c. Pendanaan
Pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumberdaya keuangan yang diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan,
161
yang tanggungjawabnya berada pada Pemerintah dan dialokasikan dalam APBN untuk:
162
a. biaya operasional, dosen dan tenaga kependidikan, serta investasi dan pengembangan bagi PTN
b. bantuan tunjangan profesi dosen, tunjangan kehormatan profesor, serta investasi dan pengembangan bagi PTS
c. dukungan biaya untuk mengikuti pendidikan tinggi bagi mahasiswa Dari ketentuan diatas, maka secara juridis, Pemerintah memberlakukan diskriminasi
antara PTN dan PTS dalam hal pendanaan pendidikan tinggi. Pendanaan pendidikan yang dialokasikan dalam APBN kepada PTS hanya bersifat bantuan, bukan subsidi
sebagaimana halnya kepada PTN. Hal ini sejalan dengan ketentuan pendirian PTS sebagaimana telah dibahas di atas, dimana ketika mengajukan pendirian PTS, telah
disyaratkan adanya jaminan tersedianya dana yang cukup untuk penyelenggaraan program pendidikan selama 4 tahun bagi akademi dan politeknik dan 6 tahun bagi
sekolah tinggi, institut dan universitas. Pendanaan pendidikan tinggi merupakan issu yang selalu hangat di bicarakan di
seluruh dunia, bahkan menjadi dilema bagi Pemerintah. Penyediaan anggaran pendidikan yang rendah akan mengakibatkan kualitas pendidikan tinggi menjadi rendah.
Sebaliknya penyediaan anggaran yang besar dapat mengakibatkan masalah terganggunya pelayanan publik lainnya.
161
Pasal 1 Ayat 4 PP No. 48 tahun 2010 tentang Pendanaan Pendidikan
162
Pasal 89 ayat 1 PP No. 48 tahun 2010 tentang Pendanaan Pendidikan
Universitas Sumatera Utara
Di negara negara OECD, pendanaan pendidikan mulai mengalami perubahan menjadi pola block grand yang berimbas pada kenaikan uang kuliah. .
….university funding is allocated has undergone extensive change in most OECD countries. Most governments now allocate funds to universities on a lump-sum or
block grant basis, rather than by detailed itemisation of budgets. There have also been clear moves toward introducing or increasing tuition fees, output-oriented
budget allocation, and performance contracting systems..
163
Selain dana dari Pemerintah sebagai sumber utama, bantuan pendanaan pendidikan tinggi juga dapat diperoleh dari pemerintah daerah sesuai dengan kemampuannya
dengan mengalokasikannya dalam APBD serta pemberian hak pengelolaan kekayaan negara untuk kepentingan pengembangan pendidikan tinggi tersebut.
164
Masyarakat juga dapat turut serta dalam pendanaan pendidikan tinggi melalui pemberian hibah dan
bentuk lain dari individu danatau perusahaan, dana abadi pendidikan tinggi, dan bentuk lain
165
, atau perguruan tinggi sendiri melalui kerja sama pelaksanaan tridharma
166
serta mahasiswa sesuai dengan kemampuan atau orangtuawalinya
167
, dan dunia industri
melalui pemberian bantuan kepada perguruan tinggi yang difasilitasi oleh Pemerintah.
168
163
Changing patterns Of governance In higher education. Diakses dari http:www.oecd.org educationhighereducationandadultlearning35747684.pdf tanggal 2 Juli 2012.
164
Pasal 87 Peraturan Pemerintah No. 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
165
Pasal 84 UU No.12 tahun 2012 ttg Pendidikan Tinggi
166
Pasal 85 ayat 1 UU No.12 tahun 2012 ttg Pendidikan Tinggi
167
Adanya kata “ dapat” dalam Pasal 85 ayat 2 UU No.12 tahun 2012 ttg Pendidikan Tinggi ini memberi arti bahwa peran serta mahasiswa dalam pendanaan pendidikan tinggi bersifat sukarela. Hal ini
berbeda dengan bunyi Pasal 2 ayat 1 PP No. 48 tahun 2010 tentang Pendanaan Pendidikan yang menyatakan bahwa “ Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat.” Bandingkan juga dengan bunyi Pasal 9 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa “ Masyarakat berkewajiban memberikan
dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan.”
168
Pasal 86 Ayat 1 UU No.12 tahun 2012 ttg Pendidikan Tinggi Kepada dunia industri dan anggota masyarakat yang memberikan bantuan, Pemerintah akan
memberikan insentif Pasal 86 Ayat 2 UU No.12 tahun 2012 ttg Pendidikan Tinggi
Universitas Sumatera Utara
Biaya pendidikan di Indonesia terdiri dari beberapa komponenen, yaitu: Tabel 5. Komponen Biaya Pendidikan Tinggi
Biaya Satuan Pendidikan BPPP
BPPD BI
BO BBP Beasiswa
BLP BsLP
BP BnP
Catatan : BI : Biaya Investasi, BO: Biaya Operasional, BBP: Biaya Bantuan Pendidikan,
BLP : Biaya Lahan Pendidikan, BsLP : Biaya Selain Lahan Pendidikan, BP : Biaya Personalia BnP : Biaya non Personalia, BPPP: Biaya Pengelolaan dan atau Penyelenggaraan Pendidikan
BPPD : Biaya Pribadi Peserta Didik Sumber : Diolah dari PP No.48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
Standar satuan biaya operasional pendidikan tinggi di Indonesia ditetapkan oleh Pemerintah dengan mempertimbangkan capaian SNPT, jenis program studi, dan indeks
kemahalan wilayah.
169
Standar satuan biaya tersebut menjadi dasar bagi Pemerintah untuk mengalokasikan anggaran untuk PTN dalam APBN
170
dan bagi PTN dalam menetapkan biaya yang ditanggung oleh Mahasiswa.
Larry mengatakan bahwa lembaga pendidikan publik PTN merupakan institusi publik yang terbuka kepada setiap orang. Institusi publik tersebut tidak gratis, tetapi
karena institusi publik yang terbuka kepada siapa saja, maka pembiayaannya juga dilakukan secara koletif, bukan individual, karena masyarakat sudah membayarnya
secara koletif melalui pajak, maka untuk dapat diakses oleh publik, biaya tidak boleh menjadi satu persyaratan.
171
169
Pasal 88 ayat 1 UU No.12 tahun 2012 ttg Pendidikan Tinggi
Menurut Sharifah Hapsah Syed Hasan Shahabudin bahwa
170
Pasal 1 ayat 18 UU No. Tentang Pendidikan Tinggi
171
Larry Kuehn. What’s wrong with commercialization of public education? Diakses dari http:bctf.capublikationsNewsmagArticle.aspx?id=9954 pada tanggal 3 September 2012
Universitas Sumatera Utara
the way funding is allocated should be reviewed to enhance competition, innovation and performance with minimum bureaucracy.
172
Untuk mencari dana tambahan dari Masyarakat guna penyelenggaraan pendidikan tinggi, PTN dapat menyelenggarakan program non reguler setelah terlebih dahulu
memperoleh ijin dari Pemerintah.
173
Standar satuan biaya operasional pendidikan tinggi yang ditetapkan Pemerintah sebagaimana dijelaskan di atas tidak berlaku bagi PTS. Akibatnya PTS bebas
menentukan biaya pendidikan yang harus dibayarkan oleh Mahasiswa. Tidak adanya pengaturan yang menjadi acuan dalam penentuan biaya pendidikan pada PTS ini telah
mengakibatkan uang kuliah pada PTS bisa sangat mahal, walaupun tetap ada yang terjangkau.
Biaya penyelenggaraan jalur non regular ini dibebankan kepada mahasiswa, sehingga biaya pendidikan pada program ini selalu
lebih mahal daripada program reguler. Hal ini dapat dipahami karena salah satu tujuan program non reguler adalah untuk mendapatkan dana tambahan, selain meningkatkan
akses pendidikan tinggi, bukan malah menambah beban yang harus ditanggung dari APBN.
174
172
Sharifah Hapsah Syed Hasan Shahabudin. Op.Cit
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hakikat pendidikan tinggi pada
173
Kep.Dirjendikti. No. 28DIKTIKep2002 Tentang Penyelenggaraan Program Reguler Dan Non Reguler di Perguruan Tinggi Negeri.
Adanya program non regular ini menjadi masalah tersendiri bagi PTS karena disinyalir berdampak pada menurunnya jumlah pendaftar pada PTS. “Perguruan Tinggi Sawsta PTS saat ini semakin terdesak.
Persaingan tidak saja dengan lebih 2.600-an PTS, tetapi juga oleh PTN yang membuka berbagai program masuk yang dosen dan fasilitasnyas dibiayai Negara. Baca: Perguruan Tinggi Asing Gencar, PTS Makin
Terdesak. Diakses dari http:otomotif.kompas.comread 201001 1921195189PerguruanTinggiAsing. Gencar.PTS. Makin.Terdesak
174
Beberapa PTS mematok biaya kuliah yang mencekik leher bagi yang ekonominya pas-pasan. Hal itu menyebabkan mereka yang berasal dari golongan tersebut hanyalah menggantungkan mimpi tanpa
pernah menikmati kuliah di PTS-PTS favorit. Biaya kuliah di PTS tersebut ada yang berkategori sangat
Universitas Sumatera Utara
PTS sebagai layanan publik menjadi kabur. Tidak jelas apakah ada kaitannya dengan keuangan ini, namun tidak jarang konflik terjadi antara pengurus Yayasan yang bahkan
sampai ke pengadilan.
175
PTS sebagai penyelenggara layanan publik sebagaimana halnya PTN seharusnya terikat pada standar satuan biaya operasional pendidikan tinggi yang ditetapkan
Pemerintah guna menjamin penyelenggaraan pendidikan tinggi sebagai layanan publik sehigga biayanya lebih terjangkau dan dapat diakses lebih luas oleh Masyarakat.
176
Tabel 6. Distribusi Mahasiswa pada PTNPTS Tahun 2005-2010 Hal
ini sangat penting mengingat 75 mahasiswa di Indonesia berada pada PTS.
Tahun 2005
2006 2007
2008 2009
2010
Status PT
PTN PTS
PTN PTS
PTN PTS
PTN PTS
PTN PTS
PTN PTS
Jlh Mhs 346.354
863.806 445.885
1.001.422 617.753
1.308.935 929.837
1.808.109 1.066.446
2.421.123 984.818
2.889.343 29
71 31
69 32
68 34
66 31
69 25
75
Total Mhs
1.212.165 1.449.313
1.928.695 2.739.954
3.48.9578 3.876.171
Sumber : Diolah dari www.dikti.or.id
Dari pemaparan tersebut terlihat bahwa walaupun PTN dan PTS merupakan layanan publik, namun peran serta Pemerintah dalam pendanaan keduanya diskriminatif dimana
peran Pemerintah sangat dominan dalam pendanaan pendidikan tinggi pada PTN, pada
mahal, cukup mahal, dan relatif mahal. Baca: Duh, Mahalnya Biaya Pendidikan. Diakses dari http:www.shnews.coduniakampusdetile-378-duh-mahalnya-biaya-pendidikan.html
175
Konflik Yayasan dengan lembaga pendidikan memang sering terjadi. Apalagi di tengah arus kapitalisme yang kian menggurita. Keberadaan Yayasan yang punya aset besar memang layak dan “seksi‘
untuk diperebutkan. Wajar bila kemudian muncul tudingan “miring‘ dari publik kepada yayasan sebagai kedok mencari keuntungan. Karena, dengan memiliki Yayasan yang tercatat secara administratif, akan
sangat tidak sulit mencari kemudahan dibanding bentuk badan hukum lain, misalnya PT maupun CV. Ahmad Nurullah. Mengakhiri Konflik Yayasan Pendidikan. Diakses dari http:www.jurnas.com
halaman62012-06-09211715 tanggal 8 Desember 2012
176
Anggiat Pardamean Simamora. Penyelenggaraan PTS sebagai Layanan Publik; Kajian Hukum Terhadap Penentuan Biaya Pendidikan dan Pemanfaataannya. Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina
Prestasi. Vol:I No.2 Desember 2012. Hal.30
Universitas Sumatera Utara
sisi lain, PTS bebas dalam menentukan biaya pendidikan tinggi yang akan dibebankan kepada masyarakat.
d. Pengawasan dan Penilaian