10 ayat 1 Keputusan Menteri disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Badan Amil
Zakat BAZ adalah: organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah dengan tugas mengumpulkan,
mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan Agama. Dari kedua pengertian di atas SKB Mentri Dalam Negeri dan Menteri
Agama serta UU Nomor 38 Tahun 1999, tampak ada perbedaan. Menurut SKB, BAZIS itu adalah Lembaga swadaya masyarakat yang dibentuk oleh masyarakat,
sedangkan menurut UU Nomor 38 Tahun 1999, BAZIS itu dibentuk oleh pemerintah. Untuk menangani perbedaan persepsi itu, maka dalam UU Nomor 38
Tahun 1999 pasal 1 ayat 2 selain Badan Amil Zakat dilengkapi pula dengan Lembaga Amil Zakat yang sama pengertiannya dengan BAZIS yang dikemukakan
SKB. Dengan demikian, dalam struktur organisasi pengelolaan zakat menurut UU Nomor 38 Tahun 1999 dibedakan antara Badan Amil Zakat dengan Lembaga
Amil Zakat. Kalau BAZ dibentuk oleh pemerintah sedangkan LAZ dibentuk atas prakarsa masyarakat.
2.1.2 Prinsip-Prinsip Zakat Dalam Islam
Dalam pengelolaan baik zakat, infaq dan sedekah terdapat beberapa prinsip yang harus dipatuhi dan ditaati agar pengelola dapat berhasil dalam mengelola
zakat sesuai dengan yang diharapkan, adapun prinsip-prinsip tersebut menurut M.A. Manan dalam bukunya Islamic Economics: Theory and Practice Lahore,
1970: 285 zakat mempunyai enam prinsip, yaitu:
1. Prinsip keyakinan keagamaan faith, menyatakan bahwa orang yang
membayar zakat yakin bahwa pembayarannya tersebut merupakan salah
Universitas Sumatera Utara
11 satu manifestasi keyakinan agamanya, sehingga kalau orang yang
bersangkutan belum membayarkan zakatnya, belum merasa sempurna
ibadahnya.
2. Prinsip pemerataan dan keadilan, cukup jelas menggambarkan tujuan zakat
yaitu membagi lebih adil kekayaan yang telah diberikan tuhan kepada
umat manusia.
3. Prinsip produktifitas dan kematangan, menekankan bahwa zakat memang
wajar harus dibayar karena milik tertentu telah menghasilkan produk tertentu. Hasil produksi tersebut hanya dapat dipungut setelah lewat
jangka waktu satu tahun yang merupakan ukuran normal memperoleh hasil
tertentu.
4. Prinsip nalar, yaitu orang yang diharuskan bayar zakat adalah seseorang
yang berakal sehat dan bertanggung jawab. Dari sinilah ada anggapan bahwa orang yang belum dewasa dan tidak waras bebas dari zakat yang
dalam hal ini merupakan suatu ibadat.
5. Prinsip kebebasan, menjelaskan bahwa zakat hanya dibayar oleh orang
yang bebas dan sehat jasmani serta rohaninya, yang merasa mempunyai tanggung jawab untuk membayar zakat untuk kepentingan bersama. Zakat
tidak dipungut untuk orang yang sedang dihukum atau orang yang sedang
sakit jiwa.
6. Prinsip etik dan kewajaran menyatakan bahwa zakat tidak akan diminta
secara semena-mena tanpa memperhatikan akibat yang ditimbulkannya.
Universitas Sumatera Utara
12 Zakat tidak mungkin dipungut, kalau karena pemungutan itu orang yang
membayarnya akan menderita Mubyarto, 1986: 33. 2.1.3 Tugas dan Fungsi Lembaga Zakat
Sebagaimana tercantum dalam pasal 8 UU Nomor 38 Tahun 1999 tugas pokok lembaga pengelola zakat adalah mengumpulkan, mendistribusikan, dan
mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Sedangkan fungsinya sebagaimana tercantum dalam Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Agama Nomor 29 Tahun 1991 47 Tahun 1991 tentang Pembinaan Badan Amil Zakat, Infaq dan Sedekah. Pasal 6 bahwa fungsi utamanya telah sebagai
wadah pengelola, penerima, pengumpulan, penyaluran dan pendayaguna zakat, infaq dan sedekah dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai
wujud partisipasi umat Islam dalam pembangunan nasional serta sebagai pembinaan dan pengembangan swadaya masyarakat.
Petunjuk teknis pengelolaan zakat yang dikeluarkan oleh institusi Managemen Zakat 2001 dikemukakan susunan orgãnisasi lembaga pengelolaan
zakat seperti Badan Amil Zakat sebagai berikut: 1.
Badan Amil Zakat terdiri atas Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas dan Badan Pelaksana.
2. Dewan Pertimbangan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 meliputi
unsur ketua, sekretaris dan anggota. 3.
Komisi Pengawas sebagaimana dimaksud ayat 1 meliputi unsur ketua, sekretaris dan anggota.
Universitas Sumatera Utara
13 4.
Badan pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi unsur ketua, sekretaris, bagian keuangan, bagian pengumpulan, bagian pendistribusian dan
pendayagunaan. 5.
Anggota pengurus Badan Amil Zakat terdiri atas unsur masyarakat dan unsur pemerintah. Unsur pemerintah terdiri atas unsur u1ama kaum cendekia, tokoh
masyarakat, tenaga profesional dan lembaga pendidikan yang terkait. Fungsi dan tugas pokok pengurus Badan Amil Zakat BAZ menurut
Hafidhudhin, 2002: 131 antara lain: a.
Dewan Pertimbangan Adapun fungsi dewan pertimbangan adalah memberikan pertimbangan,
fatwa, saran, dan rekomendasi kepada badan pelaksana dan komisi pengawas dalam pengelolaan Badan Amil Zakat, meliputi aspek syariah dan aspek
manajerial. Sedangkan tugas pokok dewan pertimbangan Hafidhudhin, 2002: 131 adalah sebagai berikut:
1. Memberikan garis-garis kebijakan umum Badan Amil Zakat.
Setiap lembaga pengelolaan zakat memiliki kebijakan-kebijakan dalam pelaksanaan kegiatan lembaga zakat tersebut. Untuk itu, diperlukan Dewan
Pertimbangan sebagai badan yang ditunjuk untuk memberikan garis-garis kebijakan tersebut tentang apa yang harus dilakukan oleh lembaga pengelolaan
zakat. 2.
Mengesahkan rencana kerja dan Badan Pelaksana dan Komisi Pengawas
Universitas Sumatera Utara
14 Rencana kerja yang telah ditetapkan oleh badan pelaksana dan komisi
pengawas harus mendapat persetujuan dan dewan pertimbangan untuk disahkan menjadi program kerja.
3. Mengeluarkan fatwa syariah baik diminta ataupun tidak berkaitan hukum zakat yang wajib diikuti oleh pengurus Badan Amil Zakat.
4. Memberikan pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada Badan Pelaksana dan Komisi Pengawas baik diminta maupun tidak diminta.
Dewan pertimbangan dapat memberikan saran dan rekomendasi tentang apa yang hendak dan akan dilakukan oleh badan pelaksana dan dewan komisi.
Setiap rencana kerja yang dilakukan harus mendapat perhatian dari dewan pertimbangan.
5. Memberikan persetujuan atas laporan tahunan hasil kerja Badan Pelaksana dari Komisi Pengawas.
Setiap akhir periode, setiap lembaga pengelolaan zakat wajib melaporkan dan mempertanggungjawabkan segala kegiatannya kepada dewan pengawas
dengan tujuan untuk dievaluasi agar kekurangan yang terjadi dapat diperbaiki di tahun depan. Setiap laporan pertanggungjawaban harus disahkan oleh dewan
pertimbangan. 6. Menunjuk akuntan publik.
Setiap lembaga pengelolaan zakat harus menunjuk seorang akuntan publik agar transparansi dan akuntabilitas leporan keuangan tersebut sah dan tidak
menimbulkan masalah lain.
Universitas Sumatera Utara
15 b.
Komisi Pengawas Dalam lembaga pengelolaan zakat, fungsi komisi pengawas adalah
Sebagai pengawas internal lembaga atas operasional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana. Sedangkan menurut Hafidhudhin, 2002: 131 tugas pokok
komisi pengawas adalah sebagai berikut: 1. Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan
Setiap rencana kerja yang telah disusun dan disahkan oleh lembaga zakat harus diawasi oleh komisi pengawas. Tujuannya adalah agar rencana kerja
tersebut dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya. 2. Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan Dewan
Pertimbangan Dewan Pertimbangan merupakan suatu badan yang memberikan saran dan
rekomendasi kepada Komisi Pengawas dalam mengelolan lembaga zakat. Untuk itu, setiap kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh
dewan pertimbangan harus mendapat perhatian dan pengawasan oleh Komisi Pengawasan.
3. Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana, yang mencakup pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
Komisi pengawasan melakukan pemantauan dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh badan pelaksana dengan tujuan agar kegiatan dan program tersebut
dapat berjalan sesuai dengan yang telah disepakati. 4. Melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syariah.
Universitas Sumatera Utara
16 Komisi pengawas harus melakukan pemerikasaan rutin segala apapun
yang dilakukan oleh lembaga pengelolaan zakat. Baik dalam laporan keuangan, kegiatan, dan lain-lain.
c. Badan Pelaksana
Adapun fungsi badan pelaksana adalah sebagai pelaksana pengelolaan zakat. Sedangkan tugas pokok badan pelaksana adalah sebagai berikut
Hafidhudhin, 2002: 132: 1. Membuat rencana kerja
Setiap lembaga pengelola zakat harus menyusun rencana kerja mengenai apa yang akan dilakukan selama satu tahun. Setiap rencana kerja yang dibuat
nantinya akan dilaporkan dalam rapat anggota untuk kemudian di sahkan menjadi rencana kerja.
2. Melaksanakan oprasional pengelolaan zakat sesuai rencana kerja yang telah disahkan dan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan
Setiap rencana kerja yang telah disahkan melalui rapat harus dijalankan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Rencana kerja tersebut harus
dijalankan sebaik-baiknya karena akan dimintai pertanggungjawabannya di akhir periode atau akhir tahun.
3. Menyusun laporan tahunan. Di setiap akhir periode, setiap lembaga zakat harus membuat laporan
tahunan tentang apa yang telah dilakukan selama periode kerja tersebut. Semuanya harus dilaporkan dalam rapat evaluasi.
Universitas Sumatera Utara
17 4. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada pemerintah.
Setelah lembaga zakat tersebut membuat laporan tahunan dan laporan pertanggungjawaban, selanjutnya laporan tersebut harus disampaikan kepada
pemerintah sebagai pengawas lembaga zakat. 5. Bertindak dan bertanggungjawab untuk dan atas nama Badan Amil Zakat ke
dalam maupun ke luar. Segala sesuatu yang dilakukan oleh lembaga zakat harus diperhatikan
dengan sebaik-baiknya karena setiap tindakan itu akan diperhatikan dan harus dipertanggungjawabkan.
Salah satu tugas penting lain dan lembaga pengelolaan zakat adalah melakukan sosialisasi tentang zakat kepada masyarakat secar terus-menerus dan
berkesinambungan, melalui berbagai forum dan media, seperti khutbah jum’at, media ta’lim, seminar, diskusi dan lokakarya, melalui surat kabar, majalah, radio,
internet maupun televisi. Dengan sosialisasi yang baik dan optimal diharapkan masyarakat muzakki akan semakin sadar untuk membayar zakat melalui lembaga
zakat yang kuat, aman, dan terpercaya.
2.1.4 Alur Pengumpulan dan Penyaluran Zakat Dalam Lembaga Pengelolaan Zakat