19 6. Fi Sabilillah
Pada zaman Rasulullah saw golongan yang termasuk kategori ini adalah para sukarelawan perang yang tidak mempunyai gaji yang tetap. Tetapi
berdasarkan lafaz sabilillah di jalan Allah SWT. Sebagian ulama membolehkan memberi zakat tersebut untuk membangun masjid, lembaga pendidikan,
perpustakaan, pelatihan para da’i, menerbitkan buku agama, majalah, brosur, dan lain-lain.
6. lbnu Sabil
Adalah orang yang terputus bekalnya dalam perjalanan karena tidak memiliki biaya untuk kembali ke tanah airnya.
2.1.5 Persyaratan Lembaga Pengelola Zakat
Yusuf Al Qaradhawi dalam bukunya Fiqh Zakat 1991: 586, menyatakan bahwa seseorang yang ditunjuk sebagai amil zakat atau pengelola zakat, harus
memiliki beberapa persyaratan sebagai berikut: 1. Beragama Islam. Zakat adalah salah satu rukun Islam rukun Islam ketiga,
karena itu sudah saatnya apabila urusan penting kaum muslimin ini diurus oleh sesama muslim.
2. Mukallaf yaitu orang dewasa yang sehat akal pikirannya yang siap menerima tanggung jawab mengurus urusan umat.
3. Memiliki sifat amanah atau jujur. Sifat ini sangat penting karena berkaitan dengan kepercayaan umat. Artinya para muzakki akan dengan rela menyerahkan
zakatnya melalui lembaga pengelola zakat, jika lembaga ini memang patut dan layak dipercaya. Serta keamanahan ini diwujudkan dalam bentuk transparasi
Universitas Sumatera Utara
20 keterbukaan dalam menyampaikan laporan pertanggung jawaban secara berkala
dan juga ketepatan penyalurannya sejalan dengan ketentuan syariat Islamiyyah. 4. Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang ia mampu melakukan
sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan zakat kepada masyarakat dengan pengetahuan tentang zakat yang relatif memadai, para amil zakat diharapkan
terbebas dari kesalahan dan kekeliruan yang diakibatkan dan kebodohannya pada masalah zakat tersebut.
5. Memiliki kemampuan untuk melakukan tugas dengan sebaik-baiknya amanah dan jujur merupakan syarat yang sangat penting, akan tetapi juga harus ditunjang
oleh kemampuan dalam melakukan tugas. Sedangkan di Indonesia, berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI
Nomor 581 tahun 1999, dikemukakan bahwa lembaga zakat harus memiliki persyaratan teknis, antara lain adalah Hafidhudhin, 2002: 173:
1. Berbadan hukum Maksudnya adalah lembaga zakat harus memiliki badan hukum yang
diperoleh dan Departemen Agama sehingga memiliki kekuatan hukum yang jelas agar masyarakat lebih percaya untuk menyisihkan zakat ke lembaga zakat
tersebut. 2. Memiliki data muzakki dan mustahik
Setiap lembaga zakat pasti memiliki muzakki dan mustahik yang dijadikan sebagai sasaran sebagai penyimpan dan penyalur dana zakat. Untuk itu, setiap
lembaga zakat harus memiliki data muzakki dan mustahik sehingga proses penyaluran dan pengelolaan dana zakat menjadi lebih jelas.
Universitas Sumatera Utara
21 3. Memiliki program kerja yang jelas
Sebagai lembaga yang dipercaya oleh masyatakat, lembaga zakat harus memiliki program kerja yang jelas agar masyarakat tidak ragu untuk menyalurkan
menyisihkan dana zakat mereka ke lembaga tersebut. 4. Memiliki pembukuan yang baik
Keberadaan lembaga zakat sekarang ini sangat berpengaruh kepada masyarakat. Setiap dana zakat yang terhimpun dan tersalur, harus transparan. Oleh
karena itu, lembaga zakat dituntut untuk memiliki pembukuan yang baik agar muzakki percaya dengan lembaga zakat yang ada.
5. Melampirkan surat pemyataan bersedia diaudit Setiap lembaga zakat harus melaporkan setiap kegiatannya kepada
muzakki agar transparansi dapat terjaga. Lembaga zakat harus bersedia diaudit laporan keuangannya agar tidak terjadi kecurangan dalam pelaksanaanya.
Persyaratan tersebut tentu mengarah pada profesionalitas dan transparansi dari setiap lembaga pengelola zakat. Dengan demikian, diharapkan masyarakat
akan semakin bergairah menyalurkan zakatnya melalui lembaga pengelola zakat.
2.2 Ruang Lingkup Zakat 2.2.1 Pengertian Zakat
Ditinjau dari segi bahasa kata zakat merupakan kata dasar dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik, sedangkan dan segi istilah fiqih, zakat
berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya, disamping berarti mengeluarkan
sejumlah harta tertentu itu sendiri Qaradhawi, 1996:35.
Universitas Sumatera Utara