Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

3 pemerintah Arab Saudi berkaitan dengan penerbangan, penempatan jamaah di Madinah, Mekah, Arafah, dan Mina. 4 Didalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh dijelaskan tentang kewajiban pemerintah terhadap jamaah haji, yakni pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan dan perlindungan dengan menyediakan layanan administrasi, bimbingan manasik haji, akomodasi, transportasi, pelayanan kesehatan, keamanan dan hal-hal yang diperlukan oleh jamaah haji. 5 Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional yang dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan agar pelaksanaan ibadah haji berjalan aman, tertib, lancar, nyaman dan sesuai dengan tuntutan agama sehingga jamaah haji dapat melaksanakan ibadah hajinya secara mandiri dan memperoleh haji mabrur. 6 Salah satu faktor yang mendukung untuk memperoleh haji yang mabrur adalah dengan adanya persiapan-persiapan yang maksimal, seperti persiapan ilmu manasiknya, kesehatan dan lain sebagainya. Disinilah peran pemerintah dalam membantu para jamaah haji untuk mempersiapkan segala kebutuhan salama melaksanakan ibadah haji, dengan didirikannya pemondokan asrama bagi para jamaah haji sebelum 4 M. Julius St “Panduan Lengkap Dan Praktis Haji Tamattu”, cetakan pertama, Malang : Bayumedia Publishing, 2007, h..9 5 Sumber paper, Undang-undang Republik Indonesia no. 13 tahun 2008 tentang penyelenggaraan iibadah haji Jakarta : Biro hukum dan kerjasama Luar Negeri secretariat Jenderal Departemen agama RI, 2008,.h.10 6 Sumber paper, Kiat-Kiat Melestarikan Haji Mabrur Jakarta : Kementrian Agama RI, 2005 4 diberangkatkan ke tanah suci, untuk beristirahat dam mempersiapkan segala keperluan untuk melaksanakan ibadah haji. Pemondokan haji merupakan salah satu aspek penting dalam penyelenggaraan ibadah haji. Pemondokan atau akomodasi haji dibagi kedalam dua bagian. Pertama, penyediaan tempat penginapan atau pengasramaan sebagai penampungan sementara pada waktu jamaah haji berada ditempat embarkasi dan di debarkasi. Kedua, pemondokan selama berada di Arab Saudi. Perjalanan ibadah haji bukanlah perjalanan yang sebentar, melainkan perjalanan yang cukup jauh, oleh karena itu harus ada persiapan-persiapan yang maksimal, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, dan tujuan menunaikan ibadah haji dapat terlaksana untuk menjadi haji yang mabrur. Akomodasi bagi jamaah haji merupakan kebutuhan dasar setelah konsumsi dan sandang yang banyak memakan biaya dalam komponen BPIH menempati urutan kedua setelah biaya angkutan udara. Sebelum pemberangkatan ke Arab Saudi, jamaah haji di asramakan di masing-masing asrama haji embarkasi maksimal selama 24 jam sebelum penerbangan ke Arab Saudi. Fungsi asrama haji selain sebagai tempat pemulihan kesehatan dan peristirahatan setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan dari daerah asal masing-masing jamaah, juga sebagai tempat penyelesaian proses penerbangan untuk perjalanan ke tanah suci. Asrama Haji terdiri dari dua kelas, yaitu asrama haji embarkasi dan asrama haji provinsi atau transit. Asrama haji embarkasi adalah tempat 5 pemondokan sekaligus pelayanan operasional pemberangkatan dan pemulangan haji, sejak dari kegiatan penerimaan sampai pemberangkatan ke pelabuhan embarkasi dan sebaliknya penerimaan dari waktu kedatangan dan kesiapan kembali ketempat asal jamaah. Kebijakan pengasramaan di embarkasi ini disamping dimaksudkan untuk proses reservation termasuk kelengkapan dokumen perjalanan dan pemberian living cost, juga untuk pemulihan kebugaran jamaah dan pemberian bimbingan praktis manasik. Penyelenggaraan ibadah haji bukanlah pekerjaan yang sederhana, khususnya dalam hal pelayanan terhadap jamaah, mengingat jumlah jamaah haji yang harus dikelola merupakan yang terbanyak didunia. 7 Begitu juga pelayanan kepada jamaah haji yang diberikan di asrama haji embarkasi, mengingat tempat itu adalah merupakan tempat peristirahatan dan persiapan terakhir sebelum pemberangkatan ke Tanah suci, dengan menggunakan kapal terbang selama delapan jam, dimana para jamaah haji diberikan pelayanan sebelum pemberangkatan ke Tanah Suci, sehingga para jamaah haji dapat beristirahat dan mendapatkan pelayanan lainnya, seperti pemeriksaan kesehatan dan bimbingan manasik haji, yang sebelumnya sudah di berikan di kota masing-masing. Sebelum jamaah haji berangkat ke Tanah Suci, jamaah haji ditempatkan di asrama embarkasi, tentunya setelah ada pelepasaan dari kantor kementrian Agama masing-masing wilayah dengan disyaratkan membawa SPMA Surat Panggilan Masuk Asrama. Asrama embarkasi adalah pelayanan 7 Muhammad M. Basyuni “Reformasi Manajemen Haji”,h.9 6 satu atap, dimana semua perlengkapan jamaah haji dibagikan. Seperti buku kesehatan, paspor, gelang identitas, kartu jatah makan jamaah haji dan uang living cost. Pelayanan kepada jamaah haji dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh pemerintah pusat, yang terdiri dari: Pertama, petugas yang tidak menyertai jamaah haji meliputi petugas di tanah air, yaitu petugas yang masuk dalam stuktur PPHI dan direkrut dari pegawai negeri sipil dilingkungan Departemen Agama, unit lain yang terkait dan tenaga musiman di Arab Saudi yang berasal dari unsur Staf Teknis Urusan Haji Jeddah dan tenaga musiman, yakni mahasiswa Indonesia di Timur Tengah, dan petugas non-kloter yang direkrut dari unsur pegawai negeri sipil dilingkungan Departemen Agama, instansi lain, ormas dan unsur masyarakat. Petugas non-kloter ini ditempatkan pada titik-titik pelayanan jamaah di Arab Saudi, yaitu sector pelayanan umum, pelayanan kesehatan dan pelayanan ibadah, sesuai dengan bidang tugas masing-masing. Dalam rangka pengelolaan Asrama Haji, Departemen Agama membentuk Badan Pengelola Asrama Haji dilingkungan Departemen Agama yang disingkat BPAH. BPAH dibentuk dalam rangka mengamankan, memelihara, dan menjaga aset pemerintah, sehingga dapat berdaya guna secara efektif terutama untuk kepentingan misi pelayanan Haji dan mengatur pemanfaatan diluar musim Haji secara swakelola dan swadana. Selanjutnya adalah bagaimana pelayanan pemondokan di asrama haji embarkasi ini menjadi tempat yang semaksimal mungkin dalam memberikan pelayanan kepada jamaah haji, bukan tidak mungkin jika ada jamaah haji yang 7 terlantar atau tidak mendapatkan pelayanan untuk persiapan pemberangkatan ke tanah suci jika tidak adanya sistem manajemen yang baik. Diharapkan dengan penerapan sistem manajemen yang baik dalam melaksanakan pelayanan terhadap jamaah haji sebelum pemberangkatan ke Tanah Suci dapat terlaksana dengan efektif dan efisien sesuai dengan harapan dan dalam memberikan kepuasan terhadap jamaah haji. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka penulis dengan amat tertarik untuk meneliti mengenai pelayanan yang di berikan kepada jamaah haji di Pemondokan Asrama Embarkasi, dan kemudian penulis jadikan bahan sekaligus objek skripsi dengan judul “Pelayanan Pemondokan Asrama Haji Jakarta Pondok Gede pada Musim Haji Tahun 2010”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam hal ini penulis memberikan batasan dan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah pada penelitian ini diambil agar penelitian yang penulis lakukan lebih terarah dan terperinci, penulis akan membatasi permasalahan yang akan dibahas yakni pada manajemen pelayanan pemondokan Asrama Haji Jakarta Pondok Gede pada musim haji tahun 2010. Penelitian memfokuskan tentang sejauh mana pelayanan tersebut di berikan dengan baik. 8 2. Rumusan Masalah Dari batasan masalah yang akan dibahas diatas, penulisan merumuskan sebagai berikut: a. Bagaimanakah Manajemen Pelayanan pemondokan Asrama Haji Jakarta Pondok Gede terhadap jamaah haji? b. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam memberikan pelayanan kepada jamaah haji?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian Dari permasalahan yang dijelaskan di atas, ada tiga besar yang menjadi tujuan penulis, adalah sebagai berikut : a. Mengetahui bagaimana manajemen pemondokan Asrama haji Jakarta Pondok Gede dalam memberikan pelayanan terhadap jamaah haji. b. Untuk mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Memberikan Pelayanan kepada calonjamaah haji. 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki nilai manfaat secara teoritis dan praktis diantaranya:

a. Teoritis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam memperoleh informasi tentang pelayanan-pelayanan yang diberikan kepada para calonjamaah haji. 9

b. Praktis

1 Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pondok Gede Sebagai sumber evaluasi pemondokan asrama haji Jakarta Pondok Gede untuk bisa menjadi lebih baik dan lebih meningkatan pelayanan. Dan sebagai referensi untuk menjalankan manajemen yang lebih efektif dan efisien. Agar tidak terjadi penyimpangan dalam proses memberikan pelayanan kepada para jamaah haji. 2 Jamaah Sebagai salah satu sumber informasi bagi jamaah haji mengenai pelayanan yag di dapat selama berada di pemondokan asrama haji Jakarta Pondok Gede.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode penelitian Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Loxy Moleong adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 8 2. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek dalam penelitian ini adalah Badan Pengelola Asrama Haji Jakarta Pondok Gede. 8 Lexy J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009 , h. 4.