Kontra Indikasi Seksio Sesarea Komplikasi Seksio Sesarea 1. Pada Ibu

16 Faktor-faktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas pembedahan ialah kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi untuk melakukan pembedahan, dan lamanya persalinan berlangsung. Tentang faktor pertama, niscaya seorang wanita dengan plasenta previa dan perdarahan banyak memiliki resiko yang lebih besar daripada seorang wanita lain yang mengalami seksio sesarea elektif karena disproporsi sefalopelvik. Demikian pula makin lama persalinan berlangsung, makin meningkat bahaya infeksi postoperative, apalagi setelah ketuban pecah. 28 a Infeksi puerperal, dapat bersifat ringan, seperti kenaikan suhu beberapa hari dalam masa nifas atau dapat bersifat berat, seperti peritonitis dan sepsis. Infeksi postoperative terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala infeksi intrapartum, atau ada faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu. Bahaya infeksi sangat diperkecil dengan pemberian antibiotika, akan tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali. b Perdarahan, yang jumlahnya banyak dapat timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteri uterine ikut terbuka, atau karena atonia uteri. Pada umumnya perdarahan pada seksio sesarea lebih banyak daripada persalinan dengan lahir spontan. Perdarahan tersebut disebabkan oleh insisi uterus, ketika pelepasan plasenta, mungkin juga karena terjadinya atonia uteri pasca partum, berhubung dengan itu pada tiap-tiap seksio sesarea perlu diadakan persediaan darah. Berbagai hasil review berkaitan dengan seksio sesarea yang didapatkan di Cocbrane Library tahun 2002, menyatakan bahwa pengangkatan plasenta secara manual mengakibatkan perdarahan yang lebih banyak dan kemungkinan risiko infeksi bertambah dibandingkan bila plasenta lahir spontan. 9 c Komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru, dan sebagainya sangat jarang terjadi. 17 d Suatu komplikasi yang kemudian tampak adalah kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya dapat terjadi ruptur uteri. 2. Pada Bayi Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan seksio sesarea banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan seksio sesarea. Menurut statistic di Negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal yang baik, kematian perinatal pasca seksio sesarea berkisar antara 4-7. 28 Adapun beberapa komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi pada pasien setelah melakukan operasi seksio sesarea adalah : 1. Masalah Psikologis Berdasarkan penelitian, perempuan yang mengalami operasi sesarea punya perasaan negatif usai menjalaninya tanpa memperhatikan kepuasan atas hasil operasi. Depresi pascapersalinan juga merupakan masalah yang sering muncul. Beberapa mengalami reaksi stres pascatrauma berupa mimpi buruk, kilas balik, atau ketakutan luar biasa terhadap kehamilan. Masalah psilokogis ini lama-lama akan mengganggu kehidupan rumah tangga atau menyulitkan pendekatan terhadap bayi. Hal ini bisa muncul jika ibu tak siap menghadapi operasi. 2. Pelekatan Organ Bagian Dalam Penyebab pelekatan organ bagian dalam pascaoperasi sesarea adalah tak bersihnya lapisan permukaan dari noda darah. Terjadilah pelengketan yang menyebabkan rasa sakit pada panggul, masalah pada usus besar, serta nyeri saat melakukan hubungan seksual. Jika kelak dilakukan operasi sesarea lagi, pelekatan bisa menimbulkan kesulitan teknis sehingga melukai organ lain, seperti kandung kemih atau usus.

2.1.7 Sel Darah Merah

18

2.1.7.1 Eritrosit dan Hemoglobin

Eritrosit atau sel darah merah merupakan salah satu komponen sel yang terdapat dalam darah, fungsi utamanya adalah sebagai pengangkut hemoglobin yang akan membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan 30 . Eritrosit merupakan suatu sel yang kompleks, membrannya terdiri dari lipid dan protein, sedangkan bagian dalam sel merupakan mekanisme yang mempertahankan sel selama 120 hari masa hidupnya serta menjaga fungsi hemoglobin selama masa hidup sel tersebut 31 . Eritrosit berbentu bikonkaf dengan diameter sekitar 7,5 μm, dan tebal 2 μm namun dapat berubah bentuk sesuai diameter kapiler yang akan dilaluinya, selain itu setiap eritrosit mengandung kurang lebih 29 pg hemoglobin, maka pada pria dewasa dengan jumlah eritrosit normal sekitar 5,4jt μl didapati kadar hemoglobin sekitar 15,6 mgdl 32 . Hemoglobin merupakan protein yang berperan paling besar dalam transpor oksigen ke jaringan dan karbondioksida ke paru-paru. Hemoglobin merupakan protein heme sama seperti myoglobin, myoglobin yang bersifat monomerik mengandung satu subunit banyak ditemukan di otot, sedangkan hemoglobin yang ditemukan di darah memiliki empat subunit polipeptida maka disebut tetramerik 33 . Masing-masing subunit dari hemoglobin mengandung satu bagian heme dan suatu polipeptida yang secara kolektif disebut globin, terdapat dua pasang polipeptida dalam setiap molekul hemoglobin dimana 2 dari subunit tersebut mengandung satu jenis polipeptida dan 2 lainnya mengandung poipeptida jenis lain. Pada orang dewasa normal 2 subunit mengandung polipeptida rantai α sedangkan subunit lainnya mengandung polipeptida β, sehingga hemoglobin jenis ini disebut hemoglobin A dengan kode α2β2. Namun pada darah orang dewasa ditemukan sekitar 2,5 hemoglobin dengan polipeptida rantai β yang disubtitusikan polipeptida rantai δ 32 .