi Balfour. Karena mereka masih menyisakan harapan, mengingat Inggris adalah sekutu Syarief Husain saat Perang Dunia I. Apalagi proyek Zionis belum berhasil merealisasikan suatu hal konkret yang dapat membahayakan kondisi di Palestina. Pada saat muktamar Palestina kelima 22-25 Agustus 1922, para peserta muktamar berhasil membuat satu kesepakatan dan piagam nasional dengan bersumpah untuk komit padanya, “Kami selalu representasi bangsa Arab Palestina di muktamar Arab Palestina kelima yang diadakan di kota Nablus berjanji di 21 depan Allah, sejarah, dan bangsa, untuk melanjutkan upaya-upaya yang tercecer guna merebut kemerdekaan negeri dan mewujudkan kesatuan Arab dengan segala cara yang legal. Kami tidak akan menerima berdirinya negara nasional Yahudi atau imigrasi Yahud i”.

b. Pergerakan Nasional Palestina 1929-1939

Revolusi al-Buroq tahun 1929 menjadi pembuka pintu bagi zaman di mana perlawanan terhadap Zionisme dan Inggris telah sampai pada puncaknya, revolusi terbesar pada tahun 1936-1939. Banyaknya proyek Yahudi-Zionis telah mulai dirasakan oleh bangsa Arab. Khususnya setelah eksodus lebih dari 152.000 Yahudi antara tahun 1930-1935 terjadi hingga melipatgandakan jumlah Yahudi yang pada pertengahan 1929 berjumlah 159.000. Pada tahun 1930-an Syekh Izzuddin Al-Qassam mendirikan Young Men’s Moslem Association yang menyerukan perlawanan terhadap imperialisme Inggris dan pendudukan bangsa Yahudi. Ia juga kemudian Mengorganisir Haifa Youth Association. Al Qassamlah yang memulai menyerukan gerakan perlawanan bersenjata terhadap para penjajah yang menindas Palestina. Pada tahun 1932 M, muslim Palestina berhasil mendirikan Partai Kemerdekaan. Tetapi akibat dari tekanan Inggris, Partai Kemerdekaan ini tidak dapat bertahan lebih dari satu tahun. Pada tahun 1935 M muncul pula Partai Arab Palestina, sebuah kelompok muslim yang paling lantang dalam mensuarakan hak- hak muslim. Partai ini berdiri dalam arahan Mufti al-Hajj Amin. Mereka mulai menempatkan Inggris sebagai musuh Palestina.