Komunikasi Organisasi dan Efektifitas Kerja di Badan Informasi dan Komuikasi Provinsi Sumatera utara.
KOMUNIKASI ORGANISASI DAN EFEKTIFITAS KERJA
(Studi Korelasional Perngaruh Komunikasi Organisasi Antara Pimpinan danBawahan Terhadap Efektifitas Kerja Pegawai di Badan Informasi dan Komunikasi (Infokom) Provinsi Sumatera Utara )
SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Oleh :
DINA SABRINA SEMBIRING
020904055
Departemen Ilmu Komunikasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
(2)
UNIVESITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :
Nama : Dina Sabrina Sembiring
Nim : 020904055
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul : Komunikasi Organisasi dan Efektifitas Kerja di Badan Informasi dan
Komuikasi Provinsi Sumatera utara
Pembimbing Ketua Departemen Ilmu Komunikasi
Dra. Dewi Kurniawati, Msi Drs. Amir Purba, MA
NIP. 131 837 036 NIP. 131 654 105
Dekan
Prof. Dr.M. Arif Nasution, MA NIP. 131 757 010
(3)
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaniahim,
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat karunia, kemudahan sera ridha-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Tak lupa penulis mengucapkan shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.
Penulisan skripsi ini merupakan hasil terbaik yang telah dilakukan penulis selama dibangku perkuliahan. Dengan penuh kerja keras dan pengorbanan serta harapan, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Dikesempatan ini pula penulis banyak sekali mendapat dukungan, bimbingan serta motivasi dari orang–orang sekitar penulis terutama orang–orang terdekat.
Dalam kebahagiaan, cinta dan kasih sayang dari kedua orang penulis, bapakku dr.H.Burhanuddin Sembiring dan Bundaku Hj.Usniwati Sinulingga, yang selalu memberikan dorongan kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini. Dan saudara–saudaraku, Kak Dini, Adikku Babang, dan Bang Fauzi, yang telah memberikan keceriaan dan kebahagiaan dalam hari-hariku.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
2. Bapak Drs. Amir Purba, MA, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi 3. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, Msi, selaku pembimbing penulis yang telah
(4)
4. Bapak Drs. Syarifudin Pohan, Msi, selaku Dosen Wali yang selama ini menjadi tempat berkeluh kesah penulis dalam hal akademis
5. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen di Jurusan Ilmu Komunikasi, yang telah mmberikan ilmu-ilmunya selama dibangku perkuliahan. Dan para staff Jurusan Komunikasi, Kak Cut H, Kak Ros, maya, dan Rotua yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini
6. Bapak Drs. H. Eddy Syofian, M.A.P, selaku Kepala Badan Informasi dan Komunikasi Provinsi Sumatera Utara
7. Bapak-bapak dan Ibu-ibu pegawai di Badan Informasi dan Komunikasi provinsi Sumatera Utara terutama Bang Riza yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
8. Untuk seseorang yang ada dihatiku dan menemani hari-hariku, Romie Effendi, yang selalu memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan selalu bersedia menemani penulis setiap saat dibutuhkan. Terima kasih atas semua yang telah dirimu berikan
9. Untuk sahabat-sahabatku Andre, Pam-pam, Puan, Abram, Anggi, Tapi, dan Myrna, terima kasih untuk kebersamaan yang menyenangkan dalam menimba ilmu selama di FISIP USU. Untuk Gita, Rica, Rini, Kak Intan, Kak Ika, Bang Irul, terima kasih atas bantuannya selama ini yang bersedia menemani penulis setiap saat dibutuhkan dan juga untuk persahabatan yang tidak mungkin penulis lupakan
10. Untuk teman-temanku seangkatan 2002, Ica, Dani, Ria, Ade co, Ade Ce, Molita, Nia, Arif, Ricardo, dll yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu disini
(5)
Akhirnya segala sesuatu penulis kembalikan kepada Allah SWT. Dan semoga Allah SWT membalas segala yang telah diberikan dengan kebaikannya lebih besar serta senantiasa dilimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Medan, Juni 2008
Penulis
(6)
ABSTRAK
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh komunikasi organisasi antara pimpinan dan bawahan terhadap efektifitas kerja pegawai di Bainfokom Provinsi Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kejelasan pengaruh komunikasi organisasi dan efektifitas kerja.
Penelitian ini menggunakan metode korelasional. Metode korelasional bertujuan untuk meneliti hubungan diantara variabel-variabel dan bagaimana variasi pada salah satu faktor berkaitan dengan faktor yang lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di Badan Infokom Provinsi Sumatera Utara, dengan jumlah populasi sebanyak 199 orang, yang tersebar di 4 bidang pekerjaan. Untuk menghitung sampel dari data populasi yang ada digunakan pendapat Arikunto. Diperoleh sampel sebanyak 50 orang. Untuk menentukan jumlah pegawai setiap bidang yang akan menjadi responden digunakan teknik
Proporsional Random Sampling. Teknik penarikan sampel dengan menggunakan
cara penarikan sampel Accidental sampling.
Teknik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan, dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari literature, buku-buku, serta sumber yang relevan dan mendukung serta penelitian lapangan untuk memperoleh data di lokasi penelitian melalui kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan bentuk analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan pengujian hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara komunikasi organisasi antara pimpinan dan bawahan dengan peningkatan efektifitas kerja pegawai di Bainfokom Prov. Sumatera Utara. Hasil rs yang diperoleh adalah 0.96. Itu berarti rs > 0. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Ha dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara komunikasi organisasi antara pimpinan dan bawahan terhadap efektifitas kerja pegawai pada Badan Informasi dan Komunikasi (Infokom) Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan skala Guilford, maka hasil rs berada pada skala >0.91, yang menunjukkan hubungan yang kuat sekali, sangat tinggi dan bisa diandalkan.
Untuk mengetahui tingkat signifikansi hasil hipotesa tersebut dapat dilakukan dengan menghitung nilai thitung. Untuk thitung. Diperoleh hasil thitung > ttabel. yaitu 28,6>1,99. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis alternatif diterima yaitu terdapat pengaruh komunikasi organisasi antara pimpinan dan bawahan dengan peningkatan efektifitas kerja pegawai di Bainfokom Prov. Sumatera Utara.
(7)
ABSTRAK
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh komunikasi organisasi antara pimpinan dan bawahan terhadap efektifitas kerja pegawai di Bainfokom Provinsi Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kejelasan pengaruh komunikasi organisasi dan efektifitas kerja.
Penelitian ini menggunakan metode korelasional. Metode korelasional bertujuan untuk meneliti hubungan diantara variabel-variabel dan bagaimana variasi pada salah satu faktor berkaitan dengan faktor yang lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di Badan Infokom Provinsi Sumatera Utara, dengan jumlah populasi sebanyak 199 orang, yang tersebar di 4 bidang pekerjaan. Untuk menghitung sampel dari data populasi yang ada digunakan pendapat Arikunto. Diperoleh sampel sebanyak 50 orang. Untuk menentukan jumlah pegawai setiap bidang yang akan menjadi responden digunakan teknik
Proporsional Random Sampling. Teknik penarikan sampel dengan menggunakan
cara penarikan sampel Accidental sampling.
Teknik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan, dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari literature, buku-buku, serta sumber yang relevan dan mendukung serta penelitian lapangan untuk memperoleh data di lokasi penelitian melalui kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan bentuk analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan pengujian hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara komunikasi organisasi antara pimpinan dan bawahan dengan peningkatan efektifitas kerja pegawai di Bainfokom Prov. Sumatera Utara. Hasil rs yang diperoleh adalah 0.96. Itu berarti rs > 0. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Ha dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara komunikasi organisasi antara pimpinan dan bawahan terhadap efektifitas kerja pegawai pada Badan Informasi dan Komunikasi (Infokom) Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan skala Guilford, maka hasil rs berada pada skala >0.91, yang menunjukkan hubungan yang kuat sekali, sangat tinggi dan bisa diandalkan.
Untuk mengetahui tingkat signifikansi hasil hipotesa tersebut dapat dilakukan dengan menghitung nilai thitung. Untuk thitung. Diperoleh hasil thitung > ttabel. yaitu 28,6>1,99. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis alternatif diterima yaitu terdapat pengaruh komunikasi organisasi antara pimpinan dan bawahan dengan peningkatan efektifitas kerja pegawai di Bainfokom Prov. Sumatera Utara.
(8)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah.
Saat ini organisasi dihadapkan pada lingkungan yangs serba tidak pasti. Organisasi tidak dapat memperkirakan dengan mudah apa yang akan dihadapi esok, semuanya serba tidak pasti. Akan tetapi kondisi seperti ini tidak bisa dihindari. Kondisi ini dipicu oleh adanya perubahan lingkungan yang sangat cepat disertai dengan kemajuan teknologi dan sistem informasi yang juga begitu cepat berubah. Organisasi yang tidak mampu mengerti lingkungan di mana berada akan senatiasa mengalami ketertinggalan, dan hanya akan menjadi pengikut. Komunikasi penting bagi suatu organisasi, kerena komunikasi merupakan alat utama bagi anggota organisasi untuk dapat bekerja sama dalam melakukan aktifitas manajemen, yaitu untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Komunikasi yang baik diperlukan untuk memperoleh keterangan yang diperlukan dalam melakukan suatu pekerjaan sehingga setiap program kerja yang telah ditetapkan dapat diselesaikan dengan lancar.
Dalam setiap usaha organisasi, komunikasi mempunya peranan sentral. Ini terutama berlaku dalam masalah efektifitas organisasi. Proses dan pola organisasi merupakan sarana yang diperlukan untuk mengkoordisasikan dan mengarahkan pekerjaan kepada tujuan dan sasaran.
(9)
Agar tujuan-tujuan dari organisasi dapat diwujudkan, maka pimpinan harus dapat melaksanakan fungsi-gungsi organisasi yang baik. Salah satu fungsi tersebut adalah menempatkan pegawai yang tepat pada jabatan yang tepat pula. Jadi, organisasi tidak akan pernah kecewa dengan para pegawai.
Meskipun suatu organisasi mulai dari saat perekrutan tenaga kerja sampai pada saat seleksi tenaga kerja sudah selektif namun kenyataan masih terdapat hal-hal yang tidak diinginkan seperti keterlambatan pegawai dan tingkat absensi pegawai serta banyak waktu yang tidak dipergunakan sebaik mungkin dan terutama sekali kurangnya komunikasi diantara pimpinan dengan pegawai dan juga antar pegawai. Jika organisasi tidak dapat mengatasi hal ini, maka tingkat efektifitas pegawai akan menurun.
Perusahaan merupakan tempat dilakukannya berbagai kegiatan organisasi dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Proses pencapaian tujuan perusahaan melibatkan semua sumber daya yang tersedia di dalam perusahaan tersebut. dalam hal ini, pegawai memegang peranan penting, karena berhasil tidaknya tugas yang dipikul oleh perusahaan tergantung dari hasil kerja pegawainya. Diharapkan pegawai dapat bekerja secara maksimal dan seefektif mungkin.
Terbentuknya semangat kerja, disiplin kerja, serta adanya tanggung jawab terhadap pekerjaan diantara pegawai sebagai akibat komunikasi organisasi yang dilakukan dalam suatu perusahaan, akan dapat menciptakan efektifitas kerja yang pada akhirnya akan mewujudkan tujuan perusahaan.
(10)
Untuk mencapai efektifitas kerja yang tinggi, harus ditunjang oleh disiplin kerja dan semangat kerja serta mutu kerja yang baik pula. Oleh karena itu, suatu organisasi dalam hal ini organisasi pada Badan Informasi dan Komunikasi (Infokom) Provinsi Sumatera Utara dituntut untuk berperan aktif dalam menunjang kelancaran peningkatan efektifitas kerja pegawainya.
Badan Informasi dan Komunikasi (Infokom) Provinsi Sumatera Utara berdiri pada tahun 2001 yang diresmikan oleh mantan Presiden Abdul Rahman Wahid. Badan Infokom ini sebenarnya hanya berganti nama saja dari yang sebelumya bernama Departemen Penerangan yang dibubarkan pada bulan September 1998. Tetapi orang-orang yang bekerja pada Badan Infokom adalah orang-orang yang bekerja pada Departemen Penerangan terdahulu. Sebagai suatu badan organisasi yang baru, maka masih banyak masyarakat luas yang belum mengetahui dan mengenal betul apa itu peranan dan fungsi Badan Infokom dalam masyarakat.
Sejarah berdirinya Badan Infokom provinsi Sumatera Utara tidak dapat dilepaskan dari terjadinya perubahan paradigma dalam penyelenggaraan pemerintah telah membawa perubahan yang mendasar terhadap peran yang harus dilakukan pemerintah. Pemerintah pada dasarnya lebih diarahkan sebagai fasilitator dan motivator. Dalam kaitan dengan pelaksanaan fungsi pemerintahan di bidang informasi dan komunikasi, pemerintah melalui infrastruktur kelembagaannya yang ada diharapkan dapat menjalankan peran tersebut secara proporsional.
(11)
Badan Infokom sebagai badan yang memberikan pelayanan kepada masyarakat luas, harus selalu berusaha meningkatkan efektifitas kerjanya, sehingga dapat memberikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat.
Dengan demikian untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, maka efektifitas kerja pada Badan Infokom Provinsi Sumatera Utara yang sudah berjalan dengan baik harus terus lebih ditingkatkan.
Salah satu cara untuk mencapai efektifitas kerja pada Badan Infokom Provinsi Sumatera Utara tersebut adalah melalui suatu komunikasi, sebab komunikasi merupakan sebagian besar dari kegiatan manusia. Tidak adanya komunikasi akan menyebabkan kerenggangan suatu hubungan. Jika hal ini dibiarkan, maka akan mengakibatkan konflik.
Dalam kehidupan organisasi, efektifitas seorang pimpinan sebagian besar terletak pada keahliannya dalam berkomunikasi, tanpa adanya keahliannya dalam berkomunikasi, maka akan sering terjadi kesalahan penafsiran terhadap pesan yang disampaikan.
Dengan demikian seorang pimpinan seperti pemimpin Badan Infokom Provinsi Sumatera Utara tersebut, harus mamilih bentuk komunikasi yang efektif untuk menggerakkan pegawainya dalam melaksanakan tujuan organisasi. Komunikasi organisasi merupakan suatu bentuk komunikasi yang memungkinkan seorang pimpinan berhadapan langsung dengan bawahannya, sekaligus dapat mengetahui keadaan para bawahannya.
(12)
Mengingat pentingnya komunikasi organisasi dalam mencapai efektifitas kerja, hal ini mendorong penulis untuk memilih judul : Pengaruh Komunikasi
Organisasi Antara Pimpinan dan Bawahan Terhadap Efektifitas Kerja Pegawai di Badan Informasi dan Komunikasi (Infokom) Provinsi Sumatera Utara Terhadap
Efektifitas Kerja.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Bagaimanakah pengaruh komunikasi organisasi antara pimpinan dan bawahan terhadap efektifitas kerja pegawai di Badan Informasi dan Komunikasi (Infokom) Provinsi Sumatera Utara.”
I.3. Pembatasan Masalah
Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas dan menjadikannya lebih khusus maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi yang diteliti adalah komunikasi organisasi yang dilakukan antara atasan dengan bawahan dalam lingkup formal dan informal di Badan Infokom Prov. Sumatera Utara.
2. Perilaku yang mendukung efektifitas kerja pegawai di Badan Infokom Prov. Sumatera Utara, seperti semangat kerja pegawai, disiplin kerja dan tanggung jawab terhadap pekerjaan.
(13)
3. Objek penelitian adalah seluruh pegawai yang masih aktif bekerja di Badan Informasi dan Komunikasi (Infokom) Provinsi Sumatera Utara.
4. Lokasi penelitian adalah kantor Badan Informasi dan Komunikasi (Infokom) Provinsi Sumatera Utara di Medan.
5. Waktu penelitian adalah Februari – April 2008.
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh antara komunikasi organisasi yang dilakukan dengan efektifitas kerja karyawan.
2. Untuk mengetahui tanggapan karyawan terhadap komunikasi organisasi yang dilakukan oleh atasan/pimpinan.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung peningkatan efektifitas kerja pegawai dilingkungan kerja Badan Informasi dan Komunikasi (Infokom) Provinsi Sumatera Utara.
I.4.2. Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan di lingkungan FISIP USU khususnya di bidang ilmu komunikasi.
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan penulis mengenai komunikasi khususnya Komunikasi Organisasi
(14)
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Badan Informasi dan Komunikasi (Infokom) Provinsi Sumatera Utara
I.5. Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1991:39).
Kerangka teori dapat diartikan sebagai serangkaian asumsi , konsep, konstruk, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep (Singarimbun,1989:47).
Fungsi dari teori tersebut adalah untuk menerangkan, meramalkan, memprediksi dan menemukan keterpautan fakta-fakta secara sistematis (Effendi,1993:244).
Dengan adanya kerangka teori, maka akan mempunyai landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitian. Untuk memberikan kejelasan pada penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa kerangka teori yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah Teori Komunikasi dan Komunikasi Organisasi, Komunikasi Antar Pribadi, Efektifitas Kerja dan Teori Kemanusiaan (Humanistic
(15)
1. Komunikasi dan Komunikasi Organisasi
Istilah komunikasi sebenarnya berasal dari bahasa latin’communication’ dan bersumber pada kata communis yang berarti sama. Yang dimaksud sama disini adalah sama makna. (Effendi, 1992:9)
Jadi komunikasi adalah persamaan makna antara komunikator dan komunikan, dengan tujuan mengubah sikap, opini, perilaku orang lain tentang pesan yang disampaikan. Walaupun demikian tidak semua komunikasi yang dilakukan itu sesuai dengan apa yang diharapkan dan bahkan ada kesalahan maksud dalam penerimaan pesan, untuk itu diperlukan suatu komunikasi yang efektif.
Menurut Onong U Effendy (1992:5), komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain, untuk memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat dan perilaku baik langsung maupun tidak langsung melalui media. Sementara itu Hovland mendefinisikan proses komunikasi sebagai suatu proses mengubah perilaku orang lain yang disampaikan melalui perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam kata-kata).
Dari definisi di atas, menunjukkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan melalui penggunaan simbol atau lambang-lambang yang dapat menimbulkan efek seperti mengubah tingkah laku orang lain, yang dapat dilakukan dengan menggunakan media tertentu.
Salah satu bentuk komunikasi adalah Komunikasi Organisasi. Komunikasi merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam manajemen organisasi, Soekanto dan T. Hani Handoko (1991:117) berpendapat bahwa organisasi sangat
(16)
memerlukan informasi, dengan berkembangnya organisasi maka kebutuhan akan informasi juga akan bertambah. Oleh karena itu seorang pimpinan dalam suatu perusahaan harus memperhatikan bahwa hal ini merupakan hal yang penting dalam kelancaran jalannya organisasi atau perusahaan.
Menurut Goldhaber (dalam Muhammad, 2000:67) komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam jaringan hubungan yang saling bergantung satu sama lain untuk mangatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah. Sehingga arus pesan dalam jaringan komunikasi yang bersifat formal atau non formal sangat mempengaruhi proses komunikasi yang terjadi dalam sebuah organisasi.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal dan informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi pada kepentingan organisasi misalnya: memo, kebijakan, pernyataan dan surat-surat resmi. Sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Komunikasi yang dilakukan lebih kepada komunikasi antara anggotanya secara individual.
Untuk menciptakan iklim komunikasi organisasi yang baik tergantung pada seberapa kondusif dan efektif kondisi yang menunjang kebebasan dan kemudahan perilaku komunikasi sumber daya manusianya. Rasberry dan Linsay menegaskan bahwa inti aktifitas manusia dalam organisasi adalah seberapa jauh efektifitas dari :
(17)
1. Kualitas isi pesan 2. Kuantitas isi pesan
3. Media atau saluran komunikasi yang tersedia dan biasa digunakan dalam proses komunikasi yang berlangsung di dalam organisasi tersebut.
4. Etos dan kredibilitas komunikator (dalam Pohan,2005:12).
2. Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih, dapat secara tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan media seperti: telepon, surat dan sebagainya.
Riyono Pratikno mendefinisikan komunikasi antar pribadi sebagai komunikasi tunggal yang ditujukan kepada sasaran tunggal pula. (Pratikno, 1983:147)
Halloran (dalam Liliweri, 1991:48) mengemukakan faktor-faktor sebagai pembentuk dari komunikasi anatar pribadi yaitu:
1. Perbedaan antar manusia.
2. Manusia meskipun merupakan makhluk yang utuh namun tetap mempunyai kekurangan.
3. Adanya perbedaan motivasi antar manusia.
4. Kebutuhan akan harga diri yang harus mendapat pengakuan dari orang lain. Dalam setiap kegiatan komunikasi antar pribadi selalu melibatkan orang sebagai organ pelaksana dalam menyampaikan pesan. Karenanya agar pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat memberikan hasil yang baik, dapat
(18)
dipergunakan tehnik persuasif. Tehnik persuasif yang dimaksud dalam hal ini adalah kegiatan dalam upaya membujuk komunikan agar melakukan atau berbuat sesuai dengan maksud dan tujuan komunikator.
Pada prakteknya agar pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima oleh komunikan, seorang komunikator harus berorientasi kepada beberapa hal yaitu:
1. Kegiatan persuasif yang dilakukan harus dapat membangkitkan kebutuhan akan informasi terhadap sesuatu hal.
2. Kegiatan persuasif yang dilakukan harus dapat membangkitkan harga diri publik.
3. Kegiatan persuasif yang dilakukan harus dapat membangkitkan seseorang untuk diterima sebagai anggota kelompok.
4. Kegiatan persuasif yang dilakukan harus dapat memenuhi kebutuhan publik akan popularitas dan harga diri di samping kekuasaan. (Djaya, 1985:51)
3. Efektifitas Kerja
Efektifitas berasal dari kata “efek” yang dalam kamus bahasa Indonesia berarti terjadinya perubahan yang timbul pada diri komunikan yang menyebabkan terjadinya kegiatan komunikasi.
Efektifitas itu dapat diartikan sebagai suatu sikap manusia dalam menjalankan aktifitasnya agar dapat selesai tepat pada waktu yang ditentukan dan dengan biaya yang seminim mungkin. Sikap manusia itu dapat berupa kerukunan bekerja, disiplin dalam bekerja, maupun keinginan untuk menambah pengetahuan.
(19)
Kerja adalah kegiatan kemanusiaan yang mengandung makna ekonomis bagi kehidupan manusia. Definisi tersebut mengandung dua unsur kegiatan, yaitu kegiatan sosial dan kegiatan ekonomis (Benggolo,1973:6).
Agar dapat menjamin suatu keberhasilan usaha dalam meningkatkan efektifitas kerja pegawai dalam suatu organisasi, maka seorang pemimpin harus dapat menjalin komunikasi dengan baik terhadap pegawainya , sehingga dapat menumbuhkan semangat, disiplin dan prestasi kerja dari para pegawai.
4. Teori Kemanusiaan (Humanistic Theory)
Teori ini menjelaskan tentang faktor-faktor yang berkaitan erat dengan komunikasi organisasi seperti : hubungan interpersonal (relasi sosial, kelompok informal), norma-norma kelompok dan gaya kepemimpinan supervisor dalam praktek kepenyediaan (supervisory), perasaan karyawan terhadap kepuasan kerja dan morale, yang juga memberi andil penting dalam mempengaruhi efektifitas, efisiensi dan produktifitas karyawan, disamping juga pengaruh faktor-faktor lain yang lebih dahulu dikenal.
Dengan kata lain, studi ini membuka dimensi pemahaman baru terhadap hakekat organisasi. Yaitu perlunya memandang organisasi dan karyawan sebagai suatu kelompok sosial atau sistem sosial yang berisikan baik struktur relasi formal maupun informal, dimana antara dimensi sosial dan psikologis dengan dimensi rasional formal dan emosional harus dipandang secara proporsional. Ganjaran ekonomis material dan ganjaran sosial psikologis sama-sama signifikan mempengaruhi motivasi kerja karyawan.
(20)
Teori ini terkenal dengan nama ‘Hawthorne Effect’, dimana sikap, emosi dan perasaan karyawan secara signifikan memepengaruhi produktifitas. Implikasinya temuan ini bagi manajer adalah pentingnya manajer lebih menekankan faktor sosial dan prilaku manusia sebagai yang lebih utama daripada faktor lainnya. Artinya, produktifitas akan dicapai bila hubungan personal dan sosialnya efektif (Pohan, 2005: 39).
I.6. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Dengan adanya kerangka konsep ini merupakan bahan yang akan menuntun dan merumuskan hipotesa penelitian. Adapun kerangka konsep yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor yang mempengaruhi unsur lain (variabel terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Komunikasi Organisasi.
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel Terikat adalah sejumlah gejala atau faktor yang muncul karena dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Efektifitas Kerja.
(21)
3. Variabel Antara (Z)
Variabel antara adalah variabel yang berada diantara variabel bebas (X) dan varibel terikat (Y), yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel X dan Y. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.
I.7. Model Teoritis
Berdasarkan variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, maka dibentuk menjadi suatu model teoritis, yaitu:
Gambar 1 Model Teoritis
I.8. Operasional Variabel
Operasional variabel berfungsi untuk memudahkan kerangka konsep dalam melakukan penelitian. Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun,1984:46).
Karakteristik Responden Variabel Bebas (X)
Komunikasi Organisasi
Variabel Terikat (Y) Efektifitas Kerja
(22)
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah dijelaskan diatas, maka agar lebih memudahkan dalam operasionalnya di dalam memecahkan masalah, maka dibuatlah operasional variabelnya sebagai berikut :
Tabel I
Operasionalisasi Variabel
Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas (X)
Komunikasi Organisasi 1. Komunikator a. Kredibilitas b. Daya tarik
2. Jenis komunikasi yang dilakukan: a. Komunikasi Ke Bawah
- Perintah
b. Komunikasi Ke Atas
- Memberikan saran dalam rapat 3. Pesan yang disampaikan:
- Peraturan - Kebijaksanaan Variabel Terikat (Y)
Peningkatan Efektifitas Karja
1. Semangat kerja 2. Disiplin Kerja
Patuh terhadap aturan Kehematan dalam bekerja 3. Tanggung jawab terhadap pekerjaan Karakteristik Responden 1. Jenis kelamin
2. Pendidikan 3. Lama Bekerja 4. Bagian
(23)
1.9 Definisi Operasional
Definisi operasional bertujuan memberikan dan menjelaskan pengertian variabel-variabel operasional. Dalam penelitian ini definisi operasional yang diuraikan adalah:
A. Komunikasi Organisasi indikatornya adalah : 1. Komunikator :
a. Kredibilitas yaitu penilaian yang baik di mata khalayak dimana seorang pimpinan harus mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya sebagai seorang pimpinan.
b. Daya tarik yaitu dilihat dari segi fisik maupun karisma yang dimilikinya. Dalam hal fisik dilihat dari penampilan, kecantikan, karakter dan hal lainnya yang melekat pada diri seorang pemimpin.
2. Jenis komunikasi yang dilakukan : a. Komunikasi Ke Bawah
- Perintah yaitu pesan yang disampaikan oleh pimpinan agar bawahan dapat melakukan apa yang diinginkannya.
b. Komunikasi Ke Atas
- Memberikan saran atau ide dalam rapat yaitu suatu cara yang dilakukan oleh pimpinan dimana pegawai diminta untuk memberikan saran atau ide yang relevan dalam membuat suatu peraturan di perusahaan. Hal ini dilakukan agar tercipta situasi yang harmonis antara pimpinan dan bawahan.
(24)
3. Pesan yang disampaikan :
a. Peraturan yaitu sebuah informasi yang berisi tentang hal-hal yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap pegawai.
b. Kebijaksanaan yaitu sebuah informasi mengenai hal-hal yang menjadi pedomann pegawai agar tujuan dari perusahaan dapat tercapai.
B. Efektifitas Kerja indikatornya adalah :
1. Semangat Kerja adalah kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan, sehingga mampu bekerja dengan sebaik-baiknya.
2. Disiplin Kerja adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh para pegawai untuk dapat hadir dan pulang tepat waktu dari kantor dan dapat melaksanakan semua tugas yang diberikan secara tepat waktu pula.
3. Tanggung jawab terhadap pekerjaan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh pegawai dimana mereka merasa harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan yaitu dengan bekerja sebaik-baiknya..
C. Karakteristik Responden indikatornya adalah : 1. Jenis kelamin yaitu pegawai pria dan wanita
2. Pendidikan yaitu tingkat pendidikan formal pegawai
3. Lama Bekerja yaitu berapa lama pegawai tersebut bekerja di perusahaan. 4. Bagian yaitu klasifikasi pembagian kerja
(25)
I.9. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terdapat pemecahan masalah melalui data yang terkumpul (Singarimbun, 1995:36).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ha: Terdapat pengaruh Komunikasi Organisasi antara pimpinan dan bawahan terhadap efektifitas kerja pegawai pada Badan Informasi dan Komunikasi (Infokom) Provinsi Sumatera Utara.
Ho: Tidak terdapat pengaruh Komunikasi Organisasi antara pimpinan dan bawahan terhadap efektifitas kerja pegawai pada Badan Informasi dan Komunikasi (Infokom) Provinsi Sumatera Utara.
(26)
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Komunikasi dan Komunikasi Organisasi A. KOMUNIKASI
a. Pengertian Komunikasi
Studi komunikasi dapat diterima sebagai suatu disiplin ilmu, baru pada pertengahan abad ke-20. Walaupun telah diketahui bahwa komunikasi manusia itu sesungguhnya telah hadir sejak diciptakannya manusia. Kehadirannya malah tidak bisa dielakkan, karena perjumpaan itu sendiri memerlukan komunikasi agar dapat berlanjut menjadi persahabatan, pertemanan, persekutuan atau bahkan perkawinan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan perekat hubungan antar manusia.
Komunikasi dibutuhkan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain, karena komunikasi merupakan pengaruh dan alat dalam aktifitas manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat bertanya mengenai suatu hal yang tidak diketahuinya, menerima dan mengawasi. Komunikasi dapat menjadi saran-saran guna terciptanya ide bersama, memperkuat perasaan kebersamaan melalui tukar menukar pesan (informasi), menggambarkan emosi dan kebutuhan mulai dari yang paling sederhana sampai yang kompleks.
Istilah komunikasi sudah demikian popular dan dipergunakan oleh kebanyakan orang. Istilah tersebut dipergunakan dalam semua kesempatan baik dalam pembahasan maupun dalam membicarakan berbagai masalah. Manusia
(27)
sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial mempunyai rasa ingin tahu, ingin maju dan ingin berkembang, maka salah satu syaratnya adalah komunikasi. Karenanya komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi kehidupan manusia.
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin yaitu
communico yang artinya membagi (Cangara,1998:17).
Komunikasi dapat diartikan sebagai ‘transfer informasi’ atau pesan-pesan (messages) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan, dalam proses komunikasi tersebut bertujuan (feed back) untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah pihak (Rosady, 2001:77).
Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell, bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan : siapa yang menyampaikan (komunikator), apa yang disampaikan
(pesan), melalui saluran apa (media), kepada siapa (komunikas) dan apa pengaruhnya (efek) (dalam Effendy,1999:10).
Menurut Onong Uchjana Effendy (2001:2) mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan-aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara dan diubah.
Komunikasi menurut Carl I. Hovland adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan
(28)
pendapat dan sikap. Dalam hal ini ada upaya dari komunikator selaku penyampai pesan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat dari komunikan atau sasaran komunikasi (dalam Effendy,1993:12).
H.A.W. Widjaja (2000:13), berpendapat bahwa komunikasi merupakan suatu hubungan dimana terdapat tukar menukar pendapat atau informasi diantara pihak-pihak yang berkomunikasi. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu hubungan kontak antara manusia baik secara individu maupun kelompok.
Menurut Arifin Anwar (1999:17), komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain..
JB. Wahyudi (1999:15), memberikan definisi komunikasi yang lebih bersifat universal yang menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses dengan mana symbol verbal dan non verbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.
Menurut Delozier, komunikasi melibatkan berbagai tanda-tanda informasi baik yang berbentuk verbal, nonverbal dan paralinguistik. Tanda-tanda nonverbal meliputi ekspresi fasial, gerak anggota tubuh, pakaian, warna, musik, rasa, ruang dan waktu, sentuhan serta bau. Sedangkan tanda paralingustik adalah tanda-tanda yang terdapat diantara komunikasi verbal dan nonverbal yang meliputi kualitas suara seperti kecepatan berbicara, tekanan suara dan vokalisasi yang digunakan untuk menunjukkan makna dan emosi tertentu (dalam Jahi,1993:3).
Definisi-definisi komunikasi di atas tentunya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar. Namun, sedikit banyaknya dapat memberi gambaran seperti apa yang diungkapkan oleh Shanon
(29)
dan Weaver (1949), bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja serta tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi (Cangara,1998:19).
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan / informasi. Di dalam proses komunikasi terdapat tiga unsur yang sangat penting, yaitu komunikator, pesan dan komunikan. Proses komunikasi dalam perspektif mekanistis dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Proses komunikasi secara primer, yaitu : proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang (symbol) sebagai media atau saluran.
2. Proses komunikasi secara sekunder, yaitu : proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Komunikator dalam hal ini menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relatif jauh dan berjumlah banyak (Effendy,1993:33).
b. Ciri Komunikasi
Komunikasi memiliki sifat atau ciri. Adapun sifat atau ciri dari komunikasi, antara lain :
1. Komunikasi Verbal (Verbal Communication)
(30)
b) Komunikasi Tulisan / Cetak (Written/Printed Communication) 2. Komunikasi Niverbal (Nonverbal Communication)
a) Komunikasi Kial / Isyarat Badaniah (Gestured Communication) b) Komunikasi Gambar (Pictorial Communication)
3. Komunikasi Tatap Muka ( Face to Face Communication)
4. Komunikasi Bermedia (Mediated Communication) (Effendy,1993:33)
c. Tujuan dan Fungsi Komunikasi
Suatu pesan disampaikan dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan agar pesan tersebut dapat dimengerti, memperkuat dan bahkan mampu mengubah orang lain. Dengan kata lain, kegiatan atau proses komunikasi tidak begitu saja diterima oleh komunikan, tetapi akan mengalami proses pengolahan terlebih dahulu sebelum akhirnya diterima dan menghasilkan efek sesuai dengan keinginan komunikator. Adapun tujuan komunikasi menurut Onong U. Effendy (1993:55), adalah :
1. Mengubah sikap (to change the attitude)
2. Mengubah pendapat atau opini (to change the opinion) 3. Mengubah prilaku (to change the behaviour)
4. Mengubah masyarakat (to change the society)
Fungsi komunikasi dipandang dari arti yang luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan akan tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide. Adapun fungsi dari kegiatan komunikasi, dibagi atas empat fungsi utama (Effendy,1999)., yaitu:
(31)
1. Menyampaikan informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate)
3. Menghibur (to entertain) 4. Mempengaruhi (to influence)
d. Tatanan Komunikasi
Tatanan komunikasi adalah proses komunikasi yang ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi komunikan seperti itu, maka komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut: 1. Komunikasi Pribadi (Personal Communication), yaitu : komunikasi diri
sendiri, baik dalam fungsinya sebagai komunikator maupun sebagai komunikan.
Komunikasi Pribadi ini terbagi atas:
a). Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) b). Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)
2. Komunikasi Kelompok (Group Communcation), yaitu: komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.
Komunkasi ini terdiri dari :
a). Komunkasi kelompok kecil (small group communication) Ceramah (lecture)
(32)
Symposium Forum Seminar Lain-lain
b). Komunikasi kelompok besar (large group communication / Public
Speaking).
3. Komunikasi Massa (Mass Communication), yaitu: komunikasi yang berlangsung pada peringkat masyarakat luas, yang identifikasinya ditentukan oleh ciri khas institusionalnya (gabungan antara tujuan, organisasi dan kegiatan yang sebenarnya).
Komunikasi Massa ini terdiri dari :
a). Komunikasi media massa cetak (printed mass media communication) Surat Kabar (daily)
Majalah (magazine)
b). Komunikasi media massa elektronik (electronic mass media communication)
Radio Televisi Film Lain-lain
4. Komunikasi Medio (Medio Communication), yang terdiri dari: a). Surat
(33)
c). Pamflet d). Poster
e). Lain-lain (Effendy,1999).
B. KOMUNIKASI ORGANISASI
a. Pengertian Komunikasi Organisasi
Ilmu komunikasi mempunyai peranan penting dalam pengembangan ilmu-ilmu lain. Penggunaan ilmu-ilmu komunikasi secara tepat akan memberi manfaat yang besar dalam kelangsungan ilmu lainnya.
Komunikasi organisasi merupakan salah satu bidang komunikasi, dapat berperan dalam menyediakan informasi komunikasi yang efektif bagi manajemen dalam rangka pengambilan keputusan terhadap masalah-masalah ataupun peluang-peluang yang berkaitan dengan organisasi, untuk meningkatkan kinerja organisasi itu sendiri.
Dalam kehidupan modern, sebagian besar dari kita paling tidak pernah menjadi anggota sebuah organisasi. Ukurannya mungkin kecil, sederhana ataupun besar. Ada organisasi yang berorientasikan semata-mata tanpa mementingkan keuntungan dan ada juga yang mementingkan keuntungan. Wujud organisasi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu organisasi sektor pemerintah dan organisasi sektor swasta.
Louis E Boone (1997) mengatakan tentang komunikasi dan komunikasi organisasi yaitu: (1) komunikasi adalah aktivitas yang berlaku dalam proses pertukaran pesan yang bermakna melalui seseorang atau sekumpulan orang
(34)
dengan pihak lain yang menerima semua tindakan dan ujaran. (2) komunikasi organisasi adalah komunikasi yang dilakukan oleh seseorang atau sekumpulan orang untuk memenuhi keperluan organisasi baik pada tingkat internal atau eksternal dan lingkungannya yang kompleks.
Katz dan Khan (dalam Gohdhaber, 1983:17), berpendapat bahwa komunikasi organisasi sebagai sebuah pengaturan informasi, petukaran informasi dan penyampaian maksud dalam lingkungan organisasi. Jadi penyampaian pesan atau maksud dari komunikator kepada komunikan tidak hanya vital dalam perumusan dan pencapaian tujuan organisasi tetapi juga merupakan sarana yang penting untuk melaksanakan kegiatan organisasional.
Komunikasi organisasi terdiri atas komunikasi di luar perusahaan dan komunikasi dalam perusahaan. Komunikasi di luar perusahaan adalah komunikasi antara perusahaan dengan pelanggan, pemegang saham, pemasok, mitra kerja, pemimpin dan komunitas lokal. Sedangkan komunikasi dalam perusahaan adalah komunikasi dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas antara pimpinan dengan pegawainya. Kedua hal ini merupakan hal yang penting dan harus ditingkatkan.
Dalam suatu organisasi komunikasi tersebut dapat terjadi antara pimpinan dengan pegawai atau antara sesama pegawai dan antara organisasi yang satu dengan organisasi yang lainnya.
Proses komunikasi antara pimpinan dengan pegawai atau komunikasi sesama pegawai berfungsi untuk memberikan informasi atau mentransfer pesan makna. Melalui transfer informasi atau pesan-pesan tersebut terjadi proses interprestasi yaitu pihak komunikan akan menafsirkan makna ‘decode’ menjadi
(35)
‘encode’ dari berbagai sudut pandangnya (perseptif), berasal dari kerangka pengalamannya (field of experiences) dan kerangka referensinya (frame of
references).
Untuk dapat mengubah sesuatu, maka harus disampaikan pesan yang berupa gagasan-gagasan, ide-ide maupun perintah-perintah agar dapat diterima dan disetujui. Adapun pesan yang biasa digunakan dalam suatu perusahaan , biasanya berupa peraturan-peraturan yang dibuat oleh pimpinan untuk lebih mengikat para pegawai. Selain itu, pimpinan juga biasanya membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk lebih dapat mengatur para pegawainya dalam melaksanakan setiap pekerjaan, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik.
Berhasil atau tidaknya suatu pesan yang disampaikan akan bergantung pada pengemasan pesan, kemampuan komunikator menyampaikan pesan serta kemampuan dalam memilih komunikasi apa yang efektif. Dengan demikian orang lain akan menerima pesan tersebut dan bahkan mampu mengubah orang tersebut.
Pengemasan pesan sangat menentukan berhasil tidaknya suatu komunikasi. Pesan yang dikemas sedemikian rupa tentu akan lebih mudah diserap dan dimengerti sehingga tujuan komunikasi tepat mengenai sasaran.
Menurut Wilbur Schramm (Effendy,1992:37), agar proses penyampaian pesan dapat berjalan secara efektif, maka komunikator harus memperhatikan kondisi-kondisi (the condition of success in communication), berikut ini :
1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan.
(36)
2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikannya sehingga sama-sama mengerti.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
Kedudukan dan fungsi komunikator dalam upaya menciptakan efektifitas dalam proses komunikasi adalah sangat penting, karena daripadanya terletak efektif tidaknya pesan-pesan yang disampaikan. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang dipersiapkan. Persiapan dalam arti membuat perencanaan dan strategi itu, adalah tugas dan fungsi komunikator.
Komunikasi yang efektif dalam sebuah organisasi dapat dicapai bila derajat antara komunikator dan komunikan sama dalam setiap situasi. Dan untuk melaksanakan komunikasi yang efektif menurut Drs. Onong U.Effendy (1981:39-42), terdapat dua faktor penting yang harus diperhatikan oleh komunikator yaitu: a. Kepercayaan terhadap komunikator (source credibility), yang ditentukan oleh
keahliannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Penelitian menunjukkan bahwa kapercayaan yang besar akan dapat meningkatkan daya perubahan sikap, sedang kepercayaan yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang menyenangkan. Lebih dikenal dan disenanginya komunikator oleh komunikan
(37)
lebih cenderung komunikan untuk merubah kepercayaannya kearah yang dikehendaki oleh komunikator.
Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikan tentang sifat-sifat komunikator. Karena itu kredibilitas tidak melekat pada diri seseorang, artinya seorang pimpinan bisa jadi memiliki kredibilitas di mata keluarganya, namun tidak di kalangan teman-temannya (Rakhmat,2000:257).
b. Daya Tarik Komunikator (source attractivness), seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik, jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengan mereka maka akan tercipta suatu opini publik yang menyenangkan.
Menurut Cangara (1998:98), daya tarik seorang komunikator terletak pada empat hal, yaitu :
1. Similarity, kesamaan demografik seperti bahasa, suku, agama, ideologi dan lain-lain.
2. Familiarity, komunikator dikenal baik.
3. Liking, komunikator disukai atau didolakan oleh khalayak. 4. Physic, bentuk dan tampilan fisiknya sempurna.
Dengan demikian, setiap orang yang hendak memahami suatu organisasi, sebaiknya memahami dahulu begaimana kondisi dan proses komunikasi berlangsung dalam organisasi tersebut. Sebab organisasi tidak hanya sekedar alat untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat yang membutuhkan tetapi
(38)
juga memiliki peranan lebih luas, antara lain sebagai penyedia lingkungan hidup, sebagai tempat bagi kehidupan sosia
b. Saluran Komunikasi Dalam Organisasi
Pola komunikasi harus memberikan kemungkinan komunikasi dalam empat arah yang berbeda-beda yaitu ke atas, ke bawah, horizontal dan diagonal.
1. Komunikasi Ke Bawah (Downward Communication)
Komunikasi ke bawah mengalir dari orang pada jenjang hirarki yang lebih tinggi ke yang lebih rendah. Bentuk yang paling umum adalah: instruksi, memo resmi, pernyataan tentang kebijaksanaan perusahaan, prosedur, pedoman kerja dan pengumuman perusahaan. Dalam banyak organisasi, komunikasi ke bawah sering kali tetap dan kurang teliti. Ini terlihat dari pernyataan yang sering terdengar diantara para anggota bahwa mereka tidak mengetahui informasi yang telah disampaikan.
Katz dan Khan (dalam Reksohadiprojo & Hani, 1991:18) mengemukakan bahwa aliran komunikasi ke bawah mempunyai lima tujuan pokok yaitu:
a. Untuk memberikan pengarahan-pengarahan atau intruksi kerja tertentu.
b. Untuk memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan itu harus dilaksanakan.
c. Untuk memberikan informasi prosedur organisasi.
d. Untuk memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada para pegawai/bawahan.
e. Untuk menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dalam membantu organisasi dalam menanamkan pengertian terhadap tujuan yang akan dicapai.
(39)
2. Komunikasi Ke Atas (Upward Communication)
Organisasi yang efektif memerlukan komunikasi keatas yang sama banyaknya dengan kebutuhan akan komunikasi ke bawah. Dalam situasi ini komunikator berada dalam jenjang yang lebih rendah dari organisasi daripada si penerima. Arus komunikasi ke atas yang sering dilakukan adalah pengadaan kotak saran, pertemuan kelompok dan sebagainya.
3. Komunikasi Horizontal (Horizontal Communication)
Hal yang seringkali dilupakan oleh banyak organisasi adalah arus komunikasi horizontal. Komunikasi ini terjadi terhadap sesama anggota dalam kelompok kerja yang sama dan diantara departemen pada tingkatan organisasi yang sama. Komunikasi horizontal sangat perlu untuk mengadakan koordinasi dari bermacam-macam fungsi keorganisasian, misalnya antara produksi dan penjualan dalam organisasi bisnis.
4. Komunikasi Diagonal (Diagonal Communcation)
Meskipun arus komunikasi ini paling sedikit digunakan tetapi pada dasarnya komunikasi ini dapat juga dikatakan penting apabila para anggota tidak dapat berkomunikasi secara efektif melalui cara yang lain. Komunikasi ini bila berlaku secara informal tidak akan menimbulkan masalah tetapi apabila timbul rasa ketidakpuasan bawahan akan informasi yang disampaikan oleh pimpinan akan dapat mempengaruhi saluran komunikasi dalam organisasi.
(40)
c. Hambatan-Hambatan Komunikasi dalam Organisasi
Ketidakefektifan komunikasi dalam suatu organisasi dapat disebabkan oleh berbagai macam hambatan manusiawi dan teknis. Bentuk-bentuk hambatan itu menurut Soekanto dan Handoko (1991:185) dapat diklasifikasikan kedalam empat kategori yaitu: diri pribadi, antar pribadi, organisasional dan teknologi.
1. Faktor Hambatan Dalam Diri Pribadi
a. Persepsi Selektif
Persepsi selektif adalah suatu proses menyeluruh dimana seseorang dapat menyeleksi, mengorganisasikan dan mengartikan segala sesuatu yang terjadi dalam lingkungannya. Dalam hal ini individu menpunyai kecenderungan untuk melihat dan mendengar hanya terbatas pada apa yang diiinginkannya.
b. Perbedaan Individual Dalam Ketrampilan Komunikasi
Disamping perbedaan persepsi, individu juga memiliki perbedaan dalam hal kemampuan untuk mengembangkan dan menerapkan ketrampilan komunikasi. Ada individu yang merupakan pembicara yang baik tetapi menjadi pendengar yang jelek. Ada yang tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara verbal (lisan) tetapi mampu menulis berita-berita dengan sangat jelas dan ringkas.
2. Faktor Hambatan Antar Pribadi
a. Iklim (suasana)
Iklim akan mempengaruhi proses komunikasi. Pada saat pimpinan dan bawahan berkomunikasi, perasaan-perasaan yang muncul akan membatasi atau mendorong isi maupun frekuensi komunikasi mereka. Suasana yang kurang
(41)
mendukung dapat dengan mudah menjadi sebuah penolakan bagi aliran komunikasi yang dilakukan. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakpercayaan dari komunikan terhadap komunikator.
b. Kepercayaan
Tingkat kepercayaan komunikan terhadap komunikator sangat dipengaruhi oleh pandangan dan reaksi komunikan terhadap gagasan dan tindakan komunikator. Ketidakpercayaan dapat menyebabkan salah satu pihak bersikap defensif sehingga dapat mengurangi kemungkinan untuk melakukan komunikasi yang efektif.
c. Kredibilitas
Kredibilitas berhubungan erat dengan kepercayaan. Kredibilitas itu sendiri menyangkut unsur: kejujuran, keahlian atau kemampuan, dinamisme atau antusiasme dan keterbukaan atau objektivitas. Para pegawai akan lebih mempercayai informasi yang berasal dari sumber yang menurut mereka paling jujur, adil dan objektif.
d. Kesamaan Komunikator dan Komunikan
Adanya kesamaan seperti umur, jenis kelamin, ras atau suku bangsa, sikap, minat dan kemampuan seseorang akan dapat meningkatkan efektifitas komunikasi antara komunikator dan komunikan.
3. Faktor Hambatan Organisasional
a. Status
Status seseorang dalam organisasi bergantung pada posisi yang sedang ia duduki. Kenyataan menunjukkan bahwa:
(42)
- Orang yang memiliki status lebih tinggi biasanya lebih senang melakukan komunikasi dengan mereka yang sama derajatnya daripada dengan mereka yang berstatus lebih rendah .
- Semakin lebar perbedaan status, semakin besar kecenderungan bahwa informasi akan mengalir dari individu yang berstatus lebih tinggi ke individu yang berstatus lebih rendah dan ini tidak berlaku sebaliknya.
- Individu yang berstatus lebih tinggi pada umumnya lebih mendominasi pembicaraan dibandingkan dengan individu yang berstatus lebih rendah.
b. Transmisi Hirarki
Perbedaan hirarki merupakan aspek pokok pengembangan sebuah organisasi. Hirarki dimaksudkan untuk memudahkan pencapaian kegiatan-kegiatan melalui informasi yang disalurkan secara sistematik keseluruh bagian organisasi. Namun kesulitan komunikasi juga akan timbul, jika semakin banyak tingkatan yang harus dilalui pesan atau informasi maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai ketempat tujuan sehingga ketepatan berita akan semakin kecil pula.
4. Faktor Hambatan Teknologis
Salah satu hambatan yang terbesar terhadap akurasi komunikasi adalah anggapan bahwa setiap kata yang sama akan mengandung pengertian yang sama pula. Latar belakang seseorang, kepentingan dan pendidikan sesorang akan menentukan pengertiannya terhadap pesan yang diterima. Sebagai contoh perintah atasan untuk mengerjakan tugas ‘secepat mungkin’ dapat mengandung arti satu jam, satu hari bahkan satu minggu.
(43)
2.2. Komunikasi Antar Pribadi
1. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi.
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orrang atau lebih, dapat berlangsung secara tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan media seperti telepon, telegram, surat dan sebagainya.
Dean C. Barluns menggemukakan bahwa komunikasi antar pribadi biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua orang, atau tiga orang atau mungkin empat orang yang terjadi sangat spontan dan tidak berstruktur. (Liliweri, 1991:48)
William G. Glueck dalam bukunya manajemen mengatakan bahwa komunikasi antar pribadi adalah proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antar dua orang atau lebih dalam suatu kelompok kecil. (Widjaya, 1986:8)
De Vito mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
1. Keterbukaan (openess) 2. Empati (emphaty) 3. Dukungan (support) 4. Rasa positif (positiveness) 5. Kesamaan (equality)
(44)
Ad 1. Keterbukaan (openess)
Segala ide, gagasan maupun permasalahan hendaknya diungkapkan secara bebas dan terbuka, karenanya antara komunikator dan komunikan harus saling mengerti dan memahami.
Ad 2. Empati (emphaty)
Pesan-pesan yang dikomunikasikan ditanggapi dengan penuh perhatian oleh kedua belah pihak tanpa berpura-pura.
Ad 3. Dukungan (supportiveness)
Ide maupun gagasan yang dikomunikasikan hendaknya mendapat dukungan dari kedua belah pihak, dengan adanya dukungan tersebut akan menimbulkan semangat dalam melaksanakan aktivitas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ad 4. Rasa Positif (positiveness)
Rasa positif yang timbul di dalam berkomunikasi dapat menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk berprasangka atau curiga antara satu dengan yang lain.
Ad 5. Kesamaan (equality)
Komunikasi yang berlangsung akan terasa terjalin lebih akrab dan kuat apabila terdapat berbagai kesamaan diantara pihak-pihak yang berkomunikasi.
Dalam setiap kegiatan komunikasi antar pribadi selalu melibatkan orang sebagai organ pelaksana dalam penyampaian pesan. Karenanya agar pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat memberikan hasil yang baik, dapat
(45)
digunakan teknik persuasif. Teknik persuasif yang dimaksud adalah kegiatan dalam upaya membujuk komunikan untuk melakukan atau berbuat sesuai dengan maksud dan tujuan komunikator.
Untuk itulah seorang komunikator dalam melakukan komunikasi antar pribadi hendaknya mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikasi melalui mekanisme daya tarik agar pihak komunikan merasakan bahwa komunikator itu sendiri ikut serta dengannya. Adanya rasa kesamaan tersebut akan dapat menimbulkan sikap simpati komunikan terhadap komunikator yang pada akhirnya komunikan akan bersedia untuk mengikuti pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator.
2. Proses Dan Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi A. Proses Komunikasi Antar Pribadi
Pengertian proses dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau peristiwa yang sedang berlangsung dalam mencapai suatu hasil tertentu. Proses komunikasi itu sendiri merupakan rangkaian kegiatan atau peristiwa ketika pesan mulai disampaikan sampai terjadinya tindakan sebagai pengaruh dari pesan itu.
Komponen komunikasi tersebut di atas harus saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Jika suatu komponen diabaikan maka kegiatan proses komunikasi tidak akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam proses komunikasi antar pribadi memerlukan lambang-lambang sebagai media. Lambang sebagai media yang terdapat dalam komunikasi antar pribadi dapat dibagi atas dua bagian, yaitu:
(46)
1. Lambang Verbal, yaitu penggunaaan bahasa sebagai media. Bahasa merupakan lambang yang dapat mewakili kenyataan yang konkrit dan objektif disamping juga dapat mewakili hal-hal yang bersifat abstrak.
2. Lambang Non Verbal, dimana proses komunikasi yang berlangsung dengan gejala yang menyangkut gerak-gerik (gesture), sikap (postures), ekspresi (facial expression) dan gejala lain yang sama.
B. Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi
Efektifitas komunikasi antar pribadi dalam hal ini adalah apabila tercapai tujuan dalam rangka mengubah pendapat, sikap dan tingkah laku.
Mc Grosky, Larson dan Knap dalam bukunya”An Introduction to Interpesonal Communication” mengatakan bahwa komunikasi yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan yang paling tinggi derajatnya antara komunikator dengan komunikan dalam setiap situasi. (effendy, 1981:37)
Steward L. Tubs dan Sylvia Moss mengemukakan bahwa komunikasi yang efektif setidaknya akan menimbulkan lima hal yaitu: pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makna baik dan tindakan. (Rakhmat, 1986:38)
Pengertian, diartikan sebagai penerimaan yang cermat dari pesan-pesan
yang disampaikan oleh komunikator.
Kesenangan, komunikasi yang dilakukan bukan hanya menyampaikan
informasi, melainkan untuk menjalin hubungan yang lebih akrab dan menyenangkan.
(47)
Pengaruh pada sikap, bagaimana agar pesan yang disampaikan dapat
mempengaruhi pendapat, sikap dan tingkah laku sesesorang.
Hubungan yang semakin baik, Komunikasi ditujukan untuk dapat
membina hubungan sosial diantara para komunikannya.
Tindakan, merupakan tujuan yang diinginkan dari proses komunikasi.
Chester I Barnard mengatakan jika ditinjau dari unsur komunikasi maka seseorang akan menerima pesan jika terjadi empat kondisi berikut:
1. Ia dapat dan benar-benar mengerti pesan komunikasi.
2. Pada saat ia mengambil keputusan ia sadar bahwa keputusanya bersangkutan bagi kepentingan pribadinya.
3. Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu sesuai dengan tujannya.
4. Ia mampu untuk menempati baik secara mental maupun secara fisik. (Rahmat, 1986:38)
2.3. Efektifitas Kerja
Efek secara umum berarti dampak atau akibat. Efektifitas terdiri atas gabungan dua kata yaitu efek dan aktifitas. Pengertian efek telah diuraikan di atas, sedangkan aktifitas berarti tindakan (aksi) atau kegiatan yang dilakukan secara rutin pada waktu tertentu. Jadi arti sederhana dari efektifitas adalah dampak atau akibat dari tindakan yang dilakukan secara rutin pada waktu tertentu.
Efektifitas berasal dari bahasa Inggris “effective”, yang berarti hasil, ditaati, mengesankan, manjur dan mujarab. Dengan demikian efektifitas dapat
(48)
diartikan sebagai pencapaian tugas yang menunjukkan tingkat keberhasilan tugas dan sesuai dengan tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kerja adalah kegiatan kemanusiaan yang mengandung makna ekonomis bagi kehidupan manusia. Definisi tersebut mengandung dua unsur kegiatan, yaitu kegiatan sosial dan kegiatan ekonomis. Dikatakan kegiatan sosial karena kegiatan tersebut dilakukan oleh jasa yang diberikan oleh manusia atau sekelompok manusia terhadap orang lain. Jasa tersebut kemudian mendapatkan imbalan (resiprocity), berupa materi (uang), sehingga disebut dengan kegiatan ekonomis (Benggolo,1973:6).
Berbicara mengenai atau definisi efektifitas kerja, bukanlah hanya satu masalah teknis semata, tetapi merupakan suatu masalah yang kompleks. Ada banyak pengertian tentang efektifitas, yang mana menunjukkan betapa kompleksnya sesungguhnya arti dari efektifitas kerja dalam suatu organisasi. Ada ciri yang sama dari berbagai pengertian yang diberikan yaitu menyangkut keberhasilan suatu kegiatan yang dilakukan dalam suatu organisasi.
Menurut Handayaningrat (2000:16), efektifitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan manajemen yang efektif disertai dengan manajemen yang efisien.
Sondang P.Siagian mengetakan bahwa efektifitas adalah penyelesaian pekerjaan tepat waktu yang telah ditentukan artinya pelaksanaan suatu pekerjaan dinilai baik atau tidak sangat tergantung pada penyelesaian tugas tersebut, bagaimana cara melaksanakan dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu (1991:151).
(49)
Efektifitas menurut Sarwoto adalah pelayanan yang baik dan mutunya benar-benar sesuai dengan kebutuhan dalam mencapai tujuan organisasi (1991:126).
Dengan demikian efektifitas merupakan suatu keadaan keberhasilan kerja baik dan sempurna, dalam arti sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Efektifitas kerja dalam pencapaiannya tidak dapat dipisahkan dari efisiensi kerja.
Agar dapat menjamin suatu keberhasilan usaha dalam meningkatkan efektifitas kerja pegawai dalam suatu organisasi, maka seorang pemimpin harus dapat menjalin komunikasi dengan baik terhadap pegawainya , sehingga dapat menumbuhkan semangat, disiplin dan tanggung jawab dari para pegawai.
Menurut Nitisemito (1982:160), semangat kerja adalah kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari hasil kerja dan keadaan yang didapat atau dialaminya setelah atau selama bekerja.
Setiap perusahaan akan selalu berusaha agar efektifitas kerja dari pegawainya dapat ditingkatkan. Untuk dapat meningkatkan efektifitas yang lebih tinggi lagi perlu ditimbulkan dan ditingkatkan semangat dan kegairahan kerja pegawainya. Karenanya suatu perusahaan selalu berusaha agar setiap pegawainya memiliki moral kerja yang tinggi pula.
Displin kerja yaitu suatu sikap yang ditunjukkan oleh pegawai berupa keputusan dan ketaatan secara sadar terhadap aturan-aturan organisasi yang berlaku. Setiap pegawai diharapkan mampu untuk mematuhi segala aturan yang berlaku dalam perusahaan. Selain itu, para pegawai juga harus dapat mempergunakan waktu seefisien mungkin, terutama dengan cara datang tepat
(50)
waktu ke kantor dan berusaha untuk menyelesaikan segala tugas dengan sebaik-baiknya.
Selain itu, seorang pegawai juga harus mempunyai tanggung jawab yang besar dalam melaksanakan segala tugasnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa upaya peningkatan efektifitas kerja pegawai selain dengan pembinaan
technikal skill (pengembangan dan latihan) pegawai, juga perlu diadakan
pembinaan kesejahteraan sosial para pegawai dan keluarganya serta jaminan keamanan selama bekerja maupun sesudahnya dan yang paling penting adalah terjadinya komunikasi yang lancar antara pimpinan dengan pegawai.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia tentunya sangat diperlukan guna mewujudkan hasil yang diharapkan oleh setiap perusahaan. Setiap pegawai sudah sepatutnya diarahkan untuk lebih meningkatkan efektifitas kerja mereka demi mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Efektifitas kerja merupakan tahapan usaha bagi pendayagunaan tenaga kerja secara maksimal. Sehingga dengan demikian pemanfaatan sumber daya manusia menjadikannya lebih berpotensi dan lebih mendukung keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan.
Badan Infokom Provinsi Sumatera Utara sebagai sebuah perusahaan, memberikan berbagai kebijaksanaan dan peraturan yang bertujuan agar para pegawai dapat bekerja secara optimal. Dengan demikian, efektifitas kerja di Badan Infokom Provinsi Sumatera Utara akan dapat terlaksana dengan baik pula.
(51)
2.4. Teori Kemanusiaan (Humanistic Theory)
Teori ini dianggap para ahli muncul efektif sejak tahun 1930, dipelopori oleh Elton Mayo (1933), Fritz J. Roethlisberger & William Dickson (1939) yang semula mengadakan riset pada perusahaan listrik di Hawthorne sebagai reaksi terhadap pendekatan klasik, yaitu menjelajahi prinsi-prinsip manajemen ilmiah apakah keberlakuannya masih bisa dipertanggungjawabkan, dominan dan konsisten antara teori dengan praktek.
Teori ini menjelaskan tentang faktor-faktor yang berkaitan erat dengan komunikasi organisasi seperti : hubungan interpersonal (relasi sosial, kelompok informal), norma-norma kelompok dan gaya kepemimpinan supervisor dalam praktek kepenyeliaan (supervisory), perasaan karyawan terhadap kepuasan kerja dan morale, yang juga memberi andil penting dalam mempengaruhi efektifitas, efisiensi dan produktifitas karyawan, disamping juga pengaruh faktor-faktor lain yang lebih dahulu dikenal.
Dengan kata lain, studi ini membuka dimensi pemahaman baru terhadap hakekat organisasi. Yaitu perlunya memandang organisasi dan karyawan sebagai suatu kelompok sosial atau sistem sosial yang berisikan baik struktur relasi formal maupun informal, dimana antara dimensi sosial dan psikologis dengan dimensi rasional formal dan emosional harus dipandang secara proporsional. Ganjaran ekonomis material dan ganjaran sosial psikologis sama-sama signifikan mempengaruhi motivasi kerja karyawan.
Teori ini terkenal dengan nama ‘Hawthorne Effect’, dimana sikap, emosi dan perasaan karyawan secara signifikan memepengaruhi produktifitas.
(52)
Implikasinya temuan ini bagi manajer adalah pentingnya manajer lebih menekankan faktor sosial dan prilaku manusia sebagai yang lebih utama daripada faktor lainnya. Artinya, produktifitas akan dicapai bila hubungan personal dan sosialnya efektif (Pohan, 2005: 39).
Implikasinya bagi pengkajian dan perkembangan komunikasi organisasi makin jelas, temuan Hawthorne dapat di interpretasikan bahwa kinerja organisasional sangat tergantung pada pemahaman manajemen dan perhatiannya terhadap kebutuhan dan ide-ide karyawan. Pada masa Human Relation inilah dimulai gerakan dimana perhatian labih besar pada komunikasi dua arah (two way
flow of communication) antara karyawan dan manajemen lebih diintensifkan
(53)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Penelitian korelasi berkaitan dengan pengumpulan data untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dan seberapakah tingkat hubungannya (Sumanto,1990:63).
Metode korelasional merupakan kelanjutan dari metode deskriptif. Metode korelasional mencoba meneliti hubungan antara variabel-variebel. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menetapkan, mengungkapkan suatu hubungan atau menggunakan hubungan-hubungan dalam membuat prediksi (prakiraan) (Sumanto,1990:7).
Penelitian korelasi dilakukan untuk membuat prediksi besarnya hubungan antara dua variabel. Jika dua variabel mempunyai hubungan yang erat, maka koefisien korelasi adalah +1.00, jika tidak diperoleh hubungan, maka nilai koefisiennya adalah 0.00.
(54)
2. Deskripsi Lokasi Penelitian
Setiap perusahaan atau organisasi memiliki sebuah ciri atau identitas yang dapat membedakannya dengan perusahaan lain. Bainfokom Provsu juga memiliki ciri atau idetitas tersendiri yang dimulai dari sejarah berdirinya, tugas dan fungsinya, visi dan misi, tujuan dan sasarannya.
A. AWAL BERDIRINYA BAINFOKOM PROVSU
Sejarah berdirinya Badan Informasi dan Komunikasi Provinsi Sumatera Utara (Bainfokom Provsu) tidak dapat dilepaskan dari terjadinya perubahan paradigma dalam penyelenggaraan pemerintah telah membawa perubahan yang mendasar terhadap peran yang harus dilakukan pemerintah. Pemerintah pada dasarnya lebih diarahkan sebagai fasilitator dan motivator. Dalam kaitan dengan pelaksanaan fungsi pemerintahan di bidang informasi dan komunikasi, pemerintah melalui infrastruktur kelembagaannya yang ada diharapkan dapat menjalankan peran tersebut secara proporsional.
Setiap organisasi pasti melaksanakan fungsi komunikasi dan informasi sesuai dengan kewenangan bidangnya masing-masing. Dalam hal ini, PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom, dimana telah menetapkan bahwa penyusunan sistem informasi menjadi kewenangan generik, artinya merupakan kewenangan yang melekat pada masing-masing bidang pemerintahan. Selanjutnya hal tersebut ditegaskan kembali dalam Kepres No. 100, 101, 102, dan 103 Tahun 2001, bahwa masing-masing lembaga tersebut mempunyai kewenangan penyusunan sistem informasi sesuai
(55)
bidang tugasnya. Dan semua kedudukan, tugas dan fungsi organisasi dari Bainfokom Provsu telah diatur dalam Pasal 23 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara, dengan persetujuan DPRD Provinsi Sumatera Utara No. 9/K/2001 tanggal 31 Juli 2001.
B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAINFOKOM PROVSU a. Tugas Bainfokom Provsu
Pasal 23 Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2001 tentang Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Utara, mengamanatkan Tugas Pokok Bainfokom Provsu, yaitu :
1. Bainfokom adalah unsur penunjang pemerintah provinsi, dipimpin oleh seorang kepala yang berkedudukan dan bertanggungjawab kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah.
2. Bainfokom mempunyai tugas membantu kepala daerah dalam bidang informasi dan komunikasi.
b. Fungsi Bainfokom Provsu
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 2 (dua) Pasal 23 Perda. No. 4 Tahun 2001, Bainfokom menyelenggarakan fungsi :
1. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis dalam lingkup informasi dan komunikasi.
2. Menyelenggarakan pembinaan pengembangan, humas pimpinan, hubungan kelembagaan dan layanan informasi dan komunikasi.
(56)
3. Melakukan pengkajian dan evaluasi penyelenggaraan informasi dan komunikasi.
4. Melakukan koordinasi, kerjasama dan pembinaan dalam pengembangan informasi dan komunikasi.
C. VISI DAN MISI
a. Visi Bainfokom Provsu
Dengan dasar pemikiran serta mengacu kepada Visi dan Misi Provinsi Sumatera Utara, maka dirumuskan Visi Bainfokom Provsu sebagai berikut :
‘INFOKOM SEBAGAI “JEMBATAN EMAS” PENGHUBUNG DAN PEREKAT KEBERSAMAAN MENUJU MASYARAKAT INFORMASI YANG SEJAHTERA DAN BERSATU DALAM KEBHINEKAAN.’
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
INFOKOM SEBAGAI JEMBATAN EMAS, merupakan gambaran kedudukan
yang strategis dari Bainfokom sebagai pengelola informasi yang dicapai melalui suatu kemauan, tekad dan berkemampuan untuk menjadikan institusi INFOKOM yang formal, sebagai tulang punggung keberhasilan pemerintah provinsi Sumatera Utara, dalam mempertemukan kepentingan-kepentingan masyarakat.
INFOKOM SEBAGAI PENGHUBUNG DAN PEREKAT KEBERSAMAAN,
merupakan gambaran kedudukan yang strategis dari Bainfokom dalam menjembatani kepentingan-kepentingan antara pemerintah dengan
(57)
masyarakat untuk kebersamaan dalam arti memiliki kemampuan untuk mempertemukan kebijakan pemerintah tuntutan kebutuhan masyarakat, serta menormalisasi perbedaan dalam masyarakat.
MASYARAKAT INFORMASI YANG SEJAHTERA DAN BERSATU DALAM KEBHINEKAAN, merupakan gambaran tentang masyarakat Sumatera Utara
yang terdiri dari berbagai etnis dan agama, hidup secara demokratis, menunjang tinggi HAM dan dengan informasi mampu meningkatkan taraf hidup secara layak dan bermartabat.
b. Misi Bainfokom Provsu
Merealisasikan visi dan memberikan gambaran tentang apa yang harus dilakukan serta apa yang akan dihasilkan, dirumuskan misi Bainfokom Provsu sebagai berikut :
1. Membangun sistem dan jaringan pusat pelayanan informasi public Sumatera Utara yang terprogram dan akuntabel.
2. Mewujudkan SDM yang cerdas, terampil dan memiliki etos kerja yang tinggi. 3. Mengembangkan hubungan yang harmonis dan demokratis dengan andalan
informasi yang transparan dan jelas sumber informasinya, guna meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan antara pemerintah dengan masyarakat Sumatera Utara.
4. Meningkatkan kerjasama dengan instansi vertical pemerintah, Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Milik Negara dan masyarakat Pers, dalam memberikan pelayanan informasi kepada pemerintah.
(58)
5. Memperluas pemerataan akses informasi dan pemenfaatan jaringan media informasi dan komunikasi tradiosional dan modern oleh pemerintah dan masyarakat.
D. TUJUAN BAINFOKOM PROVSU
Tujuan pembangunan Bainfokom Provsu, tidak terlepas dari Agenda Pengembangan di dalam RPJM Transisi Provinsi Sumatera Utara tahun 2006-2009, pada Bidang Pemerintahan Hukum dan Politik, yaitu :
1. Meningkatkan dan memantapkan pertukaran informasi dan komunikasi intra dan antar kelompok masyarakat serta antar lembaga politik dan masyarakat. 2. Memberikan dorongan dan fasilitas bagi pengembangan dan penguatan
kapasitas serta pemberdayaan lembaga-lembaga komunikasi dan informasi baik pemerintah, LSM, pemuda, ormas maupun media massa dalam rangka memenuhi hak masyarakat untuk memperoleh informasi.
3. Meningkatkan mutu pelayanan arus informasi dan dari masyarakat untuk mendukung proses sosialisasi dan partisipasi masyarakat dalam penyampaian informasi.
E. SASARAN BAINFOKOM PROVSU
Sasaran pembangunan Bainfokom Provsu, tidak terlepas dari Agenda Pembangunan di dalam RPJM Transisi Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006-2009, pada Bidang Pemerintahan Hukum dan Politik, yaitu :
(59)
2. Terselenggaranya pelayanan informasi public yang lebih cepat, pasti, murah, transparan, adil, patut dan memuaskan.
3. Terlahirnya peraturan-peraturan daerah yang tepat sasaran.
4. Terbangunnya kesamaan persepsi antara Pemerintah Daerah dan DPRD dalam penegakan hukum
5. Fasilitas penataan dan pengolahan dokumentasi hukum sebagai pusat informasi hukum.
6. Terlaksananya fungsi-fungsi lembaga kepemerintahan dan lembaga politik masyarakat di daerah sesuai konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Terwujudanya kepastian legal yang menjamin hak-hak masyarakat dalam mendapatkan informasi yang diperlukan (right to know).
8. Terwujudanya kewajiban pemerintah untuk manyampaikan informasi public yang dibutuhkan oleh masyarakat (obligation to tell).
3. Populasi dan Sampel a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian. (Nawawi,1993:141). Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah seluruh pegawai kantor Badan Informasi dan Komunikasi (Infokom)
(60)
Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari 4 bidang kerja dengan jumlah populasi pegawai sebanyak 199 orang (Sumber : Kantor Infokom Sumut, 2008).
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya dalam suatu penelitian (Rakhmat, 1995:144).
Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini digunakan pendapat Arikunto yaitu jika populasi besar atau lebih dari 100 orang, maka dapat diambil 10–15% atau 20-25%, tetapi jika kurang dari 100 orang maka seluruh populasi akan dijadikan sampel (Arikunto, 1999:104).
Dari pendapat Arikunto tersebut, maka peneliti mengambil sampel 25% dari jumlah pegawai Badan Infokom Prop. Sumatera Utara yaitu:
25% x 199 = 49.75 = 50 orang
Jadi sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 50 orang. Selanjutnya untuk penarikan sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Proporsioanl Random Sampling, dengan menggunakan rumus :
n =
N n n1
Keterangan :
n1 = Jumlah pegawai n = Jumlah sampel N = Populasi
(61)
Tabel 2 Populasi Pegawai
Bidang Populasi Penarikan Sampel Sampel
Humas 65 3 . 16 199 65 50 X 16 Program 36 6 . 9 199 36 50 X 10 Hubungan Kelembagaan 53 3 . 13 199 53 50 X 13 Infokom Kemasyarakatan 45 3 . 11 199 45 50 X 11
Jumlah 199 50
(Sumber : Kantor Badan Infokom 2008)
2. Accidental Sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang dilakukan secara
Accidental, yaitu siapa saja yang ada atau kebetulan ditemui dan memenuhi syarat atau kriteria yang di tentukan. Hal ini dilakukan agar jumlah sampel yang diperlukan dapat terpenuhi (Nawawi, 1993:156).
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data-data melalui buku-buku yang relevan dan mendukung penelitian ini.
(62)
2. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu pengumpulan data secara langsung di lokasi penelitian melalui :
- Kuisioner, yaitu suatu daftar yang berisikan suatu rangkaian pertanyaan
mengenai suatu hal atau suatu bidang. Kuisioner ini dimaksudkan sebagai daftar pertanyaan untuk memperoleh jawaban-jawaban dari para responden (Koentjaraningrat,1993:173).
5. Teknik Analisa Data
Teknik analisa yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Analisis tabel tunggal merupakan analisa yang dilakukan dengan membagi variabel-variabel penelitian ke dalam jumlah frekuensi dan presentase (Singarimbun,1995:266).
2. Analisis tabel silang merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menganalisis dan mengetahui apakah variabel yang satu mempunyai hubungan dengan variabel lainnya (Singarimbun,1995:271).
3. Uji Hipotesis
Salah satu fungsi statistik yaitu untuk menyederhanakan data sehingga mudah dibaca dan diinterpretasikan. Selain itu juga dipakai untuk menguji hipotesis (Singarimbun,1984:213).
Dalam penelitian ini variable-variabel yang diukur terdapat dalam skala ordinal. Sesuai dengan pedomann penggunaan test statistik yang berlaku, pengujian hipotesa yang berskala ordinal dapat dilakukan dengan test statistik “Korelasi Rank Spearman”.
(63)
s
r =
) 1 ( 6 1 2 2
n n di Keterangan :rs = Koefisien korelasi Spearman
di = Deviasi atau xi - yi n = Jumlah responden
Jika rs < 0 , maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika rs > 0 , maka Ho ditolak dan Ha diterima
Selanjutnya untuk melihat tinggi rendahnya korelasi digunakan skala Guildford (Rahmat, 1997:29).
<0,20 : hubungan rendah sekali 0,20 – 0,40 : hubungan rendah tetapi pasti 0,41 – 0,70 : hubungan yang cukup berarti 0,71 – 0, 90 : hubungan yang tinggi atau kuat
>0,91 : hubungan sangat tinggi; kuat sekali; dapat diandalkan Untuk mengukur tingkat signifikansi korelasi digunakan rumus ttest
(Siegel,1997:263).
t = rs
2 1 2 s r n Keterangan :
t = Koefisien korelasi variable x dan y
(64)
Hasil pengujian signifikansi melalui rumus t, selanjutnya akan dibandingkan dengan tabel distribusi nilai t.
Apabila thitung> ttabel, maka kesimpulan yang diambil adalah Ha.
(1)
90
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Menutup dan mengakhiri skripsi ini, berdasarkan hasil penlitian (data, fakta dan informasi) dapat dikemukakan bagian-bagian yang penting yang merupakan kesimpulan dari penelitian. Temuan penting dari hasil penelitian ini dilakukan setelah analisa data melalui tahapan analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan pengujian hipotesa, adalah sebagai berikut:
1. Dapat dianalisa bahwa terdapat hubungan antara kegiatan komunikasi organisasi antara pimpinan dengan bawahan dan peningkatan efektifitas kerja pegawai di Badan Informasi dan Komunikasi (Infokom) Provinsi Sumatera Utara. Para pegawai menilai bahwa pimpinan mampu menciptakan komunikasi yang harmonis di antara mereka sehingga mereka termotivasi agar dapat bekerja dengan baik.
2. Setiap responden memiliki cara yang berbeda dalam membina hubungan yang baik dengan pimpinan mereka.. Dari kuesioner yang dibagikan, hampir seluruh responden mengenal pimpinan mereka. Sebagian besar responden yang diteliti berpendapat berusaha untuk mematuhi segala peraturan yang berlaku di perusahaan dengan datang tepat waktu ke kantor dan menyelesaikan segala pekerjaan tepat pada waktunya.
3. Kredibilitas dan daya tarik yang dimiliki pimpinan cukup memberikan nilai lebih dalam sebuah perusahaan. Dengan kredibilitas dan daya tarik yang baik
(2)
yang dimiliki oleh seorang pimpinan akan lebih terbina hubungan yang baik dengan bawahannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa seorang pimpinan harus memiliki kredibilitas dan daya tarik sebagai seorang pimpinan.
5.2. Saran
Adapun saran-saran yang bersifat praktis dalam penelitian ini, antara lain: 1. Agar tercipta pegawai yang memiliki efektifitas kerja yang tinggi hendaknya
perlu lebih diintensifkan pelaksanaan komunikasi interpersonal sehingga tercipta komunikasi yang harmonis antara pimpinan dan bawahan. Pimpinan dengan penuh bijaksana menerima setiap saran atau ide dari pegawai sehingga pegawai merasa mereka diperhatikan oleh pimpinan. Hal ini tentu akan menciptakan suatu iklim kerja yang menyenangkan bagi para pegawai yang mendorong terciptanya etos kerja yang kreatif.
2. Kegiatan komunikasi organisasi yang dilakukan antara pimpinan dan bawahan hendaknya tidak hanya meliputi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan saja, sehingga akan lebih terbina hubungan yang lebih baik lagi dengan pimpinan.
(3)
92
DAFTAR PUSTAKA
Aloliliweri. 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Citra Aditya Bakti. Bandung.
Arifin, Anwar. 1989. Strategi Komunikasi. Armico. Bandung.
Arikunto, Suharsini. 1999. Metode Penelitian. Lembaga Penelitian FE.UI.
Jakarta.
Benggolo, Arie, MT. 1973. Tenaga Kerja dan Pembangunan : Pembahasan
Mengenai Penggunaan Tenaga Kerja di Indonesia. Yayasan Karya
(Sanjaya). Jakarta.
Effendy, Onong Uchjana. 1992. Dinamika Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung.
____________________. 1993. Teori dan Filsafat Komunikasi. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.
____________________. 1999. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Goldhaber, M, Gerald. 1990. Organizational Communication. Wm C Brown Publisher
Hakim, Rusman. 2001. Cermin Kepemimpinan. Elex Media Komputindo. Jakarta. Handoko, T. Hani. 1996. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
BPFE. Yogyakarta
Jahi, Amri. 1993. Komunikasi Massa dan Pembangunan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
(4)
Koentjaraningrat. 1993. Metode-metode Penelitian Masyarakat. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Muhammad, Arni. 2001. Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara. Bandung.
Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University
Press. Jogyakarta.
_____________. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press. Jogyakarta.
Nitisemito, Alex. 1982. Manajemen Personalia.
Pohan, Syarifuddin. 2005. Komunikasi Organisasi. Fakultas ISIP USU. Medan.
Rakhmat, Jalaluddin. 1995. Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
_________________. 1997. Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung.
_________________. 2000. Psikologi Komunikasii. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Siegel, Sidaney. 1997. Statistik Non Parametik. Gramedia. Jakarta. Singarimbun, Masri. 1984. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.
________________ & Effendy, Sofian. 1995. Metode Penelitian Survey. PT.
Pustaka LP3ES Indonesia. Yogyakarta.
Supratiknya, A. 2000. Komunikasi Antar Pribadi. Kanisius. Jakarta
(5)
Tabel Harga-harga Kritis t
df
Tingkat Signifikansi untuk Tes Satu Sisi
,10 ,05 ,025 ,01 ,005 ,0005 Tingkat Signifikansi Untuk Tes Dua Sisi
,20 ,10 ,05 ,02 ,01 ,001 1 3.078 6.314 12.706 31.281 63.657 636.619 2 1.886 2.92 4.303 6.965 9.925 31.568 3 1.638 2.353 3.182 4.541 5.841 12.941 4 1.533 2.132 2.776 4.747 4.604 8.61 5 1.476 2.015 2.571 3.365 4.032 6.859 6 1.44 1.943 2.447 3.143 4.707 5.959 7 1.415 1.895 2.365 2.998 3.499 5.405 8 1.397 1.860 2.306 2.896 3.355 5.041 9 1.383 1.833 2.262 2.821 3.250 4.781 10 1.372 1.812 2.228 2.764 3.169 4.587 11 1.363 1.796 2.201 2.718 3.106 4.437 12 1.356 1.782 2.179 2.681 3.055 4.318 13 1.350 1.771 2.160 2.650 3.012 4.221 14 1.345 1.761 2.145 2.624 2.977 4.140 15 1.341 1.753 2.131 2.602 2.947 4.073 16 1.337 1.746 2.120 2.583 2.921 4.015 17 1.333 1.740 2.110 2.567 2.898 3.965 18 1.330 1.734 2.101 2.552 2.878 3.922 19 1.328 1.729 2.093 2.539 2.861 3.883 20 1.325 1.725 2.086 2.528 2.845 3.850 21 1.323 1.721 2.080 2.518 2.831 3.819 22 1.321 1.717 2.074 2.508 2.819 3.792 23 1.319 1.714 2.069 2.500 2.807 3.767 24 1.318 1.711 2.064 2.492 2.797 3.745 25 1.316 1.708 2.060 2.485 2.787 3.725 26 1.315 1.706 2.056 2.479 2.779 3.707 27 1.314 1.703 2.052 2.473 2.771 3.690 28 1.313 1.701 2.048 2.467 2.763 3.674 29 1.311 1.699 2.045 2.462 2.756 3.659 30 1.310 1.697 2.042 2.457 2.750 3.646 40 1.303 1.684 2.021 2.423 2.704 3.551 60 1.296 1.671 2.000 2.390 2.660 3.460 120 1.289 1.658 1.980 2.358 2.617 3.373 ~ 1.282 1.645 1.960 2.328 2.576 3.291
(6)
EFEKTIFITAS PEMBAWA ACARA TALKSHOW DI TELEVISI DAN MINAT MENONTON MASYARAKAT
(Studi Korelasional Antara Efektifitas Pembawa Acara Talkshow “Indy Barends”di Trans TV Dengan Minat Menonton Masyarakat di Kelurahan Lama Kecamatan
Pancur Batu)
SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Oleh :