Teori Sistem Hukum Kerangka Teori dan Kerangka Konseptual 1. Kerangka teori

dicantumkan sumber dan nama penulisnya sebagaimana mestinya. Dengan demikian, keaslian penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konseptual 1. Kerangka teori

Solly Lubis mengatakan bahwa landasan teori merupakan kerangka pemikiran, butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan problem yang dijadikan sebagai pegagangan teoritis dalam membuat kerangka berpikir dalam penulisan. 15 Teori-teori yang digunakan sebagai kerangka berpikir dalam menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah teori Sistem Hukum dan teori Monisme. Teori Sistem hukum merupakan teori yang membahas tentang bekerjanya komponen- komponen hukum secara sistematis dalam mencapai tujuan hukum, sementara teori monisme membahas tentang hubungan hukum nasional dan hukum internasional.

a. Teori Sistem Hukum

Sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang berarti suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian whole compound of several parts. Sistem merupakan suatu kebulatan yang memiliki unsur-unsur dan peran yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi. 16 Masing-masing unsur harus dilihat dalam kaitannya dengan unsur-unsur lain sehingga keseluruhannya seperti mozaik atau legpuzzle 17 15 M.Solly Lubis. Filsafat Ilmu dan Penelitian. Bandung: Mandar Madju, 1994 hal.80 . 16 Soewandi, Diktat Pengantar Ilmu Hukum, Salatiga: FH UKSW, 2005 hal. 65 17 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, Yogyakarta: Penerbit UAJY, 2010 hal. 24 Universitas Sumatera Utara Sistem hukum berfungsi untuk menjaga atau mengusahakan keseimbangan tatanan dalam masyarakat restitutio in integrum 18 Friedman menjelaskan bahwa sistem hukum adalah satu kesatuan hukum yang tersusun dari tiga unsur, yaitu substansi hukum legal substance , struktur hukum legal structure dan budaya hukum legal culture. Substansi hukum merupakan materi, norma atau aturan hukum yang menjadi panduan dan tolak ukur dalam berperilaku yang wujudnya dalam bentuk perundang- undangan atau aturan hukum. “ The substance is composed of substantive rules and rules about how instututions should behave .” 19 Struktur hukum adalah organisasi atau insitusi yang merupakan rangka dari Sistem hukum tersebut. The structure of the system is it’s skeletal framework; it is the permanent shape, the institutional body of the system. Beberapa substansi hukum yang berkenaan dengan pendidikan tinggi di Indonesia yang masih berlaku diantaranya adalah UU No. No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, PP No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, PP No. 66 tahun 2010 Tentang Perubahan atas PP No. 17 tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. 20 18 Ibid, hal 31 Struktur hukum berfungsi sebagai pelaksana dari substansi hukum, dalam bidang pendidikan diantaranya adalah Depdikbud, , BP-PTS, BAN PT, Kopertis, termasuk perguruan tinggi itu sendiri. 19 Lawrence M. Friedman. The Legal System: A Sosial Science Perspective, New York: Russell Sage Foundation, 1975 Hal. 11-16 Mengenai substansi hukum, L.A Hart menjelaskan bahwa Sistem hukum terdiri dari “primary rules” dan “secondary rules”. Primary rules adalah norma prilaku dan secondary rules merupakan norma yang mengatur norma-norma tersebut. H.L.A Hart. The concept of law, 1961. Hal 91-92 20 Ibid . hal 15 Universitas Sumatera Utara Budaya hukum adalah nilai-nilai, sikap, prilaku, atau cara pandang masyarakat terhadap hukum. “ Legal culrure is the element of sosial attitude and value. Legal Structure refers to those parts of general culture – custom, opinions, ways of doing and thinking-that bend sosial forces toward or away from the law and in particular ways ” 21 Budaya hukum sebagai kekuatan sosial berperan penting dalam menentukan efektifitas substansi hukum. “ What gives life and reality to the legal system is the outside, sosial world. The legal system is not insulated or isolated; it depends absolutely on inputs from outside” 22 Abduh Manan mengatakan tingkat kesadaran hukum tercermin dari kepatuhan dan ketaatan masyarakat terhadap hukum tersebut. 23 Paul Scholten bahkan mengatakan kesadaran hukum adalah dasar sahnya hukum positif hukum tertulis karena tidak ada hukum yang mengikat masyarakat kecuali atas dasar kesadaran hukum, karenanya kesadaran hukum adalah sumber dari semua hukum. 24 Substansi hukum, struktur hukum, dan budaya hukum ini sebagai satu sistem merupakan satu kesatuan yang bekerja secara sistematis dalam mencapai tujuan hukum tersebut. “A legal system in actual operation is a complex organism in which structure, substance, and culture interact .” 25 Sebagai contoh bagaimana ketiga unsur hukum tersebut berinteraksi satu sama lain dapat dilihat dari contoh berikut. Pemerintah dalam upaya meningkatkan mutu 21 Ibid. 22 Ibid. hal 15 23 Abdul Manan,. Aspek-aspek Pengubah Hukum. Jakarta: Kencana. 2009 . hal.19-20 24 Kesadaran Hukum. diakses dari http:saepudinonline.wordpress.com20110320kesadaran- hukum pada tanggal 30 Maret 2012 25 Lawrence M. Friedman. Op.Cit. hal 16 Universitas Sumatera Utara pendidikan, telah mensyaratkan guru harus minimal berijajah sarjana S1 26 . Melalui ketentuan ini Pemerintah mengharapkan guru-guru yang belum berpendidikan sarjana untuk dapat melanujutkan kuliah mereka ke jenjang Sarjana. Kenyataanya ada oknum- oknum guru yang justru memperoleh ijajah Sarjana dengan cara-cara yang tidak semestinya, misalnya membeli ijajah. 27 Praktik yang demikian juga terjadi pada profesi lainnya, bahkan ada aknum-oknum yang berani menggunakan ijazah palsu untuk mencalonkan diri menjadi anggota DPR RI. 28 Hal tersebut merupakan prilaku atau budaya hukum yang konradiktif dengan tujuan dibuatnya UU No. 14 Tahun 2005 tersebut. Praktik tersebut semakin langgeng karena tidak berfungsinya Legal structure dalam melakukan pengawasan. 29 Dari contoh di atas, UU No. 14 Tahun 2005 tersebut merupakan legal substance, sementara prilaku guru yang memperoleh ijajah Strata Satu dengan cara yang tidak sesuai dengan aturan perundang-undangan merupakan legal culture. Sementara perguruan tinggi yang mengeluarkan ijajah tersebut atau lembaga yang gagal mengawasi 26 Pasal 8 dan 9 UU Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen 27 Seorang guru berijazah palsu lulus uji kompetensi. Diakses dari http:www.antaranews. comberita315404seorang-guru-berijazah-palsu-lulus-uji-kompetensi pada tanggal 17 Januai 2013. Fenomena jual beli gelar selain tak bisa dilepaskan dari adanya permintaan pasar tenaga kerja yang berlabel legal formal, juga berkolaborasi dengan konsumerisme yang mengedepankan budaya instan. Gelar akademik pun dianggap sebagai komoditas yang bisa dikonsumsi dalam arti dibeli untuk dipajang dan dikoleksi. Mereka yang gemar mengoleksi berbagai gelar akademik seperti DrPhD, MA, MBA, MSc dan Profesor, mulai dari pengusaha, anggota DPRD, bupati, gubernur, pejabat militer, polisi hingga pendeta. Baca: “Jual Beli Gelar Akademik” dapat diakses dari http:www. analisisdaily.commobile read?id=21328 28 Anggota DPR Ketahuan Pakai Ijazah Palsu. Diakses dari http:metrotvnews.com index.php metromainnewsvideo20100722109655Anggota-DPR-Ketahuan-Pakai-Ijazah-Palsu pada tanggal 11 Juli 2012. 29 20 Persen Wakil Rakyat Diduga Gunakan Ijazah Palsu. Diakses dari http:jambi.tribunnews. com2012022920-persen-wakil-rakyat-diduga-gunakan-ijazah-palsu pada tanggal 11 Juli 2012. Baca juga : PTS Liar Tumbuh Subur. Dapat diakses di : http:www.hariansumutpos.com2011068416pts- liar-tumbuh-suburaxzz2RNWfZJpd Universitas Sumatera Utara peguruan tinggi tersebut merupakan legal structure. Kegagalan salah satu dari unsur sistem hukum ini bekerja akan berakibat pada tidak tercapainya tujuan hukun pendidikan itu sendiri. Hukum selalu berada pada status “law in the making”, tidak bersifat final. Hukum harus selalu peka terhadap perubahan yang terjadi dalam masyarakat, baik lokal, nasional, maupun global. Namun tujuan perubahan hukum tersebut harus dipastikan untuk melindungi rakyat. 30 GATS merupakan legal substance yang akan mengubah legal culture kita, atau legal culture masyarakat internasional yang telah merubah legal substance kita. Pemerintah sebagai legal structure yang memiliki otoritas yang paling dominan harus mampu memastikan bahwa ketiga unsur tersebut tertata rapi untuk menciptakan sinergitas dalam mencapai tujuannya, dalam hal ini tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu membuat atau menghilangkan substansi hukum akan selalu terjadi sebagai respon atas perubahan jaman.

b. Teori Monisme