Konflik Arab Yahudi di Palestina

36 di antaranya terluka atau dipenjara seumur hidup. Sejak akhir 1920 hingga 1935 pemberontakan bersenjata oleh Syeikh Izzudin al Qassam, pemimpin Arab pertama di Palestina yang menyerukan perlawanan bersenjata melawan para kolonialis dan penguasa asing. Pada tahun 1935 al Qassam menghimpun 800 pasukan bersenjata ke Haifa dan bergerak ke perbukitan di Tepi Barat, sebagai upaya untuk mengenyahkan kekuatan Inggris dan memerdekakan Palestina. Mereka berkonfrontasi dengan pasukan Inggris dan Zionis dalam sebuah pertempuran tak seimbang, dimana al Qassam beserta beberapa pengikutnya terbunuh dan sebagian yang lain banyak yang menjadi tawanan. Abdul Qadir Husaini mengambil alih kepemimpinan perjuangan Palestina pada tahun 1937, namun ia pun terbunuh bersama beberapa pengikutnya setelah terlibat dengan banyak pertempuran. Pada tahun 1940, Hasan Salameh memikul tanggung jawab untuk memimpin perang gerilya melawan kekuatan persekutuan Inggris-Zionis, namun pada akhirnya ia pun terbunuh. 30 Kekecewaan orang-orang Arab mencapai puncaknya menjadi pembangkangan sipil secara terang-terangan. Kemudian terjadilah pemberontakan Arab melawan Inggris dari 1936 hingga 1938, yang selama masa-masa itu Palestina sangat menderita. Kerumunan orang-orang Arab dengan marah meledakan sebuah bom di sekolah agama Yahudi yang membunuh 9 orang anak dan 46 Yahudi tewas dalam serangan lainnya. 30 Imam Khomeini. Palestina Dalam Pandangan Imam Khomeini, Jakarta: Pustaka Zahra, 2004. hal. 14 37 Dalam suatu peristiwa di tahun 1938, para pemberontak Palestina sempat menguasai kota. Selama krisis ini, kepemimpinan Zionis masih menerapkan kebijakan menahan diri, tetapi Irgun melakukan pemboman dan serangan yang dalam peristiwa itu 48 orang Arab kehilangan nyawa mereka. Selama pemberontakan tersebut, Jerusalem kehilangan tempatnya sebagai pemimpin perlawanan terhadap Zionisme. Kerusuhan-kerusahan itu sebenarnya memperlihatkan sebuah bentuk pemberontakan bangsa Arab terhadap dominasi asing dan Yahudi. Kerusuhan antara 1936-1939, terurama didominasi oleh gerakan yang dipimpin oleh seorang yang sangat berpengaruh, Izzuddin Al-qassam. Pemberontakan ini amat dikenal karena merupakan puncak perkembangan dari pergerakan bangsa Palestina. Sejak Zionisme memasuki tanah Palestina, para pengikutnya telah berusaha menghancurkan orang-orang Palestina. Agar memberi ruang pada para imigran Yahudi, orang-orang Palestina terus ditekan, diasingkan, dan diusir dari rumah-rumah dan tanah mereka. Hal ini terjadi sampai berdirinya Negara Israel tahun 1948 dan telah menghancurkan kehidupan ratusan ribu warga Palestina. Bahkan saat ini, sekitar 3,5 juta orang palestina masih berjuang mempertahankan kehidupannya, menjadi pengungsi di kamp-kamp pengungsian dalam keadaan yang sangat sulit karena pengusiran tersebut. Setiap kedatangan orang Yahudi yang baru berati kekejaman, tekanan, dan kekerasan baru terhadap orang-orang Palestina. Untuk memberi tempat tinggal bagi pendatang baru, Zionis menggunakan tekanan dan kekuatan untuk mengusir orang-orang Palestina dari tanahnya yang telah mereka tempati selama berabad- 38 abad, hingga mereka harus pindah ke padang pasir dan tempat-tempat pengungsian. Itulah yang menyebabkan orang-orang Arab merasa harus melakukan perlawanan terhadap bangsa Yahudi yang datang ke Palestina. 31 Terbentuknya negara Israel pada 14 Mei 1948 telah memicu konflik berkepanjangan antara Arab dengan Yahudi Israel. Konflik bersenjata pertama antara Arab dengan Israel terjadi beberapa hari setelah diproklamasikannya kemerdekaan Israel. Pada saat itu, Israel belum memiliki angkatan bersenjata yang resmi, dan hanya mengandalkan organisasi paramiliter seperti Hagana dan Irgun yang berjuang tanpa komando. Alasan-alasan berdirinya Negara Israel selain karena dorongan religius yang sangat kuat untuk kembali, ada empat faktor lain yang menjadi alasannya, yaitu: Pertama, alasan keamanan. Persoalan yang biadab dari orang-orang Nazi dimana 6.000.000 orang Yahudi terbunuh. Hal itu memberi mereka keyakinan bahwa keamanan diri mereka hanya mungkin terjuwud bila di negeri mereka sendiri. Kedua, alasan Psikologis. Sebagian dari mereka yakin bahwa sudut Psikologis tidak sehat bagi orang Yahudi untuk hidup sebagai minoritas. Hal ini dapat dihindari jika mereka memiliki identitas bangsa dalam negerinya sendiri. Ketiga, alasan kultural. Semangat keagamaan Yahudi semakin lama semakin luntur, dan tradisinya hampir punah sama sekali. Harus ada sebidang tanah di muka bumi ini dimana agama yahudi itu merupakan kebudayaan utama dari orang-orang Yahudi. Keempat, alasan idealisme. Pada suatu tempat di dunia ini 31 Tiar Anwar Bahtiar. Op. Cit. hal. 57 39 harus ada suatu bangsa bernegara yang diabadikan untuk mewujudkan cita-cita serta moral-moral kenabian mereka. 32 Peperangan tahun 1948 yang juga dikenal dengan nama Al Nakba dimenangkan oleh Israel, setelah selama lebih dari satu tahun bertempur. Dan pada tahun itu pula, eksistensi Israel sebagai negara ditegaskan dengan diterimanya Israel sebagai anggota PBB. Perang 1948 telah memunculkan persoalan pengungsi yang terusir dari kediamannya di Palestina. 33 Orang-orang Israel juga memaksa orang-orang Palestina untuk hidup dalam pemblokiran. Meskipun mereka hanya memiliki sejumlah kecil tanah dibandingkan jumlah penduduk mereka, orang-orang Palestina berada dalam kendali yang ketat dan pengawasan terus menerus. Israel terus menerapkan kewenangan pengawasan atas 97 Tepi Barat dan 40 Jalur Gaza yang keduanya berada di bawah Otorita otonomi Palestina. Meskipun orang-orang Palestina yang tinggal di daerah ini tampak diatur oleh pemerintahannya sendiri, Israel telah menentukan batasan-batasan ketat akan kemerdekaan bergerak bagi semua orang Palestina yang tinggal di Tepi Barat dan sebagian besar Jalur Gaza. 34 Pada 2 Desember 1946, suatu kerumunan warga Arab bergerak melewati gerbang Yaffa dan menjarah pusat perdagangan Yahudi. Irgun membalas dengan cara menyerang pinggiran kota Arab di Katamon dan Syeikh Jarrah. Pada Maret 1948, Tujuh Puluh orang Yahudi dan Dua Ratus Tiga Puluh orang Arab terbunuh 32 Huston Smith. Agama-Agama Manusia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995. Hal. 352 33 Ahmad Ghazali Khairi dan Amin Bukhari. op. cit, hal. 144 34 Harun Yahya. op. cit hal. 113 40 dalam sebuah pertempuran di sekitar Jerusalem, bahkan sebelum selesainya secara resmi masa kerja Mandat Inggris. Pada Febuari 1948 warga Arab mengepung pinggiran kota Yahudi di Jerusalem Barat, yang terputus dari bagian negeri itu hingga Haganah membuka Jalan. Pada 10 April perang memasuki fase baru ketika Irgun menyerang perkampungan Arab di Deir Yassin, tiga mil sebelah barat Jerusalem. Pada 13 April, orang-orang Arab menyerang sebuah konvoi yang membawa para pasukan Irgun yang terluka di Deir Yassin ke Klinik Pusat Gunung Scopus. 35 Setelah Perang 1967, status Jerusalem yang secara de facto diduduki dan dikuasai Israel tidak jelas secara de jure . Israel bahkan melakukan “Yudaisasi” atas Jerusalem, yakni dengan menerapkan hukumnya atas wilayah Jerusalem Timur dan menyatakan bahwa Jerusalem secara menyeluruh dan bersatu merupakan ibu kota abadi Israel. Hal ini diputuskan oleh Knesset pada tanggal 18 Juni 1967. Tindakan itu oleh Majelis Umun PBB dinyatakan tidak sah. Pernyataan tersebut dituangkan dalam resolusi Nomor 2253. Resolusi yang dirancang oleh Pakistan itu diterbitkan pada 4 Juli 1967. Yang pada intinya resolusi itu mengganggap semua yang dilakukan oleh Isreal di Jerusalem Timur adalah illegal dan arena itu harus dihentikan. Resolusi tersebut didukung oleh 99 anggota, 20 abstain, dan 3 absen. Akan tetapi semua itu tidak dianggap oleh Israel. Mereka tetap menyatakan bahwa Jerusalem adalah ibu kotanya. Dan, setelah melalui perdebatan panjang selama berbulan-bulan, Dewan Keamanan PBB pada tahun 1967 35 Karen Armstrong. Op.Cit, hal. 523 41 mengeluarkan Resolusi yang amat terkenal, yaitu Resolusi 242. Resolusi ini menyerukan: 1. Penarikan mundur pasukan Israel dari wilayah pendudukan yang diambil pada saat Perang 1967. 2. Penghentian semua klaim oleh semua negara yang berperang dan menghormati serta mengakui kedaulatan dan integritas teritorial serta kemerdekaan politik dari setiap negara di wilayah itu. 36 Perang antara Arab dan Yahudi Isreal lagi-lagi pecah. Perang ini berkobar setelah keluarnya resolusi pembagian wilayah Palestina. Bangsa Palestina ini terus memikul beban-baban hidup yang terlalu berat selama enam bulan pertama dengan bantuan sejumlah sukarelawan. Karena negara-negara Arab menolak untuk mengirimkan pasukannya kecuali setelah Inggris keluar pada tanggal 15 Mei 1948. Bangsa Palestina sudah merasakan redupnya dukungan Negara-negara Arab dari segi persenjataan dan perlengkapan perang lainnya yang dikarenakan negara-negara Arab yang telibat dalam peperangan mengalami kekalahan secara beruntun dan hal tersebut mengakibatkan hancurnya perekonomian serta banyaknya tentara dan masyarakat sipil yang menjadi korban. Namun mereka berhasil mananamkan kegelisahan, kegoncangan, dan ketakutan dalam diri Yahudi untuk masa yang cukup lama, hingga pembentukan militer Zionis yang kuat dan ditambah dengan bantuan dari pasukan Inggris. 36 Trias Kuncahyono. op. cit, hal. 264 42 Yahudi mendeklarasikan Negara Israel pada sore hari tanggal 14 Mei 1948. Dengan usainya perang, mereka telah berhasil mengalahkan pasukan militer Arab dan menguasai sekitar 78 wilayah Palestina. Adapun bangsa Palestina telah mendeklarasikan Pemerintahan Rakyat Palestina dalam konferensi di Gaza, Oktober 1948. Namun pemerintahan Arab tidak punya tentara di atas wilayah Palestina yang dapat memungkinkan mereka untuk mengendalikan kekuasaan. Bahkan, al-Hajj Amin al_Husain dipaksa pergi dari Gaza dengan ancaman senjata Mesir. 43

BAB IV PENGUSIRAN ETNIS PALESTINA DAN DIASPORA ETNIS PALESTINA

A. Pengusiran Etnis Palestina

Target Israel tahun 1948 tidak hanya menguasai kota suci Jerusalem, juga mengevakuasi penduduk aslinya, bangsa Palestina. Dalam mewujudkan target tersebut organisasi-organisasi Yahudi melakukan banyak tindakan-tindakan kekejaman atas bangsa Arab. 37 Faktor-faktor yang menyebabkan pengusiran etnis Palestina adalah: 1. Agama, Yahudi Iarael berkeyakinan bahwa tanah Palestina merupakan tanah yang telah dijanjikan oleh nenek moyang mereka. 2. Ekonomi, wilayah Palestina merupakan wilayah yang strategis bagi lalulintas Internsional, serta hasil alam yang melimpah seperti Jeruk, biji- bijian dan Zaitun serta kekayaan alam seperti logam. Taktik pengusiran etnis Palestina oleh organisasi militan Israel antara lain dengan cara: desa-desa dikepung dari tiga arah dan arah ke empat dibuka untuk penerbangan dan evakuasi. Pengusiran etnis dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah dari Desember 1947 hingga akhir musim panas 1948. Dalam tahap ini desa-desa Palestina di sepanjang pesisir dan bagian yang lebih dalam dihancurkan dan penduduk desa-desa itu diusir. Hingga Juni 1948, sekitar 370.000 orang Palestina telah diusir dari rumah- rumah mereka dan pada akhir tahun itu, angka-angka orang-orang terusir menjadi 37 Ribhi Y, Awad. Mencari Palestina: Dilema dari Pemukiman Yahudi Pertama hingga Perdamaian Oslo 1993, Jakarta, 2006, hal. 84 44 780.000. Pada pertemuan kabinet yang dipimpin oleh Ben Gurion tanggal 18 Agustus 1948, dilaporkan bahwa 286 desa telah dibersihkan dan 3 juta dunum lahan setara dengan 3 miliar meter persegi ditinggalkan oleh-orang-orang Palestina yang memilikinya. Operasi tahap kedua, yaitu enam bulan setelah berakhirnya operasi tahun pertama, Haganah telah mengusir 432.780 orang-orang Palestina dari kawasan- kawasan yang menjadi daerah jatah Israel dalam UN Partition Plan. Sebanyak 347.220 orang lainnya diusir dari kawasan di sekitar garis batas daerah jatah Israel. Operasi tahap ketiga dilakukan hingga tahun 1954. Sebanyak 900.000 orang yang hidup di kawasan jatah Israel, hanya 100.000 orang yang tetap tinggal di tanah mereka atau di dekat rumah mereka. Mereka inilah yang menjadi kelompok minoritas Palestina yang menjadi warga Israel. Sisanya, 800.000 orang diusir, melarikan diri karena rasa takut, atau tewas. Dengan demikian total 80 persen orang Palestina yang tinggal di daerah jatah Israel telah terusir dan hidup di penampungan hingga kini. 38 Pada tanggal 25 April 1948, Irgun menyerang orang-orang Arab di Deir Yassin, hampir seluruh penduduk yang berjumlah 70.000 orang meninggalkan kota mereka dan mengungsi. Pemandangan berlanjut dengan penjarahan, perampokan, dan perusakan. Pada pertempuran dan pengusiran etnis itu, sekitar 750.000 orang Palestina keluar dari negeri itu dan menjadi pengungsi. Mereka tidak penah diizinkan untuk kembali. Penjelasan resmi Israel tentang eksodus 38 Dina Y. Sulaeman. op. cit, hal. 81-83 45 massal ini adalah bahwa kaum Yahudi mengundang orang-orang Arab untuk tetap tinggal, tetapi mereka lebih memilih untuk mendengarkan nasihat para pemimpin mereka yang mendesak mereka untuk pergi. Penjelasan para pengungsi sendiri adalah bahwa mereka pergi karena ketakutan mereka pada kekejaman Irgun. Orang-orang Palestina juga mengklaim bahwa para tentara Israel meneror banyak desa Arab, mengumpulkan para sandera dan menembaki mereka di desa-desa juga sebagian orang Arab dipaksa keluar dari desa-desa mereka dan dilarang untuk kembali. 39 Dengan dikuasainya Jerusalem oleh Israel, ia berkali-kali melakukan pengusiran terhadap bangsa Palestina dari kota itu, walaupun tidak berhasil secara sempurna. Setelah pendudukan atas kota suci berhasil, serdadu Israel langsung memerintahkan penduduk Arab Palestina agar angkat kaki atau mengungsi. 40 Ketika perang pada tahun 1948 semakin berkobar, semakin banyak penduduk daerah lain yang pindah ke Ramallah. Maka mengalirlah pengungsi ke Jaffa, Lydd, Ramleh serta desa-desa lain di Ramallah. Banyak diantara mereka yang meninggalkan kampung halamannya karena kemauannya sendiri dan banyak pula yang terpaksa meninggalkan rumah dan kampung halamannya karena diusir oleh milisi Yahudi yang kemudian menjadi angkatan bersenjata Israel. Pada tahun 1953, jumlah penduduk Ramallah sudah berlipat dua. Tetapi sepertiganya adalah pendatang. Para pendatang itu membangun kamp-kamp pengungsian, antara lain di Amari, Qadurah, dan Jalason. Sejak itulah hingga kini komunitas Kristen dan 39 Karen Armstrong. op. cit, hal. 183-184 40 Ribhi Y, Awad. op. cit, hal. 85