Strategi pelayanan kesehatan Haji kantor kementrian Agama Kabupaten Bogor terhadap Jama'ah Haji tahun 2010
STRATEGI PELAYANAN KESEHATAN HAJI
KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN BOGOR
TERHADAP JAMA’AH HAJI TAHUN 2010
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos.I)
Di Susun Oleh : ALI HANAFIAH NIM: 107053002171
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
(2)
(3)
(4)
1. Skripsi merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S - 1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juni 2011
(5)
Lembar Persembahan
Al- ‘aalimu kabiirun wa in kaana hadatsan...
W al jaahilu shoghiirun wa in kaana syaikhon...
T a’allam falaisal mar-u yuuladu ‘aaliman....
“orang yang berilmu (orang alim) akan selalu dipandang besar
(mulia) sekalipun ia masih muda...
D an orang yang tidak berilmu (orang bodoh) akan selalu
dianggap kecil ( tidak dihormati) sekalipun ia sudah tua....
M aka tuntut lah ilmu, karena manusia tidak dilahirkan dalam
keadaan pintar (‘alim)...
I mam Syafi’i....
Aku persembahkan skripsi ini untuk ibunda dan ayahanda
tersayang, untuk setiap air mata beliau yang tak pernah henti saat
sujud mendoakan ku...
Juga untuk keluarga ku, dan orang-orang yang selalu ada untuk
ku,..
D an juga untuk “dia” dan mereka semua yang pernah hadir, yang
selalu begitu indah dan berarti...
(6)
i
Bogor Terhadap Jama’ah Haji Tahun 2010
Secara subtansial haji merupakan bagian ritual keagamaan kaum muslimin yang bersifat personal, meskipun demikian sepanjang sejarahnya pelaksanaan ibadah hajji selalu mendapatkan perhatian Negara, salah satunya adalah Kementerian Agama Kabupaten Bogor yang ikut berperan aktif dalam penyelenggaran ibadah haji. Hal yang menarik bagi penulis adalah meneliti strategi pelayanan kesehatan haji yang dilakukakan oleh Kementerian Agama Kabupaten Bogor terhadap jama’ah haji tahun
2010, karena pelayanan kesehatan haji merupakan alat untuk mencapai taraf istithoah
dalam hal kesehatan yang harus dimiliki oleh jama’ah haji yang pada akhirnya akan
memberikan pemahaman bahwa faktor kesehatan adalah merupakan hal yang mutlak dibutuhkan dalam melaksanakan setiap rangkaian kegiatan dalam ibadah haji.
Pembahasan dalam skripsi ini lebih terfokus kepada strategi pelayanan kesehatan haji Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor terhadap jama’ah haji
tahun 2010, suatu program pelayanan yang pada intinya adalah merupakan alat untuk
memutuskan dan menentukan kelayakan jama’ah haji untuk bisa menunaikan ibadah
haji, dalam skripsi ini juga penulis membahas tentang upaya-upaya yang dilakukan oleh Kementerian Agama Kabupaten Bogor dalam menjaga dan membina kesehatan
jama’ah haji tahun 2010 yang pada prinsipnya kesemuanya itu dilakukan untuk meningkatkan kualitas kesehatan jama’ah haji.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Pendekatan Kualitatif. Untuk melengkapi data yang diperlukan, penulis menggunakan langkah pengumpulan data di perpustakaan yang sudah disediakan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis juga melakukan Survey langsung ke Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor dengan mencari data-data yang berhubungan dengan penelitian ini melalui wawancara dan observasi langsung. Penulis juga menggunakan internet untuk melengkapi data dalam pembuatan skripsi ini.
Hasil dari penelitian ini adalah dapat diketahui bahwa ada strategi pelayanan kesehatan yang digunakan oleh Kementerian Agama Kabupaten Bogor dalam
menjaga dan membina kesehatan jama’ah haji, sehingga jama’ah haji dapat
melaksanakan ibadah haji dengan baik dengan didukung oleh faktor kesehatan yang optimal. Dari penelitian ini juga dapat diketahui seberapa besar tingkat efektifitas sttrategi yang dilakukan oleh Kementerian Agama Kabupaten Bogor dalam penyelenggaraan pelayanan dan pembinanaan kesehatan haji.
(7)
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat teriring salam semoga selalu tercurahkan untuk Nabi Muhammad SAW, manusia pilihan yang menjadi suri tauladan untuk seluruh umat.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini bukan semata-mata hasil kerja keras penulis sendiri, melainkan dukungan dari berbagai pihak, khususnya para pembimbing yang terus memberikan motivasi sehingga menimbulkan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu dengan penuh ketulusan hati Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang begitu tulus kepada berbagai pihak, terutama untuk :
1. Bapak Drs. Arief Subhan, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA., selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak H. Mulkanasir. BA, Spd, MM, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah yang juga selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk penyusunan skripsi ini.
4. Dra. Hj. Jundah Sulaiman, MA, selaku Pembimbing Penulis dalam penyusunan skripsi ini, yang dengan sabar meluangkan waktu beliau untuk membimbing
(8)
iii
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan Manajemen Dakwah yang telah berbagi ilmu pengetahuan serta pengalaman berharga kepada penulis. Semoga semua amal kebaikan bapak dan ibu dibalas dengan pahala yang tidak terhingga.
6. Ibunda penulis tersayang, Siti Maimunah, yang air matanya tidak pernah berhenti ketika sujud mendoakan penulis. Karena senyum dan air mata beliau lah yang menjadi motivasi begitu berharga untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Ayahanda tercinta, H, Mashud, yang tidak pernah lelah memberikan do’a dan
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Keluarga ku yang selalu mendukung, terutama untuk kakak-kakak ku, Kakak Iwan, Kakak Anis, Kakak Pian, Kakak Nur, Kakak Herman, Kakak Neng, dan juga untuk keponakan-keponakan ku yang selalu memberikan kecerian melaui senyum dan canda mereka, Ayu, habib, Sultan, Aldi dan juga si lucu Alif dan si imut Najwa.
9. Bapak Drs. H. Cecep Nuryadi, MA, Selaku Kepala Seksi Penyelenggaraan Ibadah Haji Dan Umroh yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan wawancara penelitian.
10. Ibu Dr Eulis Wulantari, MPhdi, selaku Kabid Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan, yang telah memberikan kesempatan dan arahan mengenai pelayanan kesehatan haji.
(9)
iv
11. Pimpinan dan staff Perpustakaan Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas bagi penulis untuk mengadakan studi kepustakaan.
12. Sahabat-sahabat Manajemen Dakwah angkatan 2007 khususnya Agus, Oman, Juned, Rizki Bro, Zay, Bandar, Igo, Ali Hasan, Lala, Ardi, Tirta, Ahsan, Esa, Ndah, Eem, Iin, yang tiada henti memberikan dukungan, motivasi, seamangat, untuk selalu sabar menghadapi hambatan dalam penyusunan skripsi ini. serta terkhusus lagi untuk Teman-teman MD A dan MD B yang telah membantu tanpa lelah dan penuh kesabaran, dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
13.Aleiyz V’dah, yang tak pernah hadir namun selalu memberikan semangat dan
harapan. Juga untuk Maya yang dengan setulus hati menemani bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kalian.
Tanpa dukungan mereka semua skripsi ini tidak akan terwujud. Semoga dukungan dan doa dari semuanya akan dibalas oleh Allah SWT.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dalam memperkaya khasanah ilmu dibidang Manajemen Dakwah. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta,
(10)
v
DAFTAR ISI………. v
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian... 6
D. Metodologi Penelitian... 8
E. Tinjauan Pustaka ... 11
F. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II : TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Strategi ... 15
1. Pengertian Strategi ... 15
2. Tahapan Strategi ... . 19
3. Faktor-faktor Strategi ... 22
B. Konsep Pelayanan... 24
1. Pengertian Pelayanan ... 24
2. Dimensi Mutu Pelayanan ... 26
3. Standar Kualitas Pelayanan ... 27
C. Konsep Kesehatan... 29
(11)
vi
2. Bentuk Pokok Sistem Kesehatan ... 30
3. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan ... 32
D. Konsep Haji ... 33
1. Pengertian Haji ... 33
2. Hukum Haji ... 34
3. Macam-Macam Haji ... 35
BAB III GAMBARAN UMUM KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN BOGOR A. Sejarah Kementerian Agama Kabupaten Bogor ... 37
B. Visi Misi Kementerian Agama Kabupaten Bogor ... 42
C. Tugas Pokok dan Fungsi Kementerian Agama Kabupaten Bogor ... ..43
D. Struktur Kementerian Agama Kabupaten Bogor... 46
E. Rincian Tugas Kementerian Agama Kabupaten Bogor ... 47
BAB IV: ANALISIS STRATEGI PELAYANAN KESEHATAN HAJI KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN BOGOR TERHADAP JAMA’AH HAJI TAHUN 2010 A. Urgensi pelayanan Kesehatan HajiTerhadap calon Jama’ah Haji ... 54
B. Tahapan-Tahapan Pelayanan Kesehatan Haji ... 63
(12)
vii
C. Proses Strategi Pelayanan Kesehatan Haji ... . 79
D. Analisis SWOT... . 81
BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan... 85
B. Saran-saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA... . 89
(13)
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Haji adalah salah satu rukun Islam yang kelima yang diwajibkan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang mampu menunaikannya, yakni memiliki kesanggupan biaya serta sehat jasmani dan rohani untuk menunaikan perintah tersebut.1Kewajiban haji dan umrah hanya sekali dalam seumur hidup.2
Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam yang memenuhi syarat istitaah, baik secara finansial, fisik, maupun mental. Disamping itu, kesempatan menunaikan ibadah haji yang semakin terbatas juga menjadi syarat dalam menunaikan kewajiban ibadah haji. Sehubungan dengan hal tersebut, penyelenggaraan ibadah haji harus didasarkan pada prinsip keadilan untuk memperoleh kesempatan yang sama bagi setiap warga Negara Indonesia yang beragama Islam.3
Kewajiban haji ini merupakan rukun Islam yang kelima. Karena haji merupakan kewajiban, maka setiap orang yang mampu, apabila tidak melaksanakannya, ia berdosa dan apabila dilakukan ia mendapat pahala. Haji 1
Depag,Hikmah Ibadah Haji,(Jakarta: Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2003), h. 4
2
Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baaz,haji, umrah dan ziarah berdasarkan tuntunan Alquran dan As-Sunnah,(Jakarta: CV Firdaus, 1993), h. 5
3
Kementrian Agama RI,Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji,(Jakarta: Bidang Penyelenggaraan Haji, zakat dan Wakaf, 2009), h. 32
(14)
dan umrah hanya diwajibkan sekali seumur hidup. Ini berarti bahwa apabila seseorang telah melaksanakan haji yang pertama, maka selesailah kewajibannya. Haji yang berikutnya, kedua, ketiga, dan seterusnya, merupakan ibadah sunnah.4 Hal inilah yang menjadi salah satu alasan dari sekian banyaknya alasan umat Islam yang menjadikan perhatian mereka begitu antusias dan mempunyai keinginan yang kuat untuk bisa menunaikan kewajiban yang hanya sekali dalam seumur hidup itu.
Terlepas dari keinginan umat Islam yang memiliki keinginan untuk berangkat ketanah suci mekkah dalam rangka menunaikan kewajiban ibadah haji, ada hal-hal yang harus dipahami dan betul-betul disadari bahwa dalam menunaikan ibadah haji bukan hanya sekedar mengandalkan kesucian niat semata atau mengandalkan harta yang cukup dan bekal ilmu haji saja, tapi lebih jauh dari itu faktor kesehatan dalam melaksanakan ibadah haji menjadi hal yang sangat penting dan tidak bisa diabaikan begitu saja. Kegiatan apapun yang dilakukan oleh seseorang tentu harus ditopang oleh kesehatan fisik jasmani orang tersebut, begitu juga halnya dengan ibadah yang dilakukan oleh setiap muslim, kesehatan fisik menjadi bagian yang penting demi terlaksananya ibadah dengan baik. Terlebih dengan ibadah haji, karena pada dasarnya ibadah haji adalah ibadah fisik, yakni dalam proses pelaksanaan ibadah tersebut lebih banyak menitikberatkan dan bertumpu pada kekuatan
4
Ahmad Thib Raya, Siti Musdah Mulia,Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam,
(15)
3
dan kesehatan fisik jamaah haji, seperti pada proses kegiatan ibadah sa’I, atau
proses kegiatan-kegiatan lainnya yang terdapat didalam ibadah haji yang kesemuanya itu tentu memerlukan kesiapan dan kesehatan fisik untuk terlaksananya keseluruhan kegiatan ibadah haji dengan baik guna memperoleh haji yangmabrur.
Dalam undang-undang No 13 tahun 2008 tentang Penyelengaraan Haji di isyaratkan tiga hal yang harus diupayakan secara konsisten dan terus menerus oleh pemerintah. Dalam hal ini kementerian agama sebagai leading sector penyelenggaraan ibadah haji, yaitu : pertama, pembinaan yang mencakup bimbingan, penyuluhan dan penerangan. Kedua, pelayanan yang terdiri dari pelayanan administrasi, transportasi, akomodasi, dan lain sebagainya. Ketiga, perlindungan yang meliputi keselamatan, keamanan serta asuransi perlindungan dari pihak lain yang merugikan jamaah.5 Disinilah pemerintah yang dalam hal ini mengurusi permasalahan haji (Kementerian Agama) memiliki kewajiban dan tanggungjawab terhadap permasalahan-permasalahan haji, terutama dalam hal ini adalah terhadap permasalahan kesehatan jamaah haji Indonesia.
Dalam penyelenggaraan haji setiap tahun selalu ditemukan berbagai hal yang menjadi ajang pujian dan kritik dari berbagai kalangan yang disampaikan secara lisan maupun tertulis. Wacana yang selalu muncul
5
(16)
kepermukaan sebagian besar adalah ketidakpuasan terhadap manajemen penyelenggaraan haji dan pelayanan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Walaupun disisi lain pemerintah melalui berbagai inovasi dan penyempurnaan telah melakukan berbagai upaya-upaya peningkatan baik dari aspek manajerial, sumberdaya manusia, pola operasional, diversivikasi angkutan, diversvikasi pemondokan dan memberikan kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat untuk berperan serta dalam peyelenggaraan haji.6
Kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah kepada jamaah haji, baik ketika jamaah haji masih berada di tanah air atau ketika jamaah haji sudah berada di mekkah dan madinah, tentu akan berdampak pada kualitas kondisi kesehatan jamaah haji ketika tengah melakukan kegiatan-kegiatan dalam ibadah haji. Jika kesehatan jamaah haji terjamin dan terjaga dengan baik, maka rangkaian kegiatan dalam ibadah haji pun akan terlaksana dengan baik pula. Pun begitu juga sebaliknya, jika jamaah haji mengalami permasalahan kesehatan, tentu hal seperti ini akan menjadi penghambat dalam melaksanakan rangkaian kegiatan didalam ibadah haji. Oleh karena itu diperlukan strategi-strategi tertentu oleh pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk menjaga kesehatan para jamaaah haji Indonesia, sehingga permasalahan kesehatan para jamaah haji Indonesia akan teratasi dengan baik dan kesehatan para jamaah haji Indonesia pun akan bisa
6
Achmad Nidjam dan Alatief Hanan,Manajemen Haji,Jakarta: zikrul hakim, 2001, Cet. Ke-1
(17)
5
dipastikan terjamin dengan baik pula, yang pada akhirnya akan
mempermudah dan memberikan kenyamanan kepada jama’ah haji Indonesia
dalam melaksanakan rangkaian kegiatan didalam ibadah haji.
Jika kita bercermin pada fenomena jamaah haji Indonesia yang telah melaksanakan ibadah haji, kita akan menemukan bahwa kondisi kesehatan yang dimiliki jamaah haji Indonesia tentu sangat beragam, ada yang rentan terkena penyakit, ada pula yang memang bisa dengan lebih mudah untuk beradaptasi dengan keadaan di mekkah dan madinah. Hal ini mungkin bisa disebabkan oleh faktor usia jamaah haji atau mungkin memang karena faktor kesehatan fisik tubuh mereka yang mudah terkontaminasi oleh cuaca disana, meskipun sebelumnya telah diberikan obat kekebalan tubuh (suntik vaksin). Terlepas dari faktor apa saja yang membuat jamaah haji Indonesia mengalami permasalahan kesehatan, adalah merupakan kewajiban bagi pemerintah, yang dalam hal ini mengurusi permasalahan haji (Kementrian Agama), untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi jamaah haji Indonesia terutama dalam masalah kesehatan, agar kemungkinan-kemungkinan terjadinya permasalahan kesehatan yang dialami oleh jamaah haji Indonesia bahkan jatuhnya korban jiwa yang diakibatkan oleh faktor kesehatan bisa dihilangkan, setidaknya diminimalisir pada tingkat yang paling rendah.
Berdasarkan paparan latar belakang masalah diatas, penulis sangat
(18)
HAJI KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN BOGOR
TERHADAP JAMA’AH HAJI TAHUN 2010”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas hanya pada tataran pelaksanaan Strategi Pelayanan Kesehatan Haji Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor
Terhadap Jama’ah Haji Tahun 2010.
2. Perumusan Masalah
Dan berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka masalah pokok yang diangkat dalam skripsi ini adalah mengenai :
a. Bagaimana strategi pelayanan kesehatan haji kantor kementerian agama
kabupaten bogor terhadap jama’ah haji tahun 2010 dalam upaya menjaga serta
menjamin kesiapan dan kesehatan fisik jama’ah haji?
b. Faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam memberikan
pelayanan kesehatan haji terhadap jama’ah haji tahun 2010?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
(19)
7
a. Untuk menjelaskan bagamana strategi pelayanan kesehatan haji kantor
kementerian agama kabupaten bogor terhadap jama’ah haji dalam upaya
menjaga serta menjamin kesiapan dan kesehatan fisik jama’ah haji.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat
dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan haji terhadap jama’ah haji.
2. Manfaat penelitian A. Manfaat Praktis
1). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, wawasan dan pengalaman penulis mengenai strategi pelayanan kesehatan haji yang baik, efektif, dan efisien dalam suatu instansi, lembaga atau organisasi-organisasi tertentu.
2). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada kantor kementerian agama kabupaten bogor dalam upaya meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan haji yang lebih baik terhadap jama’ah haji.
B. Manfaat Akademis
1). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah usaha dalam mengembangkan ilmu manajemen, terutama strategi pelayanan kesehatan haji, dan menjadi bahan literature bagi pengembangan ilmu manajemen pada umumnya.
(20)
D. Metodologi Penelitian
Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Untuk memahami istilah penelitian kualitatif ini, perlu kiranya dikemukakan teori menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan, metodologi kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.7 Dengan memilih metode kualitatif ini, penulis mengharapkan dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat. Untuk mendapatkan data-data tersebut penulis menggunakan dengan cara :
1. Sumber Data
Sumber data ini merupakan sesuatu yang sangat penting untuk digunakan dalam penelitian guna menjelaskan valid atau tidaknya suatu penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan :
a. Data Primer, merupakan data utama yang diperoleh langsung dari responden berupa catatan tertulis dari hasil wawancara serta dokumentasi.
7
Lexy j. Mleong,metodologi penelitian kualitatif, (bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000), cet ke-11, h. 3
(21)
9
b. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang terdapat dalam buku, dan literature terkait.
2. Tehnik Pengumpulan Data
a. Wawancara(interview),
Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.8Pada wawancara ini penulis mengadakan komunikasi langsung dan mengajukan beberapa pertanyaan yang telah dipersiapkan kepada pihak yang bersangkutan (responden), lalu dijawab oleh pemberi data (responden). Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan berbagai pihak terutama wawancara dengan Kasi Haji Kementerian Agama Kabupaten Bogor dan Kabid Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor.
b. Observasi, dalam observasi ini penulis melakukan pengamatan dan mencatat secara langsung terhadap obyek penelitian yaitu proses pelayanan kesehatan haji pada kantor kementerian agama kabupaten bogor.
c. Dokumentasi. Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.9 Dalam hal ini penulis mengumpulkan data-data yang sudah tesimpan di kantor kementerian agama kabupaten bogor.
8
Husaini usman,metodologi penelitian social, h. 57
9
(22)
3. Tehnik Pengolahan Data
Setelah data diperoleh, maka langkah selanjutnya penulis mengolah data dengan cara mengedit/editing, yaitu kegiatan mempelajari berkas-berkas data yang telah terkumpul, sehingga keseluruhan berkas itu dapat diketahui dan dapat dinyatakan baik.
4. Analisis Data
Dalam hal ini penulis menggunakan analisis deskriptif yaitu penulis berusaha menggambarkan objek penelitian (strategi pelayanan kesehatan haji) dengan apa adanya yaitu sesuai dengan kenyataan, adapun yang dijadikan subjek penelitian adalah kantor kementerian agama kabupaten bogor.
5. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor Komplek Pemda Jl. Bersih Cibinong-Bogor. Telp. (021) 87913669 – 87914319. Waktu penelitian dimulai pada bulan februari dan berakhir pada bulan mei 2011.
6. Tehnik Penulisan
Untuk tehnik penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi, thesis, dan disertasi yang diterbitkan oleh UIN Jakarta press tahun 2002. Dengan ketentuan sebagai berikut : untuk penulisan
(23)
11
Al-Quran tidak memakai foot note, dan diketik 1 spasi dengan terjemahan dicetak miring, dengan berpedoman pada terjemahan dari departemen agama.
E. Tinjauan Pustaka
Dari beberapa skripsi yang penulis baca, banyak pendapat yang harus diperhatikan dan menjadi perbandingan selanjutnya, adapun setelah penulis mengadakan suatu kajian kepustakaan, akhirnya penulis menemukan beberapa skripsi yang membahas tentang ibadah haji , tapi ada beberapa judul skripsi yang hampir sama dengan skripsi yang akan penulis teliti, judul-judul skripsi tersebut adalah :
1). “Strategi Pelayanan Haji Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Barat Terhadap Jama’ah Haji Tahun 2009”. Skripsi ini disusun oleh Iwan,
mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah tahun 2010 berisi tentang strategi
pelayanan haji kepada jama’ah secara keseluruhan yaitu pelayanan
administrasi, transportasi, kesehatan dan sebagainya.
2).“Pelayanan Haji Dan Umroh PT. Nurul Amanah Sirindo Jakarta Terhadap Jama’ah” skripsi ini disusun oleh Hj. Nurahyani mahasiswi Jurusan Manajemen Dakwah tahun 2006 berisi tentang pelayanan haji dan umroh PT.
Nurul Amanah Sirindo Jakarta terhadap jama’ah dalam memberikan
pembinaan, pelayanan dan perlindungan pelaksanaan ibadah haji dan umroh
(24)
3). “Sistem Pelayanan Haji dan Umroh PT. Altur Wisata Mulia Jakarta tahun
2007-2008” skripsi ini disusun oleh Nita Megahayanti, mahasiswi Jurusan
Manajemen Dakwah tahun 2008. Skripsi ini mengenai upaya PT. Altur Wisata Mulia Jakarta dalam meningkatkan kualitas pelayanan haji, serta faktor pendukung dan penghambat dalam pelayanan ibadah haji.
Demikian tinjauan pustaka ini penulis lakukan dimana perbedaan bahasan atau materi antara apa yang akan penulis teliti dengan skripsi-skripsi terdahulu terlihat pada objek penelitiannya, bahwa pada penelitian terdahulu hanya menjelaskan sistem atau strategi pelayanan haji secara keseluruhan yaitu pelayanan admnistrasi, pemondokan, transportasi dan lain-lain. Sedangkan apa yang akan dipaparkan oleh penulis ini hanya terfokus pada strategi pelayanan haji pada bidang kesehatan saja. Ini menunjukan bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh penulis lebih terfokus terhadap permasalahan-permasalahan pelayanan kesehatan haji. Disini penulis memaparkan penelitian tersebut dengan judul “ Startegi Pelayanan Kesehatan Haji Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor Terhadap Jama’ah Haji Tahun 2010”.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis membagi atas lima bab secara rinci sebagai berikut :
(25)
13
Bab I : Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan
Bab II : Bab ini berisikan tentang Pengertian Strategi, Tahapan Strategi, Faktor-Faktor Strategi, Pengertian Pelayanan, Dimensi Mutu Pelayanan, Standar Kualitas Pelayanan, Pengertian Kesehatan, Bentuk Pokok Sistem Kesehatan, Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan, Pengertian Haji, Hukum Haji, Macam-Macam Haji, Syarat, Rukun, dan Wajib Haji, Pengertian Jama’ah.
Bab III: Sejarah Kementerian Agama, Visi dan Misi Kementerian Agama Kabupaten Bogor, Tugas Pokok dan Fungsi Kementerian Agama Kabupaten Bogor, Struktur Organisasi Kementerian Agama Kabupaten Bogor.
Bab IV: Analisa penelitian, berisikan tentang pelaksanaan strategi pelayanan kesehatan haji yang diterapkan oleh kantor kementerian agama kabupaten bogor dalam upaya menjaga dan menjamin kesiapan serta
kesehatan fisik jama’ah haji ketika pra haji (masih berada di tanah air)
ataupun ketika pelaksanaan ibadah haji berlangsung, urgensi kementrian agama kabupaten bogor dalam memberikan pelayanan kesehatan haji, faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan haji.
(26)
Bab V: Penutup, yang berisikan tentang Kesimpulan, Saran – saran dan lampiran-lampiran.
(27)
15
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Strategi
1. Pengertian strategi
Pada awalnya istilah strategi digunakan dalam dunia militer, yaitu untuk memenangkan suatu peperangan.1
Kata strategi berasal dari bahasa yunani“Strategos”( stratos yang berarti
militer dan AG yang berarti memimpin) yang berarti “generalship” atau
sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang. Konsep ini relevan dengan situasi pada zaman dahulu yang sering diwarnai perang dimana jenderal dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang.2
DalamKamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa istilah strategi
adalah “ Seni atau Ilmu menggunakan sumberdaya-sumberdaya manusia
untuk melaksanakan kebijakan tertentu.3
1
Raffiudin dan Maman Abd Djaliel,Prinsip dan strategi dakwah,(Bandung : Pustaka Setia, 2002), h. 76
2
Hendrawan Supratikno,Advanced Strategic Management :back to basic approach,( Jakarta : PT. Gravindo Utama, 2003), h. 19
3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta : logos, 2002), Cet. Ke-1 . h. 127
(28)
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kata strategi banyak diadopsi dan diberikan pengertian yang luas sesuai dengan ilmu atau kegiatan yang menerapkannya. Pengertian strategi tidak lagi terbatas pada konsep ataupun seni seorang jenderal dimasa seorang pemimpin (manajemen puncak).
Secara umum, strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan, penetapan strategi harus dilalui oleh analisis kekuatan lawan yang meliputi jumlah personal, kekuatan dan persenjataan, kondisi lapangan, posisi musuh dan sebagainya.4
Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang strategi, dan definisi strategi terebut berbeda-beda. Berikut adalah berbagai definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli :
a. Menurut chandler yang dikutip Supriyono, strategi adalah penentuan dasar
goals jangka panjang dan tujuan peruasahaan serta pemakaian cara-cara bertindak dan alokasi sumber-sumber yang diperlukan.5
b. Menurut Prof. Dr. A.M. Kardiman, strategi adalah penentuan tujuan utama dan berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau organisasi serta pemilihan cara-cara bertindak dan mengalokasikan sumberdaya yang
4
Abu ahmad, et. ai.,Strategi belajar mengajar,(Bandung : Pustaka Setia, 1997), h. 11
5
(29)
17
diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Jadi strategi menyangkut soal pengaturan berbagai sumberdaya yang dimiliki perusahaan agar dalam jangka panjang tidak kalah bersaing.6
c. Menurut Stainer dan Minner, Strategi adalah penetapan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.7
d. Menurut Prof. Dr. Onong Uchyana Efendi, MA. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya memberi arah saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.8
e. Menurut Din Syamsudin, strategi mengandung arti diantaranya :
1). Rencana dan cara yang seksama untuk mencpai tujuan.
2). Seni dalam mensiasati pelaksanaan rencana atau program untuk mencapai tujuan.
6
A.M. Kardiman,pengantar ilmu manajemen,(Jakarta : PT. Pronhalindo), h. 58
7
George A Stainer dan John Minner,Manajemen Stratejik,(Jakarta : Erlangga), h. 20
8
Onong Uchyana,ilmu komunikasi teori dan praktik.(bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1992), cet. Ke-4, h. 32
(30)
3). Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan fungsi dan peran penting dalam mencapai keberhasilan.9
f. Menurut Sondang Siagian, strategi adalah cara yang terbaik untuk mempergunakan dana, daya dan tenaga yang tersedia sesuai tuntutan perubahan lingkungan.10
Dari beberapa definisi diatas, penulis mengambil kesimpulan tentang strategi bahwa strategi adalah merupakan satu kesatuan rencana yang terpadu yang dihubungkan dengan lingkungan organisasi dengan cara membuat pilihan alternatif-alternatif untuk dipertimbangkan dan dipilih, sehingga strategi yang dipilih akan diimplementasikan oleh organisasi dan akhirnya memerlukan evaluasi terhadap strategi tersebut dengan tujuan tercapainya cita-cita organisasi. Didalam menyusun strategi perlu memperhatikan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, program, dan kegiatan yang nyata dengan mengantisipasi perkembangannya. Implementasi yang baik dari strategi yang telah direncanakan sangat diperlukan, karena jika implementasi strategi tidak dilakukan maka sebaik apapun strategi yang telah dibuat akan gagal, artinya srtategi yang tersusun dan terencana dengan baik harus di implementasikan dengan baik pula, Karena penerapan strategi yang tersusun sempurna bukan saja akan meraih kesuksesan, melainkan akan mengokohkan strategi yang
9
Din Syamsudin,Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani,(Jakarta : Logos, 2000), cet ke-1, h. 127
10
Sondang Siagian,Analisa serta kebijaksanaan dan strategiorganisasi,(Jakarta : PT. Gunung Agung, 1986), cet ke-2 h. 17
(31)
19
pada awalnya diragukan. Hasil baik yang didapat bukan semata-mata karena strategi yang dimiliki, namun hal tersebut dikarenakan kemampuan dalam menerapkan strategi yang efektif.
2. Tahapan Strategi
Seperti yang dikatakan oleh Joel Ross dan Michael Kami bahwa sebuah organisasi tanpa adanya strategi umpama kapal tanpa kemudi, bergerak berputar dalam lingkaran. Organisasi yang demikian seperti pengembara tanpa tujuan tertentu.11
Proses strategi terdiri dari tiga tahapan yaitu :12
a. Perumusan Strategi
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah merumuskan strategi yang akan dilakukan. Sudah termasuk didalamnya adalah pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternatif untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam suatu proses kegiatan.
11
Fred R. David,Manajemen Strategi Konsep,(Jakarta : Prenhalindo, 2002), h. 3
12
(32)
Tekhnik perumusan strategi yang penting dapat dipadukan menjadi kerangka kerja diantaranya :
1) Tahap input (masukan)
Dalam tahap ini proses yang dilakukan ialah meringkas informasi sebagai masukan awal, dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi.
2) Tahap pencocokan
Proses yang dilakukan adalah memfokuskan pada menghasilkan strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal.13
3) Tahap keputusan
Menggunakan satu macam tekhnik setelah diperoleh dari input sasaran dalam mengevaluasi strategi alternatif yang telah diidentifikasi dalam tahap 2 (dua).14
b. Implementasi strategi
Didalamnya termasuk menciptakan struktur organisasi yang efektif, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi yang diterima. Implementasi strategi sering disebut tahap tindakan, karena
13
Ibid, h. 183
14
(33)
21
implementasi berarti mobilisasi manusia yang ada dalam sebuah organisasi untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi tindakan. Tahap ini merupakan tahap paling sulit karena memerlukan kedisiplinan, komitmen dan pengorbanan. Kerja sama juga merupakan kunci dari berhasil atau tidaknya implementasi strategi.
c. Evaluasi strategi
Tahap akhir dalam strategi ialah evaluasi strategi. Ada tiga macam aktifitas mendasar untuk mengevaluasi strategi adalah :
1). Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi. Adapun faktor perubahan eksternal seperti tindakan yang dilakukan. Perubahan yang ada akan menjadi suatu hambatan dalam mencapai tujuan begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya strategi yang tidak efektif atau aktifitas implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai.
2). Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan). Menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi prestasi individual dan menyimak kemajuan yang dibuat kearah penyampaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat diukur dan dibuktikan, kriteria yang meramalkan harus lebih penting dari pada criteria yang mengungkapkan apa yang telah terjadi.
(34)
3). Mengambil tindakan korektif tidak harus berarti bahwa strategi yang sudah ada akan ditinggalkan atau bahkan strategi harus dirumuskan. Tindakan korektif diperlukan bila tindakan korektif sesuai dengan yang dibayangkan semula atau pencapaian yang direncanakan, maka situasilah tindakan korektif diperlukan.15
3. Faktor-Faktor Strategi
Suatu strategi harus efektif, tepat dan jelas, karena ia mengarahkan organisasi kepada tujuannya, untuk itu konsep suatu strategi harus memperhatikan faktor-faktor penerapan strategi, diantaranya :
a. Lingkungan
Lingkungan tidak pernah berada pada kondisi tetap dan selalu berubah-ubah, perubahan yag terjadi berpengaruh sangat luas pada segala sendi kehidupan manusia sebagai individu masyarakat, tidak hanya kepada cara fikir tetapi juga tingkah laku, kebiasaan, kebutuhan dan pandangan hidup. Peruubahan yang terjadi pada lingkungan masyarakat kabupaten bogor tentu akan berdampak pada proses ritual kegiatan ibadah, dan antusiasme untuk melakukan ibadah tersebut terutama pada permasalahan ibadah haji,
15
(35)
23
b. Lingkungan organisasi
Lingkungan organsisasi yang meliputi sumber daya dan kebijakan organisasi yang ada. Kebijakan-kebjakan yang diterapkan oleh pemerintah tentu akan memberikan pengaruh yang signifikan dalam mensukseskan srategi yang akan diterapkan. Hal ini tidak akan terlepas dari sumber daya manusia itu sendiri yang merumuskan kebijakan-kebijakan itu.
c. Kepemimpinan
S. P Siagian memberikan definisi tentang kepemimpinanyakni “ seorang pemimpin adalah orang tertinggi dalam mengambil keputusan “. Oleh karena
itu setiap pemimpin dalam menilai perkembangan yang ada dalam lingkungan baik eksternal ataupun internal berbeda.16 Kepemimpinan memiliki peran yang sangat penting dalam merumuskan, menentukan dan menjalankan strategi yang telah ditetapkan. Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin haruslah berorientasi pada sasaran dan tujuan yang pada akhirnya keputusan tersebut akan mensukseskan strategi yang ada.
Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin akan berdampak pada berjalan atau tidaknya strategi yang akan diterapkan dalam organisasi yang dipimpinnya. Oleh karena itu seorang pemimpin harus lah berlaku bijak dan adil dalam mengambil sebuah keputusan.
16
(36)
B. Konsep Pelayanan
1. Pengertian Pelayanan.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pelayanan diartikan sebagai kemudahan yang diberikan sehubungan jual beli barang atau jasa.17
Pelayanan diartikan sebagai tindakan atau perbuatan seseorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan atau nasabah.18
Tentang pengertian pelayanan para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda satu sama lain. Diantara para ahli yang mengemukakan pendapatnya yaitu sebagai berikut :
a. Menurut AS. Moenir, “pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan
melalui aktifitas orang lain yang langsung diterima. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pelayanan merupakan tindakan yang dilakukan orang lain agar masing-masing memperoleh keuntungan yang diharapkan dan mendapat kepuasan.19
b. Menurut Philip Kottler, “pelayanan dapat diartikan sebagai suatu aktifitas
yang bermanfaat atau yang diberikan oleh satu atau beberapa pihak kepada pihak lain untuk dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan yang pada
17
Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka, 2002), Edisi ke-3, cet ke-2, h. 646
18
Kasmir,etika costumer service,(Jakarta, PT. Raja Gravindo, 2005), h. 15
19
AS. Moenir,Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia,(Jakarta, Bumi Aksara, 2000), cet ke-4, h. 17
(37)
25
dasarya bersifat berwujud dan tidak akan menimbulkan kepemilikan apapun kepada yang menerimanya.20
c. H.N Casson, mendefinisikan pelayanan sebagai tindakan yang dinyatakan atau dikerjakan untuk menyenangkan, mencari petunjuk atau memberi keuntungan kepada pembeli dengan tujuan menciptakangood will atau nama baik serta peningkatan penjualan serta pendapatan.21
d. Pelayanan menurut Atep Adya Brata adalah segala usaha penyediaan fasilitas dalam rangka mewujudkan kepuasan para calon pembeli atau pelanggan sebelum atau sesudah terjadinya transaksi.22
e. Definisi pelayanan menurut Gronross adalah “pelayanan adalah suatu
aktifitas atau serangkaian aktifitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawannya atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen atau pelanggan.23
Dari beberapa definisi diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pelayanan adalah suatu usaha untuk memberikan bantuan
20
Philip Kottler,Marketing Manajemen,:analisis planning, implementation and control,
Eight Edition, New Jersey, (Prentice Hall), 1994), h. 446
21
Herbert N. Casson,petunjuk praktis dalam berusaha,(Surabaya, Usaha Nasional, 1981), h. 13
22
Atep Adya Brata,Bisnis dan Hukum Perdata dagas SMK,(Bandung : armico, 1999), h. 93
23
(38)
dalam kebaikan yang bermanfaat dan saling menghasilkan keuntungan antara yang memberikan pelayanan dengan orang yang menerima pelayanan dengan tujuan memberikan kepuasan dari apa yang menjadi keinginan konsumen.
2. Dimensi Mutu Pelayanan
Menurut Zeitham dan Philip Kottler terdapat lima kriteria penentu mutu pelayanan, yaitu :24
a. Reliability (keandalan)
Kemampuan untuk memberikan pelayanan secara akurat sesuai yang dijanjikan.
b. Responsieveness (ketanggapan)
Kemampuan karyawaan untuk membantu pelanggan menyediakan pelayanan dengan cepat.
c. Assurance (keyakinan/jaminan)
Pengetahuan dan kemampuan karyawan untuk melayani dengan rasa percaya diri.
d. Emphaty (perhatian).
24
Aviliani dan wilfridus,membangun kepuasan pelanggan melalui kualitas pelayanan,h. 10-11
(39)
27
Karyawan harus memberikan perhatian secara individual kepada pelanggan dan mengerti kebutuha pelanggan.
e. Tangibles (keberwujudan)
Penampilan fasilitas fisik, peralatan, personal, dan alat komunikasi.
3. Standar Kualitas Pelayanan
Pengertian kualitas pelayanan adalah seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan atas layanan yang mereka terima atau peoleh.25
Usaha jasa/pelayanan didefinisikan sebagai produk yang tidak berwujud yang berbeda dari barang, memiliki ekspekas sama dari barang. Faktor yang menentukan standar kualitas pelayanan adalah sebagai berikut :26
a. Realibita : secara konsisten, performa pelayanan yang diberikan kepada pelanggan merupakan performa yang prima dan waktu yang tepat sesuai yang dijanjikan bagi pelanggan-pelanggannya.
b. Responsive : merupakan kesediaan karyawan dengan segala perasaannya untuk memberi pelayanan yang tebaik, termasuk didalam waktu yang tepat dan cepat memberi pelayanan.
25
Rambat Rupriyoadi,manajemen pemasaran jasa :teory dan praktek, (Jakarta : Salemba Empat, 2001), Edisi pertama, h. 148
26
(40)
c. Kompetensi : kompetensi karyawan yang sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan untuk memberi pelayanan dengan performa yang baik.
d. Akses : melakukan pendekatan agar pelanggan mudah dihubungi, serta dalam melakukan kontak dengan pelanggan.
e. Kurtosis : dengan sopan santun, perhatian, mempertimbangkan, dan rasa persaudaraan melakukan hubungan personal terhadap pelanggan (termasuk penerima tamu dan operator teepon).
f. Komunikasi : dengan menggunakan bahasa yang sederhana untuk mudah memahami pelanggan, dan sebaliknya pelanggan memahami produsen. Sehingga perbedaan antara pelanggan dan produsen dapat diatasi.
g. Kredibilitas : memegang teguh janji dengan pelanggan, produsen dapat dipercayai dan disukai pelanggan. Sehingga pelanggan menyenangi pelayanan dari produsen.
h. Keamanan : pelayanan tidak mengandung bahaya, resiko, atau keraguan bagi pelanggan.
i. Peduli dan memahami pelanggan: selalu berusaha untuk memahami dan mengetahui keinginan pelanggan.
j. Secara nyata : pelayanan secara nyata diikuti dengan fakta fisik yang diberikan pada pelanggan.
(41)
29
C. Konsep Kesehatan
1. Pengertian Kesehatan
Sama halnya dengan administrasi, maka pengertian kesehatan banyak pula macamnya. Beberapa diantaranya ialah :27
a. Sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dengan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. (Perkin 1938)
b. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna dari fisik, mental dan sosial yang tidak hanya terbatas pada bebas dari penyakit atau kelemaahan saja. (WHO dan UU Pokok Kesehatan No. 9 Tahun 1960).
c. Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dipunyainya. (WHO 1957)
d. Sehat adalah keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa oleh ahlinya tidak mempunyai keluhan atau pun tidak terdapat tanda-tanda penyakit atau kelainan. (White 1977).
27
DR. Dr. Azrul Azwar M.P.H,Pengantar Administrasi kesehatan,(Jakarta : Binarupa Aksara, i996), edisi ke-3, h. 5-6
(42)
e. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. (UU Kesehatan No. 23 tahun 1992).
2. Bentuk Pokok Sistem Kesehatan
Bentuk pokok sistem kesehatan antara satu Negara dengan Negara lainnya sangat bervarisi, karena kesemunya tergantung dari berbagai faktor yang mempengaruhi sistem kesehatan itu sendiri. Faktor-faktor yamg dimaksud banyak macamnya, beberapa diantaranya yang terpenting ialah :28
A. Peranan Unsur Pembentuk Sistem Kesehatan
Terbentuknya sistem kesehatan pada dasarnya ditentukan oleh tiga unsur utama yakni :
1). Pemerintah
Yang dimaksud dengan pemerintah disini ialah yang bertanggung jawab dalam merumuskan berbagai kebijakan pemerintah, temasuk kebijakan kesehatan.
2). Masyarakat. Yang dimaksud dengan masyarakat disini ialah mereka yang memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan.
28
DR. Dr. Azrul Azwar M.P.H,Pengantar Administrasi kesehatan,(Jakarta : Binarupa Aksara, i996), edisi ke-3, h. 29-33
(43)
31
3). Penyedia pelayanan kesehatan
Yang dimaksud dengan penyedia pelayanan kesehatan disini ialah yang bertanggung jawab secara langsung dalam menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan.
B. Pemanfaatan Sumber, Tatacara, dan Kesanggupan
Terlepas dari seberapa jauh besarnya peranan pemerintah atau swasta dalam system kesehatan, sebenarnya dalam menyelenggarakan setiap upaya kesehatan, dimanfaatkan berbagai sumber, tatacara, dan kesanggupan yang dimiliki. Dalam kehidupan sehari-hari, telah sama diketahui bahwa sumber dan kesanggupan sifatnya selalu terbatas. Tidak demikian halnya dengan tatacara, karena tata cara tersebut berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
C. Unsur Pokok Sistem Kesehatan
Sebenarnya suatu system kesehatan yang baik harus memenuhi tiga syarat pokok yaitu : Organisasi pelayanan, Organisasi pembiayaaan, Mutu pelayanan dan pembiayaan.
D. Subsistem Dalam Sistem Kesehatan
(44)
Adapun yang dimaksud dengan subsistem pelayanan kesehatan disini ialah yang menunjuk kepada kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagai upaya kesehatan yang diselenggarakan dalam satu Negara.
2). Subsistem pembiayaan kesehatan
Adapun yang dimaksud dengan subsistem pembiayaan kesehatan disini ialah yang menunjuk kepada kesatuan yang utuh dan terpadu dari pembiayaan upaya kesehatan yang berlaku dalam suatu Negara.
3. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan
Syarat pokok yang dimaksud adalah :
a. Tersedia dan Berkesinambungan
b. Dapat diterima dan Wajar
c. Mudah dicapai
d. Mudah dijangkau
e. Bermutu29
29
DR. Dr. Azrul Azwar M.P.H,Pengantar Administrasi kesehatan,(Jakarta : Binarupa Aksara, i996), edisi ke-3, h. 38
(45)
33
D. Konsep Haji
1. Pengertian Haji
Haji menurut pengertian bahasa, “berarti berniat pergi, bermaksud, atau
menuju ke suatu tempat tertentu”.30
Haji dalam pengertian istilah para ulama, ialah menuju ka’bah untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tertentu. Atau dengan perkataan lain bahwa haji adalah mengunjungi suatu tempat tertentu dengan melakukan suatu pekerjaan tertentu.31
Dalam buku Fiqh Empat Mazhab bagian ibadat (Puasa, Zakat, Haji, Kurban), Abdurrahman Al-zaziri menyatakan bahwa yang dimaksud dengan haji secara bahasa adalah menuju kemuliaan, sedangkan pengertian haji secara istilah adalah amalan-amalan tertentu dan cara tertentu pula.32
Menurut Fachruddin HS, pengertian haji adalah sengaja berkunjung
menziarahi ka’bah (Baitullah) yang terletak dalam masjidil haram (masjid
30
Ahmad Thib Raya, Siti Musdah Mulia,Menyelami seluk beluk ibadah dalam islam,
(Jakarta : Prenaa Media, 2003), h. 227
31
ibidh. 228
32
Abdurrahman al-Zaziri,Fqh 4 Mazhab Bagian Ibadat (Puasa, Zakat, Haji, Kurban),
(46)
suci) di makkah al-mukarramah, dengan niat menunaikan ibadah haji yaitu rukun islam yang kelima karena memenuhi perintah Allah.33
Dari beberpa pengertian diatas dapat dipahami bahwa haji adalah suatu
ibadah yang dilakukan dengan mengunjungi ka’bah (Baitullah) yang
dilakukan pada waktu tertentu dengan syarat-syarat tertentu yang telah ditetapkan, yang kesemuanya itu dilakukan dalam rangka mentaati perintah Allah dan untuk mencapai ridho-Nya.
2. Hukum Haji
Ibadah haji diwajibkan Allah kepada kaum muslimin yang telah mencukupi syarat-syaratnya, menunaikan ibadah haji diwajibkan hanya sekali seumur hidup, yang kedua kali dan seterusnya adalah sunat.34
Ibadah haji diwajibkan berdasarkan firman Allah SWT yang tertera dalam Al-quran surat Ali-Imran ayat 96-97 yang berbunyi :
33Fachruddin HS,Pembinaan Mental Bimbingan Al-quran,(Jakarta : BIana Aksara, 1984), h. 107
34
(47)
35
“sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia ialah Baitullah yang Bakkah (makkah) yang diberkahi dan menjadi bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (diantaranya makam Ibrahim), barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia, mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah, barang siapa mengingkari (kewajban haji), maka sesungguhnya Allah maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”
3. Macam-Macam Haji
Dalam pelaksanaannya haji terdiri dari tiga macam yaitu :35
a. Haji ifrad, yaitu membedakan haji dan umroh. Ibadah haji dan umroh masing-masing dikerjakan tersendiri. Adapun pelaksanaannya, ibadah haji dilakukan terlebih dahulu setelah selesai baru melakukan umroh dalam satu
musim haji. Dalam hal ini jama’ah tidak dikenakandam(denda).
35
(48)
b. Hajitamattu’ (bersenang-senang), yaitu melakukan umroh terlebih dahulu pada bulan-bulan haji dan setelah selesai baru melakukan haji. Adapun pelaksaannya adalah : melakukan ihram dari miqaat untuk umroh (dikerjakan setelah masuk bulan haji) kemudian melaksanakan haji setelah meyelesaikan semua pekerjaan rumah, keduamya dikerjakan pada musim haji tahun yang bersangkutan juga. Orang yang mengerjakan haji dengan cara ini wajib membayar hadyu atau denda (dam), yakni dengan menyembelih seekor kambing, jika tidak mampu dapat diganti dengan puasa selama sepuluh hari yaitu : tiga hari ketika masih ditanah suci dan tujuh hari setelah ditanah airnya.36
c. Haji qiran (bersama-sama) yaitu : melaksanakan ibadah haji dan umroh secara bersamaan. Adapun mengenai pelaksanaannya adalah melakukan ihram dari miqaat dengan niat untuk haji serta umroh sekaligus dan melakukan semua pekerjaan haji.37 Seseorang yang melakukan haji qiran ini wajib membayar dam dengan menyembelih seekor kambing, jika tidak sanggup membayar dam tersebut dapat diganti dengan berpuasa tiga hari di tanah suci dan tujuh hari setelah kembali dengan keluarganya.
36
Departemen Agama RI, Bimbingan Ibadah Haji, umrah, dan ziarah, (Jakarta : 2000), H. 51
37
(49)
37 BAB III
GAMBARAN UMUM KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN BOGOR
A. Sejarah Kementerian Agama Kabupaten Bogor
Departemen Agama adalah sebuah lembaga Negara yang memiliki peran dan fungsi pelayanan dan bimbingan di bidang agama. Keberadaan lembaga Negara ini dilatarbelakangi kondisi bangsa Indonesia yang religius. Hal tersebut tercermin baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam kehidupan bernegara. Di lingkungan masyarakat terlihat terus meningkat kesemarakan dan kekhidmatan kegiatan keagamaan, baik dalam bentuk ritual, maupun dalam bentuk sosial keagamaan. Semangat keagamaan tersebut, tercemin pula dalam kehidupan bernegara yang dapat dijumpai dalam falsafah Negara pancasila, UUD 1945, GBHN dan memberi jiwa dan warna pada pidato-pidato kenegaraan.
Pembentukan Departemen Agama adalah suatu bukti bahwa agama merupakan elemen yang amat penting dan terkait secara fungsional dengan kehidupan bernegara. Parafounding fathers negara pada waktu itu menyadari perlunya pengaturan dan kebijakan negara yang berkaitan dengan urusan agama melalui lembaga Departemen Agama. Departemen Agama dibentuk dalam rangka memenuhi kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan isi
(50)
Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 29. Karena itu, Departemen Agama bekerja untuk melindungi kepentingan agama dan umat beragama.
Secara filosofis, sosio politis dan historis agama bagi bangsa Indonesia sudah berurat dan berakar dalam kehidupan bangsa. Itulah sebabnya para tokoh dan pemuka agama selalu tampil sebagai pelopor pergerakan dan perjuangan kemerdekaan baik melalui partai politik maupun sarana lainnya. Perjuangan gerakan kemerdekan tersebut melalui jalan yang panjang sejak zaman colonial Belanda sampai kalahnya Jepang pada perang Dunia ke II. Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada masa kemerdekaan kedudukan agama menjadi lebih kokoh dengan ditetapkannya Pancasila sebagai ideology dan falsafah Negara dan UUD 1945. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang diakui sebagai sumber dari sila-sila lainnya mencerminkan karakter bangsa Indonesia yang sangat religius dan sekaligus memberi makna rohaniah terhadap kemajuan-kemajuan yang akan dicapai.
Dua hari pasca pembacaan teks proklamasi, rapat sederhana digelar untuk mendiskusikan beberapa kementerian yang akan menopang kerja pemerintah Indonesia yang baru merdeka. Waktu itu, tampak hadir antara lain Kasman Singodimejo, tokoh Muhammadiyah masa awal kemerdekaan, Sutardjo Kartohadikusumo, Wakil Ketua I Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP),
(51)
39
dan Latuharhary, Wakil Ketua II KNIP. Mereka adalah panitia yang menggodok pembentukan kementerian yang akan membantu kerja presiden.
KNIP adalah lembaga legislatif setingkat Dewan Perwakilan Rakyat pada awal kemerdekaan. Saat rapat, menginjak pembahasan kementerian agama,
Latuharhary keberatan. “Masalahnya siapa yang akan menjadi menteri agama yang dapat diterima semua pihak?” keluhnya. Singkat cerita, akhirnya,
kementerian agama ditangguhkan. Untuk sementara, urusan agama dimasukkan dalam kementerian pendidikan dan kebudayaan.
Kurang lebih tiga bulan setelah rapat pembahasan, KNIP menggelar sidang pleno di gedung Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tanggal 24-28 Nopember 1945. Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta, wakilnya, serta anggota KNI Daerah (KNID) turut memadati gedung kampus yang terletak di Salemba, Jakarta pusat itu. Hasil rapat yang digelar sebelumnya diplenokan di sini. Ruangan menjadi riuh saat pandangan umum dari wakil-wakil KNI Daerah. Mereka menyuarakan berbagai aspirasi yang dibawa dari berbagai daerah. Terutama, saat pandangan umum dari wakil KNI Karesidenan Banyumas, Jawa Tengah. KH. Saleh Suaidi, yang berperan
sebagai juru bicara unjuk pendapat, “Hendaknya janganlah urusan agama di
(52)
kebudayaan saja, tetapi mestinya didirikan kementerian agama yang khusus
dan tersendiri.” Usulnya.
Gagasan tersebut, ternyata mendapatkan dukungan mayoritas, secara aklamasi, dari utusan golongan dan Badan Pekerja (BP) KNIP, semacam Majelis Permusyawaratan Rakyat tempo dulu. Kementerian ini kemudian disahkan berdasarkan Penetapan Pemerintah Nomor I/SD, tanggal 3 Januari 1946, bertepatan tanggal 24 Muharram 1364 H. Menteri pertamanya adalah Mohammad Rasyidi. Pada tahun 1960 melalui Keputusan Presiden No. 21 Tahun 1960 dan Peraturan Menteri Agama No. 14 Tahun 1960, istilah Kementerian berubah menjadi Departemen.
Lahirnya Departemen Agama di Indonesia –sebagaimana telah disinggung di atas–menjadi titik tolak berdirinya Kantor Departemen Agama di seluruh wilayah Indonesia, baik di tingkat Propinsi – yang disebut kantor wilayah- maupun tingkat Kabupaten–yang disebut kantor kabupaten. Begitu juga berdirinya Kantor Departemen Agama Kabupaten Bogor, tidak terlepas dari berdirinya Kantor Wilayah Departemen Agama Prop. Jawa Barat, karena Departemen Agama merupakan institusi yang bersifat vertikal, dari pusat di Jakarta hingga di Kecamatan, walaupun di era otonomi daerah saat ini.
Seiring perjalanan waktu susunan organisasi Departemen Agama mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Begitu juga dengan struktur
(53)
41
organisasi Kantor Departemen Agama Kabupaten Bogor mengalami perubahan mengikuti perkembangan organisasi Departemen Agama di tingkat Pusat maupun tingkat propinsi.
Kantor Departemen Agama Kabupaten Bogor berdiri pada tahun 1976 – dua puluh tahun setelah berdirinya Kabupaten Bogor pada tahun 1956 -. Awalnya bernama Kantor Urusan Agama Kabupaten. Pada saat itu yang menjadi pimpinannya adalah, 1) K.H. Abdul Kadir Maturidi dan 2) Abu Hasan Ya’cub. Setelah itu menjadi Kantor Perwakilan Departemen Agama Kabupaten Bogor. Kepala Kantor perwakilan pertama saat itu adalah H. Abu Bakar.
Struktur organisasi Kantor Perwakilan Departemen Agama Kabupaten Bogor pada saat itu terdiri dari, 1) Inspeksi Urusan Agama Islam, 2) Inspeksi Penerangan Agama Islam, dan 3) Inspeksi Pendidikan Agama Islam. Dua tahun kemudian, yakni tahun 1978, terjadi perubahan nama dari kantor perwakilan menjadi Kantor Departemen Agama. Perubahan nama tersebut, diikuti oleh perubahan istilah dari Inspeksi menjadi seksi, 1) Seksi Urais, 2) Seksi Penais dan 3) seksi Pendais.
Seiring perkembangan zaman, struktur organisasi Kantor Departemen Agama Kabupaten Bogor mengalami perubahan. Saat ini, strukturnya terdiri dari, 1) Kepala, 2) Sub. Bagian Tata Usaha, 3) Seksi Urais, 4) Seksi Haji dan
(54)
Umroh, 5) Seksi Mapenda, 6) Seksi Penamas, 7) Seksi Pekapontren, dan 8) Seksi Penyelenggara Zakat dan Wakaf. Begitu juga dengan istilah Departemen, Pada masa pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, nama Departemen diubah menjadi Kementerian.
Sampai saat ini, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor terus menjalankan fungsi dan perannya sebagai pelopor etika berbangsa, inspirator pembangunan dan motivator bagi terciptanya kehidupan beragama yang kondusif dan dinamis dalam mewujudkan kehidupan yang agamis/ religious.
B. Visi Misi Kementerian Agama Kabupaten Bogor
VISI
“Terwujudnya Agama sebagai landasan moral, etik dan spiritual dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dikalangan masyarakat kabupaten bogor”
MISI
1. Mewujudkan pelayanan prima dalam bidang administrasi.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan ibadah sosial dan keagamaan dan kehidupan keluarga sakinah.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan madrasah dan pendidikan agama pada sekolah umum.
(55)
43
4. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan perguruan agama dan pendidikan keagamaan pada masyarakat.
5. Memberdayakan lembaga dan institusi keagamaan. 6. Memperkokoh kerukunan hidup umat beragama.1
C. Tugas Pokok dan Fungsi Kementerian Agama Kabupaten Bogor
Ada beberapa tugas pokok yang harus dijalani oleh Kementerian Agama Kabupaten Bogor, antara lain adalah :
1. Tugas Pokok
a. Tugas Pokok Kementerian Agama RI
Kementerian Agama mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintah dan pembangunan di bidang agama.
b. Tugas Pokok Kementerian Agama Kabupaten Bogor
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor mempunyai tugas melaksanakan tugas pokok dan fungsi Kementerian Agama dalam wilayah kabupaten bogor berdasarkan kebijakan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat dan Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. FUNGSI
A. Fungsi Pokok Kementerian Agama RI
1
(56)
1). perumusan dan penyiapan kebijakan umum dibidang agama berdasarkan peraturan perundang Penetapan kebijakan pelaksanaan. Kebijakan teknis dan pengendalian pelaksanaannya, pengelolaan kekayaan Negara serta -undangan yang berlaku.
2). Pembinaan dan Koordinasi pelaksanaan tugas administrasi kementerian agama dalam arti perencanaan dan pemberdayaan sumberdaya, pengorganisasian, serta hubungan antar lembaga.
3). Penelitian dan pengembangan proses dalam melaksanakan tugas serta penyajian informasi.
4). pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, pengelolaan data dan penyajian informasi.
5). pelaksanaan pengawasan.
B. Fungsi Pokok Kementerian Agama Kabupaten Bogor
1). Perumusan visi, misi dan kebijakan teknis dibidang pelayanan dan bimbingan kehidupan beragama di Kabupaten Bogor.
2). Pembinaan, pelayanan dan bimbingan di bidang bimbingan masyarakat islam, pelayanan haji dan umroh, pengembangan zakat dan wakaf, pndidikan agama dan keagamaan, pondok pesantren, pendidikan agama islam pada masyarakat dan pemberdayaan masjid, urusan agama,
(57)
45
pendidikan agama, bimbingan masyarakat Kristen, katholik, hindu serta budha, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3). pelaksanaan kebijakan teknis dibidang pengelolaan admnistrasi dan informasi keagamaan.
4). pelayanan dan bimbingan dibidang kerukunan umat beragama.
5). pengkoordinasian perencanaan, pengendalian, dan pengawasan program.
6). pelaksanaan hubungan dengan pemerintah daerah, instansi terkait, dan lembaga masyarkat dalam rangka pelaksanaan tugas kmenterian agama kabupaten bogor.
(58)
Kepala
Drs. Suhendra MM
Kasubag TU
Drs. H. Wahyu Fachruddin
Kasi Urais
Drs. Hidayat MA
Kasi Penyelenggara Haji dan Umroh
Drs. H. Cecep Nuryaadi MA
Kasi Pekapontren
Drs. H. Mat Nur. MM
Kasi Mapenda
Drs. H. Bahrul Ulum, M.Pd
Kasi Penamas
Deden Efendi, S.E.
Kasi Penyelenggara Haji dan Umroh
(59)
37
E. Rincian Tugas Kementerian Agama Kabupaten Bogor
Adapun rincian tugas Kementerian Agama Kabupaten Bogor adalah :
1. Kepala Kementerian Agama Kabupaten Bogor mempunyai tugas antara lain :
a. Mengepalai kementerian agama kabupaten bogor sebagai perwakilan dari daerah.
b. memimpin rapat di kementerian agama kabupaten bogor.
c. menghadiri berbagai undangan yang ditujukan kepada kementeian agama kabupaten bogor.
2. Kasubag Tata Usaha Kementerian Agama Kabupaten Bogor mempunyai tugas antara lain :
a. Membantu tugas dari Kepala Kementerian Agama Kabupaten Bogor
b. Mewakili rapat Kementerian Agama Kabupaten Bogor
c. Memimpin sub unit sekretariat yang terdiri dari keuangan, kepegawaian, umum dan memimpin 8 seksi yang berada di Kementerian Agama Kabupaten Bogor
3. Kasi Urais Kementerian Agama Kabupaten Bogor mempunyai tugas antara lain :
(60)
a. Megepalai atau memimpin KUA yang berada di wilayah Kabupaten Bogor
b. Menghadiri rapat mengenai poduk halal, hisab dan rukyat dan tugas-tugas yang dilimpahkan langsung kepada Urais
4. Kasi Penyelenggara Haji dan Umroh Kementerian Agama Kabupaten Bogor mempunyai tugas antara lain :
a. Menghadiri rapat ke Kanwil Kabupaten Bogor
b. Membantu tugas Kepala Kementerian Agama Kabupaten Bogor
c. Memimpin rapat intern dalam bidang haji kepada para staf haji
5. Kasi Pekapontren Kementerian agama Kabupaten Bogor mempunyai tugas antara lain
a. Memimpin MIN (Madrasah Islam Negeri) yang ada di wilayah Kabupaten Bogor
b. Membantu tugas Kepala Kementerian Agama Kabupaten Bogor
6. Kasi Mapenda Kementerian Agama Kabupaten Bogor mempunyai tugas antara lain :
a. Mengepalai atau memimpin guru-guru agama maupun umum yang ada di wilayah Kabupaten Bogor
(61)
49
b. Membantu tugas dari Kepala kementerian Agama Kabupaten Bogor
c. Mengumpulkan semua data yang berhubungan dengan guru agama yang berada di lingkungan Kabupaten Bogor
7. Kasi Penamas Kementerian Agama Kabupaten Bogor mempunyai tugas antara lain :
a. Mengepalai atau memimipin majelis taklim, TPQ/K di wilayah Kabupaten Bogor
b. Membantu tugas dari Kepala Kementerian Agama Kabupaten Bogor
8. Kasi Penyelenggara Zakat dan Wakaf Kementerian Agama Kabupaten Bogor mempunyai tugas antara lain :
a. Membantu tugas dari Kementerian Agama Kabupaten Bogor
b. Memimpin rapat intern dalam bidang zakat dan wakaf kepada para staf
c. Menghadiri rapat di Bazda kabupaten Bogor
Fungsi dari masing-masing bagan atau struktur organisasi kementerian agama kabupaten bogor adalah :
1. Kepala Kementerian Agama Kabupaten Bogor mempunyai fungsi sebagai berikut :
(62)
a. Memberikan pembinaan, pembimbingan, dan pelayanan kepada masyarakat umat beragama di wilayah Kabupaten Bogor.
b. Menjadi pemimpin rapat di Kementerian Agama Kabupaten Bogor
2. Kasubag Tata Usaha Kementerian Agama Kabupaten Bogor mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Memberikan kualitas pelayanan administrasi dan manajemen
b. Menjadi wakil rapat di Kementerian Agama Kabupaten Bogor
c. Mengkoordinasi manajerial terhadap pelaksanaan tugas di seluruh jajaran Kementerian Agama Kabupaten Bogor
3. Kasi Urais Kementerian Agama Kabupaten Bogor mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Memberikan kualitas pelayanan dan bimbingan bidang urusan agama islam di wilayah kabupaten bogor.
b. Membantu masyarakat agar lebih mengenal produk halal yang memang harus diketahui agar tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan masyarakat setempat.
4. Kasi Penyelenggara Haji dan Umroh Kementerian Agama Kabupaten Bogor mempunyai fungsi sebagai berikut ;
(63)
51
a. Memberikan kualitas pelayanan yang baik dan prima dalam bimbingan haji dan umroh di wilayah kabupaten bogor.
b. Membantu calon jama’ah haji agar dapat menunaikan ibadah haji dengan
segala informasi yang diterima dari Menteri Agama maupun dari Kanwil Kabupaten Bogor.
c. Mendata para calon jama’ah haji yang telah mendaftar dan termasuk dalam daftar tunggu.
5. Kasi Pekapontren Kementerian agama Kabupaten Bogor mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Memberikan kualitas pelayanan dan bimbingan penyelenggaraan pendidikan pada Madrasah dan Pendidikan Agama Islam sekolah umum dan sekolah luar biasa di wilayah Kabupaten Bogor.
6. Kasi Mapenda Kementerian Agama Kabupaten Bogor mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Memberikan kualitas pelayanan dan bimbingan penyelenggaraan penidikan keagamaan dan pondok pesantren pada para pengajar atau guru-guru yang ada di wlayah Kabupaten Bogor.
7. Kasi Penamas Kementerian Agama Kabupaten Bogor mempunyai fungsi sebagai berikut :
(64)
a. Memberikan kualitas pelayanan dan penyelenggaraan pendidikan Agama Islam pada masyarakat dan pemberdayaan masjid serta majelis taklim di wilayah Kabupaten Bogor.
8. Kasi Penyelenggara Zakat dan Wakaf Kementerian agama Kabupaten Bogor mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Memberikan kualitas pelayanan dan bimbingan penyelenggaraan zakat dan wakaf di wilayah Kabupaten Bogor.
Adapun kaitan antara struktur itu sendiri dengan kinerja organisasi Kementerian Agama Kabupaten Bogor dalam rangka mensukseskannya antara lain :
1. Menyusun program rencana rutin dan pembangunan secara terpadu.
2. Melaksanakan program dan pelaporan
3. Melakukan pelayanan dan pembinaan di bidang penyusunan dan kebijakan serta pengembangan organisasi dan kepegawaian.
4. Meningkatkan sumberdaya manusia.
5. Membangun sisitem informasi keagamaan.
6. Meningkatkan pelayanan bimbingan/penyuluhan haji dan umroh.
(65)
53
8. Mengusulkan bantuan pengadaan kitab suci Al-qur’an dan terjemah.
9. Peningkatan kualitas pelayanan dan bimbingan penyuluhan dan lembaga dakwah.2
2
(66)
54
KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN BOGOR TERHADAP
JAMA’AH HAJI TAHUN 2010
A. Urgensi Pelayanan Kesehatan Haji Terhadap Calon Jama’ah Haji
Pada Bab I penulis telah menjelaskan, bahwa dalam undang-undang No. 13 tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah haji terdapat beberapa hal yang harus diupayakan secara konsisten dan terus menerus dalam hal penyelenggaran ibadah haji, yang diantaranya adalah pelayanan administrasi, dokumentasi, transportasi, dan kesehatan. Dalam hal ini penulis memfokuskan
pembahasan pada pelayanan kesehatan haji terhadap calon jama’ah haji.
Ibadah haji bukan hanya ibadah rohani semata, tapi ibadah haji juga merupakan ibadah yang sarat dengan aktivitas fisik, hal ini membuktikan bahwa ibadah haji adalah ibadah yang harus ditopang oleh kesehatan fisik agar proses pelaksanaan ibadah haji dapat berjalan dengan baik. Oleh karena
itu agar jama’ah haji memiliki kesehatan yang baik maka perlu dilakukan
persiapan, pelayanan juga pembinaan kesehatan terhadap calonjama’ah haji.
Untuk mendapatkan kesehatan yang baik, juga untuk menjaga kesehatan
calon jama’ah haji adalah merupakan suatu hal yang tidak mudah, namun
(67)
55
itu agar jama’ah haji memiliki kesehatan yang yang optimal, maka jauh hari
sebelum pemberangkatan perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan dan pembinaan kesehatan secara tepat.
Kesehatan yang baik selama menjalankan ibadah haji tentu sangat diperlukan, dan hal ini menjadi sangat penting mengingat kondisi cuaca di Tanah Suci sangat jauh berbeda dengan keadaan cuaca di Indonesia. Oleh karena itu pelayanan kesehatan atau yang saat ini dikenal dengan istilah pembinaan kesehatan yang harus sudah dijalani oleh calon haji jauh-jauh hari pada saat sebelum berangkat meninggalkan tanah air menjadi sangat penting
bagi calon jama’ah haji.1
Langkah awal dari membina kesehatan ialah memeriksakan kesehatan.
Disini calon jama’ah haji diharuskan memeriksakan kesehatannya ke puskesmas domisili atau RSUD setempat, pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah kenapa harus memeriksakan kesehatan? Seperti yang telah penulis jelaskan diatas faktor kesehatan menjadi sangat penting dalam melakukan ritual ibadah haji, dan untuk memiliki kesehatan yang baik tentu
terlebih dahulu calon jama’ah haji harus mengetahui keadaan kesehatannya, untuk mengetahui keadaan kesehatan tersebut maka calon jama’ah haji harus
memeriksakan kesehatannya terlebih dahulu agar dapat diketahui keadaan kesehatan jiwa raganya secara tepat. Jadi pemeriksaan kesehatan diperlukan
1
(68)
untuk mengetahui kodisi kesehatan calon jama’ah haji, apakah ia dalam
keadaan sehat, sakit atau memiliki keterbatasan. Dari pemeriksaan kesehatan
yang dilakukan oleh calon jama’ah haji ini diharapkan calon jama’ah haji
dapat mencapai dan mendapatkan predikat haji yang mabrur dengan didukung oleh kesehatan yang baik, karena pemeriksaan kesehatan adalah merupakan
alat untuk mencapai taraf istitho’ahdalam hal kesehatan.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada calon jama’ah haji,
Kementerian Agama Kabupaten Bogor tidak berdiri sendiri, akan tetapi ia berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor yang memang sudah
lebih “akrab” dengan permasalahan-permasalahan kesehatan. Hubungan Kementerian Agama Kabupaten Bogor dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dalam hal permasalahan kesehatan haji ini sudah diatur dalam Surat Keputusan Bersama dan sudah ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Agama RI Nomor 396 tahun 2003 tentang penyelenggaraan ibadah haji dan umroh.2 Dalam pasal 1 nomor 16 di jelaskan bahwa “
Departemen/Lembaga/instansi terkait dengan Departemen Agama dalam menyelenggarakan ibadah haji adalah Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri, Departemen Keuangan, Departemen Perhubungan,
2
(69)
57
Departemen Kehakiman dan HAM, Departemen Kesehatan, Kementerian
Komunikasi dan Informasi, Departemen Pertahanan dan Bank Indonesia.”3
Untuk pelayanan kesehatan memang sudah sepenuhnya menjadi tugas dan tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, akan tetapi Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak akan mengetahui jumlah jama’ah haji
Kabupaten Bogor yang akan berangkat ke Tanah Suci pada tahun 2010 jika tidak melalui Kementerian Agama, disinilah tugas Kementerian Agama Kabupaten Bogor yang dalam hal ini adalah seksi penyelenggaraan haji dan umroh untuk memberikan data-data jama’ah yang akan berangkat ke Tanah
Suci pada tahun 2010 ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor.
Adapun prosedur atau mekanisme kerja dalam hal pelayanan kesehatan
terhadap calon jamaa’ah haji yang dilakukan oleh Kementerian Agama kabupaten bogor ialah mencatat data-data jama’ah haji yang memiliki nomor
porsi pemberangkatan pada tahun 2010 , dimana data-data tersebut memang sudah memenuhi dan sesuai dengan kuota yang diberikan Pemerintah untuk wilayah Kabupaten Bogor, kemudian data-data jama’ah tersebut
dikelompokkan berdasarkan domisili dari masing-masing jamaah sesuai wilayah kecamatan, selanjutnya data-data jama’ah tersebut diserahkan kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor untuk proses pelayanan kesehatan haji
3
Kementerian Agama RI, Dirjend Penyelenggaraan Haji dan Umroh,Himpunan Peraturan Perundang-undangan,(jakarta : 2010)
(70)
yang termasuk didalamnya mengenai pemeriksaan dan pembinaan kesehatan
calon jama’ah haji. Adapun tujuan dari pengelompokkan calon jama’ah haji
berdasarkan wilayah kecamatan ialah untuk mempermudah proses pemeriksaan dan pelayanan kesehatan di puskesmas domisili dari
masing-masing calon jama’ah haji.
Di bawah ini penulis mencantumkan data-data karyawan Kementerian Agama Kabupaten Bogor seksi Penyelenggaraan Haji dan Umroh serta data-data karyawan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor pada Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan yang menangani urusan
haji dalam proses pelayanan kesehatan haji terhadap calon jama’ah haji.
Data Karyawan Kementerian Agama Kabupaten Bogor Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umroh Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa jumlah karyawan/karyawati Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umroh di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor adalah 11 orang, dari jumlah karyawan tersebut diharapkan
Jenis Kelamin Jumlah Dalam Angka Prosentase (%)
9 81,81%
Laki-Laki
Perempuan 2 18,19%
100% 11
(1)
86
yang baik dengan menjalankan kewajiban kerja sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing.
3. Dalam mengimplementasikan strategi pelayanan kesehatan haji, Kementerian Agama Kabupaten Bogor dan Dinas kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas dari beberapa hambatan namun kesemuanya itu dapat diatasi dengan baik dan selalu di usahakan untuk di perbaiki kearah yang lebih baik yang pada akhirnya diharapkan akan berdampak positif pada proses pelayanan kesehatan yang akan datang. Secara keseluruhan pelayanan kesehatan haji berjalan dengan lancar meskipun tidak lepas dari kekurangan-kekurangan yang ada, namun kekurangan-kekuranagan itu selalu diupayakan untuk terus diperbaiki agar dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada jama’ah haji.
B. Saran–Saran
Akhirnya Penulis hanya dapat memberikan sekelumit saran untuk Kementerian Agama Kabupaten Bogor seksi Penyelenggaraan Haji dan Umroh dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan yang mudah-mudahan dapat memberikan masukan dan bermanfaat untuk dijadikan bahan pertimbangan pada proses pelayanan kesehatan haji pada tahun-tahun yang akan datang :
(2)
1. Untuk terus mempertahankan hubungan kerja yang baik dan harmonis antara Kementerian Agama Kabupaten Bogor dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor terutama seksi Penyelenggaraan Haji dan Umroh dan Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan. Dan selalu memberikan penataran untuk permasalahan kesehatan haji kepada para pegawai seksi haji juga pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor.
2. Terus menerus memberikan sosialisasi kepada calon jama’ah haji akan pentingnya faktor kesehatan dalam melakukan ibadah haji melalui brosur, pamplet, booklet atau dengan mengadakan seminar kesehatan haji untuk calon jama’ah haji.
3. Khusus untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan, pada saat pemeriksaan kesehatan tahap pertama, diharapkan dokter puskesmas domisili yang diberi wewenang memeriksa untuk lebih teliti lagi memeriksa keadaan kesehatan calon jama’ah haji. Juga diharapkan dapat menambahkan Tenaga Medis untuk menghindari antrian yang panjang dalam proses pelayanan dan pembinaan kesehatan haji .
4. khusus untuk Kementerian Agama Kabupaten Bogor Terutama Seksi penyelenggaraan Haji dan Umroh agar bisa memanfaatkan kuota jama’ah
(3)
88
haji wilayah kabupaten bogor yang berjumlah sebanyak 3140 orang dengan memberangkatkan seluruh kuota yang ada. Terlepas dari kendala apa saja yang dihadapi pada tahun 2010 Kementerian Agama Kabupaten Bogor Seksi Peneyelenggaraan haji dan umroh hanya memberangkatkan 3015 jama’ah haji. Dan terakhir penulis berharap agar Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor bersama Kementerian Agama Kabupaten Bogor meringankan biaya pemeriksaan kesehatan dan obat-obatan untuk calon jama’ah haji.
(4)
89 Aziz, Abdul Bin Abdullah Bin Baaz,
tuntunan Alquran dan As-Sunnah,(Jakarta: CV Firdaus, 1993)
Brata, Atep Adya, Bisnis dan Hukum Perdata Dagas SMK, (Bandung : Armico, 1999)
David, R, Fred, Manajemen Strategis Konsep, (Jakarta :PT Pren Halindo, 2002)
Departemen Agama RI, Al Qur’an Tajwid dan Terjemahnya.(Bandung: PT Syamil Cipta Media, 2002)
Departemen Agama RI. Hikmah Ibadah Haji, (Jakarta : Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Ibadah Haji, 2003)
Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka, 2007)
Gustomo, Staf Pelaksana Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan, Kantor Dinas Kesehatan Kabupate Bogor, Wawancara Pribadi, Bogor : 16 April 2011
(5)
90
Kasmir,Etika Customer Service,( Jakarta : PT. Raja Gravindo, 2005)
Kementrian Agama RI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, (Jakarta: Bidang Penyelenggaraan Haji, zakat dan Wakaf, 2009)
Kottler, Philip,Marketing Manajemen, analisis planning, implementation and control,Eight Edition, New Jersey 1994
Moenir, AS, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2000)
Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000
Nidjam, Ahmad. dan A. Latif Hanan, Manajemen Haji, Jakarta : Zikrul Hakim, 2000
Nuryadi, Cecep, Kasi Penyelenggaraab Haji dan Umroh, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor, Wawancara Pribadi, Bogor : 7 Maret 2011
Purwanto, Iwan,Manajemen Strategi,(Bandung : Irama Widya, 2007)
Rafi’udin dan Maman Abd Jaliet, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung : Pustaka Setia, 2002)
(6)
Raya, Ahmad Thib, dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam,(Jakarta: Prenada Media, 2003) Cet. Ke-1
Siagian, Sondang, Analisa serta Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi. (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986)
Supratikno, Hendrawan, AdvanceSstrategi Management : Back to Basic Approach,(Jakarta: PT. Gravindo Utama, 2003)
Stainer, A George, dan John Minner, Manajemen Strategik, (Jakarta:Erlangga)
Supriyono, Manajemen Strategik dan Kebijakan Bisnis (Yogyakarta : BPFE, 1986)
Syamsuddin, Din, Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani, ( Jakarta : Logos, 2000)
Uchayana, Onong, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung : PT. Remaja rosdakarya, 1992) cet ke 4
Usman, Husain, dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta :PT : Bumi Aksara, 2003) cet ke 4
Wulantari, Eulis,Kabid Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan, Kantor Dinas Kesehatan Kabupate Bogor, Wawancara Pribadi, Bogor : 16 maret 2011