Analisis Pengaruh Rasio Aktivitas, Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Porsi Saham Publik, dan Ukuran Perusahaa terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Real Estate & Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH RASIO AKTIVITAS, RASIO LIKUIDITAS, RASIO PROFITABILITAS, PORSI SAHAM PUBLIK, DAN UKURAN PERUSAHAAN

TERHADAP KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE

& PROPERTY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH :

NAMA : DIANA NATALIA

NIM : 070503168

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

GUNA MEMENUHI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI

MEDAN 2011


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Rasio Aktivitas, Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Porsi Saham Publik, dan Ukuran Perusahaa terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Real Estate & Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul ini belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar, apa adanya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juli 2011

Yang Membuat Pernyataan,

Nama : Diana Natalia


(3)

KATA PENGANTAR

Dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, anugerah, dan karuniaNya yang menyertai, membimbing dan memberikan kekuatan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis menemui berbagai macam kesulitan, kendala dan hambatan, akan tetapi berkat bimbingan, bantuan, dan dukungan, dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara

3. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si.,Ak. selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas waktu, bimbingan, dan arahan yang diberikan selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak selaku Dosen Pembanding I dan Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding II, terima kasih atas masukan dan saran yang telah diberikan.


(4)

5. Bapak dan Ibu dosen pengajar serta seluruh pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Akuntansi.

6. Kedua orang tua penulis, Budi Supardi dan Ng So Tjoen, atas kasih sayang, dukungan, nasehat, dan motivasi yang tiada hentinya kepada penulis, serta kepada Hendra Supardi selaku adik kandung penulis, atas dukungan dan motivasi yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Juli 2011 Penulis,

Diana Natalia NIM : 070503168


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Rasio Aktivitas, Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Porsi Saham Publik, dan Ukuran Perusahaan, baik secara parsial maupun simultan, terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan. Objek penelitian ini adalah perusahaan real estate & property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan software statistik, yaitu SPSS 18.

Desain penelitian yang digunakan adalah asosiatif kausal. Populasi penelitian mencakup 42 perusahaan real estate & property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2008-2010, dengan 29 perusahaan yang digunakan sebagai sampel. Metode purposive sampling digunakan dalam pemilihan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan dari masing-masing sampel

yang dipublikasikan di Indonesia Capital Market Directory

(ICMD). Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linear berganda, setelah pengujian asumsi klasik dilakukan sebelumnya. Variabel independen yang digunakan adalah Account Receivable Turnover (ART), Current Ratio (CR), Return on Equity (ROE), Porsi Saham Publik (PSP), dan Ukuran Perusahaan (SIZE), dengan Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan (KPLK) sebagai variabel dependen..

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial, hanya variabel Return on Equity dan Ukuran Perusahaan yang berpengaruh signifikan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa secara parsial, Account Receivable Turnover, Current Ratio, Porsi Saham Publik tidak berpengaruh signifikan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan Account Receivable Turnover,

Current Ratio, Return on Equity, Porsi Saham Publik, dan Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan.

Kata kunci: aktivitas, likuiditas, profitabilitas, porsi saham publik, ukuran perusahaan, kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, real estate, property


(6)

ABSTRACT

This study aims to analyze the influence of Activity Ratio, Liquidity Ratio, Profitability Ratio, The Portion of Public Stock, and Company Size, either partially or simultaneously, on Financial Statement Disclosure Comprehensiveness. The object of this study is real estate & property companies listed in Indonesia Stock Exchange. The method used for data analyze in this study is method of statistic analyze by using statistic software, which is SPSS 18.

The design of the study used is associative causal. Population of this study consists of 42 real estate & property companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2008-2010, with 29 companies taken as sample. Purposive sampling method is used for the sample selection. Data used in this study is secondary data in the form of financial statements of each sample, which is published in Indonesia Capital Market Directory (ICMD). The analytical method used is multiple linear regression, after the classic assumption test has been done previously. Independent variables used are Account Receivable Turnover (ART), Current Ratio (CR), Return on Equity (ROE), The Portion of Public Stock, and Company Size with Financial Statement Disclosure Comprehensiveness as the dependent variable.

The result shows that partially, Return on Equity and Company size have significant influence on Financial Statement Disclosure Comprehensiveness. The result also shows that partially, Account Receivable Turnover, Current Ratio, and The Portion of Public Stock do not have significant influence on Financial Statement Disclosure Comprehensiveness. The result shows that simultaneously, Account Receivable Turnover, Current Ratio, Return on Equity, The Portion of Public Stock, and Company Size have a significant influence on Financial Statement Disclosure Comprehensiveness.

Key words: activity, liquidity, profitability, the portion of public stock, company size, real estate, property


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian... 7

1.4 Manfaat Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis... 8

2.1.1 Laporan Keuangan... 8

2.1.2 Pengungkapan (Disclosure) Laporan Keuangan... 10

2.1.3 Kelengkapan Pengungkapan... 12

2.1.4 Rasio Aktivitas... 13

2.1.5 Rasio Likuiditas... 15

2.1.6 Rasio Profitabilitas... 17

2.1.7 Porsi Saham Publik... 19

2.1.8 Ukuran Perusahaan... 19

2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu... 20

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian... 22

2.3.1 Kerangka Konseptual... 22

2.3.2 Hipotesis Penelitian... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Desain Penelitian ... 26

3.2Populasi dan Sampel Penelitian ... 26

3.3Sumber dan Metode Pengumpulan Data ... 27

3.4Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28

3.5Metode Analisis Data ... 31

3.5.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 31


(8)

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1Deskripsi Data Penelitian... 37

4.2Analisis Hasil Penelitian ... 39

4.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 39

4.2.2 Pengujian Hipotesis ... 46

4.2.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 51

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Keterbatasan ... 58

5.3 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 20

3.1. Identifikasi Variabel Penelitian ... 30

3.2. Nilai Durbin Watson... 33

4.1. Statistik Deskriptif ... 38

4.2. Hasil Uji Normalitas K-S... 42

4.3. Hasil Uji Multikolinearitas ... 43

4.4. Hasil Uji Autokorelasi ... 45

4.5. Intepretasi Hasil Uji Autokorelasi (DW) ... 45

4.6. Hasil Pengujian Goodness of Fit ... 46

4.7. Hasil Uji t ... 48


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1. Kerangka Konseptual ... 23

4.1. Histogram... 40

4.2. Grafik P-P Plot ... 41


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

i Daftar Populasi – Sampel Perusahaan Real Estate

& Property yang terdaftar di BEI ... 62

ii Data Variabel Penelitian – Account Receivable Turnover ... 64

iii Data Variabel Penelitian – Current Ratio ... 65

iv Data Variabel Penelitian – Return on Equity ... 66

v Data Variabel Penelitian – Porsi Saham Publik ... 67

vi Data Variabel Penelitian – Ukuran Perusahaan ... 68

vii Data Variabel Penelitian – Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan...69

viii Hasil Pengujian SPSS...70

ix Daftar Item Pengungkapan Laporan Keuangan Berdasarkan Surat Edaran Ketua Bapepam No.SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002...74


(12)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Rasio Aktivitas, Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Porsi Saham Publik, dan Ukuran Perusahaan, baik secara parsial maupun simultan, terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan. Objek penelitian ini adalah perusahaan real estate & property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan software statistik, yaitu SPSS 18.

Desain penelitian yang digunakan adalah asosiatif kausal. Populasi penelitian mencakup 42 perusahaan real estate & property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2008-2010, dengan 29 perusahaan yang digunakan sebagai sampel. Metode purposive sampling digunakan dalam pemilihan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan dari masing-masing sampel

yang dipublikasikan di Indonesia Capital Market Directory

(ICMD). Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linear berganda, setelah pengujian asumsi klasik dilakukan sebelumnya. Variabel independen yang digunakan adalah Account Receivable Turnover (ART), Current Ratio (CR), Return on Equity (ROE), Porsi Saham Publik (PSP), dan Ukuran Perusahaan (SIZE), dengan Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan (KPLK) sebagai variabel dependen..

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial, hanya variabel Return on Equity dan Ukuran Perusahaan yang berpengaruh signifikan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa secara parsial, Account Receivable Turnover, Current Ratio, Porsi Saham Publik tidak berpengaruh signifikan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan Account Receivable Turnover,

Current Ratio, Return on Equity, Porsi Saham Publik, dan Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan.

Kata kunci: aktivitas, likuiditas, profitabilitas, porsi saham publik, ukuran perusahaan, kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, real estate, property


(13)

ABSTRACT

This study aims to analyze the influence of Activity Ratio, Liquidity Ratio, Profitability Ratio, The Portion of Public Stock, and Company Size, either partially or simultaneously, on Financial Statement Disclosure Comprehensiveness. The object of this study is real estate & property companies listed in Indonesia Stock Exchange. The method used for data analyze in this study is method of statistic analyze by using statistic software, which is SPSS 18.

The design of the study used is associative causal. Population of this study consists of 42 real estate & property companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2008-2010, with 29 companies taken as sample. Purposive sampling method is used for the sample selection. Data used in this study is secondary data in the form of financial statements of each sample, which is published in Indonesia Capital Market Directory (ICMD). The analytical method used is multiple linear regression, after the classic assumption test has been done previously. Independent variables used are Account Receivable Turnover (ART), Current Ratio (CR), Return on Equity (ROE), The Portion of Public Stock, and Company Size with Financial Statement Disclosure Comprehensiveness as the dependent variable.

The result shows that partially, Return on Equity and Company size have significant influence on Financial Statement Disclosure Comprehensiveness. The result also shows that partially, Account Receivable Turnover, Current Ratio, and The Portion of Public Stock do not have significant influence on Financial Statement Disclosure Comprehensiveness. The result shows that simultaneously, Account Receivable Turnover, Current Ratio, Return on Equity, The Portion of Public Stock, and Company Size have a significant influence on Financial Statement Disclosure Comprehensiveness.

Key words: activity, liquidity, profitability, the portion of public stock, company size, real estate, property


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Kondisi lingkungan ekonomi yang berubah-ubah berpengaruh banyak pada dunia usaha. Untuk dapat bersaing, setiap perusahaan akan dihadapkan pada kondisi untuk dapat lebih transparan dalam mengungkapkan informasi keuangan perusahaan. sehingga akan lebih membantu para pengambil keputusan dalam mengantisipasi kondisi ekonomi yang semakin berubah. Laporan keuangan merupakan alat utama para manajer untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Menurut Standar Akuntansi Keuangan tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Profesi akuntansi sebagai penyedia informasi bisnis tidak dapat dipisahkan dari perkembangan perekonomian. Semakin besar suatu usaha bisnis, maka informasi akuntansi akan semakin diperlukan, baik untuk pertanggungjawaban maupun untuk dasar pengambilan keputusan ekonomi. Dalam hubungannya dengan pengujian informasi keuangan untuk pihak luar (eksternal), profesi akuntansi perlu mengatur cara-cara pengujian informasi keuangan suatu badan usaha serta memberikan jasa audit untuk menentukan kewajaran laporan keuangan yang disusun oleh manajemen.


(15)

Penyajian laporan keuangan harus disertai dengan pengungkapan yang cukup

(adequate disclosure) agar informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah interpretasi. Informasi-informasi apa saja yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan masih menjadi perdebatan di kalangan ahli akuntansi, karena pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan sangat bervariasi dan masing-masing pihak menginginkan kebutuhan informasi yang berbeda.

Suatu laporan keuangan bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan. Namun demikian, perlu diketahui pula bahwa ada juga laporan keuangan yang tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Secara umum, laporan keuangan menggambarkan pengaruh dari kejadian masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. Pengungkapan informasi keuangan yang memadai akan diberikan oleh perusahaan dengan tujuan untuk kepentingan adanya harapan mengenai dampak positif dari pengungkapan informasi yang disampaikan. Terlalu banyak infomasi akan membahayakan karena penyajian rincian yang tidak penting justru akan mengaburkan informasi yang signifikan dan sulit dipahami. Di Indonesia, peraturan tentang pengungkapan laporan keuangan diatur oleh Bapepam melalui Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002.


(16)

Laporan keuangan yang sudah diperiksa oleh akuntan publik dapat menjadi dasar untuk pengambilan keputusan, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membuat syarat diperlukannya disclosure (pengungkapan) tertentu yang mencakup semua perusahaan publik. Tujuan pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna dalam proses pengambilan keputusan, informasi yang diungkapkan pada dasarnya diarahkan kepada kepentingan para pemegang saham, para investor lainnya dan kreditur. Para karyawan, instansi pemerintah dan masyarakat luas juga merupakan penerima laporan keuangan dan bentuk pengungkapan lainnya.

Keputusan yang diambil oleh para investor pada dasarnya merupakan keputusan beli-jual-simpan sedangkan keputusan yang diambil oleh para kreditur pada dasarnya berkaitan dengan pemberian kredit untuk perusahaan. Tujuan penyajian informasi keuangan kepada karyawan, pelanggan, dan masyarakat luas belum diformulasikan dengan baik, akan tetapi pada dasarnya diasumsikan bahwa informasi yang bermanfaat bagi para investor dan kreditur juga bermanfaat bagi pihak lain.

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Penelitian oleh Simanjuntak dan Widiastuti (2004) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, dengan Debt-to-Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR), Return on Asset (ROA), porsi saham publik, umur


(17)

perusahaan sebagai variabel independen, dan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sebagai variabel dependen. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa secara

simultan, DER, CR, ROA, dan porsi saham publik, dan umur perusahaan

mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan secara parsial, DER, CR, ROA, dan porsi saham publik berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Penelitian oleh Hertanti (2005) yang meneliti tentang pengaruh faktor-faktor fundamental terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Penelitiannya menggunakan Debt-to-Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR), Return on Equity (ROE), porsi saham publik, dan ukuran perusahaan sebagai variabel independen, dan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sebagai variabel dependen. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa secara simultan DER, CR, ROE, porsi saham publik, dan ukuran perusahaanberpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial, DER, porsi saham publik, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, CR berpengaruh negatif, dan ROE tidak berpengaruh.

Penelitian oleh Irawan (2006) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini menggunakan Debt-to-Equity (DER), Current Ratio(CR), Return on Asset (ROA), porsi saham publik, ukuran perusahaan, umur perusahaan, Operating Profit Margin (OPM), Net Profit


(18)

Margin (NPM), Return on Equity (ROE), dan status perusahaan sebagai variabel independen, dan variabel dependen yaitu kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa secara simultan, DER, CR, ROA, porsi saham publik, ukuran perusahaan, umur perusahaan, OPM, NPM, ROE, dan status perusahaan berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial, ukuran perusahaan, umur perusahaan, porsi saham publik, dan status perusahaan berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. DER, CR, ROA, OPM, NPM, ROE tidak berpengaruh.

Penelitian oleh Johan dan Lekok (2006) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini menggunakan Current Ratio (CR), Debt to Asset Ratio (DAR), ukuran perusahaan, porsi saham publik, umur perusahaan, Net Profit Margin (NPM), status perusahaan, jenis kantor akuntan publik, dan struktur modal sebagai variabel independen. Variabel dependen adalah tingkat pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial,

CR, ukuran perusahaan, dan jenis kantor akuntan publik berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan, sedangkan DAR, porsi saham publik, umur perusahaan, NPM, status perusahaan, dan struktur modal tidak berpengaruh.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel independen yang digunakan tidak semuanya sama. Pada penelitian ini juga digunakan rasio aktivitas, yaitu Account Receivables Turnover (ART). Perbedaan kedua adalah


(19)

tahun yang diamati yaitu tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Perbedaan lainnya adalah dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan real estate & property. Alasan peneliti memilih perusahaan real estate & property adalah dikarenakan kondisi perekonomian yang berkembang pesat sehingga kemungkinan besar akan berpengaruh terhadap bisnis real estate & property. Kondisi perekonomian yang baik akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga permintaan akan properti juga akan meningkat. Maka dari itu, perusahaan real estate & property juga akan mendapatkan keuntungan yang tidak sedikit. Adanya keadaan seperti ini, maka para investor akan tertarik untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut, sehingga akan mempengaruhi cara perusahaan untuk mengungkapkan laporan keuangannya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: ”Analisis pengaruh rasio aktivitas, rasio likuiditas, rasio profitabilitas, porsi saham publik, dan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan real estate & property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah rasio aktivitas, rasio likuiditas, rasio profitabilitas, porsi saham publik, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan baik secara simultan maupun secara parsial?


(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui apakah rasio aktivitas, rasio likuiditas, rasio profitabilitas, porsi saham publik, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan baik secara simultan maupun secara parsial.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, yaitu:

1. bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh rasio aktivitas, rasio likuiditas, rasio profitabilitas, porsi saham publik, dan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan,

2. bagi perusahaan, untuk memberikan pengetahuan kepada perusahaan tentang minimum disclosure agar informasi yang disajikan bermanfaat untuk analisis dan pengambilan keputusan investasi,

3. bagi investor, untuk dijadikan bahan referensi dalam kaitannya dalam pengambilan keputusan investasi,

4. bagi peneliti selanjutnya, untuk dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian yang sejenis.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Laporan keuangan juga merupakan alat utama manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk melaksanakan fungsi pertanggungjawaban atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya (Munawir, 2001:2).

Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan, skedul dan informasi tambahan lainnya yang berkaitan laporan tersebut (IAI, 2002:2). Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha perusahaan dan akan melanjutkan usahanya di masa depan.

Menurut “Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan” (IAI, 2002:4), tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian


(22)

besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship).

Selain itu juga disebutkan empat karakteristik kualitatif laporan keuangan, yaitu: dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat dibandingkan.

1. Dapat dipahami

Kualitas informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Informasi keuangan yang dapat dipahami adalah informasi yang disajikan dalam bentuk dan bahasa teknis yang sesuai dengan tingkat pengertian pengguna.

2. Relevan

Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya.

3. Andal

Informasi memiliki kualitas andal (reliable) adalah jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur (faithfulrepresentation).

4. Dapat dibandingkan

Informasi akuntansi harus dapat diperbandingkan dengan informasi akuntansi periode sebelumnya pada perusahaan yang sama, atau dengan perusahaan sejenis lainnya pada periode waktu yang sama.


(23)

2.1.2 Pengungkapan (Disclosure) Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, yaitu proses pengkomunikasian laporan. Laporan keuangan merupakan mekanisme yang penting bagi manajer untuk berkomunikasi dengan pihak investor luar, yaitu investor publik diluar lingkup manajemen serta tidak terlibat dalam pengelolaan perusahaan.

Kata disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha (Chariri dan Ghozali, 2003:235).

Ada dua jenis pengungkapan laporan keuangan, yaitu: pengungkapan wajib

(mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). 1. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)

Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) adalah pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku.

2. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)

Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) adalah pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku.


(24)

a. untuk menjelaskan item-item yang diakui dan item-item yang belum diakui serta menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut,

b. untuk menyediakan informasi dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui bagi investor dan kreditor dalam menentukan risiko, dan returnnya,

c. untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar di masa mendatang.

Menurut Hendriksen (2002:432) ada tiga konsep pengungkapan yang umumnya diusulkan, yaitu : pengungkapan cukup (adequate disclosure), pengungkapan wajar (fair disclosure), dan pengungkapan penuh (full disclosure).

1. Pengungkapan cukup (Adequate disclosure)

Konsep yang sering digunakan adalah pengungkapan yang cukup, yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, dimana angka-angka yang disajikan dapat diinterpretasikan dengan benar oleh investor,

2. Pengungkapan wajar (Fair disclosure)

Pengungkapan yang wajar secara tidak langsung menyiratkan suatu etika, yaitu memberikan perlakuan yang sama kepada semua pemakai laporan keuangan,

3. Pengungkapan penuh (Full disclosure)

Pengungkapan penuh menyangkut penyajian informasi yang relevan. Bagi sebagian orang pengungkapan penuh berarti penyajian informasi secara berlimpah sehingga tidak tepat. Menurut mereka, terlalu banyak informasi akan membahayakan. Karena penyajian rinci dan yang tidak penting justru akan mengaburkan informasi yang signifikan membuat laporan keuangan sulit ditafsir.

Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) selaku lembaga yang mengatur dan mengawasi pelaksanaan pasar modal di Indonesia mengeluarkan peraturan tentang pengungkapan informasi laporan keuangan yang harus dilakukan oleh perusahaan publik. Peraturan ini tertera dalam Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002.


(25)

2.1.3 Kelengkapan Pengungkapan

Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sangat bergantung kepada standar yang diberlakukan di suatu negara. Negara maju dengan regulasi yang lebih ketat relatif lebih tinggi pengungkapan laporan keuangannya jika dibandingkan dengan perusahaan di negara berkembang. Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan suatu perusahaan tidak bersifat statis, tetapi meningkat sejalan dengan perkembangan pasar modal dan sosial di negara bersangkutan.

Hendriksen (2002:425) mengatakan penetapan tingkat kelengkapan pengungkapan yang tepat idealnya tergantung pada tingkat kesejahteraan sosial yang dihasilkan oleh pengungkapan. Jika tidak ada suatu teori etika yang memungkinkan pengukuran kesejahteraan sosial, maka para regulator akuntansi berkewajiban untuk mengandalkan kriteria seperti relevansi dan keandalan.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kelengkapan pengungkapan laporan keuangan adalah suatu bentuk kualitas untuk menilai manfaat dari laporan keuangan tersebut. Tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dapat diukur dengan menggunakan index of disclosure methodology,

seperti Rumus Wallace.

Dimana:


(26)

k : jumlah item yang seharusnya diungkap

2.1.4 Rasio Aktivitas

Menurut Kasmir (2009:172), rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Dapat dikatakan pula rasio aktivitas digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran, dapat terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola aset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya.

Selain itu, juga dapat diketahui berbagai hal yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan sehingga manajemen dapat mengukur kinerja mereka selama ini. Dari hasil pengukuran ini terlihat bahwa perusahaan periode ini mampu atau tidak mampu untuk mencapai target yang telah ditentukan. Apabila tidak mampu untuk mencapai target, maka pihak manajemen harus mampu mencari sebab-sebab tidak tercapainya target yang telah ditentukan tersebut. Kemudian, dicari upaya perbaikan yang diperlukan. Namun, apabila mampu mencapai target yang telah ditentukan, maka hendaknya dapat dipertahankan atau ditingkatkan untuk periode berikutnya.

Beberapa tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan dari penggunaan rasio aktivitas antara lain (Kasmir, 2009:173):


(27)

a. untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode,

b. untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days of receivables), dimana hasil perhitungan ini menunjukkan jumlah hari (berapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih,

c. untuk menghitung berapa hari rata-rata sediaan tersimpan dalam gudang,

d. untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal kerja berputar dalam satu periode atau berapa penjualan yang dapat dicapai oleh setiap modal kerja yang digunakan (working capital turnover),

e. untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode,

f. untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan

dibandingkan dengan penjualan.

Dua rasio aktivitas yang sering digunakan adalah: perputaran persediaan

(inventory turnover) dan perputaran piutang (account receivable turnover). 1. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode (Kasmir, 2009:180).

Perputaran persediaan (inventory turnover) dapat dihitung dengan rumus:

2. Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover)

Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana


(28)

yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode (Kasmir, 2009:176).

Perputaran piutang (Account Receivable Turnover) dapat dihitung dengan rumus:

2.1.5 Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas sebagai rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo. Rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber jangka pendek untuk memenuhi kewajiban tersebut. Dari rasio ini dapat diperoleh pandangan tentang keadaan solvabilitas kas pada saat ini dan kemampuan perusahaan untuk tetap mempertahankan solvabilitasnya.

Dapat dipahami bahwa rasio likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang segera jatuh tempo dengan sumber jangka pendeknya. Semakin tinggi rasio likuiditas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan membayar hutang-hutang jangka pendeknya.

Beberapa tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas adalah (Kasmir, 2009:132):

a. untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar

kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar kewajiban


(29)

yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu),

b. untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar

kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban yang berumur di bawah satu tahun atau sama dengan satu tahun, dibandingka dengan total aktiva lancar,

c. untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar

kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang. Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya lebih rendah,

d. untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan,

e. untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang,

f. sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang,

g. untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan mambandingkannya untuk beberapa periode,

h. untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar,

i. menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk

memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

Dua rasio likuiditas yang sering digunakan adalah: rasio lancar (current ratio)

dan rasio cepat (quick ratio).

1. Rasio lancar (Current ratio)

Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan (Kasmir, 2009:134). Rasio lancar


(30)

dihitung dengan membagi total aktiva lancar dengan total kewajiban lancar (Skousen, et.al, 2004:790).

2. Rasio cepat (Quick Ratio)

Rasio cepat merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan

(inventory) (Kasmir, 2009:137). Rasio cepat dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva lancar dan kemudian membagi hasilnya dengan kewajiban lancar.

2.1.6 Rasio Profitabilitas

Menurut Hanafi dan Halim (2000:83) rasio profitabilitas ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu. Dapat dikatakan bahwa rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi rasio profitabilitas, berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan memperoleh laba.


(31)

a. untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu,

b. untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang,

c. untuk menilai perkembangan laba perusahaan tahun

sebelumnya dengan tahun sekarang,

d. untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri,

e. untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri, f. untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan

yang digunakan baik modal sendiri, g. dan tujuan lainnya.

Adapun rasio profitabilitas yang sering dijumpai, yaitu: return on assets (ROA) dan return on equity (ROE).

1. Return on Assets (ROA)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu.Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih dengan total aktiva perusahaan

2. Return on Equity (ROE)

Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa mengukur pengembalian atas ekuitas saham biasa atau tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham. Hanafi dan Halim (2000:85) mengatakan bahwa ROE mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham


(32)

tertentu.Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih dengan total ekuitas pemegang saham.

2.1.7 Porsi Saham Publik

Porsi saham publik diukur dengan rasio jumlah saham yang dimiliki masyarakat (publik) dengan total saham. Rasio ini menunjukkan seberapa besar saham perusahaan yang dimiliki oleh publik.

Perusahaan yang sahamnya banyak dimiliki publik menunjukkan perusahaan tersebut memiliki kredibilitas yang tinggi dimata masyarakat dalam memberikan imbalan (deviden) yang layak dan dianggap mampu beroperasi terus menerus (going concern).

2.1.8 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan dan struktur kepemilikan yang lebih besar. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan ukuran sebuah perusahaan, yaitu melalui ukuran total aktiva, hasil penjualan bersih, dan kapitalisasi pasar (market capitalized).

Dengan demikian dapat dipahami bahwa ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan, total aktiva yang dimiliki, atau total penjualan yang diperolehnya.


(33)

2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

Peneliti/Tahun Hasil

Simanjuntak dan Widiastuti (2004)

Secara simultan, DER, CR, ROA, dan porsi saham publik, dan umur perusahaan mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan secara parsial, DER, CR, ROA, dan porsi saham publik berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Hertanti (2005)

Secara simultan DER, CR, ROE, porsi saham publik, dan ukuran perusahaanberpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial, DER, porsi saham publik, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, CR

berpengaruh negatif, dan ROE tidak berpengaruh. Irawan

(2006)

Secara simultan, DER, CR, ROA, porsi saham publik, ukuran perusahaan, umur perusahaan, OPM, NPM, ROE, dan status perusahaan berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial, ukuran perusahaan, umur perusahaan, porsi saham publik, dan status perusahaan berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. DER, CR, ROA, OPM, NPM, ROE tidak berpengaruh.

Johan dan Lekok (2006)

Secara simultan, CR, DAR, ukuran perusahaan, porsi saham publik, umur perusahaan, NPM, status perusahaan, jenis kantor akuntan publik, dan struktur modal berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial, CR, ukuran perusahaan, dan jenis kantor akuntan publik berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan. DAR, porsi saham publik, umur perusahaan, NPM, status perusahaan, dan struktur modal tidak berpengaruh.

Sumber: Peneliti, 2011

Peneliti terdahulu pernah dilakukan oleh Simanjuntak dan Widiastuti (2004) yang melakukan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa variabel leverage, likuiditas, profitabilitas,


(34)

porsi saham publik, dan umur perusahaan secara simultan mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial, leverage, likuiditas, profitabilitas, dan porsi saham publik berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Hertanti (2005) meneliti pengaruh faktor-faktor fundamental terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, porsi saham publik, dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh secara positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial, rasio leverage, porsi saham publik, dan ukuran perusahaan berpengaruh secara positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Rasio likuiditas berpengaruh secara negatif, sedangkan rasio profitabilitas tidak mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Irawan (2006) melakukan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa Debt-to-Equity, Current Ratio, Return on Asset, Porsi saham publik, ukuran perusahaan, umur perusahaan,

Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Equity, dan status perusahaan secara simultan berpengaruh secara positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial, ukuran perusahaan, umur perusahaan, porsi saham publik, dan status perusahaan berpengaruh secara positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, dan Debt-to-Equity, Current Ratio, Return onAsset,


(35)

Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Equity tidak berpengaruh secara signifikan.

Johan dan Lekok (2006) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa Current Ratio, Debt-to-Asset Ratio, ukuran perusahaan, porsi saham publik, umur perusahaan, Net Profit Margin, status perusahaan, jenis kantor akuntan publik, dan struktur modal secara simultan berpengaruh positif terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial, Current Ratio, ukuran perusahaan, dan jenis kantor akuntan publik berpengaruh positif terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dan Debt-to-Asset Ratio, porsi saham publik, umur perusahaan, Net Profit Margin, status perusahaan, dan struktur modal tidak berpengaruh.

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka Konseptual


(36)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber: Peneliti, 2011

Perusahaan yang memiliki rasio aktivitas yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki tingkat efisiensi atau efektivitas yang tinggi dalam memanfaatkan sumber daya perusahaan. Rasio ini juga menunjukkan kinerja manajemen perusahaan dalam mencapai target yang hendak dicapai oleh perusahaan. Dengan demikian, semakin tinggi rasio aktivitas sebuah perusahaan, maka akan semakin tinggi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan tersebut. Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan yang tinggi akan menarik para investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi dari perusahaan itu juga akan menambah minat para investor.

Rasio Aktivitas

Account Receivable Turnover ( )

Rasio Likuiditas

Current Ratio ( )

Rasio Profitabilitas

Return on Equity

( )

Porsi Saham Publik ( )

Ukuran Perusahaan ( )

Kelengkapan

Pengungkapan

Laporan

Keuangan


(37)

Perusahaan dengan rasio likuiditas yang tinggi menunjukkan tingginya kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi hutang jangka pendeknya. Dapat dikatakan perusahaan tersebut dalam kondisi yang sehat. Kekuatan perusahaan yang ditunjukkan dengan rasio likuiditas yang tinggi akan berhubungan dengan tingkat pengungkapan yang tinggi. Hal ini didasarkan pada harapan bahwa kuatnya finansial suatu perusahaan akan cenderung memberi pengungkapan yang lebih untuk memberikan informasi yang lebih luas dari pada perusahaan yang memiliki kondisi finansial yang lemah. Selain itu perusahaan dengan kondisi finansial yang kuat diangggap mampu menanggung biaya-biaya yang ditimbulkan dengan adanya pengungkapan yang lebih luas.

Semakin tingginya rasio profitabilitas perusahaan, menunjukkan semakin tingginya kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan semakin baik kinerja perusahaannya. Dengan laba yang tinggi perusahaan memiliki cukup dana untuk mengumpulkan, mengelompokkan dan mengolah informasi menjadi lebih bermanfaat serta dapat menyajikan pengungkapan yang lebih komprehensif. Oleh karena itu perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan lebih berani mengungkapkan laporan. Dengan demikian semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka akan semakin tinggi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Adanya perbedaan dalam porsi saham yang dimiliki oleh investor luar dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan oleh perusahaan. Hal ini karena semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan,


(38)

semakin banyak pula detail-detail butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan demikian pengungkapan perusahaan akan semakin lengkap. Semakin besar porsi saham yang dimiliki oleh umum menyebabkan perusahaan lebih serius dalam memberikan informasi perusahaan kepada umum, artinya semakin tinggi kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya.

Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya. Perusahaan yang berukuran besar cenderung lebih banyak mengungkapkan butir-butir laporan keuangannya karena mereka memiliki lebih banyak informasi yang dapat diungkapkan.

2.3.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual dan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: rasio aktivitas, rasio likuiditas, rasio profitabilitas, porsi saham publik, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan baik secara simultan maupun secara parsial.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kausal. Desain kausal adalah penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab akibat antara variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi) (Sugiyono, 2007:30). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio aktivitas, rasio likuiditas, rasio profitabilitas, porsi saham publik, dan ukuran perusahaan. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2007:72), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan real estate & property

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jumlah perusahaan yang terdaftar selama periode 2008-2010 ada sebanyak 42 emiten.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007:73). Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive


(40)

sampling, yaitu dengan mangambil sampel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan maksud dan tujuan penelitian.

Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menentukan sampel adalah sebagai berikut:

1. perusahaan-perusahaan real estate & property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2010,

2. perusahaan-perusahaan real estate & property tersebut tidak di-delisting pada periode tersebut,

3. perusahaan-perusahaan real estate & property tersebut tidak memiliki nilai buku negatif (ekuitas negatif) selama periode 2008-2010,

4. perusahaan-perusahaan real estate & property tersebut mengeluarkan laporan keuangan yang telah diaudit selama 3 (tiga) tahun, yaitu tahun 2008-2010.

Berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, maka perusahaan yang berhasil memenuhi kriteria sampel ada sebanyak 29 emiten (Lampiran 1).

3.3 Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Umar (2003:69), data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut untuk disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data yang


(41)

diperoleh adalah kombinasi antara data time series dengan data cross section (pooled data).

Menurut Umar (2003:70), data time series merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu, misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, atau tahunan. Sedangkan data cross section

merupakan sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu dalam satu kurun waktu.

Data yang digunakan adalah data eksternal. Data eksternal adalah data yang dicari secara manual dengan cara mendapatkannya dari luar perusahaan (Umar, 2003:70). Data penelitian ini didapat dengan cara men-download data dari website Bursa Efek Indonesia, dan data dari ICMD (Indonesia Capital Market Directory).

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Independen (X)

Menurut Umar (2003:50), variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio aktivitas, rasio likuiditas, rasio profitabilitas, porsi saham publik, dan ukuran perusahaan.


(42)

a. Rasio Aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Account Receivable Turnover (ART) yang diukur dengan membagi penjualan dengan piutang rata-rata.

b. Rasio Likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio (CR) yang diukur dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar.

c. Rasio Profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Return-on-Equity (ROE) yang diukur dengan membagi laba bersih dengan ekuitas.

d. Porsi saham publik diukur dengan rasio antara jumlah saham yang dimiliki masyarakat dengan total saham.

e. Ukuran perusahaan diukur dari total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.


(43)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau terikat oleh variabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan. Variabel ini diukur dengan menggunakan Rumus Wallace

Dimana:

n = jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan.

k = jumlah item yang seharusnya diungkapkan oleh perusahaan

Dalam penelitian ini, digunakan Peraturan Bapepam melalui Surat Edaran Ketua Bapepam No.SE-02/PM/2002 pada tanggal 27 Desember 2002 yang berisi tentang pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan perusahaan real estate & property.

Tabel 3.1

Identifikasi Variabel Penelitian

No. Variabel Simbol Indikator

1. Rasio Aktivitas (ART) X1

2. Rasio Likuiditas (CR) X2

3. Rasio Profitabilitas

(ROE) X3

4. Porsi Saham Publik X4


(44)

6.

Kelengkapan Pengungkapan Laporan

Keuangan

Y Sumber: Peneliti, 2011

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan software statistik, yaitu SPSS 18. Peneliti melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian hipotesis.

3.5.1 Pengujian Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian, dengan hanya melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk sampel yang kecil jumlahnya. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan plooting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah


(45)

normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2005:110). Cara lain untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan uji statistik. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Kolmogorovk-Smirnov (1

sample K-S) dengan signifikansi 5%. Data yang normal adalah data yang memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (Ghozali, 2005:114).

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen(Ghozali, 2005:91). Deteksi multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat jika nilai

variance inflation factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas.

3. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.


(46)

Untuk menguji adanya heterokedastisitas, menurut Ghozali (2005:105) dapat dilihat dari grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel independen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka telah terjadi heterokedastisitas. Sebaliknya, jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar maka tidak terjadi heterokedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi atau kesalah pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya, hal ini sering ditemukan pada time series. Pada data cross section, masalah autokorelasi relatif tidak terjadi.

Tabel 3.2 Nilai Durbin Watson

No. Nilai d Keterangan

1. 2. 3. 4.

5.

0 < d < dL

dL ≤ d ≤ dU

dU < d < 4 – dU 4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL

4 – dL < d < 4

Ada autokorelasi Tidak ada kesimpulan Tidak ada autokorelasi

Tidak ada kesimpulan Ada autokorelasi Sumber: (Ghozali, 2005 : 96)


(47)

Pengujian hipotesis dilakukan dengan model regresi berganda/multiple linear regression untuk menentukan hubungan yang berlaku antara rasio aktivitas, rasio likuiditas, rasio profitabilitas, porsi saham publik, dan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan real estate & property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Metode regresi linier berganda ditunjukkan dengan persamaan:

Y= α+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5 +ε Dimana:

Y = Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

α = Konstanta.

β1, β2, β3, β4, β5 = Koefisien regresi X1, X2, X3, X4, X5

X1 = rasio aktivitas.

X2 = rasio likuiditas.

X3 = rasio profitabilitas.

X4 = porsi saham publik.

X5 = ukuran perusahaan.

ε = tingkat kesalahan pengganggu.

Koefisien determinasi (R2) pada intinya digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Besarnya koefisien determinasi ini adalah 0 sampai dengan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel


(48)

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005:169).

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji signifikansi seluruh koefisien regresi simultan (Uji-F) dan uji signifikansi regresi secara parsial (Uji-t).

1. Uji t (uji secara parsial)

Uji t dilakukan untuk menguji setiap variabel independen (rasio aktivitas, rasio likuiditas, rasio profitabilitas, porsi saham publik, dan ukuran perusahaan) apakah mempunyai pengaruh atau tidak terhadap variabel dependen (kelengkapan pengungkapan laporan keuangan).

Dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan df = (N-k) dimana N adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel termasuk intersep dengan kriteria uji adalah :

Jika t hitung > t tabel(α, N-k), maka Ho ditolak. Jika t hitung < t tabel (α, N-k), maka Ho diterima. Adapun hipotesisnya adalah :

Ho : βi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel

independen (Xi) terhadap variabel dependen (Y).

Ha : βi ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen (Xi) terhadap variabel dependen (Y).

2. Uji f (uji secara simultan)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen (rasio aktivitas, rasio likuiditas, rasio profitabilitas, porsi saham publik, dan ukuran


(49)

perusahaan) mempunyai pengaruh yang sama terhadap variabel dependen (kelengkapan pengungkapan laporan keuangan).

Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan

(degree of freedom) df = (N-k) dan (k-1) dimana N adalah jumlah observasi, k adalah jumlah variabel termasuk intersep.

Kriteria uji yang digunakan adalah :

Jika F hitung > F tabel (α, k-1, N-k), maka Ho ditolak. Jika F hitung < F tabel (α, k-1, N-k), maka Ho diterima. Adapun uji hipotesisnya adalah :

Ho : β1, β2, β3, β4, β5 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari seluruh variabel independen (rasio aktivitas, rasio likuiditas, rasio profitabilitas, porsi saham publik, dan ukuran perusahaan) terhadap variabel dependen (kelengkapan pengungkapan laporan keuangan).

Ha : β1, β2, β3, β4, β5≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari seluruh variabel independen terhadap variabel dependen.


(50)

BAB IV

ANALISIS HASL PENELITIAN

4.1Deskripsi Data Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah rasio aktivitas, rasio likuiditas, rasio profitabilitas, porsi saham publik, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan

real estate & property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data cross section

yang digunakan sebanyak 29 perusahaan dengan pooling data sebanyak 3 tahun pengamatan sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 87. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dan variabel independennya adalah account receivable turnover, current ratio, return on equity, porsi saham publik, dan ukuran perusahaan.

Berikut merupakan statistik deskriptif untuk data penelitian ini yang menunjukkan gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, dan standar deviasi:


(51)

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

Sumber: Data yang diolah peneliti, 2011

Penjelasan dari tabel 4.1 (Statistik Deskriptif) tersebut adalah sebagai berikut. 1. Variabel Account Receivable Turnover memiliki nilai terkecil (minimum) 0,10, nilai terbesar (maximum) 38,07, dengan rata-rata (mean) pengembalian piutang yang diperoleh perusahaan real estate & property selama tahun 2008-2010 sebesar 7.4861. Simpangan baku (standar deviation) variabel ini adalah sebesar 8.18564.

2. Variabel Current Ratio memiliki nilai terkecil (minimum) 0,11, nilai terbesar (maximum) 21.09 dengan rata-rata (mean) CR yang diperoleh perusahaan

real estate & property selama tahun 2008-2010 sebesar 3.0849. Hal ini menunjukkan jumlah aktiva lancar yang tersedia cukup untuk melunasi kewajiban jangka pendek perusahaan real estate & property. Untuk setiap Rp1 kewajiban lancar perusahaan, terdapat Rp3.08 aktiva lancar yang menjaminnya. Simpangan baku (standar deviation) variabel ini adalah sebesar 3.83525.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ART 87 .10 38.07 7.4861 8.18564

CR 87 .11 21.09 3.0849 3.83525

ROE 87 -36.36 27.81 3.9232 8.81347

PSP 87 7.11 94.15 36.1484 21.48918

SIZE 87 25.50 30.47 28.0652 1.26250

KLKP 87 60.00 89.23 72.7139 6.61704


(52)

3. Variabel Return on Equity memiliki nilai terkecil (minimum) -36.36, nilai terbesar (maximum) 27,81 dengan rata-rata (mean) sebesar 39,232. Simpangan baku (standar deviation) variabel ini adalah sebesar 8.81347. 4. Variabel Porsi Saham Publik memiliki nilai terkecil (minimum) 7,11, nilai

terbesar (maximum) 94,15 dengan rata-rata (mean) yang diperoleh perusahaan

real estate & property selama tahun 2008-2010 sebesar 36.1484. Simpangan baku (standar deviation) variabel ini adalah sebesar 21.48918.

5. Variabel Ukuran Perusahaan memiliki nilai terkecil (minimum) 25,50, nilai terbesar (maximum) 30,47 dengan rata-rata (mean) yang diperoleh perusahaan

real estate & property selama tahun 2008-2010 sebesar 1.26250. Simpangan baku (standard deviation) variabel ini adalah sebesar 1.26250.

6. Variabel Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan memiliki nilai terkecil (minimum) 60,00, nilai terbesar (maximum) 89,23 dengan rata-rata (mean) Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan yang diperoleh perusahaan real estate & property selama tahun 2008-2010 sebesar 72,7139. Simpangan baku (standar deviation) adalah sebesar 6.61704.

4.2 Analisis Hasil Penelitian 4.2.1 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk menghasilkan analisis yang akurat dalam suatu model regresi. Model regresi yang baik harus memenuhi asumsi-asumsi klasik, yang merupakan asumsi yang mendasari analisis regresi. Pengujian


(53)

asumsi klasik dalam penelitian ini mencakup uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi.

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal, yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik.

1. Analisis Grafik

Dalam analisis ini, grafik yang digunakan berupa grafik histogram dan grafik P-P Plot, dimana data yang baik adalah data yang memiliki pola distribusi normal.

Gambar 4.1 Histogram


(54)

Dari histogram tersebut, terlihat kurva berbentuk lonceng yang menunjukkan kemiringan yang hampir setara. Hal tersebut menunjukkan bahwa distribusi data mendekati normal.

Dari grafik P-P Plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal. Hal ini menujukkan data penelitian yang terdistribusi secara normal.

2. Analisis Statistik

Peneliti melakukan uji statistik ini untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal telah berdistribusi normal. Uji statistik yang dilakukan adalah uji Kolmogorovk-Smirnov (1 sample K-S) dengan signifikansi sebesar 5%. Pengujian dilakukan terhadap nilai residual dari model regresi karena jika terdapat normalitas, maka nilai residual akan

Gambar 4.2 Grafik P-P Plot


(55)

terdistribusi secara normal dan independen. Data yang normal adalah data yang memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi (Asymp. Sig. (2-tailed)) sebesar 0,922> 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian berdistribusi normal dan dapat digunakan untuk pengujian selanjutnya.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi terdapat korelasi di antar variabel bebas (independen). Suatu model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independennya. Gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 87

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 5.06404715

Most Extreme Differences Absolute .059

Positive .035

Negative -.059

Kolmogorov-Smirnov Z .550

Asymp. Sig. (2-tailed) .922

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Tabel 4.2

Hasil Uji Normalitas K-S


(56)

nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka terdapat gejala multikolinearitas. Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas. Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah.

Dari hasil pengujian di atas, dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk semua variabel < 10, dan nilai tolerance untuk semua variabel > 0,1, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas antar variabel independen.

c. Uji Heterokedastisitas

Tujuan pengujian heterokedastisitas adalah untuk melihat apakah dalam suatu model regresi terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu antara satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik seharusnya

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -30.449 14.207

ART -.107 .075 -.132 .838 1.193

CR -.024 .152 -.014 .937 1.067

ROE -.153 .068 -.203 .878 1.139

PSP -.043 .029 -.140 .840 1.190

SIZE 3.784 .522 .722 .728 1.373

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinearitas


(57)

tidak terjadi heterokedastisitas. Pengujian heterokedastisitas dilakukan dengan uji grafik dengan melihat grafik scatterplot (gambar 4.3)

Dari grafik scatterplot di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta titik-titik tersebut tersebar baik di atas maupun di bahwa angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.

d. Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (periode sebelumnya). Model

Gambar 4.3 Grafik Scatterplot


(58)

regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2006 : 96). Pengujian autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Hasil uji DW dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai DW sebesar 2,173 dengan jumlah sampel sebanyak 87 buah, dan jumlah variabel bebas sebanyak 5 (n = 87, k = 5), dan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Dari data tersebut maka batas dL = 1,532 dan dU = 1,775

.

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

dimensi on0 1 .644

a .414 .378 5.21800 2.173

a. Predictors: (Constant), SIZE, CR, ROE, PSP, ART b. Dependent Variable: KLKP

Jika Keputusan

0 < 2,173 < 1,.532 1,532 ≤ 2,173 ≤ 1,775

1,775< 2,173 < 2,225 2,225 ≤ 2,173 ≤ 2,468

2,468 < 2,173 < 4

Ada autokorelasi Tidak ada kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tidak ada kesimpulan

Ada autokorelasi

Tabel 4.4

Hasil Uji Autokorelasi

Sumber: Data yang diolah peneliti, 2011

Tabel 4.5

Intepretasi Hasil Uji Autokorelasi (DW)


(59)

Interpretasi dari pengujian ini dapat dilihat pada tabel 4.5 di atas. Dari tabel tersebut terlihat bahwa nilai DW sebesar 2,173 lebih besar dari batas DU sebesar 1,775 dan lebih kecil dari batas DL sebesar 1,532, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi.

4.2.2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda (uji t dan uji F), karena variabel independen berjumlah lebih dari satu. Analisis regresi linear berganda bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan goodness of fit atau uji determinan untuk menentukan kelayakannya. Kelayakan dapat dilihat dari nilai adjusted R square yang mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel dependen yaitu variabel

account receivable turnover (ART), current ratio (CR), return on equity (ROE), porsi saham publik (PSP), dan ukuran perusahaan (SIZE). Nilai adjusted R square

dapat dilihat dari tabel 4.6 di bawah ini:

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

dimensi on0 1 .644

a .414 .378 5.21800

a. Predictors: (Constant), SIZE, CR, ROE, PSP, ART b. Dependent Variable: KLKP

Tabel 4.6

Hasil Pengujian Goodness of Fit


(60)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai R sebesar 0,644 yang mengindikasikan hubungan atau korelasi antara variabel ART, CR, ROE, PSP, dan SIZE (variabel independen) dengan variabel KLKP (variabel dependen) cukup kuat karena R = 64,4% (0,644). Nilai adjusted R Square (R2) atau koefisien determinasi sebesar 0,378 menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan oleh variabel ART, CR, ROE, PSP, dan SIZE terhadap variabel KLKP adalah sebesar 37,8%, sedangkan sisanya sebesar 62,2% disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji statistik t)

Pengujian statistik t dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Cara melakukan uji t adalah dengan membandingkan signifikansi t hitung dengan ketentuan jika signifikansi < 0,05 maka variabel independen secara parsial memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Jika signifikansinya > 0,05 maka variabel independen secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Tabel 4.7 berikut menunjukkan hasil uji t:


(61)

Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa variabel account receivable turnover (ART), variabel current ratio (CR), dan variabel porsi saham publik (PSP) secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laboran keuangan karena ketiga variabel tersebut masing-masing memiliki signifikansi sebesar 0,159, 0.876, dan 0,136 yang lebih besar dari 0,05. Sedangkan variabel return on equity (ROE) dan variabel ukuran perusahaan (SIZE) masing-masing memiliki signifikansi sebesar 0,028 dan 0,000 dimana signifikansi kedua variabel tersebut lebih kecil dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel ROE dan variabel SIZE berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -30.449 14.207 -2.143 .035

ART -.107 .075 -.132 -1.422 .159

CR -.024 .152 -.014 -.156 .876

ROE -.153 .068 -.203 -2.240 .028

PSP -.043 .029 -.140 -1.505 .136

SIZE 3.784 .522 .722 7.245 .000

a. Dependent Variable: KLKP

Tabel 4.7 Hasil Uji t


(62)

Berdasarkan dari tabel 4.7., dapat diperoleh suatu model regresi yang dibentuk dari nilai unstandardized coefficients sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e

Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan = α + β1ART + β2CR +

β3ROE+ β4PSP + β5SIZE + e Dimana:

α (konstanta) = -30,449

β1 (koefisien regresi ART) = -0,107

β2 (koefisien regresi CR) = -0,024

β3 (koefisien regresi ROE) = -0,153

β4 (koefisien regresi PSP) = -0,043

β5 (koefisien regresi SIZE) = 3.784

Berikut merupakan persamaan regresi yang dibentuk berdasarkan persamaan di atas:

Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan = -30,449 – 0,107 ART – 0,024 CR – 0,153 ROE – 0,043 PSP + 3,784 SIZE + e

Interepretasi dari persamaan regresi di atas adalah sebagai berikut:

1. α = -30,449, merupakan nilai konstanta yang menunjukkan bahwa jika tidak terdapat variabel ART, CR, ROE, PSP, dan SIZE maka variabel kelengkapan pengungkapan laporan keuangan yang terbentuk adalah sebesar -30,449.


(63)

2. β1 = -0,107, merupakan koefisien regresi untuk variabel ART, yang menunjukkan bahwa setiap satu satuan kenaikan variabel ART, maka variabel kelengkapan pengungkapan laporan keuangan akan menurun sebesar -0,107 atau -10,7%.

3. β2 = -0,024, merupakan koefisien regresi untuk variabel CR, yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel CR, maka variabel kelengkapan pengungkapan laporan keuangan akan menurun sebesar -0,024 atau -2,4%.

4. β3 = -0,153, merupakan koefisien regresi untuk variabel ROE, yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel ROE, maka variabel kelengkapan pengungkapan laporan keuangan akan menurun sebesar -0,153 atau -15,3%.

5. β4 = -0,043, merupakan koefisien regresi untuk variabel PSP, yang menunjukkan bahwa setiap satu satuan kenaikan variabel PSP, maka variabel kelengkapan pengungkapan laporan keuangan akan menurun sebesar -0,043 atau -4,3%.

6. β5 = 3,784, merupakan koefisien regresi untuk variabel SIZE, yang menunjukkan bahwa setiap satu satuan kenaikan variabel SIZE, maka variabel kelengkapan pengungkapan laporan keuangan akan meningkat sebesar 3,784 atau 378,4%.


(64)

Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan dilakukan uji statistik F dengan tingkat keyakinan 95%. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi signifikansi F hitung dengan ketentuan jika signifikansi < 0,05 maka variabel independen secara simultan (bersama-sama) memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika signifikansinya > 0,05 maka variabel independen secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Tabel 4.8. berikut menunjukkan hasil uji F:

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua variabel independen (ART, CR, ROE, PSP, dan SIZE) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (KLKP). Hal ini ditunjukkan dari nilai signifikansinya yang sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05.

4.2.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel return on equity (ROE) dan variabel ukuran perusahaan (SIZE) yang secara parsial

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1560.093 5 312.019 11.460 .000a

Residual 2205.433 81 27.228

Total 3765.526 86

a. Predictors: (Constant), SIZE, CR, ROE, PSP, ART b. Dependent Variable: KLKP

Tabel 4.8 Hasil Uji F


(65)

berpengaruh signifikan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi variabel tersebut yang lebih kecil dari 0,05. Sedangkan variabel account receivable turnover (ART), current ratio (CR), dan variabel porsi saham publik (PSP) secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan yang ditunjukkan dari nilai signifikansi kedua variabel tersebut lebih besar dari 0,05.

Variabel ART secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, dengan signifikansi sebesar 0,159 yang lebih besar dari 0,05 berdasarkan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ART bukan merupakan faktor relevan yang dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Variabel CR secara parsial memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, dengan signifikansi sebesar 0,876 yang lebih besar dari 0,05 berdasarkan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CR merupakan faktor relevan yang dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hertanti (2005), Irawan (2006), Simanjuntak dan Widiastuti (2004), dimana hasil penelitian mereka menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Johan dan Lekok (2006) dimana likuiditas menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.


(1)

Lampiran viii

Hasil Pengujian SPSS

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ART 87 .10 38.07 7.4861 8.18564

CR 87 .11 21.09 3.0849 3.83525

ROE 87 -36.36 27.81 3.9232 8.81347 PSP 87 7.11 94.15 36.1484 21.48918 SIZE 87 25.50 30.47 28.0652 1.26250 KLKP 87 60.00 89.23 72.7139 6.61704 Valid N (listwise) 87


(2)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 87

Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation 5.06404715 Most Extreme Differences Absolute .059

Positive .035 Negative -.059

Kolmogorov-Smirnov Z .550

Asymp. Sig. (2-tailed) .922

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(3)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) -30.449 14.207

ART -.107 .075 -.132 .838 1.193

CR -.024 .152 -.014 .937 1.067

ROE -.153 .068 -.203 .878 1.139

PSP -.043 .029 -.140 .840 1.190

SIZE 3.784 .522 .722 .728 1.373

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

dimensi on0 1 .644

a

.414 .378 5.21800 2.173 a. Predictors: (Constant), SIZE, CR, ROE, PSP, ART


(4)

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

dimensi on0 1 .644

a .414 .378 5.21800

a. Predictors: (Constant), SIZE, CR, ROE, PSP, ART b. Dependent Variable: KLKP

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -30.449 14.207 -2.143 .035

ART -.107 .075 -.132 -1.422 .159

CR -.024 .152 -.014 -.156 .876

ROE -.153 .068 -.203 -2.240 .028

PSP -.043 .029 -.140 -1.505 .136

SIZE 3.784 .522 .722 7.245 .000

a. Dependent Variable: KLKP

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 1560.093 5 312.019 11.460 .000a

Residual 2205.433 81 27.228 Total 3765.526 86

a. Predictors: (Constant), SIZE, CR, ROE, PSP, ART b. Dependent Variable: KLKP


(5)

Lampiran ix

Daftar Item Pengungkapan Laporan Keuangan Berdasarkan Surat Edaran Ketua Bapepam No.SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002

A. Neraca 1) Aktiva

a) Kas dan Setara Kas; b) Investasi;

c) Wesel Tagih; d) Piutang Usaha; e) Piutang Lain-lain; f) Persediaan;

g) Pajak Dibayar di Muka; h) Biaya Dibayar di Muka; i) Piutang Hubungan Istimewa; j) Aktiva Pajak Tangguhan;

k) Tanah yang Belum Dikembangkan; l) Aktiva Tetap;

m) Aktiva Tidak Berwujud; dan n) Aktiva Lain-Lain.

2) Kewajiban

a) Hutang Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya; b) Hutang Obligasi;

c) Hutang Sewa Guna Usaha; d) Wesel Bayar;

e) Hutang Usaha; f) Hutang Pajak;

g) Beban Masih Harus Dibayar; h) Pendapatan Diterima Di Muka; i) Hutang Hubungan Istimewa; j) Kewajiban Pajak Tangguhan;

k) Keuntungan Tangguhan Aktiva Dijual dan Disewa Guna Usaha Kembali; l) Kewajiban Lain-lain;

m) Hutang Subordinasi; dan n) Obligasi Konversi.

3) Ekuitas

a) Modal Saham;

b) Tambahan Modal Disetor;

c) Selisih Kurs karena Penjabaran Laporan Keuangan; d) Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Perusahaan Asosiasi;


(6)

f) Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap; g) Opsi Saham;

h) Saldo Laba; dan

i) Modal Saham yang Diperoleh Kembali.

B. Laporan Laba Rugi

a) Pendapatan Usaha; b) Beban Pokok Penjualan; c) Laba (Rugi) Kotor; d) Beban Usaha; e) Laba (Rugi) Usaha;

f) Penghasilan (Beban) Lain-lain;

g) Bagian Laba (Rugi) Perusahaan Asosiasi; h) Laba (Rugi) Sebelum Pajak Penghasilan; i) Beban (Penghasilan) Pajak;

j) Laba (Rugi) dari Aktivitas Normal; k) Pos Luar Biasa;

l) Laba (Rugi) Bersih;

m) Laba (Rugi) Per Saham Dasar; n) Laba (Rugi) Per Saham Dilusian.

C. Laporan Perubahan Ekuitas

1) Laba (rugi) bersih periode bersangkutan;

2) Setiap pos yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas;

3)Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi atas kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait;

4)Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik, antara lain berupa penyetoran modal saham dan pembagian dividen;

5) Saldo laba atau rugi pada awal dan akhir periode;

6) Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal ditempatkan dan disetor penuh, tambahan modal disetor dan pos-pos ekuitas lainnya pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.

D. Laporan Arus Kas

1) Arus kas dari aktivitas operasi; 2) Arus kas dari aktivitas investasi; 3) Arus kas dari pendanaan.

E. Catatan atas Laporan Keuangan

1) Gambaran umum perusahaaan; 2) Penawaran umum efek perusahaan; 3) Karyawan direksi dan dewan komisaris; 4) Ikhtisar kebijakan akuntansi;


Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Leverage, dan Rasio Pasar Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate dan Property Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 43 107

Analisis Pengaruh Rasio Leverage, Likuiditas, Profitabilitas Dan Porsi Saham Publik Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 50 82

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan, Porsi Saham Publik, dan Umur Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Perkebunan dan Pertambangan yang Terdaftar di BEI

3 28 122

Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan

0 25 149

Pengaruh Rasio Keuangan (Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar) Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta

1 48 86

Pengaruh Karakteristik Spesifik Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Real Estate Dan Properti Di Bursa Efek Indonesia

0 30 88

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2008-2011

0 43 88

Pengaruh faktor-faktor fundamental terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2005-2009

1 4 98

The Effect of Current Ratio, Activity Ratio, Debt Ratio, and Inflation on Profitability Ratio in the Real Estate Company in Indonesia Stock Exchange 2010-2013

0 3 91

Analisis Pengaruh Rasio Modal Kerja Dan Rasio Hutang Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 5 103