Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Defenisi Konsep

Sebagaimana telah di singgung sekilas di atas, maka ada beberapa alasan ketertarikan peneliti dalam penelitian ini adalah : 1. Perubahan gaya hidup masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan yang menuju kepada gaya hidup konsumtif khususnya kaum perempuan kota single yang bekerja. 2. Melihat gambaran gaya hidup konsumtif kaum perempuan kota single bekerja.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif perempuan kota single bekerja ? 2. Bagaimana gaya hidup konsumtif perempuan kota single bekerja ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran umum tentang gaya hidup konsumtif kaum perempuan kota single dan faktor yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif kaum perempuan kota single bekerja. Universitas Sumatera Utara

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1.4.1 Manfaat Teoritis

• Memberikan pengertian mengenai gaya hidup konsumtif kaum perempuan kota single bekerja. • Menyumbangkan pemikiran dan pandangan tentang perubahan yang terjadi di dalam masyarakat terhadap gaya hidup konsumtif kaum perempuan kota single bekerja.

1.4.2 Manfaat Praktis

• Meningkatkan kemampuan penulis melalui penelitian ini. • Memberikan wawasan kepada peneliti tentang gaya hidup konsumtif kaum perempuan kota single bekerja. • Diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi khazanah kepustakaan.

1.5 Defenisi Konsep

1. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari individu atau segolongan manusia di dalam masyarakat dengan menghabiskan waktu, uang, diri sendiri dan dunia sekitarnya yang mana dapat diamati dan diberi idenditas. 2. Konsumtif adalah mendahulukan keinginan untuk mengonsumsi barang dan jasa yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal. Universitas Sumatera Utara 3. Gaya hidup konsumtif adalah pola tingkah laku sehari-hari individu atau segolongan manusia di dalam masyarakat dengan mendahulukan keinginan untuk mengonsumsi barang dan jasa secara berlebihan untuk mencapai kepuasaan maksimal serta menyenangkan diri dari berbagai aktivitas. 4. Perempuan Kota. Maksudnya perempuan yang berdomisili di kota dan melakukan aktivitas kehidupannya di dalam kota. 5. Perempuan Muda Single Bekerja adalah perempuan yang dilihat dari dua fase yaitu Fase Adolescence Akhir Masa Remaja berusia 18 sd 21 tahun dan Fase Iuventus Fase Dewasa Awal berusia 25 sd 40 tahun. Pada Fase Iuventus dari segi fisik mencapai puncaknya, terutama pada usia 23 sd 27 tahun. 12 6. Bekerja. Yaumil Achmir mendefenisikan bekerja sebagai berikut: “suatu kegiatan yang dilakukan secara teratur berkesinambungan dalam jangka waktu tertentu, dengan tujuan yang jelas yaitu menghasilkan atau mendapatkan sesuatu dalam bentuk benda, uang, jasa maupun ide. Tetapi di dalam penelitian ini peneliti membatasi usia yang akan di teliti yaitu perempuan yang diteliti berusia 21 sd 30 tahun, karena secara umum di dalam masyarakat pada usia tersebut perempuan dikatakan “muda”, belum menikah dan mempunyai penghasilan dari pekerjaannya. 13 12 Mubin dan Cahyadi Ani. 2006. Psikologi Perkembangan. Hal 106 dan 115. Ciputat: Penerbit Quantum Teaching. Bekerja merupakan proses pengaktulisasian diri sesuai dengan pendidikan dan keahlian yang dimiliki secara berkesinambungan dengan tujuan untuk mendapatkan uang dan prestige. 13 Munandar, S.C. Utami. 1983. Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia: Suatu Tinjauan Psikologis. Jakarta:------. Hal 72. Universitas Sumatera Utara 7. Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang konsumtif. 14 Secara sosiologis, kota haruslah mencakup struktur sosial dan pola-pola psikologis serta perilaku. 15 8. Budaya global adalah suatu budaya yang sifatnya tipikal dan berlaku sama pada setiap tempat di dunia. Budaya global terbentuk akibat derasnya modernisasi, sehingga memaksa setiap individu dalam setiap kelompok masyarakat di dunia untuk condong kepada suatu trendsetter yang tengah berlaku, yang dalam hal ini biasanya adalah negara-negara maju atau barat. 14 Ibid Hal: 36 15 Menno dkk. 1994. Antropologi Perkotaan. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada. Hal 25. Universitas Sumatera Utara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Gaya Hidup dan Konsumsi 2.1.1 Gaya Hidup. Istilah gaya hidup lifestyle sekarang ini kabur. Sementara istilah ini memiliki arti sosiologis yang lebih terbatas dengan merujuk pada gaya hidup yang khas dari berbagai kelompok status tertentu, dalam budaya konsumen kontemporer istilah ini mengkonotasikan individualitas, ekspresi diri, serta kesadaran diri yang semu. Tubuh, busana, bicara, hiburan saat waktu luang, pilihan makanan dan minuman, rumah, kendaraan, dan pilihan hiburan, dan seterusnya di pandang sebagai indikator dari individualitas selera serta rasa gaya dari pemilik atau konsumen. 16 Weber mengemukakan bahwa persamaan status dinyatakan melalui persamaan gaya hidup. Di bidang pergaulan gaya hidup ini dapat berwujud pembatasan terhadap pergaulan erat dengan orang yang statusnya lebih rendah. Selain adanya pembatasan dalam pergaulan, menurut Weber kelompok status ditandai pula oleh adanya berbagai hak istimewa dan monopoli atas barang dan kesempatan ideal maupun material. Kelompok status di beda-bedakan atas dasar gaya hidup yang tercermin dalam gaya konsumsi. Weber mengemukakan bahwa kelompok status merupakan pendukung adat, yang menciptakan dan melestarikan semua adat-istiadat yang berlaku dalam masyarakat. 17 16 Featherstone, Mike Penerjemah Misbah Zulfa Elizabeth. 2005. Posmodernisme dan Budaya Konsumen. Hal 201. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Monopoli suatu kelompok status antara lain terwujud dalam gaya berbusana. Kita melihat 17 Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi Edisi Kedua. Hal 93. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Universitas Sumatera Utara